78.073
düzenleme
("Makhluk hidup tersebut—sebutlah manusia—bagaikan miniatur alam, buah dari pohon penciptaan, dan benih dari alam ini di mana ia mengumpulkan sebagian besar model jenis alam. Seolah-olah makh- luk hidup itu laksana tetes perasan seluruh alam dan saripatinya yang dihasilkan dengan ukuran ilmiah yang cermat. Karena itu, pencip- taan makhluk hidup tersebut serta pemeliharaannya menuntut agar seluruh alam berada dalam genggaman Sang Pencipta dan berada di..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("“Ya Tuhan, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau salah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, jangan Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tidak sanggup Kami pikul. Beri kami maaf; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.Engkaulah penolong Kami. Maka, to- longlah Kami dalam meng-hadapi kaum kafir.” “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadika..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 54 değişikliği gösterilmiyor) | |||
245. satır: | 245. satır: | ||
Hal itu karena Allah telah mem- berikan kepada partikel segala sesuatu—terutama yang seperti benih dan biji—sebuah posisi tertentu. Seakan-akan benih itu menatap ke- pada keseluruhan makhluk hidup tersebut—meski merupakan ba- gian darinya. Seolah-olah ia mengambil sikap tertentu sesuai dengan sistemnya. Bahkan ia mengambil bentuk tertentu yang menjamin ke- langsungan jenis tersebut, ketersebarannya, dan keterangkatan pan- jinya di setiap tempat. | Hal itu karena Allah telah mem- berikan kepada partikel segala sesuatu—terutama yang seperti benih dan biji—sebuah posisi tertentu. Seakan-akan benih itu menatap ke- pada keseluruhan makhluk hidup tersebut—meski merupakan ba- gian darinya. Seolah-olah ia mengambil sikap tertentu sesuai dengan sistemnya. Bahkan ia mengambil bentuk tertentu yang menjamin ke- langsungan jenis tersebut, ketersebarannya, dan keterangkatan pan- jinya di setiap tempat. | ||
Seakan-akan ia melihat seluruh jenis makhluk itu di bumi sehingga benih, misalnya, membekali diri dengan sesuatu yang menyerupai sayap-sayap kecil agar bisa terbang dan menyebar. | |||
Makhluk itu juga mengambil posisi yang terkait dengan seluruh makh- luk di bumi yang membutuhkannya guna melangsungkan kehidupan, pertumbuhan, rezeki, dan interaksinya. Jika benih tersebut bukan pe- suruh Tuhan Yang Mahakuasa, dan tidak ada hubungan dengan-Nya, berarti harus diterima bahwa ia memiliki penglihatan yang dapat me- lihat segala sesuatu dan perasaan yang meliputi semua hal.Kesimpulannya, sebagaimana jika bayangan matahari yang kecil dan pantulan beragam warna pada tetesan air dan serpihan kaca tidak dinisbatkan kepada cahaya matahari, berarti terdapat matahari dalam jumlah yang tak terhingga sebagai ganti dari sebuah matahari di mana hal itu merupakan bentuk ketundukan pada khurafat, demikian pula jika penciptaan segala sesuatu tidak dinisbatkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Berarti harus ada tuhan-tuhan dalam jumlah yang tak ter- hingga sebanyak benih dan partikel alam sebagai ganti dari Allah Yang Mahaesa. Dengan kata lain, kita harus menerima kemustahilan atau jatuh ke dalam sikap irrasional. | |||
Dengan demikian, pada setiap partikel terdapat tiga jendela yang tembus dan terbuka menuju cahaya keesaan Allah dan menuju ke- niscayaan wujud-Nya. | |||
'''Jendela Pertama''' | |||
''' | Setiap benih laksana prajurit yang memiliki hubungan dengan setiap wilayah kemiliteran atau dengan kelompok, panji, grup, dan pasukannya. Sesuai dengan hubungan tersebut ia memiliki tugas dan gerakan khusus di dalam lingkup sistem yang ada. Partikel yang sangat kecil yang berada di pelupuk matamu memiliki korelasi tertentu dan tugas tertentu di mata, kepala, dan tubuhmu, dalam daya produksi, daya tarik, daya tolak, serta pada urat dan syaraf. Bahkan ia memiliki hubungan dengan spesies manusia itu sendiri. | ||
Maka, keberadaan hubungan dan tugas partikel tersebut menun- jukkan secara nyata bagi mereka yang memiliki akal dan basirah bah- wa partikel hanyalah jejak kreasi Tuhan Yang Mahakuasa. Ia adalah pesuruh dan pegawai yang berada di bawah kendali-Nya. | |||
'''Jendela Kedua''' | |||
''' | Setiap partikel udara dapat mengunjungi bunga atau buah mana saja. Ia dapat masuk dan bekerja di dalamnya. Andaikan partikel bu- kan pesuruh yang ditundukkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa dan Maha melihat segala sesuatu, berarti partikel tersebut mengetahui semua perangkat buah dan bunga berikut strukturnya serta mengeta- hui penciptaannya dengan cermat, mengetahui detail bentuknya, dan mahir membuat rangkaiannya dengan sangat baik.Begitulah, partikel tersebut memancarkan salah satu kilau caha- ya tauhid laksana matahari dengan sangat jelas. | ||
Engkau bisa memban- dingkan cahaya dengan udara serta air dengan tanah di mana segala sesuatu tumbuh atau bersumber dari keempat unsur tersebut. Dalam sains modern keempat unsur itu berupa oksigen, hidrogen, nitrogen, dan karbon. | |||
'''Jendela Ketiga''' | |||
''' | Gundukan tanah yang terdiri dari partikel-partikel kecil bisa menjadi tempat tumbuh tanaman berbunga dan berbuah yang ter- dapat di seluruh alam. Andaikan benih-benihnya yang kecil yang menyerupai nutfah dan tersusun dari karbon, nitrogen, oksigen, dan hidrogen diletakkan di dalamnya, maka ia akan serupa meski jenisnya berbeda. Lewat pena ketentuan Tuhan, program asalnya yang bersi- fat maknawi dimasukkan ke dalamnya. Apabila benih-benih itu kita letakkan secara bergiliran di pot, tentu setiap benih akan tumbuh dengan bentuk yang memperlihatkan berbagai perangkatnya yang luar biasa, bentuk yang khusus, serta konstruksi yang jelas. | ||
Andaikan setiap partikel tanah itu bukan pesuruh yang siap bekerja di bawah perintah Dzat Yang Maha mengetahui segala kondisinya serta Dzat Yang Kua- sa dalam memberikan wujud yang sesuai pada segala sesuatu, artinya jika segala sesuatu tidak tunduk pada qudrah-Nya, berarti pada setiap partikel terdapat pabrik, mesin, dan percetakan maknawi sebanyak tanaman agar bisa menjadi tempat tumbuh tanaman yang memiliki perangkat dan bentuk yang beraneka ragam. Atau, kita harus menya- takan kalau setiap partikel memiliki pengetahuan komprehensif yang meliputi seluruh entitas dan kemampuan yang dapat menunaikan tugas seluruh perangkat dan bentuk di dalamnya agar bisa menjadi | |||
sumber bagi keseluruhannya. | |||
Artinya, jika ia tidak dinisbatkan kepada Allah, berarti ada banyak tuhan sejumlah partikel tanah. Ini tentu saja khurafat yang sangat mustahil. | |||
Sebaliknya, ia menjadi sangat logis dan mudah diterima akal jika setiap partikel merupakan makhluk suru- han. Sebab, sebagaimana prajurit biasa dari seorang raja agung dapat memindahkan sebuah kota yang ramai penduduk, bisa berada di an- tara dua lautan luas, atau bisa menawan komandan, demikian pula seekor nyamuk kecil dapat menjatuhkan Namrud yang besar, semut dapat merusak istana Firaun, benih pohon tin yang kecil dapat mem- bawa pohonnya yang besar. | |||
Semua itu karena perintah Penguasa azali dan berkat afiliasi tersebut. | |||
Sebagaimana telah kita lihat tiga jendela yang terbuka menuju cahaya tauhid pada setiap partikel, di dalamnya juga terdapat dua saksi jujur yang lain yang menunjukkan keberadaan Pencipta berikut ke- esaan-Nya. | |||
Pertama, kondisi benih yang memikul sejumlah tugas yang sa- ngat besar dan beragam, padahal ia demikian lemah. | |||
Kedua, gerakannya yang sangat selaras dan sejalan dengan sistem yang berlaku umum sehingga seolah-olah di dalamnya terdapat perasaan yang bersifat universal, padahal ia hanya benda mati.Artinya, setiap partikel lewat bahasa kelemahannya menjadi saksi atas wujud Sang Mahakuasa serta lewat penampakan keselarasannya dengan sistem alam ia menjadi saksi atas keesaan Sang Pencipta. | |||
Sebagaimana pada setiap partikel terdapat dua saksi yang menunjukkan bahwa Allah niscaya ada dan esa, demikian pula pada setiap makhluk hidup terdapat dua tanda yang menunjukkan bahwa Dia esa dan kekal. | |||
Ya, pada setiap makhluk hidup terdapat dua tanda: Pertama, tanda ahadiyah Kedua, tanda shamadiyah. | |||
Karena setiap makhluk hidup memperlihatkan berbagai mani- festasi nama-nama-Nya yang mulia, yang terlihat pada sebagian besar entitas, secara sekaligus dalam cerminnya laksana titik sentral yang menjelaskan manifestasi nama Allah Yang Mahaagung, Yang Maha- hidup dan berdiri sendiri. Dengan kata lain, ia memuat tanda keesaan dengan memperlihatkannya sebagai bayangan keesaan dzat di bawah tirai nama al-Muhyî (Yang Maha Menghidupkan). | |||
Karena makhluk hidup laksana miniatur alam dan laksana buah pohon penciptaan, maka proses menghadirkan berbagai kebutuhan- nya yang sangat besar di alam ke wilayah kehidupannya yang sangat kecil, dengan sangat mudah dan secara sekaligus, memperlihatkan tanda shamadiyah. Artinya, kondisi ini menerangkan bahwa makhluk hidup tersebut memiliki Tuhan Sebaik-baik Pemelihara di mana ketika ia menghadap kepada-Nya hal itu membuatnya tak butuh kepada yang lain, serta perhatiannya kepada-Nya sudah mencukupi. Segala sesuatu tidak bisa menggantikan satupun perhatian-Nya. | |||
Ya, yang satu mencukupi segala sesuatu sehingga tidak membutuhkan segala sesuatu yang lain. Sebaliknya, segala sesuatu tidak men- cukupi yang satu meski untuk satu hal. | |||
Kondisi tersebut juga menjelaskan bahwa Tuhan si makhluk hidup tadi, di samping tidak membutuhkan sesuatu, khazanah per- bendaharaan-Nya tidak berkurang sedikitpun dan qudrah-Nya tidak sulit untuk melakukan apa saja. | |||
Terdapat sebuah contoh dari satu ayat yang memperlihatkan bayangan shamadiyah-Nya. Yaitu bahwa setiap makhluk hidup lewat lisan kehidupannya mengucap (قُل۟ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ اَللّٰهُ الصَّمَدُ) “Katakan- lah, ‘Dialah Allah yang mahaesa. Allah tempat meminta segala sesuatu.”Terdapat sejumlah jendela penting lainnya di samping yang telah kami sebutkan di mana ia disebutkan di sini secara ringkas dan telah dijelaskan di sejumlah tempat lainnya secara panjang lebar. | |||
Selama setiap partikel alam membuka tiga jendela dan dua celah, kehidupan itu sendiri membuka dua pintu sekaligus menuju keesaan Allah. Sekarang engkau tentu dapat membandingkan sejauh mana cahaya makrifatullah yang disebarkan oleh semua tingkatan entitas, mulai dari partikel hingga matahari. | |||
Dari sini engkau dapat mengetahui luasnya tingkat peningkatan maknawi dalam hal makrifatullah | |||
berikut tingkat keyakinan dan ketenangan kalbu. | |||
< | <span id="BEŞİNCİ_LEM’A"></span> | ||
=== | ===Kilau Kelima=== | ||
Seperti diketahui bahwa untuk menghasilkan sebuah buku yang ditulis tangan cukup dibutuhkan satu pena. Namun jika dicetak, di- butuhkan sejumlah pena sebanyak hurufnya berupa potongan temba- ga yang banyak. Andaikan sebagian besar isi buku ditulis pada seba- gian hurufnya dengan tulisan yang sangat kecil—misalnya penulisan keseluruhan surah yasin dalam bentuk kecil pada lafal maka seluruh potongan huruf tembaga yang sangat kecil dibutuhkan untuk mencetak satu huruf tersebut. | |||
Jika demikian, maka hal yang sama terjadi pada kitab alam. Jika menurutmu ia merupakan tulisan pena qudrah shamadaniyah dan ukiran Dzat Yang Mahaesa, berarti engkau meniti jalan yang sangat mudah dan benar-benar logis. Namun jika engkau menisbatkannya pada hukum alam dan kepada sebab-sebab materi, berarti engkau me- niti jalan yang sukar hingga bisa dikatakan mustahil, rumit hingga bisa dikatakan tak mungkin, dan penuh dengan khurafat. Pasalnya, pada setiap bagian tanah, setiap tetes air, dan setiap gumpalan udara, alam membutuhkan miliaran cetakan tembaga dan pabrik maknawi yang jumlahnya tak terhingga agar setiap bagian tadi bisa menumbuhkan tanaman bunga dan buah yang jumlahnya tak terhitung. Atau, eng- kau harus menerima keberadaan ilmu komprehensif yang meliputi segala hal, kekuatan yang mengendalikan segala sesuatu pada masing- masingnya agar ia bisa menjadi sumber hakiki bagi ciptaan tadi. | |||
Sebab, setiap bagian tanah, air, dan udara bisa menjadi asal dan tempat tumbuh sebagian besar tumbuhan. Padahal, pembentukan setiap tum- buhan yang tertata rapi, seimbang, unik, dan beragam, membutuhkan sebuah pabrik maknawi yang khusus. Jadi, jika alam tidak lagi menjadi ukuran atau sumber, berarti ia harus menghadirkan mesin segala sesuatu pada semuanya. | |||
Demikianlah, landasan pemikiran untuk menyembah hukum alam merupakan khurafat yang paling buruk. Bahkan kalangan ahli khurafat sekalipun merasa malu dengannya. Perhatikan kaum sesat yang menganggap diri mereka berakal, bagaimana mereka masih tetap bertahan dengan pandangan yang tidak logis. Ambillah pelajaran darinya! | |||
'''Kesimpulan:'''setiap huruf pada kitab apapun memperlihatkan dirinya sekapasitas huruf dan menunjukkan keberadaannya dalam bentuk tertentu. Hanya saja, ia memperlihatkan penulisnya sebanyak kata yang terdapat di dalamnya serta menjadi petunjuk atasnya lewat berbagai aspek. Misalnya ia berkata, “Penulisku memiliki tulisan yang indah. Penanya berwarna merah, dan seterusnya.” | |||
''' | |||
Demikian pula dengan huruf kitab alam yang besar ini. Ia menunjukkan kepada dirinya seukuran besar dan bentuknya, namun memperlihatkan nama Tuhan Sang Pencipta seukuran satu kumpulan syair. Ia memperlihatkan Asmaul Husna serta mengarah kepadanya sebanyak jenisnya sebagai bukti atas Dzatnya. | |||
Karena itu, kalangan sofis sekalipun yang mengingkari keberadaan dirinya dan alam tidak layak untuk mengingkari Sang Pencipta Yang Mahaagung. | |||
< | <span id="ALTINCI_LEM’A"></span> | ||
=== | ===Kilau Keenam=== | ||
Sebagaimana Tuhan telah meletakkan tanda keesaan pada setiap dahi dari makhluk-Nya dan pada wajah setiap bagian ciptaan-Nya (se- bagiannya telah dijelaskan pada kilau-kilau sebelumnya), Tuhan juga meletakkan pada setiap jenis dan spesies begitu banyak tanda keesaan dalam bentuk yang sangat nyata. Bahkan Dia telah meletakkan pada keseluruhan alam berbagai jenis tulisan keesaan. Jika kita mencermati sebuah stempel dari sekian stempel dan tanda yang diletakkan pada lembaran muka bumi di musim semi, akan tampak hal berikut ini: | |||
Tuhan Sang Pencipta telah mengumpulkan lebih dari tiga ratus ribu spesies tumbuhan dan hewan di atas muka bumi di musim semi dan musim panas dengan pembedaan dan penentuan dengan sangat rapi, meskipun demikian bercampur. Dia memperlihatkan kepada kita sebuah tanda tauhid yang amat luas, terang, dan jelas sejelas musim semi. | |||
Dengan kata lain, proses penghadiran tiga ratus ribu model ke- bangkitan pada saat menghidupkan bumi yang mati di musim semi serta penulisan setiap makhluk yang berbaur dalam tiga ratus ribu spesies di atas lembaran bumi tanpa ada yang keliru dan cacat, serta dengan sangat rapi dan sempurna, tentu saja semua itu merupakan tanda kekuasaan Dzat Yang Mahakuasa atas segala sesuatu yang di tangan-Nya tergenggam kerajaan segala sesuatu dan kunci perbenda- haraan segala sesuatu, di mana Dia Mahabijak dan Maha Mengetahui. | |||
Tanda kekuasaan tersebut sangat jelas sehingga dapat diketahui oleh siapapun yang memiliki perasaan meski hanya sedikit. | |||
Al-Qur’an menjelaskan tanda kekuasaan yang terang itu dalam firman-Nya yang berbunyi:“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar mampu menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. ar-Rûm [30]: 50). | |||
Ya, qudrah Sang Pencipta Yang Mahabijak yang memperlihatkan tiga ratus ribu spesies dari berbagai model kebangkitan dalam meng- hidupkan bumi selama beberapa hari, tentu sangat mudah dalam mengumpulkan dan membangkitkan manusia. Sebab, layakkah kita mempertanyakan, misalnya, kepada orang yang memiliki kemampuan luar biasa di mana ia dapat menggeser gunung besar hanya dengan isyarat, apakah ia mampu menggeser batu karang besar yang menutup jalan kita dari lembah ini? Nah, tentu orang yang berakal tidak mung- kin meragukan kemampuan Tuhan Yang Mahakuasa dan Pemurah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari di mana Dia mengisi dan mengosongkan keduanya waktu demi waktu dengan berkata, “Bagaimana mungkin Dia dapat melenyapkan lapisan tanah yang berada di atas kita di mana ia menutup jalan kita yang terbentang menuju negeri jamuan-Nya yang kekal?!” | |||
Ini adalah perumpamaan sebuah tanda tauhid yang terlihat di atas muka bumi di musim semi dan musim panas. Perhatikan bagaimana stempel keesaan tampak dengan sangat jelas pada pengendalian urusan di musim semi di muka bumi di mana semuanya berlangsung de- ngan penuh hikmah. Pasalnya, seluruh proses yang tampak demikian rapi, sempurna, dan menakjubkan meskipun berlangsung dalam skala yang sangat luas. Namun demikian ia terjadi dengan sangat cepat. Di samping sangat cepat ia terjadi dalam satu bentuk kemurahan mutlak. Bukankah ini sudah cukup menerangkan bahwa ia merupakan stem- pel yang jelas yang hanya mungkin dimiliki oleh Dzat yang memiliki pengetahuan tak terhingga dan qudrah tak terbatas. | |||
Ya, kita menyaksikan di seluruh muka bumi sebuah proses pen- ciptaan, pengaturan, dan penataan yang berlangsung dalam skala yang sangat luas. | |||
Di samping sangat luas, ia juga sangat cepat. | |||
Di samping sangat luas dan cepat terdapat kemurahan mutlak dalam memperba- nyak entitas. | |||
Di samping pemurah, luas, dan cepat, ia terwujud de- ngan sangat mudah dalam bentuk yang sangat rapi, menakjubkan, dan memiliki ciri berbeda meski bercampur baur. | |||
Di samping itu, kita juga menyaksikan jejak yang sangat mahal dan ciptaan yang sangat berharga meski jumlahnya tak terhingga, sa- ngat selaras dalam lingkup yang sangat luas, cermat, menakjubkan, dan terwujud dengan sangat mudah. | |||
Menghadirkan semuanya secara sekaligus pada setiap tempat, dalam ukiran yang sama, pada setiap entitas disertai penampakan kreasi yang luar biasa dan menakjubkan, tentu saja menjadi bukti cemerlang dan stempel yang mengarah kepa- da Dzat yang tidak dibatasi oleh tempat namun berada di setiap tem- pat sebagai Dzat yang hadir, menatap, mengawasi dan menghisab. Ti- dak ada yang tersembunyi bagi-Nya dan tidak ada yang sulit bagi-Nya. Menciptakan partikel dan bintang sama saja bagi qudrah-Nya. | |||
Suatu hari aku pernah menghitung tangkai dahan pohon ang- gur yang kurus sebesar dua jari yang merupakan mukjizat Tuhan Yang Mahaindah yang terdapat di kebun kemurahan-Nya. Jumlahnya men- capai seratus lima puluh lima tangkai. Lalu kuhitung jumlah biji di sebuah tangkai, ternyata jumlahnya mencapai seratus dua puluh biji. Maka akupun merenung seraya bergumam, “Kalau dahan pohon yang kurus ini berisi air serupa madu di mana ia memberikan air secara terus-menerus, maka dengan terik yang menimpanya tentu ia tidak akan cukup untuk menyusui ratusan biji yang terisi minuman rahmat Tuhan. Ia hanya mendapatkan kelembaban yang sangat sedikit. Dengan demikian, sudah pasti Dzat yang melakukan pekerjaan tersebut Mahakuasa atas segala sesuatu. | |||
Mahasuci Dzat yang semua akal bingung dan heran terhadap kreasi-Nya. | |||
< | <span id="YEDİNCİ_LEM’A"></span> | ||
=== | ===Kilau Ketujuh=== | ||
Sebagaimana engkau dapat melihat berbagai stempel keesaan Tuhan, yang merupakan tempat bergantung segala sesuatu, terdapat di muka bumi, yaitu dengan menatapnya secara cermat, maka angkat kepalamu dan buka mata. Arahkan pandangan pada kitab alam jagat raya, engkau pasti akan melihatnya membacakan stempel keesaan dengan sangat jelas pada seluruh alam sesuai dengan kebesaran dan keluasannya. Hal itu karena entitas laksana bagian-bagian pabrik yang tertata rapi, pilar-pilar istana besar, dan sisi-sisi kota yang maju. Setiap bagian menolong bagian yang lain. Setiap bagian memberikan bantu- an kepada yang lain serta memenuhi kebutuhannya. Seluruh bagian berusaha saling membantu secara sangat rapi dalam melayani makh- luk hidup. Mereka bekerjasama menuju tujuan tertentu dengan penuh ketaatan kepada Sang Pengatur Yang Mahabijak dan esa. | |||
Ya, hukum “kerjasama” yang terlihat, mulai dari gerakan mataha- ri dan bulan, pergantian siang dan malam, serta pergiliran musim di- ngin dan musim panas, hingga penyuplaian makanan oleh tumbuhan untuk hewan yang lapar, bantuan yang diberikan oleh hewan untuk manusia yang lemah, bahkan pada kemampuan mendapatkan nutrisi dengan sangat cepat guna menolong anak-anak yang kurus, dan pe- layanan yang diberikan oleh partikel makanan untuk kebutuhan tu- buh, semua gerakan yang berjalan sesuai dengan hukum kerjasama itu memperlihatkan kepada mereka yang masih memiliki basirah bahwa ia terwujud dengan kekuatan Sang pemelihara yang Maha pemurah, serta lewat perintah Tuhan Penata yang esa dan sangat bijak. | |||
Bantuan, kerjasama, penundukan dan keteraturan yang ter- wujud di alam ini menjadi saksi bahwa Dzat Penata itulah yang mengendalikannya, Dzat Pemelihara yang esa itulah yang mengendalikan semua yang terdapat di alam. Belum lagi bahwa hikmah komprehen- sif yang tampak jelas pada penciptaan segala sesuatu serta perhatian menyeluruh yang terdapat padanya berikut rahmat yang luas yang terdapat pada perhatian tersebut serta rezeki berlimpah yang terdapat pada rahmat tadi di mana ia memenuhi kebutuhan setiap makhluk, semua itu merupakan stempel tauhid yang sangat jelas dan terang di mana setiap orang berakal pasti dapat memahaminya dan setiap orang yang bisa melihat dapat menyaksikannya. | |||
Ya, pakaian hikmah yang memperlihatkan adanya tujuan, perasaan, dan kehendak telah menyelimuti seluruh alam. Pakaian hikmah ini juga dihiasi oleh pakaian perhatian-Nya yang memperli- hatkan kelembutan, kebaikan dan keindahan. Lalu di atasnya diletak- kan pakaian rahmat dan kasih sayang yang memancarkan kilau cinta, pengenalan, karunia, dan kemurahan di mana ia memenuhi seluruh alam. Kemudian pada pakaian rahmat universal yang bersinar itu ter- dapat berbagai rezeki yang bersifat komprehensif. Selanjutnya sejum- lah hidangannya yang menampilkan kasih sayang, kebaikan, kemura- han, dan pemeliharaan-Nya yang baik terbentang luas. | |||
Ya, berbagai entitas tersebut, mulai dari partikel hingga matahari, baik berupa individu ataupun spesies, kecil ataupun besar, dibungkus dengan pakaian yang menakjubkan. Pakaian itu dibuat dari bahan hik- mah yang berhias tulisan buah, hasil, tujuan, dan sejumlah kemasla- hatan. Ia juga diberi pakaian perhatian yang bertuliskan bunga kelem- butan dan ihsan yang dipotong sesuai dengan bentuk fisik dan ukuran setiap entitas. Di atas pakaian perhatian-Nya dikalungkan tanda kasih sayang yang cemerlang oleh kilau cinta-Nya dan terang oleh cahaya karunia-Nya. Lalu pada tanda yang bersinar itu ditancapkan hidangan rezeki komprehensif di sepanjang muka bumi di mana ia mencukupi seluruh makhluk dan memenuhi kebutuhan mereka. | |||
Demikianlah, perbuatan ini secara sangat jelas menunjukkan ek- sistensi Dzat Yang Mahabijak, Maha Pemurah, Mahakasih, dan Maha Pemberi rezeki. | |||
Benarkah segala sesuatu membutuhkan rezeki? | |||
Ya, sebagaimana kita melihat bahwa setiap individu membutuh- kan rezeki sepanjang hidupnya, demikian pula dengan semua entitas alam terutama makhluk hidup, baik yang bersifat universal maupun parsial. Keberadaannya dan kehidupannya membutuhkan sejumlah tuntutan dan kebutuhan, baik yang bersifat materi ataupun imma- teri. Di samping membutuhkan banyak hal di mana yang paling dekat sekalipun tak mampu dijangkau oleh tangannya, bahkan kekuatan dan kemampuannya tidak cukup untuk meraih tuntutannya yang paling kecil, kita menyaksikan pula bahwa seluruh tuntutan dan rezeki yang bersifat materi ataupun maknawi diserahkan kepadanya dari arah yang tak terduga dengan sangat rapi dan pada waktu yang tepat sesuai dengan kehidupannya dengan berhias hikmah yang sempurna. | |||
Bu kankah kondisi papa tersebut, kebutuhan yang terdapat pada makh- luk, serta bentuk pemberian karunia yang tak terlihat itu menunjuk- kan keberadaan Tuhan Pemelihara Yang Mahabijak dan Pengatur Yang Maha Pengasih dan Mahaindah?! | |||
< | <span id="SEKİZİNCİ_LEM’A"></span> | ||
=== | ===Kilau Kedelapan=== | ||
Sebagaimana penanaman sebuah benih di ladang menunjuk- kan bahwa ladang tersebut berada dalam kendali Sang Pemilik benih, serta bahwa benih itu juga berada di bawah kendali-Nya, maka ke- seluruhan unsur pada ladang dan pada bagian-bagiannya di samping merupakan satu kesatuan yang menjadi tempat penyebaran tumbu- han dan hewan—di mana hal itu mencerminkan buah rahmat ilahi, mukjizat qudrah-Nya, dan kalimat hikmah-Nya—dalam bentuk yang serupa, mirip, dan menempati setiap sisi, semua itu menunjukkan se- cara sangat jelas bahwa keuniversalan dan penyebaran tersebut berada di bawah kendali Tuhan Pemelihara yang esa. Sehingga setiap bunga, buah, dan hewan adalah tanda kekuasaan, serta stempel dan tulisan Tuhan Yang Maha Pemurah. Maka di manapun ia berada dengan lisan hal ia berucap, “Jika aku merupakan tanda-Nya, maka tanah ini me- rupakan ciptaan-Nya. Jika aku merupakan stempel-Nya, maka tempat ini adalah tulisan-Nya. Jika aku merupakan tanda-Nya, maka wilayah ini adalah kreasi-Nya.” | |||
Jadi, rububiyah atau pemeliharaan terhadap makhluk yang paling kecil sekalipun merupakan urusan Dzat yang menggenggam kendali semua unsur. Perhatian terhadap hewan yang paling kecil sekalipun adalah urusan Dzat yang pemeliharaan-Nya meliputi semua hewan, tumbuhan dan makhluk.Hakikat ini sangat jelas bagi mereka yang penglihatannya tidak buta. | |||
Ya, seluruh makhluk mengucapkan hal yang sama, “Dzat yang menguasai seluruh spesiesku merupakan Pemilikku. Jika tidak, berarti bukan Pemilikku.” Setiap spesies berucap dengan lisan penyebarannya bersama dengan seluruh spesies lain. Demikian pula dengan bumi. Lewat lisan keterkaitannya dengan seluruh planet dan matahari ser- ta lewat kerjasamanya dengan langit ia berucap, “Dzat yang mengua- sai seluruh alam adalah Dzat Pemilikku. Jika tidak, berarti Dia bukan pemilikku.” | |||
Jika ada yang berkata kepada buah apel yang memiliki perasaan, “Engkau adalah ciptaanku,” tentu ia akan menjawabnya dengan lisan hal, “Jika engkau mampu menyusun seluruh apel yang terdapat di muka bumi, apalagi jika engkau mengendalikan seluruh tanaman buah seperti kami yang terdapat di atas bumi, terlebih jika engkau bisa mengendalikan seluruh hadiah Tuhan yang terdapat padanya yang be- rasal dari khazanah rahmat-Nya. Jika benar demikian, engkau boleh mengaku sebagai Tuhan Penciptaku.”Dengan jawaban di atas, apel itu menampar mulut orang bodoh tersebut dengan tamparan yang keras. | |||
< | <span id="DOKUZUNCU_LEM’A"></span> | ||
=== | ===Kilau Kesembilan=== | ||
Kami telah menjelaskan berbagai bukti dan stempel yang ter- dapat pada satu bagian dan sesuatu bersifat parsial, pada keseluruhan dan sesuatu yang bersifat universal, pada alam keseluruhan, pada ke- hidupan, pada makhluk hidup dan pada proses pemberian kehidupan. | |||
Di sini kami ingin menjelaskan sebuah bukti dari sekian bukti yang jumlahnya tak terhingga yang terdapat pada spesies. Beban dan biaya sekian banyak buah dari sebuah pohon demikian mudah dan ringan sehingga sama seperti beban dan biaya satu buah yang tumbuh lewat banyak tangan. Pasalnya, sebuah pohon berbuah dikendalikan oleh satu sentral, satu pemeliharaan, dan satu hukum (sistem). Artinya, banyaknya sentral membuat setiap buah dari segi kuantitas mem- butuhkan sekian biaya, beban, dan perangkat sesuai kebutuhan sebuah pohon. Demikian pula dari segi kualitas. Ia sama seperti penyiapan perlengkapan untuk seorang tentara dan berbagai perangkat militer- nya. Dibutuhkan sekian pabrik sebanyak yang dibutuhkan oleh jum- lah pasukan. | |||
Jadi, apabila satu pekerjaan berpindah dari satu tangan ke banyak tangan, maka dari sisi kuantitas bebannya menjadi bertambah sebanyak jumlah anggota. Begitulah jejak kemudahan yang terlihat pada spesies, sebenarnya bersumber dari kemudahan yang terdapat pada keesaan dan tauhid. | |||
Kesimpulan: Sebagaimana kemiripan dan keselarasan organ uta- ma pada satu jenis dan satu spesies membuktikan bahwa spesies dan entitas tersebut merupakan makhluk Tuhan Pencipta Yang Mahaesa, demikian pula kemudahan yang terlihat dan tidak adanya kesulitan menunjukkan secara jelas bahwa semuanya merupakan jejak Sang Pen- cipta Yang Mahaesa. Sebab, keberadaan satu pena dan stempel meng- haruskan hal itu. Jika tidak, maka kesulitan yang sampai pada tingkat mustahil tersebut menggiring spesies tadi kepada kondisi tiada. | |||
Dari sini dapat dikatakan bahwa apabila penciptaan dinisbatkan kepada Allah , maka penciptaan segala sesuatu menjadi mudah se- perti mencipta satu entitas. Namun jika disandarkan atau dinisbatkan kepada makhluk, maka penciptaan setiap sesuatu menjadi sulit sesulit menciptakan semua entitas. Jika demikian kondisinya, maka kema- jemukan yang terlihat di alam serta keberlimapahan yang tampak di depan mata memperlihatkan tanda keesaan-Nya laksana matahari. Jika buah-buahan yang banyak yang kita ambil bukan milik Dzat Yang Esa, tentu kita tidak akan dapat memakan sebuah delima sekalipun meski kita mengeluarkan seluruh harta dunia sebagai bayaran atas proses pembuatannya. | |||
< | <span id="ONUNCU_LEM’A"></span> | ||
=== | ===Kilau Kesepuluh=== | ||
Sebagaimana kehidupan yang memperlihatkan manifestasi keindahan Rabbani merupakan petunjuk ahadiyah-Nya, maka kema- tian yang memperlihatkan manifestasi keagungan ilahi adalah bukti wâhidiyah-Nya. | |||
Misalnya, gelembung dan buih yang menghadap ke matahari di mana ia tampak bersinar di atas sungai yang besar, serta sejum- lah unsur yang bening yang tampak berkilau di atas bumi, semua- nya merupakan bukti yang menunjukkan keberadaan matahari. Hal itu terwujud dengan memperlihatkan bayangan matahari padanya serta lewat pantulan cahayanya. Manifestasi matahari yang terus ter- lihat dengan cemerlang meski tetesan air dan kilau tadi lenyap serta kondisinya yang terus bersinar tanpa ada yang kurang pada tetesan air dan materi bening yang datang berikutnya, hal itu menjadi bukti nyata bahwa matahari-matahari kecil itu, cahaya yang terpantul, dan sinar yang kemudian redup yang untuk selanjutnya berganti dengan yang lain merupakan manifestasi dari matahari yang kekal, permanen, tinggi dan satu di mana ia tidak pernah lenyap. Sementara tetesan air yang bersinar itu lewat kemunculan dan kedatangannya menunjukkan keberadaan matahari sekaligus keabadian dan keesaannya. | |||
Berdasarkan perumpamaan di atas kita mengetahui bahwa se- luruh entitas yang beredar di mana keberadaan dan kehidupannya menjadi saksi atas keberadaan dan keesaan Sang Pencipta, maka de- ngan kondisinya yang lenyap dan menghilang ia juga menjadi saksi atas wujud, keazalian, keabadian dan keesaan-Nya. | |||
Ya, makhluk hidup yang indah yang terus terbaharui seiring de- ngan kondisi terbit dan terbenam, pergantian malam dan siang, pe- rubahan musim dingin dan musim panas, serta perjalanan masa di samping menunjukkan keberadaan Dzat Mahaindah Yang Kekal abadi, serta kondisi-Nya yang permanen dan esa, maka kematian dan keper- gian entitas lewat sejumlah sebab lahiriah menjelaskan ketidakber- dayaan sebab-sebab tersebut di mana ia hanya sekadar tirai. Kondisi ini menegaskan kepada kita bahwa proses penciptaan dan kreasi, serta ukiran dan manifestasi yang ada merupakan ciptaan dan makhluk Tu- han Sang Pencipta di mana seluruh nama-Nya bersifat baik dan suci. Bahkan ia merupakan tulisan-Nya yang terus berubah, cermin-Nya yang terus bergerak, tanda kekuasaan-Nya yang terus bergilir, serta stempel-Nya yang terus berganti dengan penuh hikmah. | |||
Kesimpulan: kitab alam yang besar ini di samping tanda-tan- da penciptaan-Nya menunjukkan keberadaan dan keesaan Allah, juga menjadi bukti atas seluruh sifat sempurna, indah, dan agung milik-Nya. Selain itu, ia menegaskan kesempurnaan dzat-Nya Yang Mahaagung yang bersih dari segala kekurangan dan jauh dari cacat. Pasalnya, kesempurnaan yang terlihat pada jejak tertentu menunjuk- kan kesempurnaan perbuatan yang menjadi sumbernya. Selanjutnya kesempurnaan perbuatan ini menunjukkan kesempurnaan nama. Lalu kesempurnaan nama menunjukkan kesempurnaan sifat. Kemu- dian kesempurnaan sifat menunjukkan kesempurnaan potensi-Nya. Kesempurnaan potensi-Nya tentu saja menunjukkan kesempurnaan Dzat. | |||
Misalnya: berbagai tulisan yang rapi dan hiasan yang indah dari sebuah istana yang sangat menakjubkan menunjukkan bahwa di balik kesempurnaan karya sempurna itu terdapat arsitek yang mahir dan ahli. Lewat nama-namanya, kesempurnaan karya itu menuturkan kedudu- kan arsitek tadi. Kesempurnaan nama dan kedudukannya menjelaskan kesempurnaan sifat yang tak terhingga dari si pembuatnya dilihat dari sisi kreasinya. Kesempurnaan sifat dan keindahan kreasinya menjadi saksi atas kesempurnaan potensi si pembuatnya. Lalu kesempurnaan urusan dan potensinya menunjukkan kesempurnaan esensi dzat sang pembuat tadi. | |||
Demikianlah keadaan dari sebuah kreasi menakjubkan yang bersih dari cacat yang terdapat pada jejak yang terlihat di alam dan di entitas yang tertata rapi di jagat raya di mana ayat berikut ini menga- rahkan perhatian padanya:“Adakah kamu melihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS. al- Mulk [67]: 3).Ayat di atas secara nyata menunjukkan kesempurnaan perbuatan Tuhan Yang Mahakuasa. Kesempurnaan perbuatan itu menunjukkan kesempurnaan nama Pelakunya Yang Mahaagung. Kesempurnaan tersebut menunjukkan dan membuktikan kesempurnaan sifat Dzat Pemilik keindahan yang diberi nama dengannya. Kesempurnaan sifat menunjukkan kesempurnaan Dzat yang diberi sifat tadi. Kesempur- naan potensi-Nya menunjukkan secara haqqul yaqin akan kesempur- naan Dzat Yang Mahasuci, Pemilik sejumlah sifat, di mana berbagai kesempurnaan yang terlihat di alam tidak lain hanya sekadar bayangan lemah jika dibandingkan dengan tanda-tanda kesempurnaan-Nya, simbol keagungan-Nya, dan petunjuk keindahan-Nya. | |||
< | <span id="GÜNEŞLER_KUVVETİNDE_ON_BİRİNCİ_LEM’A"></span> | ||
=== | ===Kilau Kesebelas=== | ||
Dalam “Kalimat Kesembilan Belas” telah dijelaskan bahwa tanda kekuasaan terbesar yang terdapat di kitab alam yang besar ini, nama teragung yang terdapat dalam al-Qur’an yang agung, sekaligus benih pohon alam, buahnya yang paling bersinar, mentari istana jagat raya, bulan purnama yang menyinari dunia Islam, yang menjadi petunjuk atas kekuasaan rububiyah Allah, serta penyingkap misteri alam yang bijak adalah nabi Muhammad x. Beliaulah yang mengumpulkan seluruh nabi di bawah sayap risalah, serta melindungi dunia Islam di bawah sayap Islam. Dengan keduanya beliau terbang di berbagai ting- katan hakikat dengan memimpin rombongan nabi dan rasul, seluruh wali dan kaum shiddiqin, serta seluruh ahli hakikat seraya menjelaskan keesaan-Nya secara sangat jelas lewat kekuatan yang diberikan pada- nya. Beliau membuka jalan lurus menuju arasy ahadiyah-Nya dengan menunjukkan jalan iman kepada Allah serta menegaskan keesaan- Nya. Karena itu, tidak ada celah bagi ilusi dan keraguan untuk menu- tup atau menghijab jalan lurus di atas. | |||
Karena pada “Kalimat Kesembilan Belas” dan “Surat Kesembi- lan Belas” kami telah menjelaskan secara global bukti yang kuat itu di mana ia laksana air pembangkit kehidupan lewat empat belas per- cikan dan sembilan belas petunjuk disertai penjelasan tentang ber- bagai mukjizat Nabi x, maka petunjuk di atas kami rasa sudah cukup. Selanjutnya bagian ini kami tutup dengan salawat dan salam atas bukti keesaan Tuhan yang sangat jelas (Nabi x) di mana salawat dan salam itu menunjukkan sejumlah pilar yang menegaskan legitimasinya dan menjadi saksi atas kejujurannya. | |||
Ya Allah, limpahkan salawat atas sosok yang menunjukkan ken- iscayaan wujud dan keesaan-Mu; sosok yang menjadi saksi atas keagu- ngan, keindahan, dan kesempurnaan-Mu; yaitu saksi jujur yang dapat dipercaya, serta bukti bertutur yang tak diragukan; junjungan para nabi dan rasul; pembawa rahasia kesepakatan, pembenaran, dan mukjizat mereka; pemimpin para wali dan kaum shiddiqin yang mencakup ra- hasia kesepakatan, hakikat, dan kemuliaan mereka; pemilik sejumlah mukjizat cemerlang dan luar biasa yang jelas dan menjadi bukti yang membenarkannya; pemilik sejumlah sifat mulia dalam dirinya, akhlak terpuji dalam tugasnya, tabiat istimewa dalam syariatnya yang sempur- na dan bersih dari perbedaan; penerima wahyu ilahi lewat kesepakatan Dzat yang menurunkan, apa yang diturunkan, dan sosok yang padanya diturunkan; penjelajah alam gaib dan malakut; sosok yang menyaksikan alam ruh dan menyertai malaikat; simbol kesempurnaan entitas, baik secara pribadi, spesies, maupun jenisnya; buah pohon penciptaan yang paling bersinar, lentera kebenaran dan bukti hakikat; perwujudan kasih sayang dan cinta; penyingkap misteri alam; penunjuk jalan menu- ju kekuasaan rububiyah; sosok yang dengan ketinggian maknawinya menunjukkan bahwa ia adalah pusat perhatian Tuhan Pencipta alam dalam menciptakan seluruh entitas; pemilik syariat yang lewat keluasan dan kekuatan hukumnya menunjukkan bahwa syariat tersebut merupa- kan sistem milik Penata alam dan bersumber dari Pencipta makhluk.Ya, Dzat yang menata alam dengan sangat rapi dan sempurna ini adalah Penata agama lewat tatanan yang paling indah dan bagus. Beliau adalah junjungan kami sebagai umat manusia dan pembimbing kami selaku kaum mukmin, yaitu Muhammad ibn Abdullah ibn Abdul Muttalib. Semoga salawat dan salam senantiasa tercurah kepada beliau sepanjang keberadaan langit dan bumi. Saksi jujur yang dapat dipercaya itu bersaksi di hadapan seluruh makhluk seraya menyeru dan menga- jarkan seluruh generasi manusia sepanjang zaman lewat seluruh kekua- tannya, totalitasnya, puncak keyakinannya, kekuatan ketenangannya, serta dengan kesempurnaan imannya, dengan ucapan:“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah semata; tanpa ada sekutu bagi-Nya.” | |||
< | <span id="GÜNEŞLER_KUVVETİNDE_ON_İKİNCİ_LEM’A"></span> | ||
=== | ===Kilau Kedua Belas=== | ||
Kilau kedua belas dari “Kalimat Kedua Puluh Dua” ini merupakan lautan hakikat. Ia adalah lautan yang sangat luas di mana kalimat-kali- mat sebelumnya merupakan dua puluh dua tetes darinya. Ia merupa- kan sumber cahaya yang sangat luas di mana kedua puluh dua kalimat itu tidak lain merupakan dua puluh dua kilau dari mentari tersebut.Ya, setiap kalimat dari kedua puluh dua kalimat sebelumnya merupakan sebuah kilau dari bintang satu ayat yang demikian terang di langit al-Qur’an. Ia tidak lain merupakan satu tetes dari sungai ayat yang mengalir di lautan al-Furqan al-Karim. Ia juga merupakan mutiara dari kotak permata ayat kitabullah yang merupakan perbendaharaan agung. | |||
Karena itu, percikan keempat belas dari “Kalimat Kesembilan Belas” merupakan intisari dari penjelasan kalam ilahi tersebut. Yaitu kalam Allah yang turun dari nama-Nya yang paling agung, dari arasy yang agung, dari manifestasi rububiyah-Nya yang paling besar, da- lam sebuah keluasan dan ketinggian mutlak, yang mengaitkan antara azali dan abadi, bumi dan arasy, di mana dengan kekuatan penuhnya ia mengucap dan mendendangkan kebenaran ayat-Nya, “lâ ilâha illa huwa” di mana hal itu disaksikan oleh seluruh alam.Ya, seluruh alam secara bersama-sama mengucap lâ ilâha illâ huwa (tiada Tuhan selain Dia). | |||
Jika engkau melihat al-Qur’an al-karim dengan penglihatan kalbu yang sehat, engkau pasti akan melihat bahwa enam sisinya de- mikian cemerlang dan bersinar di mana tidak mungkin wilayahnya yang suci dimasuki oleh kegelapan, kesesatan, keraguan, dan tipu daya apapun. Padanya terdapat tanda kemukjizatan. Di bawahnya terdapat bukti dan dalil. Di belakangnya terdapat titik sandaran yang berupa wahyu murni. Di depannya terdapat kebahagiaan dunia akhirat. Di sisi kanannya terdapat pembenaran akal lewat penelaahan. Di sisi ki- rinya terdapat penetapan hati nurani lewat penyaksian. Di dalamnya terdapat petunjuk ilahi yang sangat nyata. Di atasnya terdapat cahaya iman. Buahnya berupa keberadaan kalangan saleh, wali, kaum shid- diqin, yang berhias kesempurnaan insani lewat ainul yaqin.Jika engkau menempelkan telingamu di dada lisan gaib dengan penuh perhatian, tentu engkau akan mendengar dari relung yang pa- ling dalam suara gema langit dalam bentuk yang sangat menyejukkan, sungguh-sungguh, mulia, dan disertai argumen. Ia mendendangkan lâ ilâha illâ huwa. | |||
Ia terus mengucapkannya dengan tegas dan pasti disertai limpa- han ilmul yaqin sampai setingkat aynul yaqin lewat ucapannya yang berasal dari haqqul yaqin. | |||
Intinya, Rasul x dan al-Qur’an yang penuh hikmah di mana masing-masingnya merupakan cahaya terang memperlihatkan sebuah hakikat bernama tauhid. | |||
Salah satunya berupa lisan alam nyata. Ia menjelaskan hakikat tersebut dengan jemari Islam dan risalah sekaligus menjelaskannya dengan sangat jelas lewat seluruh kemampuan yang dimiliki melalui seribu mukjizatnya serta dengan pembenaran seluruh nabi dan orang- orang pilihan. | |||
Sementara yang satunya lagi laksana lisan alam gaib. Ia memper- lihatkan hakikat yang sama serta menunjuk kepadanya lewat jemari kebenaran dan hidayah. Ia menampilkannya secara serius dan orisinal lewat empat puluh sisi kemukjizatan dan pembenaran seluruh tanda kekuasaan yang terdapat di alam. Bukankah hakikat tersebut lebih terang daripada matahari dan lebih jelas daripada siang?! | |||
Wahai manusia yang hina, membangkang, dan terus berada dalam kesesatan,(*<ref>*Ucapan ini diarahkan kepada orang yang berusaha menghapus dan melenyapkan al-Quran—Penulis.</ref>)bagaimana mungkin engkau bisa melawan men- tari-mentari itu lewat sekilas cahaya yang redup? Bagaimana mungkin engkau merasa tidak membutuhkan mentari tersebut seraya berusaha memadamkannya dengan tiupan mulut? Sungguh celaka akalmu yang membangkang tersebut. Bagaimana mungkin engkau menentang uca- pan lisan gaib (al-Quran) dan lisan nyata (Nabi x) yang terucap atas nama Tuhan semesta alam dan Pemiliknya serta mengingkari ajakan keduanya.Wahai orang malang yang lebih lemah dan lebih hina daripada lalat. Siapakah engkau sehingga mendustakan Sang Pemilik alam Yang Mahaagung dan Pemurah?! | |||
< | <span id="HÂTİME"></span> | ||
== | ==PENUTUP== | ||
Wahai teman, wahai yang memiliki akal yang bersinar dan kalbu yang terjaga! Jika engkau telah memahami “Kalimat Kedua Puluh Dua” ini dari awal, ambillah kedua belas kilaunya secara sekaligus, lalu dapat- kan lentera hakikat yang berkekuatan ribuan lampu. Berpeganglah pada ayat-ayat al-Quran yang terbentang dari arasy. Naikilah buraq taufik dan naiklah ke langit hakikat. Naiklah menuju arasy makrifatul- lah. | |||
Lalu ucapkan‘Aku bersaksi tiada Tuhan selain Engkau semata tanpa ada sekutu bagi-Mu’.Lalu ikrarkan keesaan-Nya di masjid alam yang besar ini di ha- dapan seluruh makhluk dengan berkata:“Tiada Tuhan selain Allah semata tanpa ada sekutu bagi-Nya. Kekuasaan dan pujian adalah milik-Nya. Dia yang meng- hidupkan dan mematikan. Dia Mahahidup tidak per-nah mati. Di tangan-Nya tergenggam kebaikan.Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” | |||
Mahasuci Engkau. Tidak ada yang kami ketahui, kecuali yang Kau ajarkan pada kami. Engkau Maha Mengetahui dan Mahabijaksana. | |||
“Ya Tuhan, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau salah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, jangan Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tidak sanggup Kami pikul. Beri kami maaf; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.Engkaulah penolong Kami. Maka, to- longlah Kami dalam meng-hadapi kaum kafir.” “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami. Karuniakan- lah kepada Kami rahmat dari sisi-Mu; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).” “Ya Tuhan kami, Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya.” | |||
Allah tidak pernah menyalahi janji. | |||
Ya Allah, limpahkan salawat kepada sosok yang Kau utus sebagai rahmat bagi semesta alam. Juga kepada keluarga dan seluruh sahabatnya. | |||
Kasihi kami dan umatnya dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengasih.Amin. | |||
------ | ------ | ||
<center> [[Yirmi Birinci Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[Yirmi Üçüncü Söz]] </center> | <center> [[Yirmi Birinci Söz/id|KALIMAT KEDUA PULUH SATU]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[Yirmi Üçüncü Söz/id|KALIMAT KEDUA PULUH TIGA]] </center> | ||
------ | ------ | ||
düzenleme