Translations:Yirmi Birinci Lem'a/42/id
Karena itu, para ahli tarekat dan ahli hakikat menjadikan râbithatul maut sebagai landasan dalam suluk mereka sesuai dengan pelajaran yang mereka dapat dari ayat al-Qur’an berikut:“Setiap jiwa (diri) pasti merasakan kematian.” (QS. Ali Imrân [3]: 185). “Sesungguhnya kamu akan mati dan mereka pun akan mati.” (QS. az-Zumar [39]: 30).Dengan mengingat mati, mereka tidak berpikir akan kekal abadi yang menyebabkan penyakit lupa akhirat. Mereka membayangkan diri mereka sebagai orang-orang mati. Selanjutnya mereka dimandikan, lalu diletakkan di kubur. Ketika sedang membayangkan hal tersebut, nafsu ammârah akan sangat tersentuh sehingga sedikit demi sedikit nafsu tersebut melepaskan angan-angannya yang panjang pada derajat tertentu. Dengan demikian, mengingat mati memberikan berbagai banyak manfaat. Cukuplah sebagai petunjuk kepada hal itu hadis Nabi yang berbunyi: “Perbanyaklah mengingat sesuatu yang memotong segala kenikmatan (kematian).”(*[1])
- ↑ *Lihat: at-Tirmidzi, Shifatul Qiyâmah, 26; az-Zuhd, 4; an-Nasâi, al- Janâiz, 3; Ibnu Majah, az-Zuhd, 31; Ahmad ibn Hambal, al-Musnad, 2/292..