İçeriğe atla

On Üçüncü Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"===Pertanyaan Pertama:===" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Jawaban: Pada isyarat-isyarat sebelumnya, terutama isyarat kesebelas dengan jelas dapat dipahami bahwa dosa kekufuran dan kesesatan merupakan kriminal yang tak terbatas dan pelanggaran terhadap hak makhluk yang tak terhingga." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("===Pertanyaan Pertama:===" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
264. satır: 264. satır:
Mengapa dalam agama disebutkan bahwa neraka jahannam merupakan balasan bagi suatu perbuatan, sementara surga merupakan karunia ilahi? Apa hikmah di baliknya?
Mengapa dalam agama disebutkan bahwa neraka jahannam merupakan balasan bagi suatu perbuatan, sementara surga merupakan karunia ilahi? Apa hikmah di baliknya?


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jawaban: Pada isyarat-isyarat sebelumnya telah jelas bahwa sebagaimana manusia menjadi penyebab perusakan yang besar dan kejahatan yang banyak dengan kehendaknya yang terbatas dan usahanya yang minim. Begitu juga hawa nafsu manusia selalu condong kepada bahaya dan keburukan. Atas dasar itulah manusia bertanggung jawab atas semua kejahatan yang bersumber dari usahanya tadi. Sebab, hawa nafsunya yang menginginkan dan amal perbuatannya sendiri yang menjadi penyebab. Juga, karena keburukan pada dasarnya tidak ada namun manusialah yang kemudian melakukannya. Akibatnya, Allah pun mewujudkannya dan manusia layak untuk ber- tanggung jawab atas kejahatan yang tak terbatas itu dengan mendapat siksa yang tak terbatas pula.
'''Elcevap:''' Sâbık işaretlerde tebeyyün etti ki insan, icadsız bir cüz-i ihtiyarî ile ve cüz’î bir kesb ile bir emr-i ademî veya bir emr-i itibarî teşkil ile ve sübut vermekle müthiş tahribata ve şerlere sebebiyet verdiği gibi; nefsi ve hevası daima şerlere ve zararlara meyyal olduğu için o küçük kesbin neticesinden hasıl olan seyyiatın mes’uliyetini, o çeker. Çünkü onun nefsi istedi ve kendi kesbiyle sebebiyet verdi. Ve şer ademî olduğu için abd ona fâil oldu. Cenab-ı Hak da halk etti. Elbette o hadsiz cinayetin mes’uliyetini, nihayetsiz bir azap ile çekmeye müstahak olur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun amal kebaikan bersifat eksis, maka ia sebenarnya tidak terwujud berkat usaha dan perbuatan manusia. Manusia bukanlah pelaku hakiki dari kebaikan tersebut. Sebab, nafsu ammârah tidaklah cenderung kepada kebaikan. Tetapi rahmat Ilahi yang menginginkan kebaikan tersebut serta kekuasaan Tuhanlah yang menciptakannya. Manusia hanya bisa menjadi pemilik dari kebaikan-kebaikan lewat keimanan, kemauan, dan niat yang tulus. Adapun sesudah dimiliki, amal-amal kebaikan tersebut sesungguhnya merupakan wujud rasa syukur terhadap nikmat Tuhan yang tak ternilai yang diberikan kepada manusia, terutama nikmat keberadaannya di dunia dan nikmat iman. Artinya, amal-amal kebaikan tersebut merupakan wujud rasa syukur atas nikmat-nikmat sebelumnya. Karena itu, surga yang Allah janjikan kepada hamba-Nya merupakan karunia tulus dari Tuhan. Meskipun secara lahiriah seolah-olah ia merupakan balasan atau upah bagi seorang mukmin, namun sebenarnya ia merupakan karunia Allah.
Amma hasenat ve hayrat ise mademki vücudîdirler, kesb-i insanî ve cüz-i ihtiyarî onlara illet-i mûcide olamaz. İnsan, onda hakiki fâil olamaz. Ve nefs-i emmaresi de hasenata taraftar değildir, belki rahmet-i İlahiye onları ister ve kudret-i Rabbaniye icad eder. Yalnız insan, iman ile arzu ile niyet ile sahip olabilir. Ve sahip olduktan sonra, o hasenat ise ona evvelce verilmiş olan vücud ve iman nimetleri gibi sâbık hadsiz niam-ı İlahiyeye bir şükürdür, geçmiş nimetlere bakar. Vaad-i İlahî ile verilecek cennet ise fazl-ı Rahmanî ile verilir. Zâhirde bir mükâfattır, hakikatte fazıldır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dengan begitu, nafsu manusia yang menjadi penyebab adanya keburukan layak mendapat balasan. Adapun amal-amal kebaikan, karena ia terwujud berkat Allah dan berasal dari-Nya, sementara manusia memilikinya dengan modal iman semata, maka ia tak bisa menuntut upah dari amal tersebut. Yang bisa ia lakukan hanyalah mengharap karunia Allah.
Demek seyyiatta sebep, nefistir; mücazata bizzat müstahaktır. Hasenatta ise sebep Hak’tandır, illet de Hak’tandır. Yalnız, insan iman ile tesahub eder. “Mükâfatını isterim.” diyemez “Fazlını beklerim.” diyebilir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">