77.975
düzenleme
("==Yang ke delapan==" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği |
("------ <center> CAHAYA KESEMBILAN ⇐ | Al-Lama’ât | ⇒ CAHAYA KESEBELAS </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 20 değişikliği gösterilmiyor) | |||
94. satır: | 94. satır: | ||
<span id="DOKUZUNCUSU"></span> | <span id="DOKUZUNCUSU"></span> | ||
==Yang | ==Yang kesembilan== | ||
adalah “al-Hafidz Zuhdi Besar”. Ia bertugas mengawasi pekerjaan para murid Nur di daerah Aghrus. Namun sepertinya ia tidak merasa cukup dengan kedudukan yang tinggi dan mulia itu, padahal murid-murid Nur lainnya menikmati hal tersebut karena mereka mengikuti Sunnah dan menghindari bid’ah. Maka, ia pun kemudian berusaha mendapatkan kedudukan dari ahli dunia. Ia menerima tugas untuk mengajar bid’ah. Ia benar- benar melakukan suatu kesalahan dengan melanggar jalan kami, jalan Sunnah. Akhirnya ia mendapat tamparan yang sangat menakutkan. Ia dihadapkan pada sebuah insiden yang nyaris melenyapkan kehormatannya dan kehormatan keluarganya. Sangat disayangkan, insiden tersebut juga menimpa al-Hafidz Zuhdi Kecil, padahal ia tidak berhak menda- patkan tamparan itu. Semoga Allah menjadikan insiden yang menyakitkan tersebut layaknya operasi bedah yang bisa memalingkan kalbunya dari dunia dan mengembalikannya untuk mau mengabdi pada al-Qur’an. | |||
< | <span id="ONUNCUSU"></span> | ||
== | ==Yang kesepuluh== | ||
adalah “al-Hafidz Ahmad”. Ia adalah orang yang menyalin beberapa risalah sekaligus mereguk cahayanya selama tiga tahun. Ia adalah orang yang tekun dan gemar beramal. Namun kemudian ia berinteraksi dengan ahli dunia dengan harapan bisa menangkal perbuatan buruk mereka dan bisa menyampaikan dakwah kepada mereka sehingga mendapat tempat di hati mereka. Pada waktu yang sama, dengan begitu ia juga ingin agar hidupnya yang sulit menjadi lapang. Akan tetapi, perhatiannya mulai berkurang dan mereka membuatnya sibuk dengan urusan ini. Ketika itulah, semangatnya dalam mengabdi kepada al-Qur’an melemah sehingga ia terkena dua tamparan sekaligus, yaitu:Pertama, keluarganya bertambah lima orang padahal kehidupannya sudah sempit sehingga ia betul-betul berada dalam kesulitan. | |||
Kedua, meskipun ia orang yang sangat sensitif dan tidak bisa bersabar dalam menerima ucapan seseorang, namun secara tidak disadari ia telah menjadi mediator bagi orang yang licik, sehingga ia kehilangan kehormatan sembilan puluh persen (90%). Banyak orang yang pergi meninggalkannya. Mereka memutuskan persahabatan dengannya bahkan memusuhinya. Namun demikian, kami berharap semoga Allah memberikan ampunan kepadanya. Kami juga berharap semoga ia diberi taufik untuk bisa sadar dari kelalaiannya serta kembali kepada tugasnya dalam mengabdi kepada al-Qur’an. | |||
< | <span id="ON_BİRİNCİSİ"></span> | ||
== | ==Yang kesebelas== | ||
tidak ditulis. Barangkali orangnya tidak rela. | |||
< | <span id="ON_İKİNCİSİ"></span> | ||
== | ==Yang kedua belas== | ||
< | adalah Muallim Ghalib.(*<ref>*Muallim Ahmad Ghalib adalah termasuk murid Nur generasi awal. Ia merupa- kan seorang kaligrafer sekaligus penyair. Ia memillki sebuah kumpulan syair yang ditulis dengan tulisan indah. Lahir di Yalwaj tahun 1900 dan meninggal dunia pada tahun 1940. Semoga Allah memberikan rahmat yang luas kepadanya.</ref>)Dengan tulus dan jujur, ia telah mengabdi dengan menyalin risalah-risalah yang ada. Ia tak pernah terlihat lemah dalam menghadapi kesulitan sebesar apa pun. Ia menghadiri sebagian besar pengajian dengan penuh perha- tian dan kecintaan. Ia juga menyalin berbagai risalah untuk dirinya sendiri. Sampai-sampai ia menyalin sendiri al-Kalimât dan al-Mak- tûbât dengan biaya senilai tiga puluh lira. Penyalinan tersebut sengaja dilakukan untuk menyebarluaskan risalah-risalah tersebut di kotanya sekaligus untuk membimbing teman-temannya. Namun setelah itu, ia mulai patah semangat. Ia tidak lagi menyebar-luaskan risalah seperti biasanya. Hal itu disebabkan oleh berbagai lintasan pikiran yang ada dalam dirinya. Akhirnya cahaya risalah tadi tidak lagi tampak. Di saat alpa itulah ia mengalami sebuah insiden yang sangat pedih. Dengan adanya insiden tersebut ia mendapat berbagai kerisauan selama satu tahun penuh. Ia menghadapi banyak sekali musuh yang zalim sebagai ganti dari segelintir pegawai yang memusuhinya ketika ia menyebarluaskan risalah. Ia pun kehilangan teman-teman yang ia cintai. | ||
< | <span id="ON_ÜÇÜNCÜSÜ"></span> | ||
== | ==Yang ketiga belas== | ||
< | adalah “al-Hafidz Khalid”.(*<ref>*Nama lengkap dari al-Hafidz Khalid adalah Khalid Umar Lutfi Afandi. Ia terma- suk murid Nur generasi awal dan penulis risalah. Lahir tahun 1891 di Barla dan wafat tahun 1946 di Istanbul. Ia bertugas mengajar kemudian tugas tersebut ditinggalkan. Ia menjadi imam di salah satu masjid di Barla. Ustadz pernah mengirimkan risalah kepadanya yang berisi belasungkawa atas kematian anaknya, Anwar, di tahun 1930 setelah terkena penyakit batuk rejan di saat umurnya mendekati delapan tahun. Risalah tersebut dimasukkan ke dalam al-Maktûbât. Tepatnya surat ketujuh belas.</ref>)Ia akan menceritakan sendiri kejadian yang dialaminya sebagai berikut:Ketika aku menuliskan draf Risalah Nur dengan penuh semangat, ada lowongan pekerjaan, yaitu menjadi imam masjid di tempat kami. Ketika itu aku sangat berminat untuk mengenakan jubah dan serban intelektualku. Selama beberapa saat aku malas untuk melakukan tugas yang ada. Perhatian dan kecenderunganku untuk mengabdi kepada al-Qur’an mulai berkurang. Akibat kebodohanku, akhirnya kutinggalkan pekerjaan tersebut. Namun tiba-tiba aku mendapat tamparan kasih sayang. Meskipun mufti sudah seringkali berjanji dan aku telah menjalani tugas tersebut sejak kurang lebih sembilan bulan, namun aku tetap tidak bisa mengenakan jubah dan serban itu. Ketika itulah aku yakin bahwa tamparan tersebut diakibatkan oleh kelalaianku dalam mengabdi pada al-Qur’an. Padahal, ketika itu Ustadz sedang mengajarku dan aku sendiri sedang memiliki tugas menulis draf risalah. jadi, berhentinya aku dari pengabdian tersebut terutama dari menulis draf risalah telah menyulitkan mereka. Na- mun demikian, kami bersyukur kepada Allah yang telah membuat kami benar-benar memahami kelalaian kami serta membuat kami mengetahui mulianya pengabdian tersebut. Kami pun mempercayai guru mursyid seperti syekh Abdul Qadir al-Jailani sebagai pembantu kami layaknya malaikat penjaga. | ||
Hamba-Nya yang paling lemah | |||
'''Hâfız Hâlid''' | '''Hâfız Hâlid''' | ||
< | <span id="ON_DÖRDÜNCÜSÜ"></span> | ||
== | ==Yang keempat belas== | ||
ada tiga tamparan kasih berskala kecil yang menimpa tiga orang yang semuanya bernama Mustafa. | |||
< | Pertama adalah Mustafa Cavuş.(*<ref>*Nama sebenarnya dari Mustafa Cavuş adalah Hulusi Mustafa. Ia lahir pada tahun 1886. Kemudian mengabdi pada Ustadz Nursi di Barla dan pada tahun 1939 meninggal dunia dalam usia 57 tahun. Semoga Allah menyelimuti beliau dengan rahmat-Nya.</ref>)Ia bertugas mengabdi pada masjid kecil kami, menyediakan minyak untuk pemanas ruangannya, bahkan ia pula yang memberikan sekotak korek api untuk masjid. Ia mengabdi selama delapan tahun. Semua urusan di atas ia biayai dari hartanya sendiri, sebagaimana kita ketahui kemudian. Ia tidak pernah absen dalam shalat-shalat berjamaah. Apalagi di malam- malam yang penuh berkah, kecuali jika sangat terpaksa karena ada pekerjaan yang sangat penting. | ||
</ | |||
Kemudian ahli dunia memanfaatkan kebersihan kalbunya dan mereka berkata: “Sampaikan kepada al-Hafidz—yang termasuk penulis Risalah Nur—untuk melepaskan jubahnya sebelum ia disakiti dan dipaksa untuk melepaskannya. Juga, beritahukan kepada para jamaah agar mereka meninggalkan azan sir.”(*<ref>*Biasanya mereka mengumandangkan adzan syar’i (berbahasa arab) dengan suara sirr (sembunyi-sembunyi) dan mereka mengumandangkan adzan bid’ah (berbahasa Turki) dengan suara jahr (terang-terangan).</ref>)Orang tadi tidak mengetahui bahwa sangat berat bagi sosok seperti Mustafa Cavuş yang memiliki tingkat spiritual tinggi untuk menyampaikan berita tersebut. Namun ia sampaikan berita itu kepada sahabatnya. | |||
</ | |||
Pada malam itulah, tatkala tidur aku bermimpi menyaksikan tangan Mustafa Cavuş bernoda sementara ia berjalan di belakang seorang pejabat tinggi setempat. Mereka berdua bersama-sama memasuki kamarku. Pada hari berikutnya, aku berkata padanya, “Wahai saudaraku, Mustafa, siapa yang kau temui hari ini? Dalam mimpi aku melihat tanganmu bernoda seraya berjalan di belakang pejabat tinggi setempat.” Mendengar hal tersebut ia berkata, “Sungguh aku sangat menyesal. Ia telah memberiku sebuah berita yang kemudian aku sampaikan kepada al-Hafidz. Aku sama sekali tidak mengetahui kalau di balik itu ada rekayasa.” | |||
Selanjutnya pada hari itu pula, ia membawa minyak tanah ke masjid. Tapi tidak seperti biasanya, pintu masjid itu terus terbuka sehingga seekor kambing betina yang masih kecil bisa masuk ke dalam masjid dan mengotori satu tempat yang dekat dengan sajadahku. Lalu seseorang datang. Ia ingin membersihkan tempat yang kotor tadi. Di situ yang ia temukan hanyalah sebuah wadah minyak yang ia kira berisi air sehingga tanpa pikir panjang ia mulai menuangkan isi tempat tadi ke pojok masjid. Anehnya, ia sama sekali tidak mencium baunya. | |||
Seolah-olah masjid itu berkata kepada Mustafa Cavuş “Kami tidak lagi membutuhkan minyakmu. Engkau telah melakukan kesalahan besar.” Hal ini ditunjukkan oleh tidak terciumnya bau minyak, bahkan oleh ketidakhadiran Mustafa dalam shalat berjamaah pada sepanjang hari itu dan pada malam Jum’at yang penuh berkah padahal ia telah berupaya keras untuk hadir. Maka, ia pun menyatakan penyesalannya yang tulus kepada Allah. Ia terus meminta ampun kepada-Nya sehingga alhamdulillah, kalbunya kembali bersih. | |||
Dua sosok lainnya sama-sama bernama Mustafa. | |||
Pertama adalah Mustafa yang berasal dari desa Kuleonu. Ia termasuk murid yang sungguh-sungguh dan penting. Sementara yang satunya lagi adalah teman setianya, yaitu al-Hafidz Mustafa yang setia dan penuh pengorbanan.Aku telah memberitahu semua muridku untuk tidak datang mengunjungiku segera usai shalat Ied. Hal itu dimaksudkan agar pengabdian mereka pada al-Qur’an tidak melemah karena adanya pengawasan dan gangguan ahli dunia. Kecuali jika mereka datang sendiri-sendiri. Namun tiba-tiba aku dikagetkan oleh tiga orang yang datang mengunjungiku secara bersamaan di malam hari. Mere- ka memutuskan untuk pergi sebelum fajar tiba. Melihat kondisi yang ada, aku pun mengizinkan mereka untuk pergi. Namun aku, Sulaiman, dan Mustafa Cavuş tidak membuat siasat apa pun. Kami semua lupa karena masing-masing melepaskan tanggung jawab pada yang lain. Akhirnya, mereka pun meninggalkan kami sebelum fajar tiba. Tidak lama kemudian topan yang sangat keras menerpa mereka. Kami tak pernah melihat topan sekeras itu pada musim dingin ini. Dua jam telah berlalu. Kami sangat gelisah terhadap mereka. Menurut kami, mereka tidak akan selamat. Aku sangat sedih dengan apa yang menimpa mereka. Tak pernah aku sesedih itu sebelumnya. Kemudian, aku ingin mengutus Sulaiman—karena ia telah bertindak ceroboh—untuk mencari informasi tentang mereka seraya menginformasikan kepada kami tentang keselamatan dan sampai tidaknya mereka. Namun Mustafa Cavuş berkata, “Jika Sulaiman pergi, ia juga akan tertahan di sana tanpa bisa kembali. Aku pun demikian, dan Abdullah Cavuş juga akan mengikuti jejakku.” Karena itu, kami pun menyerahkan urusan tersebut kepada Allah Yang Mahatinggi dan Kuasa seraya berkata, “Kami bertawakkal kepada Allah dan kami serahkan urusan tersebut kepada-Nya.” | |||
'''Pertanyaan''' | |||
''' | Engkau menganggap semua musibah yang menimpa saudara dan teman-temanmu sebagai peringatan Tuhan dan tamparan teguran atas sikap futûr (lemah semangat) mereka dalam mengabdi pada al-Qur’an. Sementara, orang-orang yang menentang pengabdian tersebut dan memusuhi kalian bisa hidup dengan tenang dan aman. Mengapa para sahabat al-Qur’an mengalami tamparan sedangkan musuhnya tidak? | ||
'''Jawaban''' | |||
''' | Sebuah pepatah bijak berbunyi, “Kezaliman tidak akan aba- di, sementara kekufuran pasti abadi.” Dalam hal ini, kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang yang mengabdikan diri pada al-Qur’an berasal dari sikap zalim mereka terhadap pengabdian tersebut. Karena itu, mereka dengan cepat mendapatkan hukuman dan peringatan Tuhan. Mereka sadar jika memiliki akal sehat. | ||
Adapun tindakan musuh yang menjadi penghalang dari al- Qur’an dan menentang usaha pengabdian terhadap al-Qur’an—entah itu disadari atau tidak—berasal dari sikap kufur mereka. Dan karena kekufuran itu abadi, mereka tidak mendapatkan tamparan yang bersifat kontan dan cepat. | |||
Sama halnya dengan orang yang melakukan kesalahan kecil akan dihukum di daerah setempat. Sementara orang yang melakukan kejahatan besar akan digiring ke pengadilan tertinggi. | |||
Demikian pula dengan kesalahan kecil yang dilakukan oleh orang beriman dan sahabat al-Qur’an, mereka akan mendapatkan hukumannya di dunia untuk menghapus dan membersihkan kesalahan tadi. | |||
Sementara kejahatan kaum yang sesat sangatlah besar sehingga hukumannya tidak cukup kalau dilakukan di dunia yang singkat ini. Mereka ditunda ke alam baka dan dibawa ke pengadilan tertinggi di sana untuk mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Adil. Karena itu, pada umumnya mereka tidak menerima hukuman di dunia. | |||
< | Dalam hadis Nabi disebutkan: “Dunia merupakan penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.”(*<ref>*HR. Muslim, az-Zuhd, 1; at-Tirmidzi, az-Zuhd, 16; Ibnu Majah, az-Zuhd, 3; danAhmad, al-Musnad, 2/197, 323, 389, 485.</ref>)Ini menjadi petunjuk atas hakikat yang baru saja kami jelaskan. Yaitu bahwa orang mukmin mendapatkan bagian hukuman dari hasil kesalahannya di dunia, sehingga dunia merupakan tempat hukuman bagi mereka. Jadi, dunia ini bagaikan penjara dan neraka bagi orang mukmin dibandingkan dengan akhirat mereka yang ba- hagia. | ||
</ | |||
Adapun orang-orang kafir, karena mereka akan kekal di neraka, maka dunia bagi mereka bagaikan tempat yang sangat nikmat. Sebab, di sana mereka akan mendapatkan siksa akhirat. Selanjutnya, di dunia ini orang mukmin mendapatkan kenikmatan batin yang tidak didapat oleh manusia yang paling bahagia sekalipun. | |||
Pada hakikatnya, ia jauh lebih bahagia ketimbang orang kafir. Seolah-olah keimanan orang mukmin sama seperti surga batiniah yang terdapat dalam jiwanya. Sedangkan kekufuran orang kafir sama seperti neraka jahim. | |||
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ | سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ | ||
------ | ------ | ||
<center> [[Dokuzuncu Lem'a]] ⇐ [[Lem'alar]] | ⇒ [[On Birinci Lem'a]] </center> | <center> [[Dokuzuncu Lem'a/id|CAHAYA KESEMBILAN]] ⇐ | [[Lem'alar/id|Al-Lama’ât]] | ⇒ [[On Birinci Lem'a/id|CAHAYA KESEBELAS]] </center> | ||
------ | ------ | ||
düzenleme