İçeriğe atla

Otuz İkinci Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Mencintai teman juga merupakan cinta karena Allah. Hal itu jika mereka beriman dan bertakwa, berdasarkan rahasia al-hubbu fillah (cinta karena Allah)." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Kemudian rasa cinta dan penghormatanmu kepada kedua orang tua merupakan bentuk kecintaan kepada Allah. Pasalnya, Dialah yang menanamkan perasaan kasih sayang pada keduanya sehingga mereka mau mengasuh dan mendidikmu dengan penuh kasih sayang dan bijaksana. Bukti yang menunjukkan bahwa rasa cinta pada kedua- nya tadi merupakan cinta karena Allah adalah mencintai dan menghormati keduanya, melebihi sebelumnya, ketika mereka sudah tua; saat di mana tidak ada..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Mencintai teman juga merupakan cinta karena Allah. Hal itu jika mereka beriman dan bertakwa, berdasarkan rahasia al-hubbu fillah (cinta karena Allah)." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
751. satır: 751. satır:
Allah berfirman:“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sudah berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, jangan sekali-kali kamu me- ngatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan jangan pula memben- tak mereka. Namun, ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh sayang dan berdoalah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaima- na mereka berdua telah mendidikku di waktu kecil.’” (QS. al-Isrâ’ [17]: 23-24).Ayat di atas mengajak seluruh anak untuk memelihara hak orang tua dalam lima tingkatan. Hal ini menunjukkan betapa penting ber- bakti kepada orang tua berikut buruknya sikap durhaka kepada mere- ka dalam pandangan al-Qur’an. Seorang ayah biasanya tidak mau seseorang lebih unggul darinya kecuali anaknya. Pasalnya, seorang ayah tidak memiliki rasa deng- ki terhadap anaknya yang membuat sang anak tidak boleh menuntut hak kepada ayahnya. Karena pertengkaran muncul dari kedengkian dan persaingan antara dua orang, atau lahir dari kesalahan. Sementa- ra secara fitrah, seorang ayah terbebas dari keduanya. Jadi, anak tidak berhak menuntut ayahnya. Bahkan, jika ia melihat ayahnya berbuat kesalahan sekalipun, ia tetap tidak boleh melawan dan mendurhakainya. Artinya, siapa yang durhaka kepada orang tuanya serta menyakiti mereka berarti ia manusia yang telah berubah menjadi binatang buas.
Allah berfirman:“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sudah berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, jangan sekali-kali kamu me- ngatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan jangan pula memben- tak mereka. Namun, ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh sayang dan berdoalah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaima- na mereka berdua telah mendidikku di waktu kecil.’” (QS. al-Isrâ’ [17]: 23-24).Ayat di atas mengajak seluruh anak untuk memelihara hak orang tua dalam lima tingkatan. Hal ini menunjukkan betapa penting ber- bakti kepada orang tua berikut buruknya sikap durhaka kepada mere- ka dalam pandangan al-Qur’an. Seorang ayah biasanya tidak mau seseorang lebih unggul darinya kecuali anaknya. Pasalnya, seorang ayah tidak memiliki rasa deng- ki terhadap anaknya yang membuat sang anak tidak boleh menuntut hak kepada ayahnya. Karena pertengkaran muncul dari kedengkian dan persaingan antara dua orang, atau lahir dari kesalahan. Sementa- ra secara fitrah, seorang ayah terbebas dari keduanya. Jadi, anak tidak berhak menuntut ayahnya. Bahkan, jika ia melihat ayahnya berbuat kesalahan sekalipun, ia tetap tidak boleh melawan dan mendurhakainya. Artinya, siapa yang durhaka kepada orang tuanya serta menyakiti mereka berarti ia manusia yang telah berubah menjadi binatang buas.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Mencintai anak juga merupakan cinta karena Allah. Hal itu dengan mendidik anak dengan penuh kasih sayang lantaran mereka merupakan karunia Tuhan Yang Maha Penyayang dan Pemurah. Bukti yang menunjukkan bahwa cinta tadi demi Allah adalah bersabar disertai rasa syukur dan tidak putus asa ketika ditimpa musibah, terutama ketika sang anak meninggal. Bahkan harus pasrah dalam menerima ketetapan ilahi. Misalkan orang tua berkata, “Anak ini adalah makhluk yang dicintai Sang Pencipta dan menjadi milikNya. Untuk sementara
'''Ve evlatlarını;''' o Zat-ı Rahîm-i Kerîm’in hediyeleri olduğu için kemal-i şefkat ve merhamet ile onları sevmek ve muhafaza etmek, yine Hakk’a aittir. Ve o muhabbet ise Cenab-ı Hakk’ın hesabına olduğunu gösteren alâmet ise vefatlarında sabır ile şükürdür, meyusane feryat etmemektir. “Hâlık’ımın benim nezaretime verdiği sevimli bir mahluku idi, bir memlûkü idi, şimdi hikmeti iktiza etti, benden aldı, daha iyi bir yere götürdü. Benim o memlûkte bir zâhirî hissem varsa hakiki bin hisse onun Hâlık’ına aittir.   اَل۟حُك۟مُ لِلّٰهِ   deyip teslim olmaktır.
waktu, Dia mengamanahkan kepadaku. Namun sekarang, kebijaksa- naan-Nya memutuskan untuk mengambilnya dariku ke tempat yang lebih baik. Jika ada satu bagian dari jasaku yang tampak padanya, Allah memiliki ribuan jasa hakiki terhadapnya. Karena itu, sudah selayaknya pasrah menerima ketentuan Allah .”
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Mencintai teman juga merupakan cinta karena Allah. Hal itu jika mereka beriman dan bertakwa, berdasarkan rahasia al-hubbu fillah (cinta karena Allah).
'''Hem dost ve ahbap ise''' eğer onlar iman ve amel-i salih sebebiyle Cenab-ı Hakk’ın dostları iseler   اَل۟حُبُّ فِى اللّٰهِ   sırrınca o muhabbet dahi Hakk’a aittir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">