İçeriğe atla

Yirmi İkinci Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Karena itu, kalangan sofis sekalipun yang mengingkari keberadaan dirinya dan alam tidak layak untuk mengingkari Sang Pencipta Yang Mahaagung." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Demikianlah, landasan pemikiran untuk menyembah hukum alam merupakan khurafat yang paling buruk. Bahkan kalangan ahli khurafat sekalipun merasa malu dengannya. Perhatikan kaum sesat yang menganggap diri mereka berakal, bagaimana mereka masih tetap bertahan dengan pandangan yang tidak logis. Ambillah pelajaran darinya!" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Karena itu, kalangan sofis sekalipun yang mengingkari keberadaan dirinya dan alam tidak layak untuk mengingkari Sang Pencipta Yang Mahaagung." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
306. satır: 306. satır:
Demikianlah, landasan pemikiran untuk menyembah hukum alam merupakan khurafat yang paling buruk. Bahkan kalangan ahli khurafat sekalipun merasa malu dengannya. Perhatikan kaum sesat yang menganggap diri mereka berakal, bagaimana mereka masih tetap bertahan dengan pandangan yang tidak logis. Ambillah pelajaran darinya!
Demikianlah, landasan pemikiran untuk menyembah hukum alam merupakan khurafat yang paling buruk. Bahkan kalangan ahli khurafat sekalipun merasa malu dengannya. Perhatikan kaum sesat yang menganggap diri mereka berakal, bagaimana mereka masih tetap bertahan dengan pandangan yang tidak logis. Ambillah pelajaran darinya!


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Kesimpulan:'''setiap huruf pada kitab apapun memperlihatkan dirinya sekapasitas huruf dan menunjukkan keberadaannya dalam bentuk tertentu. Hanya saja, ia memperlihatkan penulisnya sebanyak kata yang terdapat di dalamnya serta menjadi petunjuk atasnya lewat berbagai aspek. Misalnya ia berkata, “Penulisku memiliki tulisan yang indah. Penanya berwarna merah, dan seterusnya.”
'''Elhasıl:''' Nasıl bir kitabın her bir harfi, kendi nefsini bir harf kadar gösterip ve kendi vücuduna tek bir suretle delâlet ediyor ve kendi kâtibini on kelime ile tarif eder ve çok cihetlerle gösterir. Mesela “Benim kâtibimin hüsn-ü hattı var, kalemi kırmızıdır, şöyledir, böyledir.” der.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikian pula dengan huruf kitab alam yang besar ini. Ia menunjukkan kepada dirinya seukuran besar dan bentuknya, namun memperlihatkan nama Tuhan Sang Pencipta seukuran satu kumpulan syair. Ia memperlihatkan Asmaul Husna serta mengarah kepadanya sebanyak jenisnya sebagai bukti atas Dzatnya.
Aynen öyle de şu kitab-ı kebir-i âlemin her bir harfi, kendine cirmi kadar delâlet eder ve kendi sureti kadar gösterir. Fakat Nakkaş-ı Ezelî’nin esmasını, bir kaside kadar tarif eder ve keyfiyetleri adedince işaret parmaklarıyla o esmayı gösterir, müsemmasına şehadet eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena itu, kalangan sofis sekalipun yang mengingkari keberadaan dirinya dan alam tidak layak untuk mengingkari Sang Pencipta Yang Mahaagung.
Demek, hem kendini hem bütün kâinatı inkâr eden sofestaî gibi bir ahmak, yine Sâni’-i Zülcelal’in inkârına gitmemek gerektir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">