77.975
düzenleme
("Selain itu, al-Qur’an memperlihatkan kemukjizatannya yang indah dalam “memberikan petunjuk yang istimewa” di mana ia sangat memperhatikan ke-ummi-an sang penerimanya yang mulia, Nabi x, dengan tetap menjaga kefasihan alamiahnya. Ia sama sekali tidak dibuat-buat dan jauh dari sikap kepura-puraan apapun bentuknya. Gaya bahasanya dapat diterima oleh kalangan awam sebagai mayori- tas penerimanya seraya memperhatikan kesederhanaan cara berpikir mereka d..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Ketika itu, dibutuhkan pengulangan di mana ia merupakan kitab doa dan dakwah di samping sebagai kitab zikir dan tauhid. Setiap darinya membutuhkan pengulangan. Jadi, se- tiap ayat atau kisah yang diulang dalam al-Qur’an mencakup makna atau pelajaran baru.Al-Qur’an juga memperlihatkan kemukjizatannya saat mem- bahas berbagai “peristiwa parsial” atau khusus yang terjadi dalam kehidupan sahabat pada saat ia turun serta di saat ia mengukuhkan banguna..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
1.405. satır: | 1.405. satır: | ||
Selain itu, al-Qur’an memperlihatkan kemukjizatannya yang indah dalam “memberikan petunjuk yang istimewa” di mana ia sangat memperhatikan ke-ummi-an sang penerimanya yang mulia, Nabi x, dengan tetap menjaga kefasihan alamiahnya. Ia sama sekali tidak dibuat-buat dan jauh dari sikap kepura-puraan apapun bentuknya. Gaya bahasanya dapat diterima oleh kalangan awam sebagai mayori- tas penerimanya seraya memperhatikan kesederhanaan cara berpikir mereka dengan cara menyesuaikan bahasanya dengan pemahaman mereka. Ia menghamparkan kepada mereka sejumlah lembaran yang tampak jelas laksana langit dan bumi. Ia mengarahkan perhatian kepa- da mukjizat qudrah ilahi dan goresan hikmah-Nya yang tersimpan di dalam sejumlah peristiwa dan urusan yang biasa mereka alami.Kemudian al-Qur’an juga memperlihatkan satu bentuk kemuk- jizatannya yang indah dalam “pengulangannya yang retoris” dari sebuah kalimat atau sebuah kisah. Hal itu terjadi saat membimbing ob- jek yang berbeda kepada sejumah makna dan pelajaran yang terdapat pada ayat atau kisah tersebut. | Selain itu, al-Qur’an memperlihatkan kemukjizatannya yang indah dalam “memberikan petunjuk yang istimewa” di mana ia sangat memperhatikan ke-ummi-an sang penerimanya yang mulia, Nabi x, dengan tetap menjaga kefasihan alamiahnya. Ia sama sekali tidak dibuat-buat dan jauh dari sikap kepura-puraan apapun bentuknya. Gaya bahasanya dapat diterima oleh kalangan awam sebagai mayori- tas penerimanya seraya memperhatikan kesederhanaan cara berpikir mereka dengan cara menyesuaikan bahasanya dengan pemahaman mereka. Ia menghamparkan kepada mereka sejumlah lembaran yang tampak jelas laksana langit dan bumi. Ia mengarahkan perhatian kepa- da mukjizat qudrah ilahi dan goresan hikmah-Nya yang tersimpan di dalam sejumlah peristiwa dan urusan yang biasa mereka alami.Kemudian al-Qur’an juga memperlihatkan satu bentuk kemuk- jizatannya yang indah dalam “pengulangannya yang retoris” dari sebuah kalimat atau sebuah kisah. Hal itu terjadi saat membimbing ob- jek yang berbeda kepada sejumah makna dan pelajaran yang terdapat pada ayat atau kisah tersebut. | ||
Ketika itu, dibutuhkan pengulangan di mana ia merupakan kitab doa dan dakwah di samping sebagai kitab zikir dan tauhid. Setiap darinya membutuhkan pengulangan. Jadi, se- tiap ayat atau kisah yang diulang dalam al-Qur’an mencakup makna atau pelajaran baru.Al-Qur’an juga memperlihatkan kemukjizatannya saat mem- bahas berbagai “peristiwa parsial” atau khusus yang terjadi dalam kehidupan sahabat pada saat ia turun serta di saat ia mengukuhkan bangunan Islam dan kaidah syariat. Oleh karena itu, al-Qur’an mem- berikan perhatian yang sangat serius terhadap sejumlah peristiwa de- ngan menerangkan bahwa urusan yang paling kecil dari sebuah peristi- wa khusus tidak lain berada di bawah tatapan rahmat-Nya serta dalam wilayah pengaturan dan kehendak-Nya. Di samping itu, al-Qur’an memperlihatkan sejumlah sunnah ilahi (sunnatullah) yang berlaku di alam serta sejumlah hukum yang bersifat universal dan komprehensif. Lebih dari itu, berbagai peristiwa tersebut—yang laksana benih di awal pembangunan Islam dan syariat—nantinya akan menghasilkan buah yang matang berupa sejumlah hukum dan pelajaran. | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme