Translations:Yirmi Altıncı Lem'a/109/id

    Risale-i Nur Tercümeleri sitesinden

    Akan tetapi sayang sekali, orang-orang yang kucintai di Istanbul, kehidupan sosial yang menyenangkan dan gemerlap, serta penghargaan dan penghormatan yang diberikan orang-orang sempat membuatku lupa terhadap apa yang sudah kuputuskan sebelumnya. Seolah-olah malam keterasingan itu seperti hitam mata (pupil) kehidupanku yang bisa melihat, sementara siang yang menyenangkan di kota Istanbul seperti putih mata (sklera) kehidupanku yang tidak bisa melihat. Mata tersebut tak bisa melihat hal yang jauh. Bahkan untuk kedua kalinya ia tercampak dalam tidur yang lelap hingga dua tahun kemudian datanglah syekh Abdul Qadir al-Jailani membukakan mata tersebut lewat bukunya “Futûh al-Ghaib”.