İçeriğe atla

Onuncu Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"adalah “Bakir Afandi”.(*<ref>*Bekir Afandi adalah salah satu murid pertama an-Nur. Ia lahir tahun 1898 M di Barla dan meninggal dunia pada tahun 1954 di kota Istanbul. Semoga Allah memberi- kan rahmat padanya.</ref>)Karena ia tidak hadir bersama kami, aku akan berbicara atas namanya sebagaimana aku berbicara atas nama saudara kandungku, Abdul Majid. Aku mewakilinya dengan melihat pada keikhlasan, kesetiaan, dan persahabatannya yang tulus, serta keteg..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("==Yang keenam==" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("adalah “Bakir Afandi”.(*<ref>*Bekir Afandi adalah salah satu murid pertama an-Nur. Ia lahir tahun 1898 M di Barla dan meninggal dunia pada tahun 1954 di kota Istanbul. Semoga Allah memberi- kan rahmat padanya.</ref>)Karena ia tidak hadir bersama kami, aku akan berbicara atas namanya sebagaimana aku berbicara atas nama saudara kandungku, Abdul Majid. Aku mewakilinya dengan melihat pada keikhlasan, kesetiaan, dan persahabatannya yang tulus, serta keteg..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
67. satır: 67. satır:
==Yang keenam==
==Yang keenam==


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
adalah “Bakir Afandi”.(*<ref>*Bekir Afandi adalah salah satu murid pertama an-Nur. Ia lahir tahun 1898 M di Barla dan meninggal dunia pada tahun 1954 di kota Istanbul. Semoga Allah memberi- kan rahmat padanya.</ref>)Karena ia tidak hadir bersama kami, aku akan berbicara atas namanya sebagaimana aku berbicara atas nama saudara kandungku, Abdul Majid. Aku mewakilinya dengan melihat pada keikhlasan, kesetiaan, dan persahabatannya yang tulus, serta keteguhannya dalam beramal. Dalam hal ini aku bersandar pada apa yang diriwayatkan oleh Sulaiman Afandi,(*<ref>*Dialah yang melayani Ustadz Nursi ketika berada dalam pengasingannya di Barla selama delapan tahun. Ia adalah teladan dalam kejujuran, kesetiaan, dan keikhlasan. Ia meninggal dunia pada tahun 1965. Semoga Allah memberikan rahmat yang luas kepadanya.</ref>)
Bekir Efendi’dir. Şimdi hazır olmadığı için ben, kardeşim Abdülmecid’e vekâlet ettiğim gibi onun itimat ve sadakatine itimadım ve Şamlı Hâfız ve Süleyman Efendi gibi bütün has dostlarımın hükümlerine (bildiklerine) istinaden diyorum ki: Bekir Efendi, Onuncu Söz’ü tabetti. İ’caz-ı Kur’an’a dair Yirmi Beşinci Söz’ü yeni huruf çıkmadan tabetmek için ona gönderdik. Onuncu Söz’ün matbaa fiyatını gönderdiğimiz gibi onu da göndereceğiz diye yazdık. Bekir Efendi, benim fakr-ı halimi düşünüp matbaa fiyatı dört yüz banknot kadar olduğunu mülahaza ederek ve kendi kesesinden vermek, belki Hoca razı olmaz diye onun nefsi onu aldattı. Tabedilmedi. Hizmet-i Kur’aniyeye mühim bir zarar oldu. İki ay sonra dokuz yüz lira hırsızların eline geçti. Şefkatli ve şiddetli bir tokat yedi. İnşâallah ziyaa giden dokuz yüz lira, sadaka hükmüne geçti.
al-Hafidz Taufiq asy-Syami,(*<ref>*al-Hafidz Taufiq (1887-1965 M) termasuk murid dan juru tulis pertama an- Nur. Ia diberi gelar al-Hafidz karena hafal al-Qur’an al-Karim, dan diberi gelar asy-Syami karena tinggal lama di negeri Syam untuk menyertai ayahnya yang menjadi panglima di sana. Ia dikenal sebagai orang yang saleh, berilmu, dan bertakwa. Ia senantiasa menyer- tai Ustadz, baik ketika di Barla maupun ketika berada di penjara Eskisyehir dan Denizli. Semoga Allah memberikan rahmat padanya.</ref>)serta saudara-saudara tercinta lainnya.Bakir Afandi telah mencetak Kalimat Kesepuluh (Risalah Ke- bangkitan) di Istanbul. Maka, kami pun ingin mencetak tulisan tentang Risalah al-Mukjizat al-Qur’aniyyah di sana pula sebelum pemakaian huruf latin baru. Aku kirimkan sebuah surat kepadanya yang berbunyi, “Kami akan mengirimkan kepadamu biaya pencetakan risalah ini bersama risalah sebelumnya.” Namun ketika ia mengetahui bahwa pencetakan tersebut akan memakan biaya empat ratus lira, sementara ia mengetahui kondisiku yang miskin, ia pun ingin menutupi biaya tersebut dari uang miliknya. Terbesit dalam benak- nya bahwa aku tidak menyukai hal itu. Maka, ia tertipu oleh dirinya sendiri dengan tidak segera mencetaknya. Akibat dari pertimbangannya tersebut, tugas itu pun terlunta-lunta. Dua bulan berikutnya uangnya sebesar sembilan ratus lira dicuri orang. Hal itu merupakan tamparan kasih yang sangat keras kepadanya. Kami berharap semoga Allah menjadikan uang yang hilang itu sebagai sedekah darinya.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">