İçeriğe atla

Onuncu Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Lalu ketika di hadapan murid-murid terbuka peluang amal baru, yaitu menyalin al-Qur’an dengan tulisan indah dan model baru, Haqqi Afandi juga diberi bagian untuk menyalinnya. Ia kerjakan tugas tersebut dengan baik. Ia menulis satu juz al-Qur’an al-Karim dengan tulisan yang bagus. Namun karena ia melihat dirinya berada dalam kondisi yang sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup, ia pun melamar kerja di kantor kejaksaan tanpa sepengetahuan kami. Saat itula..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("adalah “Haqqi Afandi”. Karena ia tidak hadir ber- sama kami, aku akan mewakilinya seperti ketika bercerita tentang Khulusi. Kisahnya sebagai berikut: Haqqi Afandi adalah sosok yang menjalankan tugasnya dalam mengabdi kepada al-Qur’an sebagaimana mestinya. Namun ketika seorang bupati yang berakhlak bejat datang ke kota di mana Haqqi Afandi berada, Haqqi Afandi sempat berpikir untuk menyembunyikan sejumlah risalah yang ada padanya karena khawatir ia..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Lalu ketika di hadapan murid-murid terbuka peluang amal baru, yaitu menyalin al-Qur’an dengan tulisan indah dan model baru, Haqqi Afandi juga diberi bagian untuk menyalinnya. Ia kerjakan tugas tersebut dengan baik. Ia menulis satu juz al-Qur’an al-Karim dengan tulisan yang bagus. Namun karena ia melihat dirinya berada dalam kondisi yang sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup, ia pun melamar kerja di kantor kejaksaan tanpa sepengetahuan kami. Saat itula..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
61. satır: 61. satır:
Haqqi Afandi adalah sosok yang menjalankan tugasnya dalam mengabdi kepada al-Qur’an sebagaimana mestinya. Namun ketika seorang bupati yang berakhlak bejat datang ke kota di mana Haqqi Afandi berada, Haqqi Afandi sempat berpikir untuk menyembunyikan sejumlah risalah yang ada padanya karena khawatir ia dan gurunya akan diperlakukan buruk oleh orang tadi. Maka, untuk semen- tara waktu ia meninggalkan tugas khidmahnya. Namun, seketika datanglah tamparan kasih sayang kepadanya. Ia terkena tuntutan yang nyaris membuatnya harus membayar seribu lira untuk bisa be- bas dari tuntutan tersebut. Akhirnya ia harus berada dalam tekanan intimidasi selama setahun penuh sampai ia datang kepada kami kem- bali ke tugas semula untuk mengabdi pada al-Qur’an. Maka Allah menyelamatkannya dari bencana tersebut dan ia terbebas dari huku- man tadi.
Haqqi Afandi adalah sosok yang menjalankan tugasnya dalam mengabdi kepada al-Qur’an sebagaimana mestinya. Namun ketika seorang bupati yang berakhlak bejat datang ke kota di mana Haqqi Afandi berada, Haqqi Afandi sempat berpikir untuk menyembunyikan sejumlah risalah yang ada padanya karena khawatir ia dan gurunya akan diperlakukan buruk oleh orang tadi. Maka, untuk semen- tara waktu ia meninggalkan tugas khidmahnya. Namun, seketika datanglah tamparan kasih sayang kepadanya. Ia terkena tuntutan yang nyaris membuatnya harus membayar seribu lira untuk bisa be- bas dari tuntutan tersebut. Akhirnya ia harus berada dalam tekanan intimidasi selama setahun penuh sampai ia datang kepada kami kem- bali ke tugas semula untuk mengabdi pada al-Qur’an. Maka Allah menyelamatkannya dari bencana tersebut dan ia terbebas dari huku- man tadi.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lalu ketika di hadapan murid-murid terbuka peluang amal baru, yaitu menyalin al-Qur’an dengan tulisan indah dan model baru, Haqqi Afandi juga diberi bagian untuk menyalinnya. Ia kerjakan tugas tersebut dengan baik. Ia menulis satu juz al-Qur’an al-Karim dengan tulisan yang bagus. Namun karena ia melihat dirinya berada dalam kondisi yang sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup, ia pun melamar kerja di kantor kejaksaan tanpa sepengetahuan kami. Saat itulah ia kembali mendapat tamparan kasih sayang. Jari yang ia pakai untuk menuliskan al-Qur’an patah. Karena kami tidak mengetahui kesibukannya dalam pekerjaan itu, kami pun bingung melihat mu- sibah yang menimpa jarinya sehingga tidak bisa meneruskan tugas menulis al-Qur’an. Kemudian kami sadar bahwa pengabdian suci ini tidak rela kalau jari-jari suci tersebut bergelut dalam berbagai urusan yang lain. Seolah-olah jari yang patah itu berkata, “Kamu tidak boleh menyelimutiku dengan cahaya al-Qur’an kemudian melibatkanku dalam perkara pengadilan.”
Sonra Kur’an’ı yeni bir tarzda '''(Hâşiye<ref>'''Hâşiye:''' Tevafuk mu’cizesini gösterir bir surette demektir.</ref>)''' yazmak hususunda talebelere bir vazife açıldı. Hakkı Efendi’ye de hisse verildi. Elhak o, hissesine sahip çıktı. Bir cüzü güzel yazdı. Fakat derd-i maişet zaruretiyle kendini mecbur bilip gizli dava vekâletine teşebbüs etti. Birden bir şefkat tokadı daha yedi. Kalemi tutan parmağı, muvakkaten kırıldı. Bu parmakla hem dava vekâleti yapmak hem Kur’an’ı yazmak olmayacak diye lisan-ı mana ile ihtar edildi. Dava vekâletine teşebbüsünü bilmediğimiz için parmağına hayret ediyorduk. Sonra anlaşıldı ki: '''Kudsî, safi hizmet-i Kur’aniye; gayet temiz, kendine mahsus parmakları başka işe karıştırmak istemiyor.''' Her ne ise… Hulusi Bey’i kendim gibi bildim, ona bedel konuştum. Hakkı Efendi de aynen onun gibidir. Eğer benim vekâletime razı olmazsa kendi tokadını kendi yazsın.
Bagaimanapun, di sini aku hanya mewakili Khulusi. Aku berbicara sebagai wakil darinya. Sama seperti yang aku lakukan terhadap Haqqi Afandi. Jika ia tidak senang dengan hal ini, ia bisa menulis sendiri tentang tamparan yang pernah ia alami.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">