İçeriğe atla

Onuncu Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"------ <center> CAHAYA KESEMBILAN ⇐ | Al-Lama’ât | ⇒ CAHAYA KESEBELAS </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("==Yang ke delapan==" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği
("------ <center> CAHAYA KESEMBILAN ⇐ | Al-Lama’ât | ⇒ CAHAYA KESEBELAS </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
 
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 20 değişikliği gösterilmiyor)
94. satır: 94. satır:


<span id="DOKUZUNCUSU"></span>
<span id="DOKUZUNCUSU"></span>
==Yang ke delapan==
==Yang kesembilan==


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
adalah “al-Hafidz Zuhdi Besar”. Ia bertugas mengawasi pekerjaan para murid Nur di daerah Aghrus. Namun sepertinya ia tidak merasa cukup dengan kedudukan yang tinggi dan mulia itu, padahal murid-murid Nur lainnya menikmati hal tersebut karena mereka mengikuti Sunnah dan menghindari bid’ah. Maka, ia pun kemudian berusaha mendapatkan kedudukan dari ahli dunia. Ia menerima tugas untuk mengajar bid’ah. Ia benar- benar melakukan suatu kesalahan dengan melanggar jalan kami, jalan Sunnah. Akhirnya ia mendapat tamparan yang sangat menakutkan. Ia dihadapkan pada sebuah insiden yang nyaris melenyapkan kehormatannya dan kehormatan keluarganya. Sangat disayangkan, insiden tersebut juga menimpa al-Hafidz Zuhdi Kecil, padahal ia tidak berhak menda- patkan tamparan itu. Semoga Allah menjadikan insiden yang menyakitkan tersebut layaknya operasi bedah yang bisa memalingkan kalbunya dari dunia dan mengembalikannya untuk mau mengabdi pada al-Qur’an.
Büyük Hâfız Zühdü’dür. Bu zat, Ağrus’taki Nur talebelerinin başında nâzırları hükmünde olduğu bir zaman, sünnet-i seniyeye ittiba ve bid’alardan içtinabı meslek ittihaz eden talebelerin manevî şerefini kâfi görmeyerek ve ehl-i dünyanın nazarında bir mevki kazanmak emeliyle mühim bir bid’anın muallimliğini deruhte etti. Tamamıyla mesleğimize zıt bir hata işledi. Pek müthiş bir şefkat tokadını yedi. Hanedanının şerefini zîr ü zeber edecek bir hâdiseye maruz kaldı. Fakat maatteessüf Küçük Hâfız Zühdü, hiç tokada istihkakı yokken, o elîm hâdise ona da temas etti. Belki inşâallah o hâdise, onun kalbini dünyadan kurtarıp tamamıyla Kur’an’a vermek için bir ameliyat-ı cerrahiye-i nâfia hükmüne geçer.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="ONUNCUSU"></span>
== ONUNCUSU ==
==Yang kesepuluh==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
adalah “al-Hafidz Ahmad”. Ia adalah orang yang menyalin beberapa risalah sekaligus mereguk cahayanya selama tiga tahun. Ia adalah orang yang tekun dan gemar beramal. Namun kemudian ia berinteraksi dengan ahli dunia dengan harapan bisa menangkal perbuatan buruk mereka dan bisa menyampaikan dakwah kepada mereka sehingga mendapat tempat di hati mereka. Pada waktu yang sama, dengan begitu ia juga ingin agar hidupnya yang sulit menjadi lapang. Akan tetapi, perhatiannya mulai berkurang dan mereka membuatnya sibuk dengan urusan ini. Ketika itulah, semangatnya dalam mengabdi kepada al-Qur’an melemah sehingga ia terkena dua tamparan sekaligus, yaitu:Pertama, keluarganya bertambah lima orang padahal kehidupannya sudah sempit sehingga ia betul-betul berada dalam kesulitan.
Hâfız Ahmed (rh) namında bir adamdır. Bu zat, risalelerin yazmasında iki üç sene teşvikkârane bir surette bulunuyordu ve istifade ediyordu. Sonra ehl-i dünya, zayıf bir damarından istifade etti. O şevk zedelendi. Ehl-i dünyaya temas etti. Belki o cihetle ehl-i dünyanın zararını görmesin hem onlara sözünü geçirsin ve bir nevi mevki kazansın ve dar olan maişetine bir suhulet olsun. İşte hizmet-i Kur’aniyeye o suretle, o yüzden gelen fütur ve zarara mukabil iki tokat yedi. Biri: Dar maişetiyle beraber beş nüfus daha ilâve edildi, perişaniyeti ehemmiyet kesbetti. İkinci tokat: Şeref ve haysiyet noktasında hassas ve hattâ bir tek adamın tenkit ve itirazını çekemeyen o zat, bilmeyerek bazı dessas insanlar onu öyle bir surette kendilerine perde ettiler ki şerefi zîr ü zeber oldu, yüzde doksanını kaybetti ve yüzde doksan adamı aleyhine çevirdi. Her ne ise… Allah affetsin, belki inşâallah bundan intibaha gelir, yine kısmen vazifesine döner.
Kedua, meskipun ia orang yang sangat sensitif dan tidak bisa bersabar dalam menerima ucapan seseorang, namun secara tidak disadari ia telah menjadi mediator bagi orang yang licik, sehingga ia kehilangan kehormatan sembilan puluh persen (90%). Banyak orang yang pergi meninggalkannya. Mereka memutuskan persahabatan dengannya bahkan memusuhinya. Namun demikian, kami berharap semoga Allah memberikan ampunan kepadanya. Kami juga berharap semoga ia diberi taufik untuk bisa sadar dari kelalaiannya serta kembali kepada tugasnya dalam mengabdi kepada al-Qur’an.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="ON_BİRİNCİSİ"></span>
== ON BİRİNCİSİ ==
==Yang kesebelas==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
tidak ditulis. Barangkali orangnya tidak rela.
Belki rızası yok diye yazılmadı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="ON_İKİNCİSİ"></span>
== ON İKİNCİSİ ==
==Yang kedua belas==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
adalah Muallim Ghalib.(*<ref>*Muallim Ahmad Ghalib adalah termasuk murid Nur generasi awal. Ia merupa- kan seorang kaligrafer sekaligus penyair. Ia memillki sebuah kumpulan syair yang ditulis dengan tulisan indah. Lahir di Yalwaj tahun 1900 dan meninggal dunia pada tahun 1940. Semoga Allah memberikan rahmat yang luas kepadanya.</ref>)Dengan tulus dan jujur, ia telah mengabdi dengan menyalin risalah-risalah yang ada. Ia tak pernah terlihat lemah dalam menghadapi kesulitan sebesar apa pun. Ia menghadiri sebagian besar pengajian dengan penuh perha- tian dan kecintaan. Ia juga menyalin berbagai risalah untuk dirinya sendiri. Sampai-sampai ia menyalin sendiri al-Kalimât dan al-Mak- tûbât dengan biaya senilai tiga puluh lira. Penyalinan tersebut sengaja dilakukan untuk menyebarluaskan risalah-risalah tersebut di kotanya sekaligus untuk membimbing teman-temannya. Namun setelah itu, ia mulai patah semangat. Ia tidak lagi menyebar-luaskan risalah seperti biasanya. Hal itu disebabkan oleh berbagai lintasan pikiran yang ada dalam dirinya. Akhirnya cahaya risalah tadi tidak lagi tampak. Di saat alpa itulah ia mengalami sebuah insiden yang sangat pedih. Dengan adanya insiden tersebut ia mendapat berbagai kerisauan selama satu tahun penuh. Ia menghadapi banyak sekali musuh yang zalim sebagai ganti dari segelintir pegawai yang memusuhinya ketika ia menyebarluaskan risalah. Ia pun kehilangan teman-teman yang ia cintai.
Muallim Galib’dir (rh). Evet bu zat, sadıkane ve takdirkârane, risalelerin tebyizinde çok hizmet etti ve hiçbir müşkülat karşısında zaaf göstermedi. Ekser günlerde geliyordu, kemal-i şevk ile dinliyordu ve istinsah ediyordu. Sonra kendine, otuz lira ücret mukabilinde umum Sözler’i ve Mektubat’ı yazdırdı. Onun maksadı, memleketinde neşretmek ve hem hemşehrilerini tenvir etmek idi. Sonra bazı düşünceler neticesinde risaleleri tasavvur ettiği gibi neşretmedi, sandığa bıraktı. Birden elîm bir hâdise yüzünden bir sene gam ve gussa çekti. Risalelerin neşri ile ona adâvet edecek resmî birkaç düşmanlara bedel; zalim, insafsız çok düşmanları buldu; bir kısım dostlarını kaybetti.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="ON_ÜÇÜNCÜSÜ"></span>
== ON ÜÇÜNCÜSÜ ==
==Yang ketiga belas==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
adalah “al-Hafidz Khalid”.(*<ref>*Nama lengkap dari al-Hafidz Khalid adalah Khalid Umar Lutfi Afandi. Ia terma- suk murid Nur generasi awal dan penulis risalah. Lahir tahun 1891 di Barla dan wafat tahun 1946 di Istanbul. Ia bertugas mengajar kemudian tugas tersebut ditinggalkan. Ia menjadi imam di salah satu masjid di Barla. Ustadz pernah mengirimkan risalah kepadanya yang berisi belasungkawa atas kematian anaknya, Anwar, di tahun 1930 setelah terkena penyakit batuk rejan di saat umurnya mendekati delapan tahun. Risalah tersebut dimasukkan ke dalam al-Maktûbât. Tepatnya surat ketujuh belas.</ref>)Ia akan menceritakan sendiri kejadian yang dialaminya sebagai berikut:Ketika aku menuliskan draf Risalah Nur dengan penuh semangat, ada lowongan pekerjaan, yaitu menjadi imam masjid di tempat kami. Ketika itu aku sangat berminat untuk mengenakan jubah dan serban intelektualku. Selama beberapa saat aku malas untuk melakukan tugas yang ada. Perhatian dan kecenderunganku untuk mengabdi kepada al-Qur’an mulai berkurang. Akibat kebodohanku, akhirnya kutinggalkan pekerjaan tersebut. Namun tiba-tiba aku mendapat tamparan kasih sayang. Meskipun mufti sudah seringkali berjanji dan aku telah menjalani tugas tersebut sejak kurang lebih sembilan bulan, namun aku tetap tidak bisa mengenakan jubah dan serban itu. Ketika itulah aku yakin bahwa tamparan tersebut diakibatkan oleh kelalaianku dalam mengabdi pada al-Qur’an. Padahal, ketika itu Ustadz sedang mengajarku dan aku sendiri sedang memiliki tugas menulis draf risalah. jadi, berhentinya aku dari pengabdian tersebut terutama dari menulis draf risalah telah menyulitkan mereka. Na- mun demikian, kami bersyukur kepada Allah yang telah membuat kami benar-benar memahami kelalaian kami serta membuat kami mengetahui mulianya pengabdian tersebut. Kami pun mempercayai guru mursyid seperti syekh Abdul Qadir al-Jailani sebagai pembantu kami layaknya malaikat penjaga.
Hâfız Hâlid’dir (rh). Kendisi der: Evet itiraf ediyorum, Üstadımın hizmet-i Kur’aniyede neşrettiği âsârın tesvidinde hararetli bir surette bulunduğum zaman mahallemizde bir cami imamlığı vardı. Eski kisve-i ilmiyemi, sarığı bağlamak niyetiyle muvakkaten o hizmete fütur verip, bilmeyerek çekildim. Maksadımın aksiyle şefkatli bir tokat yedim. Sekiz dokuz ay imamlık ettiğim halde, müftünün çok vaadlerine rağmen, fevkalâde bir surette sarığı saramadım. Şüphemiz kalmadı ki o kusurdan bu şefkatli tokat geldi. Ben Üstadımın hem bir muhatabı hem bir müsevvidi idim. Benim çekilmem ile tesvid hususunda sıkıntı çekmişti. Her ne ise… Yine şükür ki kusurumuzu anladık ve bu hizmetin de ne kadar kudsî olduğunu bildik ve Şah-ı Geylanî gibi arkamızda melek-i sıyanet gibi bir Üstad bulunduğuna itimat ettik.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hamba-Nya yang paling lemah
Ez’afü’l-ibad
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Hâfız Hâlid'''
'''Hâfız Hâlid'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="ON_DÖRDÜNCÜSÜ"></span>
== ON DÖRDÜNCÜSÜ ==
==Yang keempat belas==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
ada tiga tamparan kasih berskala kecil yang menimpa tiga orang yang semuanya bernama Mustafa.
Üç Mustafa’nın küçücük “üç tokat” yemeleridir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pertama adalah Mustafa Cavuş.(*<ref>*Nama sebenarnya dari Mustafa Cavuş adalah Hulusi Mustafa. Ia lahir pada tahun 1886. Kemudian mengabdi pada Ustadz Nursi di Barla dan pada tahun 1939 meninggal dunia dalam usia 57 tahun. Semoga Allah menyelimuti beliau dengan rahmat-Nya.</ref>)Ia bertugas mengabdi pada masjid kecil kami, menyediakan minyak untuk pemanas ruangannya, bahkan ia pula yang memberikan sekotak korek api untuk masjid. Ia mengabdi selama delapan tahun. Semua urusan di atas ia biayai dari hartanya sendiri, sebagaimana kita ketahui kemudian. Ia tidak pernah absen dalam shalat-shalat berjamaah. Apalagi di malam- malam yang penuh berkah, kecuali jika sangat terpaksa karena ada pekerjaan yang sangat penting.
'''Birincisi:''' Mustafa Çavuş (rh) sekiz senedir bizim hususi küçük camiye hem sobasına hem gaz yağına hem kibritine kadar hizmet ediyordu. Hattâ gaz yağını ve kibritini sekiz senedir kendi kesesinden sarf ettiğini sonra öğrendik. Cemaate, hususan cuma gecelerinde gayet zarurî bir iş olmayınca geri kalmıyordu.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kemudian ahli dunia memanfaatkan kebersihan kalbunya dan mereka berkata: “Sampaikan kepada al-Hafidz—yang termasuk penulis Risalah Nur—untuk melepaskan jubahnya sebelum ia disakiti dan dipaksa untuk melepaskannya. Juga, beritahukan kepada para jamaah agar mereka meninggalkan azan sir.”(*<ref>*Biasanya mereka mengumandangkan adzan syar’i (berbahasa arab) dengan suara sirr (sembunyi-sembunyi) dan mereka mengumandangkan adzan bid’ah (berbahasa Turki) dengan suara jahr (terang-terangan).</ref>)Orang tadi tidak mengetahui bahwa sangat berat bagi sosok seperti Mustafa Cavuş yang memiliki tingkat spiritual tinggi untuk menyampaikan berita tersebut. Namun ia sampaikan berita itu kepada sahabatnya.
Sonra ehl-i dünya onun safvet-i kalbinden istifade ederek dediler ki: “Sözler’in bir kâtibi olan Hâfız’ın sarığına ilişecekler. Hem gizli ezan, muvakkaten terk edilsin. Sen kâtibe söyle, cebir görmeden evvel sarığı çıkarsın.” O bilmiyordu ki hizmet-i Kur’aniyede bulunan birisinin sarığını çıkarmaya dair sözü tebliğ etmek, Mustafa Çavuş gibi yüksek ruhlulara pek ağırdır. Onların sözlerini tebliğ etmiş.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada malam itulah, tatkala tidur aku bermimpi menyaksikan tangan Mustafa Cavuş bernoda sementara ia berjalan di belakang seorang pejabat tinggi setempat. Mereka berdua bersama-sama memasuki kamarku. Pada hari berikutnya, aku berkata padanya, “Wahai saudaraku, Mustafa, siapa yang kau temui hari ini? Dalam mimpi aku melihat tanganmu bernoda seraya berjalan di belakang pejabat tinggi setempat.” Mendengar hal tersebut ia berkata, “Sungguh aku sangat menyesal. Ia telah memberiku sebuah berita yang kemudian aku sampaikan kepada al-Hafidz. Aku sama sekali tidak mengetahui kalau di balik itu ada rekayasa.”
O gece rüyada ben görüyordum ki Mustafa Çavuş’un elleri kirli, kaymakam arkasında olarak odama geldi. İkinci gün ona dedim: “Mustafa Çavuş, sen bugün kim ile görüştün? Seni elin mülevves bir surette kaymakamın arkasında gördüm.” Dedi: “Eyvah! Bana böyle bir söz, muhtar söyledi, kâtibe söyle. Ben arkasında ne olduğunu bilmedim.”
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selanjutnya pada hari itu pula, ia membawa minyak tanah ke masjid. Tapi tidak seperti biasanya, pintu masjid itu terus terbuka sehingga seekor kambing betina yang masih kecil bisa masuk ke dalam masjid dan mengotori satu tempat yang dekat dengan sajadahku. Lalu seseorang datang. Ia ingin membersihkan tempat yang kotor tadi. Di situ yang ia temukan hanyalah sebuah wadah minyak yang ia kira berisi air sehingga tanpa pikir panjang ia mulai menuangkan isi tempat tadi ke pojok masjid. Anehnya, ia sama sekali tidak mencium baunya.
Hem aynı günde bir okkaya yakın gaz yağını camiye getirmiş. Hiç vuku bulmayan, o gün kapı açık kalmış, bir keçi yavrusu içeriye girmiş, büyük bir adam gelmiş, keçi yavrusunun seccademe yakın bıraktığı muzahrefatı yıkamak için ibrikteki gaz yağını su zannedip bütün o gaz yağını temizlik yapıyorum diye caminin her tarafına serpmiş. Acayiptir ki kokusunu duymamış. Demek, o mescid lisan-ı hal ile Mustafa Çavuş’a diyor: “Senin gaz yağın bize lâzım değil. Ettiğin hata için gaz yağını kabul etmedim.” diye işaret vermek için o adama koku işittirilmedi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Seolah-olah masjid itu berkata kepada Mustafa Cavuş “Kami tidak lagi membutuhkan minyakmu. Engkau telah melakukan kesalahan besar.” Hal ini ditunjukkan oleh tidak terciumnya bau minyak, bahkan oleh ketidakhadiran Mustafa dalam shalat berjamaah pada sepanjang hari itu dan pada malam Jum’at yang penuh berkah padahal ia telah berupaya keras untuk hadir. Maka, ia pun menyatakan penyesalannya yang tulus kepada Allah. Ia terus meminta ampun kepada-Nya sehingga alhamdulillah, kalbunya kembali bersih.
Hattâ o hafta içinde cuma gecesinde ve birkaç mühim namazda, o kadar çalıştığı halde cemaate yetişemiyordu. '''Sonra ciddi bir nedamet, bir istiğfar ettikten sonra safvet-i asliyesini buldu.'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dua sosok lainnya sama-sama bernama Mustafa.
'''İkinci Mustafalar:''' Kuleönü’ndeki kıymettar, çalışkan mühim bir talebem olan Mustafa ile onun çok sadık ve fedakâr arkadaşı Hâfız Mustafa’dır (r.aleyhima). Ben bayramdan sonra, ehl-i dünya bize sıkıntı verip hizmet-i Kur’aniyeye fütur vermemek için şimdilik gelmesinler diye haber göndermiştim. Şayet gelecek olurlarsa birer birer gelsinler. Halbuki bunlar üç adam birden, bir gece geldiler. Fecirden evvel hava müsait ise gitmek niyet edildi. Hiç vuku bulmadığı bir tarzda hem Mustafa Çavuş hem Süleyman Efendi hem ben hem onlar, zâhir bir tedbiri düşünemedik, bize unutturuldu. Her birimiz ötekine bırakıp ihtiyatsızlık etti. Onlar fecirden evvel gittiler. Öyle bir fırtına onları iki saat mütemadiyen tokatladı ki bu fırtınadan kurtulmayacaklar diye telaş ettim. Şimdiye kadar bu kışta ne öyle bir fırtına olmuş ve ne de bu kadar kimseye acımıştım. Sonra Süleyman’ı, ihtiyatsızlığının cezası olarak arkalarından gönderip sıhhat ve selâmetlerini anlamak için gönderecektim. Mustafa Çavuş dedi: “O gitse o da kalacak. Ben de onun arkasından gidip aramak lâzım. Benim arkamdan da Abdullah Çavuş gelmek lâzım.” Bu hususta “Tevekkelnâ alallah” dedik, intizar ettik.
Pertama adalah Mustafa yang berasal dari desa Kuleonu. Ia termasuk murid yang sungguh-sungguh dan penting. Sementara yang satunya lagi adalah teman setianya, yaitu al-Hafidz Mustafa yang setia dan penuh pengorbanan.Aku telah memberitahu semua muridku untuk tidak datang mengunjungiku segera usai shalat Ied. Hal itu dimaksudkan agar pengabdian mereka pada al-Qur’an tidak melemah karena adanya pengawasan dan gangguan ahli dunia. Kecuali jika mereka datang sendiri-sendiri. Namun tiba-tiba aku dikagetkan oleh tiga orang yang datang mengunjungiku secara bersamaan di malam hari. Mere- ka memutuskan untuk pergi sebelum fajar tiba. Melihat kondisi yang ada, aku pun mengizinkan mereka untuk pergi. Namun aku, Sulaiman, dan Mustafa Cavuş tidak membuat siasat apa pun. Kami semua lupa karena masing-masing melepaskan tanggung jawab pada yang lain. Akhirnya, mereka pun meninggalkan kami sebelum fajar tiba. Tidak lama kemudian topan yang sangat keras menerpa mereka. Kami tak pernah melihat topan sekeras itu pada musim dingin ini. Dua jam telah berlalu. Kami sangat gelisah terhadap mereka. Menurut kami, mereka tidak akan selamat. Aku sangat sedih dengan apa yang menimpa mereka. Tak pernah aku sesedih itu sebelumnya. Kemudian, aku ingin mengutus Sulaiman—karena ia telah bertindak ceroboh—untuk mencari informasi tentang mereka seraya menginformasikan kepada kami tentang keselamatan dan sampai tidaknya mereka. Namun Mustafa Cavuş berkata, “Jika Sulaiman pergi, ia juga akan tertahan di sana tanpa bisa kembali. Aku pun demikian, dan Abdullah Cavuş juga akan mengikuti jejakku.” Karena itu, kami pun menyerahkan urusan tersebut kepada Allah Yang Mahatinggi dan Kuasa seraya berkata, “Kami bertawakkal kepada Allah dan kami serahkan urusan tersebut kepada-Nya.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Pertanyaan'''
'''Sual:''' Has dostlarınıza gelen musibetleri, tokat eseri deyip hizmet-i Kur’aniyede füturları cihetinde bir itab telakki ediyorsun. Halbuki size ve hizmet-i Kur’aniyeye hakiki düşmanlık edenler, selâmette kalıyorlar. Neden dosta tokat vuruluyor, düşmana ilişilmiyor?
Engkau menganggap semua musibah yang menimpa saudara dan teman-temanmu sebagai peringatan Tuhan dan tamparan teguran atas sikap futûr (lemah semangat) mereka dalam mengabdi pada al-Qur’an. Sementara, orang-orang yang menentang pengabdian tersebut dan memusuhi kalian bisa hidup dengan tenang dan aman. Mengapa para sahabat al-Qur’an mengalami tamparan sedangkan musuhnya tidak?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Jawaban'''
'''Elcevap:''' اَلظُّل۟مُ لَا يَدُومُ وَال۟كُف۟رُ يَدُومُ sırrınca dostların hataları, hizmetimizde bir nevi zulüm hükmüne geçtiği için çabuk çarpılıyor. Şefkatli tokat yer, aklı varsa intibaha gelir. Düşman ise hizmet-i Kur’aniyeye zıddiyeti, mümanaatı, dalalet hesabına geçer. Bilerek veya bilmeyerek hizmetimize tecavüzü, zındıka hesabına geçer. Küfür devam ettiği için onlar ekseriyetle çabuk tokat yemiyorlar.
Sebuah pepatah bijak berbunyi, “Kezaliman tidak akan aba- di, sementara kekufuran pasti abadi.” Dalam hal ini, kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang yang mengabdikan diri pada al-Qur’an berasal dari sikap zalim mereka terhadap pengabdian tersebut. Karena itu, mereka dengan cepat mendapatkan hukuman dan peringatan Tuhan. Mereka sadar jika memiliki akal sehat.
</div>
Adapun tindakan musuh yang menjadi penghalang dari al- Qur’an dan menentang usaha pengabdian terhadap al-Qur’an—entah itu disadari atau tidak—berasal dari sikap kufur mereka. Dan karena kekufuran itu abadi, mereka tidak mendapatkan tamparan yang bersifat kontan dan cepat.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sama halnya dengan orang yang melakukan kesalahan kecil akan dihukum di daerah setempat. Sementara orang yang melakukan kejahatan besar akan digiring ke pengadilan tertinggi.
Nasıl ki küçük kabahatleri işleyenlerin, nahiyelerde cezaları verilir. Büyük kabahatleri de büyük mahkemelere gönderilir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikian pula dengan kesalahan kecil yang dilakukan oleh orang beriman dan sahabat al-Qur’an, mereka akan mendapatkan hukumannya di dunia untuk menghapus dan membersihkan kesalahan tadi.
Öyle de ehl-i imanın ve has dostların hükmen küçük hataları, çabuk onları temizlemek için kısmen dünyada ve süraten verilir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sementara kejahatan kaum yang sesat sangatlah besar sehingga hukumannya tidak cukup kalau dilakukan di dunia yang singkat ini. Mereka ditunda ke alam baka dan dibawa ke pengadilan tertinggi di sana untuk mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Adil. Karena itu, pada umumnya mereka tidak menerima hukuman di dunia.
Ehl-i dalaletin cinayetleri, o kadar büyüktür ki kısacık hayat-ı dünyeviyeye cezaları sığışmadığından, mukteza-yı adalet olarak âlem-i bekadaki mahkeme-i kübraya havale edildiği için ekseriyetle burada cezaya çarpılmıyorlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dalam hadis Nabi disebutkan: “Dunia merupakan penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.”(*<ref>*HR. Muslim, az-Zuhd, 1; at-Tirmidzi, az-Zuhd, 16; Ibnu Majah, az-Zuhd, 3; danAhmad, al-Musnad, 2/197, 323, 389, 485.</ref>)Ini menjadi petunjuk atas hakikat yang baru saja kami jelaskan. Yaitu bahwa orang mukmin mendapatkan bagian hukuman dari hasil kesalahannya di dunia, sehingga dunia merupakan tempat hukuman bagi mereka. Jadi, dunia ini bagaikan penjara dan neraka bagi orang mukmin dibandingkan dengan akhirat mereka yang ba- hagia.
İşte hadîs-i şerifte اَلدُّن۟يَا سِج۟نُ ال۟مُؤ۟مِنِ وَجَنَّةُ ال۟كَافِرِ mezkûr hakikate dahi işaret ediyor. Yani dünyada şu mü’min, kısmen kusuratından cezasını gördüğü için dünya onun hakkında bir dâr-ı cezadır. Dünya, onların saadetli âhiretlerine nisbeten bir zindan ve cehennemdir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun orang-orang kafir, karena mereka akan kekal di neraka, maka dunia bagi mereka bagaikan tempat yang sangat nikmat. Sebab, di sana mereka akan mendapatkan siksa akhirat. Selanjutnya, di dunia ini orang mukmin mendapatkan kenikmatan batin yang tidak didapat oleh manusia yang paling bahagia sekalipun.
Ve kâfirler madem cehennemden çıkmayacaklar. Hasenatlarının mükâfatlarını kısmen dünyada gördükleri ve büyük seyyiatları tehir edildiği cihetle, onların âhiretine nisbeten dünya, cennetleridir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada hakikatnya, ia jauh lebih bahagia ketimbang orang kafir. Seolah-olah keimanan orang mukmin sama seperti surga batiniah yang terdapat dalam jiwanya. Sedangkan kekufuran orang kafir sama seperti neraka jahim.
Yoksa mü’min bu dünyada dahi kâfirden manen ve hakikat nokta-i nazarında çok ziyade mesuddur. Âdeta mü’minin imanı, mü’minin ruhunda bir cennet-i maneviye hükmüne geçiyor; kâfirin küfrü, kâfirin mahiyetinde manevî bir cehennemi ateşlendiriyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
------
------
<center> [[Dokuzuncu Lem'a]] ⇐ [[Lem'alar]] | ⇒ [[On Birinci Lem'a]] </center>
<center> [[Dokuzuncu Lem'a/id|CAHAYA KESEMBILAN]] ⇐ | [[Lem'alar/id|Al-Lama’ât]] | ⇒ [[On Birinci Lem'a/id|CAHAYA KESEBELAS]] </center>
------
------
</div>