İçeriğe atla

Yirmi Dördüncü Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Pembenarannya sangat sulit. Karena itu, kita bertiga harus masuk ke dalam perumpamaan yang bercampur dengan hakikat ini di mana ia sangat sempit yang pada sebagian sisinya ter- dapat sejumlah hakikat.Anggaplah kita bertiga adalah bunga, tetesan, dan percikan. Karena anggapan dan bayangan saja tidak cukup, maka akal perlu di- ikutsertakan padanya. Dengan kata lain, kita memahami bahwa keti- ga unsur itu, selain mendapat curahan dari matahari materi, ia ju..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Anggaplah “bunga” yang memilik sejumlah goresan, “tetesan” yang memiliki kehidupan yang merindukan bulan, serta “percikan” yang memiliki kebeningan yang mengarah kepada matahari, ma- sing-masing memiliki perasaan, bentuk kesempurnaan, serta kerindu- an menuju kesempurnaan tadi. Ketiga hal tersebut menjelaskan ba- nyak hakikat di samping menunjukkan perilaku jiwa, akal dan hati. Ia menjadi contoh bagi tiga tingkatan ahli hakikat:(*<ref>*Pada s..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Pembenarannya sangat sulit. Karena itu, kita bertiga harus masuk ke dalam perumpamaan yang bercampur dengan hakikat ini di mana ia sangat sempit yang pada sebagian sisinya ter- dapat sejumlah hakikat.Anggaplah kita bertiga adalah bunga, tetesan, dan percikan. Karena anggapan dan bayangan saja tidak cukup, maka akal perlu di- ikutsertakan padanya. Dengan kata lain, kita memahami bahwa keti- ga unsur itu, selain mendapat curahan dari matahari materi, ia ju..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
94. satır: 94. satır:
Jalan kedua: dinding pembatas menjadi penengah. Sebab, poten- si dan kapasitas cermin memberikan warna bagi berbagai menifestasi matahari. Cara ini mencerminkan jalan kewalian.
Jalan kedua: dinding pembatas menjadi penengah. Sebab, poten- si dan kapasitas cermin memberikan warna bagi berbagai menifestasi matahari. Cara ini mencerminkan jalan kewalian.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitulah, bunga, tetesan, dan percikan, masing-masing dapat berkata pada jalan yang pertama, “Aku adalah cermin matahari alam semesta.” Namun pada jalan yang kedua ia tidak bisa mengatakan semacam itu. Namun ia berkata, “Aku adalah cermin matahariku” atau “Aku adalah cermin matahari yang terwujud pada spesiesku.” Pasal- nya, ia mengenali matahari dalam kondisi demikian. Ia tidak bisa me- lihat matahari yang mengarah ke seluruh alam, sebab matahari sosok tersebut dan spesiesnya tampak dalam dinding pemisah yang sempit dan di bawah ikatan yang terbatas. Matahari terbatas itu tak mampu memberikan pengaruh sebagaimana matahari asli yang tak terhijab dinding. Ia tak mampu memberikan kehangatan kepada seluruh per- mukaan bumi, menyinarinya, menggerakkan kehidupan seluruh he- wan dan tumbuhan, menjadikan planet berputar di sekelilingnya, serta memberikan berbagai pengaruh luar biasa lainnya.Bahkan seandainya ketiga hal di atas bisa memberikan kepada matahari berbagai pengaruh menakjubkan yang signifikan di bawah keterbatasan yang ada, maka ia hanya bisa terwujud dalam benak dan iman saja disertai sikap percaya bahwa matahari yang terbatas itu ber- sifat mutlak.Mengaitkan berbagai pengaruh besar dari bunga, tetesan air, dan percikan yang kita anggap menyerupai manusia berakal kepada mataharinya hanya terdapat dalam benak dan tidak bisa disaksikan. Bahkan hukum-hukum keimanan padanya bisa berbenturan dengan apa yang terlihat di alam.
İşte '''zühre, katre, reşha''' her birisi evvelki yolda diyebilirler ki: “Ben umum âlem güneşinin bir âyinesiyim.” Fakat ikinci yolda öyle diyemez. Belki “Ben kendi güneşimin âyinesiyim veyahut nevime tecelli eden güneşin âyinesiyim.” der. Çünkü güneşi öyle tanıyor. Bütün âleme bakar bir güneşi göremiyor. Halbuki o şahsın veyahut nevinin veya cinsinin güneşi, dar berzah içinde mahdud bir kayıt altında ona görünüyor. Halbuki kayıtsız, berzahsız, mutlak güneşin âsârını o mukayyed güneşe veremiyor. Çünkü bütün yeryüzünü ısıtmak, tenvir etmek, umum nebatat, hayvanatın hayatlarını tahrik etmek ve seyyaratı etrafında döndürmek gibi haşmet-nüma eserleri; o dar kayıt ve mahdud berzah içinde gördüğü güneşe, şuhud-u kalbî ile veremiyor. Belki o âsâr-ı acibeyi, eğer o şuurlu farz ettiğimiz üç şey, o kayıt altında gördüğü güneşe verse de sırf aklî ve imanî bir tarzda ve o mukayyed, ayn-ı mutlak olduğunu bir teslimiyet ile verebilir. Fakat o, insan gibi akıllı farz ettiğimiz '''zühre, katre, reşha''' şu hükümleri, yani pek büyük âsârı güneşlerine isnad etmeleri aklîdir, şuhudî değil. Belki bazen hükm-ü imanîleri, şuhud-u kevniyelerine müsademe eder. Pek güçlükle inanabilirler.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pembenarannya sangat sulit. Karena itu, kita bertiga harus masuk ke dalam perumpamaan yang bercampur dengan hakikat ini di mana ia sangat sempit yang pada sebagian sisinya ter- dapat sejumlah hakikat.Anggaplah kita bertiga adalah bunga, tetesan, dan percikan. Karena anggapan dan bayangan saja tidak cukup, maka akal perlu di- ikutsertakan padanya. Dengan kata lain, kita memahami bahwa keti- ga unsur itu, selain mendapat curahan dari matahari materi, ia juga mendapat curahan dari matahari maknawi.
İşte, hakikate dar gelen ve bazı köşelerinde hakikatin azaları görünen ve hakikatle karışık şu temsil içine üçümüz de girmeliyiz. Üçümüz de kendimizi '''zühre, katre, reşha''' farz edeceğiz. Zira onlarda farz ettiğimiz şuur kâfi gelmiyor. Biz aklımızı dahi onlara katmalıyız. Yani onlar maddî güneşlerinden nasıl feyiz alıyorlar, biz de manevî güneşimizden öyle alıyoruz, anlamalıyız.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">