82.619
düzenleme
("Sebab, dalam benaknya terta- nam kondisi yang menyerupai pihak yang mewakili musuh dan setan. Barangkali di antara bentuk waswas yang paling berbahaya ada- lah ketika orang yang terkena waswas itu tidak dapat membedakan an- tara “imkân zâti” (kemungkinan belaka) dan “imkân zihni” (kemung- kinan logis). Yakni, dengan benaknya ia mempersepsikan dan dengan akalnya ia meragukan hal yang bersifat mungkin. Padahal terdapat se- buah kaidah dalam ilmu..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Agar lebih jelas, kami berikan contoh sebagai berikut: Bisa saja laut hitam lenyap sekarang. Ini bisa saja terjadi berdasarkan kemung- kinan belaka (imkân zâti). Hanya saja, kita meyakini keberadaan laut ini di tempatnya sekarang. Kita sama sekali tidak meragukannya. Jadi, kemungkinan ini tidak melahirkan rasa ragu dan bimbang. Bahkan ia sama sekali tidak merusak keyakinan kita." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
177. satır: | 177. satır: | ||
Barangkali di antara bentuk waswas yang paling berbahaya ada- lah ketika orang yang terkena waswas itu tidak dapat membedakan an- tara “imkân zâti” (kemungkinan belaka) dan “imkân zihni” (kemung- kinan logis). Yakni, dengan benaknya ia mempersepsikan dan dengan akalnya ia meragukan hal yang bersifat mungkin. Padahal terdapat se- buah kaidah dalam ilmu kalam yang berbunyi, “Kemungkinan belaka tidak bertentangan dengan keyakinan yang bersifat ilmiah. Karena itu, tidak ada pertentangan dan kontradiksi antara sesuatu yang bersifat mungkin dan sesuatu yang bersifat aksiomatis.”Agar lebih jelas, kami berikan contoh sebagai berikut: Bisa saja laut hitam lenyap sekarang. Ini bisa saja terjadi berdasarkan kemung- kinan belaka (imkân zâti). Hanya saja, kita meyakini keberadaan laut ini di tempatnya sekarang. Kita sama sekali tidak meragukannya. Jadi, kemungkinan ini tidak melahirkan rasa ragu dan bimbang. Bahkan ia sama sekali tidak merusak keyakinan kita. | Barangkali di antara bentuk waswas yang paling berbahaya ada- lah ketika orang yang terkena waswas itu tidak dapat membedakan an- tara “imkân zâti” (kemungkinan belaka) dan “imkân zihni” (kemung- kinan logis). Yakni, dengan benaknya ia mempersepsikan dan dengan akalnya ia meragukan hal yang bersifat mungkin. Padahal terdapat se- buah kaidah dalam ilmu kalam yang berbunyi, “Kemungkinan belaka tidak bertentangan dengan keyakinan yang bersifat ilmiah. Karena itu, tidak ada pertentangan dan kontradiksi antara sesuatu yang bersifat mungkin dan sesuatu yang bersifat aksiomatis.”Agar lebih jelas, kami berikan contoh sebagai berikut: Bisa saja laut hitam lenyap sekarang. Ini bisa saja terjadi berdasarkan kemung- kinan belaka (imkân zâti). Hanya saja, kita meyakini keberadaan laut ini di tempatnya sekarang. Kita sama sekali tidak meragukannya. Jadi, kemungkinan ini tidak melahirkan rasa ragu dan bimbang. Bahkan ia sama sekali tidak merusak keyakinan kita. | ||
Agar lebih jelas, kami berikan contoh sebagai berikut: Bisa saja laut hitam lenyap sekarang. Ini bisa saja terjadi berdasarkan kemung- kinan belaka (imkân zâti). Hanya saja, kita meyakini keberadaan laut ini di tempatnya sekarang. Kita sama sekali tidak meragukannya. Jadi, kemungkinan ini tidak melahirkan rasa ragu dan bimbang. Bahkan ia sama sekali tidak merusak keyakinan kita. | |||
Contoh lain: Bisa saja hari ini matahari tidak terbenam dan be- sok tidak terbit. Hanya saja, kemungkinan ini sama sekali tidak me- rusak keyakinan kita serta tidak memunculkan keraguan sedikit pun atasnya. | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme