İçeriğe atla

Yirmi Dördüncü Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Selanjutnya, dunia memiliki dua sisi, bahkan tiga sisi: Pertama, sisi seperti cermin. Ia memantulkan manifestasi Asma- ul Husna.Kedua, sisi yang menatap kepada akhirat. Artinya, dunia menjadi ladang akhirat.Ketiga, sisi yang mengarah pada ketiadaan dan kefanaan. Sisi te- rakhir ini adalah dunia yang tidak diridai di sisi Allah. Ia dikenal seba- gai dunia kaum sesat.Dengan demikian, dunia yang disebutkan pada hadis Nabi di atas bukan dunia besar yang laks..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("“Andaikan dunia di sisi Allah setara dengan sayap nyamuk, maka orang kafir tidak akan bisa minum darinya meski hanya seteguk.”(*<ref>*Lihat: at-Tirmidzi, bab tentang zuhud, h.13; Ibnu Majah, bab tentang zuhud, h.3; dan al-Hakim, al-Mustadrak, j.4, h.341.</ref>) Hakikatnya adalah: Kata “di sisi Allah” menggambarkan alam baka (akhirat). Cahaya yang terbersit dari alam baka meski seukuran sayap nyamuk lebih luas dan lebih komprehensif, sebab bersif..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Selanjutnya, dunia memiliki dua sisi, bahkan tiga sisi: Pertama, sisi seperti cermin. Ia memantulkan manifestasi Asma- ul Husna.Kedua, sisi yang menatap kepada akhirat. Artinya, dunia menjadi ladang akhirat.Ketiga, sisi yang mengarah pada ketiadaan dan kefanaan. Sisi te- rakhir ini adalah dunia yang tidak diridai di sisi Allah. Ia dikenal seba- gai dunia kaum sesat.Dengan demikian, dunia yang disebutkan pada hadis Nabi di atas bukan dunia besar yang laks..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
213. satır: 213. satır:
  Hakikatnya adalah: Kata “di sisi Allah” menggambarkan alam baka (akhirat). Cahaya yang terbersit dari alam baka meski seukuran sayap nyamuk lebih luas dan lebih komprehensif, sebab bersifat abadi, daripada cahaya yang bersifat sementara meski sepenuh bumi. Dengan kata lain, hadis di atas tidak sedang memberikan perbandingan antara sayap nyamuk dan alam yang besar ini. Namun perbandingannya antara dunia setiap individu—yang terbatas pada usianya yang singkat—dan cahaya abadi yang bersumber dari limpahan dan kebaikan ilahi yang bersifat kom- prehensif meski seukuran sayap nyamuk.
  Hakikatnya adalah: Kata “di sisi Allah” menggambarkan alam baka (akhirat). Cahaya yang terbersit dari alam baka meski seukuran sayap nyamuk lebih luas dan lebih komprehensif, sebab bersifat abadi, daripada cahaya yang bersifat sementara meski sepenuh bumi. Dengan kata lain, hadis di atas tidak sedang memberikan perbandingan antara sayap nyamuk dan alam yang besar ini. Namun perbandingannya antara dunia setiap individu—yang terbatas pada usianya yang singkat—dan cahaya abadi yang bersumber dari limpahan dan kebaikan ilahi yang bersifat kom- prehensif meski seukuran sayap nyamuk.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selanjutnya, dunia memiliki dua sisi, bahkan tiga sisi:
Hem dünyanın iki yüzü var, belki üç yüzü var. Biri, Cenab-ı Hakk’ın esmasının âyineleridir. Diğeri âhirete bakar, âhiret tarlasıdır. Diğeri fenaya, ademe bakar. Bildiğimiz, marzî-i İlahî olmayan ehl-i dalaletin dünyasıdır. Demek, esma-i hüsnanın âyineleri ve mektubat-ı Samedaniye ve âhiretin mezraası olan koca dünya değil; belki âhirete zıt ve bütün hatîatın menşei ve beliyyatın menbaı olan dünya-perestlerin dünyasının, âlem-i âhirette ehl-i imana verilen sermedî bir zerresine değmediğine işarettir.
Pertama, sisi seperti cermin. Ia memantulkan manifestasi Asma- ul Husna.Kedua, sisi yang menatap kepada akhirat. Artinya, dunia menjadi ladang akhirat.Ketiga, sisi yang mengarah pada ketiadaan dan kefanaan. Sisi te- rakhir ini adalah dunia yang tidak diridai di sisi Allah. Ia dikenal seba- gai dunia kaum sesat.Dengan demikian, dunia yang disebutkan pada hadis Nabi di atas bukan dunia besar yang laksana cermin Asmaul Husna dan risa- lah shamdaniyah. Ia juga bukan dunia yang menjadi ladang akhirat. Namun ia adalah dunia yang menjadi lawan akhirat, sarang berba- gai dosa dan kesalahan, serta sumber semua bencana dan musibah.Ia merupakan dunia para hamba dunia di mana tidak bisa menyamai satu atom pun dari alam akhirat yang abadi yang Allah berikan kepa- da kaum beriman. Jadi, hakikat yang lurus ini sangat berbeda dengan pemahaman kaum ateis yang zalim ketika menganggap hadis tersebut berlebihan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">