İçeriğe atla

İkinci Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Contoh ketiga: Seseorang yang tidak melaksanakan shalat fardhu dan tugas ubudiyah. Orang Tersebut menderita ketika menda- pat celaan dari pimpinannya yang sederhana lantaran keengganan- nya melaksanakan kewajiban yang ringan. Maka, kemalasannya untuk melaksanakan kewajiban yang diperintahkan Allah secara berulang-ulang, niscaya akan lebih membuat jiwanya tidak tenang dan menciptakan kegundahan tiada berkesudahan yang membuatnya berani berkata, “Oh, a..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Contoh kedua: Seseorang yang melakukan dosa besar yang mendatangkan siksa neraka. Jika ia tidak meminta perlindungan lewat istigfar, maka ketika ia mendengar kabar peringatan tentang kondisi neraka jahannam beserta kejadian-kejadian dahsyat yang bakal terjadi di sana, ia ingin jahannam ditiadakan saja. Dengan demikian, akan timbul keberanian dalam dirinya untuk mengingkari wujud neraka jahannam hanya dengan tanda yang sederhana dan syubhat yang sepele." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Contoh ketiga: Seseorang yang tidak melaksanakan shalat fardhu dan tugas ubudiyah. Orang Tersebut menderita ketika menda- pat celaan dari pimpinannya yang sederhana lantaran keengganan- nya melaksanakan kewajiban yang ringan. Maka, kemalasannya untuk melaksanakan kewajiban yang diperintahkan Allah secara berulang-ulang, niscaya akan lebih membuat jiwanya tidak tenang dan menciptakan kegundahan tiada berkesudahan yang membuatnya berani berkata, “Oh, a..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
27. satır: 27. satır:
Contoh kedua: Seseorang yang melakukan dosa besar yang mendatangkan siksa neraka. Jika ia tidak meminta perlindungan lewat istigfar, maka ketika ia mendengar kabar peringatan tentang kondisi neraka jahannam beserta kejadian-kejadian dahsyat yang bakal terjadi di sana, ia ingin jahannam ditiadakan saja. Dengan demikian, akan timbul keberanian dalam dirinya untuk mengingkari wujud neraka jahannam hanya dengan tanda yang sederhana dan syubhat yang sepele.
Contoh kedua: Seseorang yang melakukan dosa besar yang mendatangkan siksa neraka. Jika ia tidak meminta perlindungan lewat istigfar, maka ketika ia mendengar kabar peringatan tentang kondisi neraka jahannam beserta kejadian-kejadian dahsyat yang bakal terjadi di sana, ia ingin jahannam ditiadakan saja. Dengan demikian, akan timbul keberanian dalam dirinya untuk mengingkari wujud neraka jahannam hanya dengan tanda yang sederhana dan syubhat yang sepele.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Contoh ketiga: Seseorang yang tidak melaksanakan shalat fardhu dan tugas ubudiyah. Orang Tersebut menderita ketika menda- pat celaan dari pimpinannya yang sederhana lantaran keengganan- nya melaksanakan kewajiban yang ringan. Maka, kemalasannya untuk melaksanakan kewajiban yang diperintahkan Allah  secara berulang-ulang, niscaya akan lebih membuat jiwanya tidak tenang dan menciptakan kegundahan tiada berkesudahan yang membuatnya berani berkata, “Oh, andai saja Allah tidak memerintahkan ibadah tersebut”. Keinginan seperti ini akan memicu timbulnya sifat ingkar yang mengandung kebencian terhadap sifat ketuhanan Allah. Jika syubhat dan keragu-raguan terhadap keberadaaan Allah  ini masuk ke dalam hati, maka orang tersebut akan cenderung meyakini syubhat tersebut seolah-olah ia adalah dalil yang kuat. Dengan de- mikian, terbukalah dihadapannya pintu menuju kehancuran dan kerugian.Akan tetapi, orang yang malang ini tidak sadar bahwa peng- ingkarannya telah menjadikan dirinya target kesempitan maknawi yang jutaan kali lebih dahsyat dari pada kesempitan parsial akibat rasa malasnya melaksanakan ibadah. Tak ubahnya seperti orang yang menghindar dari gigitan nyamuk, lalu beralih ke gigitan ular.Lewat contoh di atas, dapat dipahami rahasia ayat:“Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mere-ka usahakan itu menutup hati mereka” (QS. Al-Muthaffifîn [83]: 14).
Hem mesela, farz namazını kılmayan ve vazife-i ubudiyeti yerine getirmeyen bir adamın küçük bir âmirinden küçük bir vazifesizlik yüzünden aldığı tekdirden müteessir olan o adam, Sultan-ı ezel ve ebed’in mükerrer emirlerine karşı farzında yaptığı bir tembellik, büyük bir sıkıntı veriyor ve o sıkıntıdan arzu ediyor ve manen diyor ki: “Keşke o vazife-i ubudiyeti bulunmasa idi.” Ve bu arzudan bir manevî adâvet-i İlahiyeyi işmam eden bir inkâr arzusu uyanır. Bir şüphe, vücud-u İlahiyeye dair kalbe gelse kat’î bir delil gibi ona yapışmaya meyleder. Büyük bir helâket kapısı ona açılır. O bedbaht bilmiyor ki inkâr vasıtasıyla, gayet cüz’î bir sıkıntı vazife-i ubudiyetten gelmeye mukabil, inkârda milyonlar ile o sıkıntıdan daha müthiş manevî sıkıntılara kendini hedef eder. Sineğin ısırmasından kaçıp yılanın ısırmasını kabul eder. Ve hâkeza… Bu üç misale kıyas edilsin ki بَل۟ رَانَ عَلٰى قُلُوبِهِم۟ sırrı anlaşılsın.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">