78.189
düzenleme
("Jika engkau ingin menyaksikan berbagai hakikat mulia itu dari dekat, pergilah ke laut yang berombak dan ke tanah yang bergetar oleh gempa. Tanyakan pada mereka, “Apa yang kalian katakan?” Eng- kau akan mendengar mereka berucap, ‘Wahai Yang Mahaagung, wahai Yang Mahaagung, wahai Yang Maha Perkasa, wahai Yang Mahagagah’. Kemudian pergilah ke anak bina- tang yang hidup di lautan atau di muka bumi yang dibesarkan dalam kasih sayang. Tanyakan pada mer..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Hanya saja betapapun manusia memperlihatkan seluruh Asmaul Husna, namun keragamannya sampai batas tertentu menjadi sebab keragaman manusia sebagaimana keragaman entitas dan perbedaan ibadah malaikat. Bahkan dari keragaman tersebut lahir sejumlah syariat nabi yang berbeda-beda, jalan wali yang beragaman, dan aliran sejumlah kalangan yang beraneka macam. Misalnya yang dominan pada nabi Isa adalah manifestasi nama al-Qadîr (Mahakuasa) di samping nama-nama..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
31. satır: | 31. satır: | ||
Jika engkau ingin menyaksikan berbagai hakikat mulia itu dari dekat, pergilah ke laut yang berombak dan ke tanah yang bergetar oleh gempa. Tanyakan pada mereka, “Apa yang kalian katakan?” Eng- kau akan mendengar mereka berucap, ‘Wahai Yang Mahaagung, wahai Yang Mahaagung, wahai Yang Maha Perkasa, wahai Yang Mahagagah’. Kemudian pergilah ke anak bina- tang yang hidup di lautan atau di muka bumi yang dibesarkan dalam kasih sayang. Tanyakan pada mereka, “Apa yang kalian katakan?” Pas- ti mereka berucap,‘Wahai Yang Ma- haindah, wahai Yang Mahaindah, wahai Yang Maha Penyayang, wahai Yang Maha Penyayang’.(*<ref>*Bahkan aku melihat dan memperhatikan sejumlah kucing, ketika selesai makan dan bermain iapun tidur. Maka yang terlintas dalam pikiran sebuah pertanyaan, “Mengapa hewan setengah buas ini disebut sebagai binatang yang baik dan penuh berkah?” Kemu- dian aku berbaring untuk tidur. Tiba-tiba salah satu anak kucing itu datang dan bersan- dar ke bantalku serta mendekatkan mulutnya ke telingaku. Lalu ia berzikir kepada Allah dengan menyebut, “Ya Rahîm, ya Rahîm (wahai Yang Maha Penyayang).” Seolah-olah ia menjawab penghinaan atas nama kelompoknya. Seketika aku berpikir, “Apakah zikir ini hanya diucapkan oleh kucing ini saja atau seluruh kucing? Lalu apakah yang mendengar hanya diriku dan orang yang bertanya-tanya sepertiku atau semua orang bisa mende- ngar jika mau menyimaknya.” Di waktu pagi akupun mendengarkan ucapan kucing-ku- cing yang lain. Ternyata mereka mengucap zikir yang sama dalam bentuk yang berbeda meskipun tidak sejelas yang pertama. Awalnya zikir tersebut tidak jelas namun kemudian menjadi jelas, “Ya Rahîm, ya Rahîm (wahai Yang Maha Penyayang).” Lalu suara geramnya berubah menjadi, “Ya Rahîm seutuhnya.” Mereka mengucap zikir yang sedih dan fasih tanpa mengeluarkan suara di mana mulutnya tertutup dan berzikir dengan suara yang halus, “Ya Rahîm.”Aku menceritakan peristiwa itu kepada mereka yang datang berkunjung. Mereka pun mulai menyimak. Mereka berkata, “Kami mendengar zikir itu dalam tingkat tertentu.” Kemudian terlintas dalam hati, “Mengapa yang disebut nama Rahîm?” Mengapa kucing- kucing itu menyebut nama itu dengan suara seperti manusia; tidak dengan suara hewan.” Jawabannya, “Kucing adalah hewan yang halus dan lembut seperti anak kecil. Ia berbaur dengan manusia di setiap sudut rumahnya sehingga laksana teman baginya. Jadi, ia mem- butuhkan tambahan kasih sayang. Ketika ia diperlakukan dengan kasih sayang ia memu- ji-Nya dengan menanggalkan sebab—tidak seperti anjing. Ia memperlihatkan di alamnya rahmat Sang Pencipta Yang Maha Penyayang. Dengan zikir itu ia membangunkan manu- sia yang berada dalam tidur kelalaian dan dengan seruan ya Rahîm ia mengingatkan para penyembah sebab dengan berkata, “Dari mana datangnya semua karunia dan bantuan ini? Dari mana rahmat itu tiba?”—Penulis.</ref>)Kemudian aku memperhatikan langit bagaimana ia menyeru ‘Yang Mahaindah Pemilik keindahan’. Dengarlah bumi bagaimana ia mengucap ‘Yang Mahaindah Pemilik keindahan’. Lalu aku diam untuk menyimak ucapan hewan yang berkata ‘Wahai Yang Maha Pengasih, wahai Ma- ha Pemberi rezeki’. Kemudian tanyalah musim semi, ia pasti mengu- cap dan nama-nama serupa lainnya.Tanyakan pula pada manusia yang benar-benar manusia. Per- hatikan bagaimana ia membaca seluruh Asmaul Husna yang tertulis dalam dahinya sehingga ketika kau perhatikan engkau akan bisa mem- bacanya.Alam laksana musik yang mendendangkan zikir agung. Perpa- duan antara suara yang paling lemah dengan suara yang paling keras melahirkan sebuah alunan lagu yang indah. | Jika engkau ingin menyaksikan berbagai hakikat mulia itu dari dekat, pergilah ke laut yang berombak dan ke tanah yang bergetar oleh gempa. Tanyakan pada mereka, “Apa yang kalian katakan?” Eng- kau akan mendengar mereka berucap, ‘Wahai Yang Mahaagung, wahai Yang Mahaagung, wahai Yang Maha Perkasa, wahai Yang Mahagagah’. Kemudian pergilah ke anak bina- tang yang hidup di lautan atau di muka bumi yang dibesarkan dalam kasih sayang. Tanyakan pada mereka, “Apa yang kalian katakan?” Pas- ti mereka berucap,‘Wahai Yang Ma- haindah, wahai Yang Mahaindah, wahai Yang Maha Penyayang, wahai Yang Maha Penyayang’.(*<ref>*Bahkan aku melihat dan memperhatikan sejumlah kucing, ketika selesai makan dan bermain iapun tidur. Maka yang terlintas dalam pikiran sebuah pertanyaan, “Mengapa hewan setengah buas ini disebut sebagai binatang yang baik dan penuh berkah?” Kemu- dian aku berbaring untuk tidur. Tiba-tiba salah satu anak kucing itu datang dan bersan- dar ke bantalku serta mendekatkan mulutnya ke telingaku. Lalu ia berzikir kepada Allah dengan menyebut, “Ya Rahîm, ya Rahîm (wahai Yang Maha Penyayang).” Seolah-olah ia menjawab penghinaan atas nama kelompoknya. Seketika aku berpikir, “Apakah zikir ini hanya diucapkan oleh kucing ini saja atau seluruh kucing? Lalu apakah yang mendengar hanya diriku dan orang yang bertanya-tanya sepertiku atau semua orang bisa mende- ngar jika mau menyimaknya.” Di waktu pagi akupun mendengarkan ucapan kucing-ku- cing yang lain. Ternyata mereka mengucap zikir yang sama dalam bentuk yang berbeda meskipun tidak sejelas yang pertama. Awalnya zikir tersebut tidak jelas namun kemudian menjadi jelas, “Ya Rahîm, ya Rahîm (wahai Yang Maha Penyayang).” Lalu suara geramnya berubah menjadi, “Ya Rahîm seutuhnya.” Mereka mengucap zikir yang sedih dan fasih tanpa mengeluarkan suara di mana mulutnya tertutup dan berzikir dengan suara yang halus, “Ya Rahîm.”Aku menceritakan peristiwa itu kepada mereka yang datang berkunjung. Mereka pun mulai menyimak. Mereka berkata, “Kami mendengar zikir itu dalam tingkat tertentu.” Kemudian terlintas dalam hati, “Mengapa yang disebut nama Rahîm?” Mengapa kucing- kucing itu menyebut nama itu dengan suara seperti manusia; tidak dengan suara hewan.” Jawabannya, “Kucing adalah hewan yang halus dan lembut seperti anak kecil. Ia berbaur dengan manusia di setiap sudut rumahnya sehingga laksana teman baginya. Jadi, ia mem- butuhkan tambahan kasih sayang. Ketika ia diperlakukan dengan kasih sayang ia memu- ji-Nya dengan menanggalkan sebab—tidak seperti anjing. Ia memperlihatkan di alamnya rahmat Sang Pencipta Yang Maha Penyayang. Dengan zikir itu ia membangunkan manu- sia yang berada dalam tidur kelalaian dan dengan seruan ya Rahîm ia mengingatkan para penyembah sebab dengan berkata, “Dari mana datangnya semua karunia dan bantuan ini? Dari mana rahmat itu tiba?”—Penulis.</ref>)Kemudian aku memperhatikan langit bagaimana ia menyeru ‘Yang Mahaindah Pemilik keindahan’. Dengarlah bumi bagaimana ia mengucap ‘Yang Mahaindah Pemilik keindahan’. Lalu aku diam untuk menyimak ucapan hewan yang berkata ‘Wahai Yang Maha Pengasih, wahai Ma- ha Pemberi rezeki’. Kemudian tanyalah musim semi, ia pasti mengu- cap dan nama-nama serupa lainnya.Tanyakan pula pada manusia yang benar-benar manusia. Per- hatikan bagaimana ia membaca seluruh Asmaul Husna yang tertulis dalam dahinya sehingga ketika kau perhatikan engkau akan bisa mem- bacanya.Alam laksana musik yang mendendangkan zikir agung. Perpa- duan antara suara yang paling lemah dengan suara yang paling keras melahirkan sebuah alunan lagu yang indah. | ||
Hanya saja betapapun manusia memperlihatkan seluruh Asmaul Husna, namun keragamannya sampai batas tertentu menjadi sebab keragaman manusia sebagaimana keragaman entitas dan perbedaan ibadah malaikat. Bahkan dari keragaman tersebut lahir sejumlah syariat nabi yang berbeda-beda, jalan wali yang beragaman, dan aliran sejumlah kalangan yang beraneka macam. | |||
Misalnya yang dominan pada nabi Isa adalah manifestasi nama al-Qadîr (Mahakuasa) di samping nama-nama lainnya. Yang dominan pada kaum pecinta adalah nama al-Wadûd. Serta yang do- minan pada ahli tafakkur adalah nama al-Hakîm. | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme