İçeriğe atla

On Yedinci Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

8.088 bayt eklendi ,  17.47 Pazartesi günü
"------ <center> CAHAYA KEENAM BELAS ⇐ | Al-Lama’ât | ⇒ CAHAYA KEDELAPAN BELAS </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Wahai Barat kedua yang rusak, engkau bersandar pada pilar-pilar yang rapuh. Engkau berpendapat bahwa setiap makhluk hidup berhak mengatur dirinya sendiri, mulai dari malaikat yang paling besar hingga ikan yang paling kecil. Masing-masing berbuat hanya untuk dirinya sendiri. Seseorang berusaha hanya untuk pribadinya sendiri. Karena itu, ia memiliki hak untuk hidup. Yang menjadi per- hatian dan tujuan utamanya adalah bagaimana agar hidupnya tetap abadi. La..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("------ <center> CAHAYA KEENAM BELAS ⇐ | Al-Lama’ât | ⇒ CAHAYA KEDELAPAN BELAS </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği
 
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 158 değişikliği gösterilmiyor)
84. satır: 84. satır:
Wahai Barat kedua yang rusak, engkau bersandar pada pilar-pilar yang rapuh. Engkau berpendapat bahwa setiap makhluk hidup berhak mengatur dirinya sendiri, mulai dari malaikat yang paling besar hingga ikan yang paling kecil. Masing-masing berbuat hanya untuk dirinya sendiri. Seseorang berusaha hanya untuk pribadinya sendiri. Karena itu, ia memiliki hak untuk hidup. Yang menjadi per- hatian dan tujuan utamanya adalah bagaimana agar hidupnya tetap abadi. Lalu engkau juga melihat hukum kerjasama yang terjadi di antara makhluk yang sebetulnya merupakan bentuk kepatuhan kepada perintah Tuhan yang sangat jelas tampak di seluruh pelosok alam— seperti tumbuhan yang disediakan untuk hewan dan hewan yang disediakan untuk manusia—sayangnya sunnatullah dan wujud kasih sayang yang berasal dari adanya kerjasama umum itu engkau anggap sebagai permusuhan dan pertarungan. Sehingga dengan sangat dungu engkau menetapkan hidup ini sebagai ajang pertarungan.
Wahai Barat kedua yang rusak, engkau bersandar pada pilar-pilar yang rapuh. Engkau berpendapat bahwa setiap makhluk hidup berhak mengatur dirinya sendiri, mulai dari malaikat yang paling besar hingga ikan yang paling kecil. Masing-masing berbuat hanya untuk dirinya sendiri. Seseorang berusaha hanya untuk pribadinya sendiri. Karena itu, ia memiliki hak untuk hidup. Yang menjadi per- hatian dan tujuan utamanya adalah bagaimana agar hidupnya tetap abadi. Lalu engkau juga melihat hukum kerjasama yang terjadi di antara makhluk yang sebetulnya merupakan bentuk kepatuhan kepada perintah Tuhan yang sangat jelas tampak di seluruh pelosok alam— seperti tumbuhan yang disediakan untuk hewan dan hewan yang disediakan untuk manusia—sayangnya sunnatullah dan wujud kasih sayang yang berasal dari adanya kerjasama umum itu engkau anggap sebagai permusuhan dan pertarungan. Sehingga dengan sangat dungu engkau menetapkan hidup ini sebagai ajang pertarungan.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Luar biasa! Bagaimana mungkin makanan yang dengan penuh kasih disediakan untuk memberi nutrisi kepada sel-sel tubuh dianggap sebagai pertarungan? Sebaliknya, ia justru merupakan sebuah bentuk tolong-menolong yang berlangsung atas perintah Tuhan Yang Mahabijak dan Mulia.
Acaba o düstur-u teavünün cilvesinden olan zerrat-ı taamiyenin, kemal-i şevk ile beden hüceyrelerinin gıdalandırılması için koşmaları nasıl cidaldir? Nasıl bir çarpışmaktır? Belki o imdat ve o koşmak, Kerîm bir Rabb’in emriyle bir teavündür.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Keyakinanmu bahwa “setiap sesuatu berkuasa atas dirinya sendiri” jelas salah. Bukti paling nyata yang menunjukkan hal itu adalah bahwa makhluk yang paling utama dan memiliki kehendak paling luas adalah manusia. Meskipun begitu ia tetap tidak memiliki kuasa dan kehendak atas beberapa perbuatan lahiriahnya yang paling kelihatan, seperti makan, berbicara, dan berpikir, kecuali hanya satu persen dan itu pun masih tidak jelas. Jika demikian, bagaimana dengan makhluk yang tidak berkuasa atas satu persen perbuatan lahiriahnya, apakah ia berkuasa mengatur dirinya?! Kalau manusia sebagai makhluk yang paling mulia dan paling memiliki kehendak luas masih terbelenggu, dalam arti tidak memiliki kepemilikan yang hakiki serta tidak berkuasa penuh, apalagi dengan hewan dan tumbuhan? Bukankah orang yang menyatakan bahwa hewan berkuasa atas kendali dirinya lebih sesat ketimbang binatang ternak dan lebih tidak berperasaan ketimbang tumbuhan?
Hem çürük bir esasın: “Her şey kendi nefsine mâliktir.” diyorsun. Hiçbir şey kendi nefsine mâlik olmadığına kat’î bir delil şudur ki: Esbabın içinde en eşrefi ve ihtiyar noktasında en geniş iradelisi, insandır. Halbuki bu insanın düşünmek, söylemek ve yemek gibi en zâhir ef’al-i ihtiyariyesinden yüz cüzünden onun dest-i ihtiyarına verilen ve daire-i iktidarına giren yalnız meşkuk tek bir cüzdür. Böyle en zâhir fiilin yüz cüzünden bir cüzüne mâlik olmayan, nasıl kendine mâliktir denilir? Böyle en eşref ve ihtiyarı en geniş, bu derece hakiki tasarruftan ve temellükten eli bağlanmış bulunsa “Sair hayvanat ve cemadat kendi kendine mâliktir.” diyen, hayvandan daha ziyade hayvan ve cemadattan daha ziyade camid ve şuursuz olduğunu ispat eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai Barat, yang membuatmu terjerumus ke dalam kesalahan memalukan itu adalah kecerdasanmu yang sangat memprihatinkan. Dengan kecerdasan tersebut engkau telah melupakan Tuhan dan Pencipta segala sesuatu. Sebab, engkau menyandarkan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang menakjubkan kepada sebab dan kepada alam. Dan engkau telah membagi kekuasaan Sang Pencipta Yang Mulia itu kepada para tagut yang dijadikan sesembahan selain-Nya. Dengan kerangka berpikir semacam itu, setiap makhluk hidup dan setiap manusia memerangi sendiri para musuh yang tak terhitung banyaknya, serta memperoleh sendiri berbagai kebutuhan yang tak terbatas lewat kemampuannya yang kecil seperti atom, lewat kehendaknya yang seperti helai rambut, lewat perasaannya yang seperti kilau ca- haya yang segera hilang, lewat kehidupannya yang seperti nyala api yang cepat padam, serta lewat umurnya yang seperti satu menit ber- lalu. Padahal, semua yang ada di tangannya tak memadai meskipun untuk sekadar memenuhi salah satu kebutuhannya. Maka ketika misalnya ia terkena suatu penyakit, ia hanya akan mengharap obat atas penyakitnya itu dari sebab-sebab yang tuli ini. Sehingga benarlah apa yang dikatakan oleh al-Qur’an: “Dan permohonan orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka. (QS. ar-Ra’ad [13]: 14)
Seni bu hataya atıp bu vartaya düşüren, bir gözlü dehandır. Yani hârika, menhus zekândır. O kör dehan ile her şeyin Hâlık’ı olan Rabb’i­ni unuttun, mevhum bir tabiata isnad ettin, âsârını esbaba verdin, o Hâlık’ın malını bâtıl mabud olan tağutlara taksim ettin. Şu noktada ve o dehan nazarında her zîhayat, her bir insan, tek başıyla hadsiz a’daya karşı mukavemet etmek ve nihayetsiz hâcatın tahsiline çabalamak lâzım geliyor. Ve zerre gibi bir iktidar, ince tel gibi bir ihtiyar, zâil lem’a gibi bir şuur, çabuk söner şule gibi bir hayat, çabuk geçer dakika gibi bir ömür ile o hadsiz a’daya ve hâcata karşı dayanmaya mecbur oluyor. Halbuki o bîçare zîhayatın sermayesi, binler matlublarından birisine kâfi gelmiyor. Musibete giriftar olduğu zaman; sağır, kör esbabdan başka derdine derman beklemiyor وَمَا دُعَٓاءُ ال۟كَافِرٖينَ اِلَّا فٖى ضَلَالٍ sırrına mazhar oluyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kecerdasanmu yang gelap itu telah mengubah siangnya umat manusia manjadi malam pekat yang diselimuti oleh berbagai kelaliman. Lalu engkau ingin menerangi kegelapan yang menakutkan itu dengan lampu-lampu tipuan yang bersifat sementara. Lampu-lampu tersebut tidak tersenyum kepada manusia. Tetapi ia justru menghina dan meremehkan manusia lewat tawa yang keluar dari mulutnya secara bodoh. Ia berkutat dalam lumpur yang menyakitkan dan menyedihkan.
Senin karanlıklı dehan, nev-i beşerin gündüzünü geceye kalbetmiş. Yalnız o sıkıntılı, zulümlü ve zulmetli geceye ısındırmak için yalancı, muvakkat lambalarla tenvir ettin. O lambalar sürur ile beşerin yüzüne tebessüm etmiyorlar. Belki beşerin ağlanacak acı hallerindeki eblehane gülmesine, o ışıklar müstehziyane gülüp eğleniyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dalam pandangan murid-muridmu, setiap makhluk hidup berada dalam kondisi yang malang dan diuji oleh berbagai musibah yang berasal dari serangan orang-orang lalim. Dunia ibarat kerumunan orang yang sedang berduka. Suara yang terdengar darinya berupa ucapan bela sungkawa, rintihan kesakitan, dan tangisan anak-anak yatim.
Her bir zîhayat senin şakirdlerin nazarında zalimlerin hücumuna maruz, miskin birer musibetzededirler. Dünya bir matemhane-i umumiyedir. Dünyadaki sadâlar ölümlerden, elemlerden gelen vaveylâlardır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Orang yang menerima pelajaran darimu dan meminta petunjukmu menjadi “sosok Firaun” yang kejam. Bahkan ia adalah seorang Firaun yang hina, sebab ia menyembah sesuatu yang paling rendah dan menjadikan setiap yang bermanfaat sebagai tuhannya.
Senden tam ders alan şakirdin, bir firavun olur fakat en hasis şeye ibadet eden ve menfaat gördüğü her şeyi, kendine rab telakki eden bir firavun-u zelildir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Muridmu itu juga adalah “sosok pembangkang”. Tetapi ia adalah pembangkang yang malang. Sebab, demi sebuah kenikmatan yang tak ada artinya ia menciumi kaki setan, dan demi sebuah manfaat yang sedikit ia rela merendahkan diri.
Hem senin şakirdin mütemerriddir fakat bir lezzeti için nihayet zilleti kabul eden miskin bir mütemerriddir. Hasis bir menfaat için şeytanın ayağını öper derecede alçaklık gösterir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia adalah “sosok yang bengis”. Tetapi di balik kebengisannya sebetulnya ia lemah. Sebab, di dalam kalbunya ia tak memiliki tempat untuk bersandar.
Hem cebbardır fakat kalbinde bir nokta-i istinad bulamadığı için zatında gayet âciz bir cebbar-ı hodfüruştur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Yang menjadi kecenderungan dan perhatian utama muridmu adalah bagaimana memenuhi selera dan hawa nafsunya. Bahkan ia merupakan pembuat makar yang mencari keuntungan pribadi di balik nasionalisme dan pengorbanan. Dengan makar dan kebusukannya, ia menuruti ketamakan dan kerakusannya. Yang ia cintai hanyalah dirinya sendiri. Bahkan untuk itu ia mau mengorbankan segala sesuatu.
O şakirdin gaye-i himmeti, hevesat-ı nefsaniyeyi tatmin ve hamiyet ve fedakârlık perdesi altında kendi menfaat-i nefsini arayan ve hırs ve gururunu teskin etmeye çalışan bir dessastır. Nefsinden başka ciddi olarak hiçbir şeyi sevmiyor. Her şeyi nefsine feda ediyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun murid al-Qur’an yang ikhlas dan tulus, ia adalah “sosok hamba”. Tetapi ia adalah hamba yang tidak mengabdi pada makhluk yang paling besar sekalipun. Ia merupakan hamba yang mulia. Ia tidak mau menjadikan surga—kenikmatan yang agung itu—sebagai tujuannya. Sebab ia telah menghambakan diri kepada Allah . Ia sosok yang “lemah lembut”.
Amma Kur’an’ın hâlis ve tam şakirdi ise bir abddir fakat a’zam-ı mahlukata karşı da ubudiyete tenezzül etmez ve cennet gibi en büyük ve a’zam bir menfaati gaye-i ubudiyet yapmaz bir abd-i azizdir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tetapi ia tidak mau menghinakan diri kepada selain Tuhannya dan kepada selain perintah-Nya. Ia adalah pemilik tujuan luhur dan tekad yang jujur.
Hem halîm selimdir fakat Fâtır-ı Zülcelal’inden başkasına, izni ve emri olmadan tezellüle tenezzül etmez bir halîm-i âlîhimmettir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia “sosok yang miskin”. Tetapi di balik kemiskinannya ia tidak membutuhkan segala sesuatu karena merasa cukup dengan pahala besar yang Allah sediakan untuknya.
Hem fakirdir fakat onun Mâlik-i Kerîm’i ona ileride iddihar ettiği mükâfat ile bir fakir-i müstağnidir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia juga “sosok yang lemah”. Namun ia bersandar pada kekuatan Majikan yang bersifat mutlak. Murid al-Qur’an yang tulus itu tidak mau menjadikan surga sebagai tujuan utamanya.
Hem zayıftır fakat kudreti nihayetsiz olan Seyyid’inin kuvvetine istinad eden bir zayıf-ı kavîdir ki Kur’an, hakiki bir şakirdine cennet-i ebediyeyi dahi gaye-i maksat yaptırmadığı halde; bu zâil, fâni dünyayı ona gaye-i maksat hiç yapar mı?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Apalagi dengan dunia yang fana ini. Dari sini, pahamilah perbedaan kedua murid tersebut!
İşte iki şakirdin himmetlerinin ne derece birbirinden farklı olduğunu anla!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikian pula kalian bisa mengukur jauhnya perbedaan antara para murid filsafat yang sakit itu dan para murid al-Qur’an yang bijak dari sisi pengorbanan mereka masing-masing sebagai berikut:
Hem felsefe-i sakîmenin şakirdleriyle Kur’an-ı Hakîm’in tilmizlerinin hamiyetkârlık ve fedakârlıklarını bununla muvazene edebilirsiniz. Şöyle ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Murid filsafat Barat tersebut menjauh dari saudaranya karena lebih mementingkan dirinya sendiri. Bahkan sesudah itu ia memberikan tuduhan buruk kepada saudaranya tadi.
Felsefenin şakirdi, kendi nefsi için kardeşinden kaçar, onun aleyhinde dava açar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun murid al- Qur’an, ia melihat semua hamba Allah yang saleh yang berada di muka bumi ini sebagai saudara baginya. Dari relung-relung jiwanya muncul rasa rindu yang menariknya untuk mendekat kepada mere- ka. Lalu ia mendoakan mereka secara tulus, bersumber dari kalbunya yang tulus dengan mengucapkan‘Ya Allah, ampunilah kaum beriman, baik yang laki-laki maupun yang perempuan’. Ia turut bahagia dengan bahagianya mereka. Bahkan ia me- mandang benda-benda agung seperti arasy dan matahari sebagai makhluk yang diperintah dan ditundukkan sepertinya.
Kur’an’ın şakirdi ise semavat ve arzdaki umum salih ibadı kendine kardeş telakki ederek, gayet samimi bir surette onlara dua eder ve saadetleriyle mesud oluyor ve ruhunda şedit bir alâkayı onlara karşı hisseder ki duasında اَللّٰهُمَّ اغ۟فِر۟ لِل۟مُؤ۟مِنٖينَ وَال۟مُؤ۟مِنَاتِ der. Hem en büyük şey olan arş ve şemsi, musahhar birer memur ve kendi gibi bir abd, bir mahluk telakki eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lalu engkau bisa mengukur ketinggian dan kelapangan jiwa kedua murid tersebut dengan penjelasan berikut:
Hem iki şakirdin ulviyet ve inbisat-ı ruhlarını bundan kıyas et ki Kur’an, kendi şakirdlerinin ruhuna öyle bir inbisat ve ulviyet verir ki doksan dokuz taneli tesbihe bedel, doksan dokuz esma-i İlahiyenin cilvelerini gösteren doksan dokuz âlemlerin zerratını, birer tesbih taneleri olarak şakirdlerinin ellerine verir. “Evradlarınızı bununla okuyunuz.” der. İşte Kur’an’ın tilmizlerinden Şah-ı Geylanî, Rufaî, Şazelî (r.anhüm) gibi şakirdleri, virdlerini okudukları vakit dinle, bak! Ellerinde silsile-i zerratı, katarat adetlerini, mahlukatın aded-i enfasını tutmuşlar, onunla evradlarını okuyorlar. Cenab-ı Hakk’ı zikir ve tesbih ediyorlar.
Al-Qur’an al-Karim memberikan ketinggian dan kelapangan jiwa kepada para muridnya. Sebab, sebagai ganti dari sembilan puluh sembilan butiran tasbih—sebuah rangkaian yang tersusun dari biji-biji itu—diberikan ke tangan mereka sembilan puluh sembilan alam wujud yang memperlihatkan sembilan puluh sembilan nama-nama-Nya yang mulia seraya berkata, “Bacalah wirid-wiridmu dengan rangkaian tasbih itu!” Sesuai dengan perannya, mereka pun membaca wirid-wirid mereka dengan tasbih itu dan mereka mengingat Tuhan mereka dengan bilangannya yang tak terbatas.Engkau bisa melihat para murid al-Qur’an yang terdiri dari para wali saleh semacam syekh Abdul Qadir al-Jailani, syekh ar-Rifâ’i,(*<ref>*ar-Rifâ’i (512 – 518 H). Nama lengkapnya Ahmad ibn Ali ibn Yahya ar-Rifâ’i, Abul Abbas. Ia adalah seorang imam yang zuhud. Pendiri tarekat ar-Rifâ’iyyah. Ia lahir di Desa Hasan, daerah Wâsith, Irak pada tahun 512 H. Ia belajar ilmu agama dan akhlak di daerah Wâsith. Ia tinggal di kampung Ummu Ubaidah yang terletak di Bathâih (antara Wâsith dan Basrah), dan juga wafat di sana pada tahun 578 H.</ref>)dan syekh asy-Syâdzili,(*<ref>*asy-Syâdzili (591 – 656 H). Nama lengkapnya Ali ibn Abdullah ibn Abdul Jabbâr asy-Syâdzili. Syâzilah adalah nama sebuah desa di Afrika. Ia adalah orang yang buta, zuhud, pendatang di Iskandaria, pembimbing spiritual kelompok asy-Syâdziliyah, dan penulis wirid yang berjudul “Hizb asy-Syâdziliyah”.</ref>)lalu dengarkanlah bacaan wirid mereka. Lihatlah bagaimana tangan mereka memegang rangkaian tasbih lalu mereka mengingat Allah, bertasbih, dan mensucikan-Nya.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Perhatikan bagaimana manusia yang kurus dan kecil itu, yang bisa dikalahkan oleh mikroba paling kecil dan oleh derita yang paling ringan, bisa naik menjadi tinggi. Perhatikan bagaimana ia bisa menjadi mulia lewat didikan al-Qur’an yang luar biasa sehingga jiwanya menjadi lapang dan bersinar berkat limpahan petunjuk al-Qur’an. Karena itu, ia menganggap kecil entitas alam yang paling besar sekalipun dengan tidak menjadikannya sebagai tasbih wirid-wiridnya. Bahkan ia tidak mau menjadikan surga yang besar itu sebagai tujuan zikirnya kepada Allah . Meskipun pada waktu yang sama, ia tidak merasa dirinya lebih mulia dari makhluk Allah yang paling rendah sekalipun. Ia sisipkan sikap tawadhu di dalam kemuliaannya. Dari sini, engkau bisa menilai hinanya para murid filsafat Barat itu.
İşte Kur’an-ı Mu’cizü’l-Beyan’ın mu’cizane terbiyesine bak ki nasıl edna bir kederle ve küçük bir gam ile başı dönüp sersemleşen ve küçük bir mikroba mağlup olan bu küçük insan, terbiye-i Kur’an ile ne kadar teali ediyor. Ve ne derece letaifi inbisat eder ki koca dünya mevcudatını, virdine tesbih olmakta kısa görüyor. Ve cenneti zikir ve virdine gaye olmakta az gördüğü halde, kendi nefsini Cenab-ı Hakk’ın edna bir mahlukunun üstünde büyük tutmuyor. Nihayet izzet içinde, nihayet tevazuu cem’ediyor. Felsefe şakirdlerinin buna nisbeten ne derece pest ve aşağı olduğunu kıyas edebilirsin.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, berbagai hakikat yang dilihat oleh filsafat Barat sebagai sesuatu yang kabur dan palsu dapat dilihat oleh petunjuk al- Qur’an secara sangat jelas. Cahaya itulah yang melihat dua alam itu sekaligus dengan dua mata yang terang dan tembus ke alam gaib. Dan dengan dua tangannya ia menunjukkan dua kebahagiaan seraya bersabda kepada umat manusia:
İşte felsefe-i sakîme-i Avrupaiyeden yekçeşm olan dehasının yanlış gördüğü hakikatleri; iki cihana bakan, gayb-aşina parlak iki gözü ile iki âleme nazar eden, beşer için iki saadete iki eliyle işaret eden hüda-yı Kur’anî der ki: Ey insan! Senin elinde bulunan nefis ve malın senin mülkün değil belki sana emanettir. O emanetin mâliki, her şeye kadîr, her şeyi bilir bir Rahîm-i Kerîm’dir. O senin yanındaki mülkünü senden satın almak istiyor. Tâ senin için muhafaza etsin, zayi olmasın. İleride mühim bir fiyat sana verecek. Sen muvazzaf ve memur bir askersin. Onun namıyla çalış ve hesabıyla amel et. Odur ki muhtaç olduğun şeyleri sana rızık olarak gönderiyor ve senin tâkatin yetmediği şeylerden seni muhafaza eder.
Wahai manusia, jiwa dan harta yang kalian miliki sebetulnya bukan merupakan milk kalian. Tetapi ia merupakan amanat yang ada padamu. Pemilik amanat tersebut Maha Berkuasa atas segala sesuatu, Maha Mengetahui segala sesuatu, serta Maha Menyayangi dan Maha Mulia. Dia membeli milik-Nya darimu untuk dijaga agar tidak hilang di tanganmu. Dengan itu, Dia juga akan memberikan harga yang tinggi kepadamu. Engkau hanyalah seorang prajurit yang dibebani tugas. Bekerjalah untuk-Nya dan berusahalah atas nama-Nya. Dialah yang mengirimkan rezeki yang kamu butuhkan serta Dia pula yang memeliharamu dari sesuatu yang tak bisa kau hadapi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tujuan dan akhir hidupmu adalah bagaimana engkau menjadi sosok yang memperlihatkan manifestasi nama-nama Sang Pemilik itu sekaligus memantulkan segala urusan-Nya yang penuh hikmah. Apabila engkau mendapat musibah, ucapkan:
Senin şu hayatının gayesi, neticesi; o Mâlik’in esmasına ve şuunatına bir mazhariyettir. Sana bir musibet geldiği vakit, de:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.” (QS. al-Baqarah [2]: 156).
اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّٓا اِلَي۟هِ رَاجِعُونَ Yani ben mâlikimin hizmetindeyim. Ey musibet! Eğer onun izin ve rızasıyla geldin ise merhaba, safa geldin! Çünkü elbette bir vakit ona döneceğiz ve onun huzuruna gideceğiz ve ona müştakız. Madem herhalde bir zaman bizi hayatın tekâlifinden âzad edecektir. Haydi ey musibet! O terhis ve o âzad etmek, senin elinle olsun, razıyım. Eğer benim emanet muhafazasında ve vazife-perverliğimi tecrübe suretinde sana emir ve irade etmiş fakat sana teslim olmaklığıma izin ve rızası olmazsa; benim tâkatim yettikçe, emin olmayana mâlikimin emanetini teslim etmem, der.
Maksudnya, aku tunduk pada semua kehendak Majikanku. Jika engkau, wahai musibah, datang atas izin dan nama Allah, kuucap- kan selamat datang padamu. Kami memang pasti kembali dan menghadap kepada-Nya. Kami benar-benar rindu kepada-Nya. Kalau pada suatu hari Dia akan membebaskanku dari beban kehidupan ini lewat tanganmu, wahai musibah, aku pasrah dan ridha. Tetapi kalau Dia mengirimkan perintah dan kehendak-Nya kepadamu untuk sekadar menguji sejauh mana aku bisa menjaga amanah dan sejauh mana aku melaksanakan tugasku, maka aku pun sekuat tenaga tidak akan menyerahkan amanat Majikanku itu kepada orang yang tidak amanah. Aku tidak akan tunduk kepada selain perintah dan ridha- Nya.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Engkau bisa mengambil contoh lain dari ribuan contoh yang ada untuk mengetahui nilai ajaran filsafat Barat dan kedudukan ajaran-ajaran al-Qur’an. Ya, kondisi hakiki dari masing-masing pihak di atas berjalan di atas koridor tersebut. Hanya saja kemudian tingkatan petunjuk dan kesesatan yang dimiliki manusia berbeda-beda. Tingkat kealpaan yang ada juga beragam.
İşte binden bir numune olarak deha-yı felsefînin ve hüda-yı Kur’anînin verdikleri derslerin derecelerine bak. Evet, iki tarafın hakikat-i hali sâbıkan beyan edilen tarz ile gidiyor. Fakat hidayet ve dalalette insanların dereceleri mütefavittir. Gafletin mertebeleri muhteliftir. Herkes her mertebede bu hakikati tamamıyla hissedemez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena itulah, tidak semua orang mengetahui hakikat pada setiap tingkatan itu. Sebab, kealpaan bisa menghilangkan perasaan dan kesadaran manusia. Pada masa sekarang ini, ia juga telah membius perasaan dan kesadaran manusia hingga pada tingkat di mana mereka yang berjalan dalam kereta peradaban modern ini tidak lagi merasakan sakit dan pahitnya siksaan yang pedih itu. Namun, tirai kealpaan tersebut mulai koyak sejalan dengan berkem-bangnya kesadaran ilmiah, disamping adanya ancaman berupa kematian yang memperlihatkan jenazah sekitar tiga ribu orang setiap hari.
Çünkü gaflet, hissi iptal ediyor. Ve bu zamanda öyle bir derecede iptal-i his etmiş ki bu elîm elemin acısını, ehl-i medeniyet hissetmiyorlar. Fakat hassasiyet-i ilmiyenin tezayüdüyle ve her günde otuz bin cenazeyi gösteren mevtin ikazatıyla o gaflet perdesi parçalanıyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Betapa kasihan dan malang orang yang tersesat oleh para tagut asing dan oleh pengetahuan mereka yang bersifat materialis dan ateis itu. Betapa rugi orang-orang yang bertaklid buta dan mengekor ke- pada Barat.
Ecnebilerin tağutlarıyla ve fünun-u tabiiyeleriyle dalalete gidenlere ve onları körü körüne taklit edip ittiba edenlere binler nefrin ve teessüfler!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai putra-putri bangsa, janganlah kalian mengekor kepada Barat. Apakah setelah menyaksikan kezaliman dan permusuhan Barat yang keji, kalian masih mau mengikuti kedunguan mereka dan mengikuti kerangka berpikir mereka yang salah? Apakah secara tidak sadar kalian mau menyusul barisan mereka dan bergabung di bawah panji mereka? Dengan begitu berarti kalian telah menghukum mati diri kalian sendiri dan saudara-saudara kalian. Jadilah orang yang sadar dan cerdas. Setiap kali kalian mengikuti kedunguan dan kesesatan mereka berarti pengorbanan yang kalian tampakkan hanyalah dusta belaka. Sebab, sikap tersebut merupakan bentuk peng- hinaan terhadap umat dan agama kalian. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita dan kalian semua ke jalan yang lurus.
'''Ey bu vatan gençleri! Frenkleri taklide çalışmayınız!''' Âyâ Avrupa’nın size ettikleri hadsiz zulüm ve adâvetten sonra, hangi akıl ile onların sefahet ve bâtıl efkârlarına ittiba edip emniyet ediyorsunuz? Yok! Yok! Sefihane taklit edenler, ittiba değil belki şuursuz olarak onların safına iltihak edip kendi kendinizi ve kardeşlerinizi idam ediyorsunuz. Âgâh olunuz ki siz ahlâksızcasına ittiba ettikçe hamiyet davasında yalancılık ediyorsunuz! Çünkü şu surette ittibaınız, milliyetinize karşı bir istihfaftır ve millete bir istihzadır!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
هَدٰينَا اللّٰهُ وَ اِيَّاكُم۟ اِلَى الصِّرَاطِ ال۟مُس۟تَقٖيمِ
هَدٰينَا اللّٰهُ وَ اِيَّاكُم۟ اِلَى الصِّرَاطِ ال۟مُس۟تَقٖيمِ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Altıncı_Nota"></span>
== Altıncı Nota ==
==Memoar Keenam==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai orang yang gundah dan gelisah melihat banyaknya kaum kafir. Wahai orang yang terguncang oleh kesamaan sikap mereka dalam mengingkari hakikat keimanan. Ketahuilah, wahai orang yang malang: Pertama, bahwa yang dinilai dan dilihat bukanlah besarnya kuantitas dan banyaknya jumlah. Jika seorang manusia tidak menjadi manusia yang sebenarnya, berarti ia telah berubah menjadi binatang dan setan. Setiap kali tercebur dalam selera hewani, manusia akan memiliki sifat kebinatangan yang jauh lebih buruk dari binatang itu sendiri. Seperti itulah sebagian orang Barat dan orang-orang yang mengikuti mereka. kemudian engkau bisa menyaksikan manusia yang berjumlah sedikit—jika diukur dengan banyaknya jumlah binatang—bisa berkuasa dan menguasai semua jenis binatang yang ada. Mereka menjadi khalifah di muka bumi ini.
Ey kâfirlerin çokluklarından ve onların bazı hakaik-i imaniyenin inkârındaki ittifaklarından telaşa düşen ve itikadını bozan bîçare insan! '''Bil ki kıymet ve ehemmiyet, kemiyette ve adet çokluğunda değil.''' Çünkü insan eğer insan olmazsa şeytan bir hayvana inkılab eder. İnsan, bazı Frenkler ve Frenk-meşrepler gibi ihtirasat-ı hayvaniyede terakki ettikçe, daha şiddetli bir hayvaniyet mertebesini alır. Sen görüyorsun ki hayvanatın kemiyet ve adet itibarıyla hadsiz bir çokluğu varken, ona nisbeten insan gayet az iken, umum enva-ı hayvanat üstünde sultan ve halife ve hâkim olmuştur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kaum kafir beserta orang-orang yang mengikuti langkah mereka dalam kebodohan merupakan salah satu jenis binatang kotor yang Allah ciptakan untuk memakmurkan dunia. Allah menjadikan merka sebagai “satuan standar” untuk mengukur beragam nikmat yang Allah berikan kepada para hamba-Nya yang beriman. Kemudian ketika kiamat tiba, Allah memasukkan mereka ke dalam neraka jahannam; seburuk-buruk tempat kembali yang berhak mereka dapatkan.
İşte muzır kâfirler ve kâfirlerin yolunda giden sefihler, Cenab-ı Hakk’ın hayvanatından bir nevi habîslerdir ki Fâtır-ı Hakîm onları dünyanın imareti için halk etmiştir. Mü’min ibadına ettiği nimetlerin derecelerini bildirmek için onları bir vâhid-i kıyasî yapıp, âkıbetinde müstahak oldukları cehenneme teslim eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kedua, pengingkaran kaum kafir dan kaum yang sesat terhadap hakikat keimanan tidaklah memiliki kekuatan. Penolakan mereka itu sama sekali tidak memiliki pegangan. Juga, kesepakatan mereka tidak bernilai karena berupa peniadaan. Seribu orang yang menging- kari nilainya sama dengan satu orang.
'''İşte küffarın ve ehl-i dalaletin bir hakikat-i imaniyeyi inkâr ve nefyetmelerinde kuvvet yoktur.''' Çünkü nefiy sırrıyla ittifakları kuvvetsizdir. Bin nefyediciler, bir tek hükmündedir. Mesela bütün İstanbul ahalisi, ramazanın başında Ay’ı görmediğinden nefyetse iki şahidin ispatıyla o cemm-i gafîrin nefiy ve ittifakı sukut eder. Madem küfrün ve dalaletin mahiyeti nefiydir ve inkârdır, cehildir ve ademdir, küffarın kesret ile ittifakı ehemmiyetsizdir. Ehl-i hakkın, hak ve sabit ve sübutu ispat olunan mesail-i imaniyede şuhuda istinad eden iki mü’minin hükmü, hadsiz o ehl-i dalaletin ittifakına râcih olur, galebe eder.
Contohnya adalah ketika semua penduduk Istanbul tidak melihat hilal (bulan sabit) di awal Ramadan yang penuh berkah, maka pengakuan dua orang yang melihat bulan akan menjatuhkan nilai kesepakatan mereka semua. Dengan demikian, kesepakatan kaum kafir yang berjumlah banyak itu tidak ada artinya karena substansi kekufuran dan kesesatan adalah penyangkalan, penolakan, kebodohan, dan ketiadaan. Dari sini, nilai dua orang mukmin yang bersandar pada penyaksian terhadap hakikat keimanan yang permanen mengungguli dan mengalahkan kesepakatan kaum yang sesat dan ingkar yang jumlahnya tak terbatas.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Rahasianya adalah sebagai berikut:
Bu hakikatin sırrı şudur ki: Nefyedenlerin davaları sureten bir iken, müteaddiddir; birbiriyle ittihat edemez ki kuvvetlensin. İspat edicilerin davaları ittihat ediyor, birbirinden kuvvet alır. Çünkü gökteki hilâl-i ramazanı görmeyen der ki: “Benim nazarımda ay yoktur, benim yanımda görünmüyor.” Başkası da “Nazarımda yoktur.” der. Daha başkası da öyle der. Her biri kendi nazarında “Yoktur.” der. Her birinin nazarları ayrı ayrı ve nazara perde olan esbab dahi ayrı ayrı olabildiği için davaları da ayrı ayrı olur, birbirine kuvvet veremez. Fakat ispat edenler demiyor ki: “Benim nazarımda ve gözümde hilâl var.” Belki “Nefsü’l-emirde, göğün yüzünde hilâl vardır, görünür.” der. Görenler bütün aynı davayı ve “Nefsü’l-emirde vardır.” der. Demek, bütün davalar birdir.
Pernyataan kaum yang ingkar itu beragam meskipun kelihatannya hanya satu. Sebab, antara yang satu dengan yang lain tidak bisa menyatu untuk saling menguatkan dan mendukung. Sebaliknya, pernyataan mereka yang mengakui kebenaran itu adalah satu, saling mendukung, saling menyokong, dan saling menguatkan. Orang yang tidak melihat hilal Ramadhan berkata, “Hilal tersebut dalam pandanganku tidak ada”, “Menurutku ia tidak ada”, dan yang lain juga mengatakan hal yang serupa. Masing-masing meniadakan dari sudut pandangnya sendiri, bukan berdasarkan kenyataan yang ada. Karena itu, perbedaan pandangan mereka, keragaman sebab yang membuat mereka tidak melihat bulan, serta banyaknya faktor penghalang pada masing-masing pribadi membuat klaim mereka berbeda-beda dan tidak saling menguatkan.
</div>
Adapun mereka yang mengaku melihat bulan tidak ada yang berkata, “Dalam pandanganku, hilal itu ada.” Juga, tidak ada yang berkata, “Menurutku...” Tetapi ia berkata, “Hilal itu benar-benar ada. Ia ada di langit.” Semua orang yang menyaksikan akan membenarkan pernyataannya itu dan akan ikut menguatkan dengan berkata, “Hilal tersebut benar-benar ada.” Artinya, semua pernyataan yang ada sama.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena pandangan orang yang tidak melihat itu berbeda-beda, maka pernyataan mereka juga berbeda-beda. Penilaian mereka sama sekali tidak akan mempengaruhi kenyataan yang ada. Sebab, tidak mungkin menetapkan ketiadaan pada sebuah hakikat yang memang ada. Karena itu, ada kaidah pokok yang berbunyi, “Ketiadaan mutlak hanya bisa ditetapkan lewat berbagai kesulitan yang hebat.
Nefyedenlerin nazarları ayrı ayrı olduğundan, davaları da ayrı ayrı olur. Nefsü’l-emre hükmedemiyorlar. Çünkü '''nefsü’l-emirde nefiy ispat edilmez. Çünkü ihata lâzımdır.'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, jika engkau mengatakan bahwa benda tertentu terdapat di dunia. Maka pernyataan tersebut cukup bisa dibuktikan dengan sekadar melihatnya. Namun jika engkau mengatakan bahwa hal itu tidak ada di dunia. Artinya, engkau meniadakan keberadaannya. Maka, untuk membuktikan ketiadaannya engkau harus mencari, melihat, dan menyaksikannya ke seluruh pelosok dunia.
وَ ال۟عَدَمُ ال۟مُط۟لَقُ لَا يُث۟بَتُ اِلَّا بِمُش۟كِلَاتٍ عَظٖيمَةٍ bir kaide-i usûldür. Evet, bir şeyi dünyada var desen yalnız o şeyi göstermek kâfi gelir. Eğer yok deyip nefyetsen bütün dünyayı eleyip göstermek lâzım gelir ki tâ o nefiy ispat edilsin.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Berdasarkan hal itu maka penolakan kaum kafir terhadap sebuah hakikat adalah satu walaupun berjumlah seribu. Sebab penolakan tersebut tidak memiliki pegangan. Hal itu sama seperti memecahkan persoalan rasional, melewati lubang, dan melompat di atas parit yang tidak ada pegangan di dalamnya.Adapun orang-orang yang mengakui keberadaan sesuatu, mereka melihat kenyataan yang ada secara langsung. Pengakuan mereka satu dan saling menguatkan seperti adanya kerjasama di dalam mengangkat batu karang yang besar. Semakin banyak tangan yang membantu, semakin mudah pula dalam mengangkatnya di mana masing-masing mendapat kekuatan dari yang lain.
İşte bu sırra binaen, ehl-i küfrün bir hakikati nefyetmesi ise bir meseleyi halletmek veyahut dar bir delikten geçmek veyahut bir hendekten atlamak misalindedir ki bin de bir de birdir. Çünkü birbirine yardımcı olamaz. Fakat ispat edenler nefsü’l-emirde hakikat-i hale baktıkları için müddeaları ittihat ediyor. Kuvvetleri birbirine yardım eder. Büyük bir taşın kaldırmasına benzer ki ne kadar eller yapışsa daha ziyade kaldırması kolay olur ve birbirinden kuvvet alır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Yedinci_Nota"></span>
== Yedinci Nota ==
==Memoar Ketujuh==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai yang mendorong kaum muslimin untuk mencintai harta dunia serta menggiring mereka dengan paksa untuk memilih produk asing dan mengekor pada kemajuan mereka. Wahai yang mengaku memiliki semangat nasionalisme, wahai orang yang malang, berhentilah dan renungkanlah! Jangan sampai kendali dan ikatan agama setiap individu umat terputus. Sebab, ketika ikatan sebagian mereka terputus akibat pengaruh sikap taklid buta dan perilaku yang tolol, mereka akan menjadi sosok-sosok ateis yang berbahaya bagi masyarakat dan merusak kehidupan sosial seperti racun mematikan. Sebab, orang yang murtad adalah racun mematikan bagi masyarakat. Perasaan dan seluruh kepribadiannya telah rusak. Karena itu, dalam ilmu ushul disebutkan, “Orang yang murtad tidak memiliki hak dalam hidup, berbeda dengan orang kafir dzimmi atau orang kafir yang telah membuat perjanjian. Mereka masih memiliki hak dalam hidup.” Kesaksian orang kafir dzimmi masih bisa diterima menurut mazhab Imam Hanafi, sementara kesaksian orang fasik tertolak(*<ref>*Lihat: at-Tirmidzi, asy-Syahâdah, 2; Abu Daud, al-Aqdhiyah, 16; Ibnu Majah,al-Ahkâm, 30; dan Ahmad ibn Hambal, al-Musnad, 2/181, 204, 208.</ref>)karena suka berkhianat.
Ey Müslümanları dünyaya şiddetle teşvik eden ve sanat ve terakkiyat-ı ecnebiyeye cebir ile sevk eden bedbaht hamiyet-füruş! Dikkat et, bu milletin bazılarının din ile bağlandıkları rabıtaları kopmasın! Eğer böyle ahmakane körü körüne topuzların altında bazıların dinden rabıtaları kopsa, o vakit hayat-ı içtimaiyede bir semm-i kātil hükmünde o dinsizler zarar verecekler. Çünkü mürtedin vicdanı tamam bozulduğundan hayat-ı içtimaiyeye zehir olur. Ondandır ki ilm-i usûlde “Mürtedin hakk-ı hayatı yoktur. Kâfir eğer zimmî olsa veya musalaha etse hakk-ı hayatı var.” diye usûl-ü şeriatın bir düsturudur. Hem mezheb-i Hanefiyede, ehl-i zimmeden olan bir kâfirin şehadeti makbuldür. Fakat fâsık merdudü’ş-şehadettir, çünkü haindir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai orang fasik yang celaka, janganlah engkau bangga dengan banyaknya orang fasik. Juga, jangan engkau berkata, “Pikiran kebanyakan orang mendukung dan menyokongku.” Sebab, seorang fasik tidak menjadi fasik karena keinginannya sendiri atau karena permintaannya. Tetapi ia terjerumus ke dalamnya tanpa bisa keluar. Setiap orang fasik pasti berkeinginan untuk menjadi orang yang bertakwa dan saleh. Di samping itu, ia pun berharap agar pemimpinnya juga seorang yang saleh. Kecuali, orang yang hati nuraninya busuk. Ia akan menikmati, menggigit, dan menyakiti orang seperti layaknya ular.
Ey bedbaht fâsık adam! Fâsıkların kesretine bakıp aldanma ve “Ekseriyetin efkârı benimle beraberdir.” deme! Çünkü fâsık adam, fıskı isteyerek ve bizzat talep edip girmemiş belki içine düşmüş çıkamıyor. Hiçbir fâsık yoktur ki salih olmasını temenni etmesin ve âmirini ve reisini mütedeyyin görmek istemesin. İllâ ki –el-iyazü billah– irtidad ile vicdanı tefessüh edip yılan gibi zehirlemekten lezzet alsın.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai akal yang bodoh dan kalbu yang rusak, apakah engkau menduga kaum muslimin tidak menginginkan dan memikirkan dunia sehingga mereka menjadi fakir miskin. Sehingga, menurutmu perlu ada yang membangunkan mereka dari tidurnya agar tidak lupa akan bagian mereka di dunia? Tidak, dugaanmu sungguh salah. Tetapi yang ada adalah ketamakan yang amat sangat. Mereka berada dalam kefakiran dan kelaparan sebagai akibat dari ketamakan. Sebab, ketamakan orang mukmin adalah faktor penyebab kegagalan dan kemiskinan.
Ey divane baş ve bozuk kalp! Zanneder misin ki “Müslümanlar dünyayı sevmiyorlar veyahut düşünmüyorlar ki fakr-ı hale düşmüşler ve ikaza muhtaçtırlar, tâ ki dünyadan hissesini unutmasınlar?” Zannın yanlıştır, tahminin hatadır. Belki hırs şiddetlenmiş, onun için fakr-ı hale düşüyorlar. Çünkü mü’minde hırs, sebeb-i hasarettir ve sefalettir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ada perumpamaan yang berbunyi, “Orang yang tamak selalu gagal dan merugi.
اَل۟حَرٖيصُ خَائِبٌ خَاسِرٌ durub-u emsal hükmüne geçmiştir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, faktor-faktor yang mengajak manusia kepada dunia sangat banyak dan sarana-sarana yang mengantar manusia kepadanya beragam. Yang pertama-tama adalah nafsu ammârah, lalu hawa nafsu, kebutuhan, indra, perasaan, setan, dan teman-teman jahat sepertimu, kenikmatan yang bersifat sementara, ditambah oleh banyak- nya jumlah orang yang menyeru kepadanya. Sementara orang-orang yang menyerukan alam akhirat dan orang-orang yang membimbing manusia menuju kehidupan abadi sangat sedikit.Jika engkau memiliki benih semangat nasionalisme dan kehor- matan untuk umat ini, jika engkau jujur dalam pengakuanmu un- tuk berkorban dan mementingkan orang lain, maka engkau harus mengulurkan bantuan bagi mereka yang menyeru ke alam keabadi- an yang berjumlah sedikit itu. Namun jika engkau justru membantu yang banyak tadi, lalu membungkam mulut para da’i yang sedikit itu, berarti engkau telah menjadi teman setan.
Evet, insanı dünyaya çağıran ve sevk eden esbab çoktur. Başta nefis ve hevası ve ihtiyaç ve havassı ve duyguları ve şeytanı ve dünyanın surî tatlılığı ve senin gibi kötü arkadaşları gibi çok dâîleri var. Halbuki bâki olan âhirete ve uzun hayat-ı ebediyeye davet eden azdır. Eğer sende zerre miktar bu bîçare millete karşı hamiyet varsa ve ulüvv-ü himmetten dem vurduğun yalan olmazsa, hayat-ı bâkiyeye yardım eden azlara imdat etmek lâzım gelir. Yoksa o az dâîleri susturup çoklara yardım etsen şeytana arkadaş olursun.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dan sungguh ia merupakan teman yang buruk.
Âyâ zanneder misin bu milletin fakr-ı hali, dinden gelen bir zühd ve terk-i dünyadan gelen bir tembellikten neş’et ediyor? Bu zanda hata ediyorsun. Acaba görmüyor musun ki Çin ve Hint’teki Mecusi ve Berahime ve Afrika’daki zenciler gibi Avrupa’nın tasallutu altına giren milletler bizden daha fakirdirler.
Atau, apakah engkau mengira bahwa kemiskinan kami bersumber dari sifat zuhud atau dari kemalasan yang diakibatkan oleh sikap meninggalkan dunia? Perkiraanmu itu lebih salah lagi. Tidakkah engkau melihat bahwa orang Majusi, para Brahma yang ada di Cina dan India, orang-orang Negro yang ada di Afrika, serta bangsa-bangsa lemah lainnya yang jatuh ke dalam kekuasaan Eropa; mereka lebih malang dari kami.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tidakkah engkau melihat bahwa yang bisa dilakukan kaum muslimin hanyalah bagaimana untuk bisa bertahan hidup. Sebab kaum kafir Barat yang lalim itu telah menjarah harta mereka, serta kaum munafik Asia dengan tipu muslihatnya yang keji telah mencuri kekayaan mereka.
Hem görmüyor musun ki zarurî kuttan ziyade Müslümanların elinde bırakılmıyor. Ya Avrupa kâfir zalimleri veya Asya münafıkları, desiseleriyle ya çalar veya gasbediyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jika tujuan kalian menggiring kaum mukminin secara paksa kepada peradaban yang hina itu untuk memudahkan mengatur roda pemerintahan dan untuk menebarkan rasa aman di seantero kerajaan, maka engkau telah salah besar. Sebenarnya engkau sedang menggiring umat ini menuju jurang jalan yang rusak. Sebab, mengatur dan menebarkan rasa aman di antara seratus orang fasik yang berakhlak rusak jauh lebih sulit daripada mengatur dan menebarkan rasa aman di antara ribuan orang saleh yang bertakwa.
Sizin cebren böyle ehl-i imanı mimsiz medeniyete sevk etmekteki maksadınız, eğer memlekette asayiş ve emniyet ve kolayca idare etmek ise kat’iyen biliniz ki hata ediyorsunuz, yanlış yola sevk ediyorsunuz. Çünkü itikadı sarsılmış, ahlâkı bozulmuş yüz fâsıkın idaresi ve onlar içinde asayiş temini, binler ehl-i salahatin idaresinden daha müşküldür.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena itu, kaum muslimin tidak membutuhkan adanya rangsangan dan dorongan untuk cinta dan tamak terhadap dunia. Sebab dengan cara itu, kemajuan dan perkembangan tidak akan dapat diraih, serta rasa aman dan keteraturan di seluruh wilayah kerajaan takkan tersebar. Yang mereka butuhkan adalah pengaturan usaha, penumbuhan rasa percaya diri, dan penerapan prinsip tolong menolong di antara mereka. Tentu saja semua itu hanya bisa terlaksana dengan mengikuti semua perintah agama, teguh di atasnya, serta senantiasa bertakwa kepada Allah dan mencari ridha-Nya.
'''İşte bu esaslara binaen ehl-i İslâm, dünyaya ve hırsa sevk etmeye ve teşvik etmeye muhtaç değildirler. Terakkiyat ve asayişler, bununla temin edilmez. Belki mesailerinin tanzimine ve mabeynlerindeki emniyetin tesisine ve teavün düsturunun teshiline muhtaçtırlar. Bu ihtiyaç da dinin evamir-i kudsiyesiyle ve takva ve salabet-i diniye ile olur.'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Sekizinci_Nota"></span>
== Sekizinci Nota ==
==Memoar Kedelapan==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai orang yang tidak mendapat kenikmatan dan kebaha- giaan dalam berusaha dan bekerja. Wahai orang yang malas, ketahuilah bahwa Allah —dengan kesempurnaan rahmat-Nya—telah memasukkan upah dari sebuah pengabdian ke dalam pengabdian itu sendiri, dan meleburkan balasan dari sebuah amal ke dalam amal itu sendiri. Oleh karena itu, segala yang ada di alam ini termasuk benda-benda mati—dari perspektif tertentu—melaksanakan perintah-perintah Tuhan dengan penuh kecintaan. Mereka melakukan tugas-tugasnya yang disebut dengan awâmir takwîniyah dengan rasa senang. Seluruh makhluk, mulai dari lebah, semut, dan burung sampai kepada matahari dan bulan, semuanya melakukan tugas mereka dengan sangat senang. Dengan kata lain, kenikmatan dan kesenang- an tersebut menghiasi tugas mereka. Yaitu mereka mengerjakan tugas yang ada dengan sangat rapi, meskipun tidak mengetahui apa yang sedang dilakukan dan tidak memahami tujuannya.
Ey sa’y ve ameldeki lezzet ve saadeti bilmeyen tembel insan! Bil ki '''Cenab-ı Hak, kemal-i kereminden hizmetin mükâfatını, hizmet içinde dercetmiştir. Amelin ücretini, nefs-i amel içine koymuştur.''' İşte bu sır içindir ki mevcudat hattâ bir nokta-i nazarda camidat dahi evamir-i tekviniye tabir edilen hususi vazifelerinde, kemal-i şevk ile ve bir çeşit lezzet ile evamir-i Rabbaniyeyi imtisal ederler. Arıdan, sinekten, tavuktan tut tâ şems ve kamere kadar her şey kemal-i lezzetle vazifesine çalışıyorlar. Demek, hizmetlerinde bir lezzet var ki akılları olmadığından âkıbeti ve neticeleri düşünmeden mükemmel vazifelerini îfa ediyorlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Barangkali engkau bertanya, Kalau makhluk hidup merasakan kenikmatan, itu masih mungkin. Tetapi kalau benda mati, apakah ia juga merasakan rasa cinta dan kenikmatan yang sama?
'''Eğer desen:''' Zîhayatta lezzet kabildir, cemadatta nasıl şevk ve lezzet olabilir?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pertanyaan di atas bisa dijawab sebagai berikut: Semua ben- da mati menginginkan kehormatan, kedudukan, kesempurnaan, keindahan, dan keteraturan. Bahkan ia mencari dan membutuhkan semua itu untuk memperlihatkan nama-nama Tuhan yang tampak padanya, bukan untuk dirinya sendiri. Karena itu, di saat memeran- kan tugas alamiah tersebut kedudukannya menjadi bersinar, mulia, dan tinggi di mana ia berposisi sebagai cermin yang memantulkan manifestasi nama-nama “Cahaya segala cahaya”, Allah  .Sebagai contoh adalah setetes air dan sepotong kaca. Meskipun benda itu sepele dan berwarna gelap, namun ketika dengan kalbunya yang bersih ia menghadap ke matahari, ia akan berubah menjadi semacam singgasana matahari tersebut. Ia akan menjumpaimu dengan wajah bersinar. Demikian pula dengan atom dan seluruh entitas yang ada.
'''Elcevap:''' Cemadat kendi hesaplarına değil, onlarda tecelli eden esma-i İlahiye hesabına bir şeref, bir makam, bir kemal, bir güzellik, bir intizam isterler, arıyorlar. O vazife-i fıtriyelerinin imtisalinde, Nuru’l-Envar’ın isimlerine birer ma’kes, birer âyine hükmüne geçtiğinden tenevvür eder, terakki eder. Mesela, nasıl ki bir katre su, bir zerrecik cam parçası zatında ziyasız, ehemmiyetsiz iken, safi kalbiyle güneşe yüzünü çevirse o vakit o ehemmiyetsiz, ziyasız katre ve cam parçası, güneşin bir nevi arşı olup senin yüzüne de tebessüm eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dilihat dari tugasnya sebagai cermin yang meman- tulkan manifestasi nama-nama Allah Yang Agung, Yang Indah, dan Yang Sempurna, kedudukan mereka pun naik ke jenjang yang sangat tinggi. Sebab, tetesan dan potongan kegelapan itu naik ke tingkat yang paling jelas dan terang. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa semua entitas mengerjakan semua tugas mereka dengan sangat nikmat dan senang karena dengan itu mereka mendapatkan kedudukan yang bersinar dan tinggi. Bukti paling jelas bahwa kenikmatan itu terdapat dalam tugas dan peran mereka adalah sebagai berikut:
İşte bu misal gibi zerrat ve mevcudat, cemal-i mutlak ve kemal-i mutlak sahibi olan Zat-ı Zülcelal’in isimlerine vazife-perverlik cihetinde âyine olmalarıyla, o katre ve zerrecik şişe gibi gayet aşağı bir dereceden gayet yüksek bir derece-i zuhura ve tenevvüre çıkıyorlar. Madem vazife cihetinde gayet nurani ve yüksek bir makam alıyorlar; lezzet mümkün ve kabil ise yani hayat-ı âmmeden hissedar iseler gayet lezzet ile o vazifeleri görüyorlar, denilebilir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Renungkanlah tugas-tugas organ dan seluruh indramu. Engkau akan melihat bahwa masing-masing merasakan kenikmatan yang beraneka ragam di saat melaksanakan tugasnya dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Pengabdian dan tugas tersebut merupakan semacam kenikmatan dan kesenangan baginya. Sebaliknya, meninggalkan tugas dan peran yang ada merupakan siksaan menyakitkan bagi organ tersebut.
Vazifede lezzet bulunduğuna en zâhir bir delil, sen kendi aza ve duygularının hizmetlerine bak. Her biri beka-i şahsî ve beka-i nev’î için ettikleri hizmetlerinde ayrı ayrı lezzetleri var. Nefs-i hizmet, onlara bir telezzüz hükmüne geçiyor. Hattâ hizmeti terk etmek, o uzvun bir nevi azabıdır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bukti nyata lain adalah ayam jantan misalnya. Ia lebih mementingkan ayam betina daripada dirinya sendiri. Ia tinggalkan rezeki yang ia peroleh untuk ayam betina tanpa ada yang dimakannya. Ia melakukan tugasnya yang penting itu dengan sangat senang, bangga, dan nikmat. Dengan begitu, kenikmatan yang ada pada pengabdian tersebut lebih besar daripada kenikmatan pada makan itu sendiri.
Hem en zâhir bir delil dahi horoz veya yavrulu tavuk gibi hayvanatın vazifelerinde gösterdikleri fedakârane ve merdane vaziyetleridir ki horoz, aç olduğu halde tavukları nefsine tercih edip bulduğu rızka onları çağırır; yemez, onlara yedirir. Ve bir şevk ve iftihar ve telezzüz ile o vazifeyi gördüğü, görünür. Demek o hizmette, yemekten fazla bir lezzet alır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikian pula dengan ayam betina yang menjaga anak-anaknya. Ia lebih mementingkan mereka ketimbang dirinya sendiri. Ia membiarkan dirinya lapar demi mengenyangkan anak-anaknya. Bahkan ia juga rela berkorban demi mereka. Ia hadapi anjing yang menyerang demi menjaga kelangsungan hidup anaknya.Dengan demikian, di dalam pengabdian terdapat kenikmatan yang melebihi segala sesuatu. Bahkan kenikmatan tersebut mengalahkan rasa lapar dan sakitnya mati. Para induk hewan merasakan kenikmatan yang luar biasa tatkala bisa memberikan perlindungan kepada anak-anaknya yang masih kecil. Namun ketika anaknya itu tumbuh dewasa sehingga tugas sang induk pun selesai, maka kenikmatan tadi menjadi hilang. Sang induk mulai memukul anak yang tadinya ia jaga bahkan kadangkala ia juga merebut makanan anaknya. Inilah hukum Tuhan yang berlaku pada hewan. Tentu saja hal ini berbeda dengan manusia. Dalam kehidupan manusia tugas seorang ibu dengan kualitas tertentu terus berlangsung. Sebab, sifat kekanakan senantiasa terdapat dalam diri manusia di mana kelemahan dan ketidakberdayaan selalu menyertainya sepanjang hidup. Karena itu, ia membutuhkan rasa kasih sayang setiap waktu.
Hem küçük yavrularına çobanlık eden tavuk dahi yavrularının hatırı için ruhunu feda eder, ite atılır. Kendini aç bırakıp onları doyurur. Demek o hizmette, öyle bir lezzet alır ki açlık acısına ve ölmek elemine tereccuh eder, ziyade gelir. Hayvanî valideler yavrularını, küçük iken vazifeleri bulunduğundan lezzetle himayeye çalışır. Büyük olduktan sonra vazife kalkar, lezzet de gider. Yavrusunu döver, elinden taneyi alır. Yalnız, insan nevindeki validelerin vazifeleri bir derece devam eder. Çünkü insanlarda zaaf ve acz itibarıyla daima bir nevi çocukluk var, her vakit de şefkate muhtaçtır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, semua hewan jantan akan sama seperti ayam jantan tadi, sementara semua induknya sama seperti ayam betina. Perhatikan bagaimana mereka tidak melaksanakan tugas dan tidak mengerjakan apa pun untuk dirinya sendiri atau untuk kesempurnaannya pribadi. Tetapi ia melaksanakan tugas demi Sang Pemberi nikmat Yang Mahamulia yang telah memberi berbagai karunia kepadanya, dan demi Sang Pencipta Yang Agung yang telah memberinya tugas tersebut.
İşte umum hayvanatın horoz gibi çobanlık eden erkeklerine ve tavuk gibi validelerine bak, anla ki bunlar kendi hesabına ve kendileri namına, kendi kemalleri için o vazifeyi görmüyorlar. Çünkü hayatını, vazifede lâzım gelse feda ediyorlar. Belki vazifeleri, onları o vazife ile tavzif eden ve o vazife içinde rahmetiyle bir lezzet derceden Mün’im-i Kerîm’in hesabına ve Fâtır-ı Zülcelal’in namına görüyorlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Maka, dengan rahmat-Nya yang luas, Allah tanamkan rasa nikmat di balik tugas mereka dan rasa senang dalam pengabdian mereka. Ada bukti lain yang menunjukkan bahwa balasan pahala berada di balik amal itu sendiri. Yaitu aneka ragam tumbuhan dan pohon semuanya melakukan perintah Penciptanya Yang Agung dengan penuh kecintaan dan kenikmatan. Sebab, bau harum yang disebarkan olehnya, keindahan yang ia tampilkan, serta pengorbanan yang ia tunjukkan hingga nafas terakhir demi tangkai dan buahnya, semua itu menginformasikan kepada mereka yang cerdas bahwa:Tumbuhan mendapatkan kenikmatan yang luar biasa, melebihi kenikmatan lainnya, tatkala ia melaksanakan perintah yang ada. Bahkan ia rela membiarkan dirinya hancur dan binasa demi kenikmatan tersebut.
Hem nefs-i hizmette ücret bulunduğuna bir delil de şudur ki nebatat ve eşcar, bir şevk ve lezzeti ihsas eden bir tavır ile Fâtır-ı Zülcelal’in emirlerini imtisal ediyorlar. Çünkü dağıttığı güzel kokular ve müşterilerin nazarını celbedecek ziynetlerle süslenmeleri ve sümbülleri ve meyveleri için çürüyünceye kadar kendilerini feda etmeleri, ehl-i dikkate gösterir ki onların, emr-i İlahînin imtisalinden öyle bir lezzetleri var ki nefsini mahvedip çürütüyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Contohnya pohon kelapa dan pohon tin. Pohon tersebut memberi makan buahnya dengan “susu murni” yang ia minta dan ia terima dari kekayaan rahmat Tuhan. Sementara dirinya hanya memakan tanah. Demikian pula dengan pohon delima. Pohon tersebut memberi minum buahnya dengan minuman yang segar yang ia terima dari Tuhan, sementara ia merasa puas dan cukup dengan air yang keruh. Bahkan hal yang sama dapat engkau jumpai pada biji-bijian.
Bak, başında çok süt konserveleri taşıyan Hindistan cevizi ve incir gibi meyvedar ağaçlar, rahmet hazinesinden lisan-ı hal ile süt gibi en güzel bir gıdayı ister, alır, meyvelerine yedirir; kendi bir çamur yer. Nar ağacı safi bir şarabı, hazine-i rahmetten alıp meyvesine yedirir; kendisi çamurlu ve bulanık bir suya kanaat eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia memperlihatkan kerinduan yang besar agar bulirnya bisa keluar seperti kerinduan seorang tahanan pada kehidupan yang lapang.
Hattâ hububatta dahi sümbüllenmek vazifesinde zâhir bir iştiyak görünür. Nasıl ki dar bir yerde hapsedilen bir zat, bir bostana, geniş bir yere çıkmayı müştakane ister. Öyle de hububatta, sümbüllenmek vazifesinde öyle sürurlu bir vaziyet, bir iştiyak görünüyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Berdasarkan rahasia yang berlaku pada berbagai entitas alam yang disebut dengan sunnatullah itu dan dari aturan agung tersebut kita dapat mengatakan bahwa seseorang yang menganggur, yang malas, yang hanya berbaring di ranjang istirahatnya, kondisinya lebih malang dan dadanya lebih sempit daripada orang yang tekun bekerja. Sebab, seorang yang menganggur hanya mengeluhkan umurnya. Ia ingin umurnya cepat berlalu dalam permainan dan senda gurau. Sementara seorang pekerja yang tekun ia selalu bersyukur dan memuji Allah . Ia tidak ingin menghabiskan waktunya dengan sia-sia.
İşte “sünnetullah” tabir edilen, kâinatta cereyan eden bu sırlı, uzun düsturdandır ki işsiz, tembel, istirahatle yaşayan ve rahat döşeğinde uzananlar, ekseriyetle sa’y eden, çalışanlardan daha ziyade zahmet ve sıkıntı çeker. Çünkü daima işsizler ömründen şikâyet eder, eğlence ile çabuk geçmesini ister. Sa’y eden ve çalışan ise şâkirdir, hamdeder, ömrün geçmesini istemez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena itu, ada prinsip umum dalam kehidupan yang berbunyi, “Orang yang beristirahat dan menganggur selalu mengeluhkan umurnya. Sedangkan orang yang bekerja dan tekun selalu bersyukur.” Ada pula peribahasa yang artinya sebagai berikut, “Kelapangan ada pada kesusahan dan kesusahan ada pada kelapangan.
اَل۟مُس۟تَرٖيحُ ال۟عَاطِلُ شَاكٍ مِن۟ عُم۟رِهٖ وَ السَّاعِىُ ال۟عَامِلُ شَاكِرٌ küllî düsturdur. Hem o sır iledir ki “Rahat, zahmette; zahmet, rahattadır.” cümlesi darb-ı mesel olmuştur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, jika kita memperhatikan benda-benda mati, di situ hukum Tuhan terlihat dengan jelas. Benda mati yang potensinya tidak tampak dan karena itu dari sisi ini ia mempunyai kekurangan, maka ia akan berusaha dan berupaya sekuat tenaga untuk membuka diri dan berpindah dari fase “potensi” ke fase “aksi”. Ketika itu tampak sesuatu yang mengindikasikan bahwa dalam tugas alamiah tersebut tersimpan sebuah kerinduan, dan pada perpindahan itu terdapat kenikmatan yang berjalan sesuai dengan hukum Allah.
Evet, cemadata dikkatle nazar edilse: Bi’l-kuvve yalnız istidat ve kabiliyet cihetinde nâkıs kalıp inkişaf etmeyenlerin, gayet bir içtihad ve sa’y ile inbisat edip bi’l-kuvveden bilfiil suretine geçmesinde, mezkûr sünnet-i İlahiye düsturuyla bir tavır görünüyor. Ve o tavır işaret eder ki o vazife-i fıtriyede bir şevk ve o meselede bir lezzet vardır. Eğer o camidin umumî hayattan hissesi varsa şevk kendisinin olur, yoksa o camidi temsil eden, nezaret eden şeye aittir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bahkan dari sini kita bisa mengatakan bahwa air yang bening begitu menerima perintah untuk membeku, ia akan melaksanakan perintah tersebut dengan kuat dan senang sampai ke tingkat di mana ia dapat memecahkan dan menghancurkan besi yang ada. Jadi, ketika suhu dingin dan tingkat kebekuan itu menyampaikan perintah Tuhan untuk mengembang kepada air yang terdapat di bola besi yang tertutup, maka air itupun segera melaksanakan perintah tadi dengan kuat dan rasa senang sehingga menghancurkan bola besi tersebut serta membeku.
Hattâ bu sırra binaen denilebilir: Latîf, nazik su incimad emrini aldığı vakit, öyle şiddetli bir şevk ile o emre imtisal eder ki demiri şakkeder, parçalar. Demek bürudet ve tahte’s-sıfır soğuğun lisanıyla ağzı kapalı demir kaptaki suya “Genişlen!” emr-i Rabbanîsini tebliğinde, şiddet-i şevk ile kabını parçalar, demiri bozar, kendisi buz olur. Ve hâkeza…
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Berdasarkan hal tersebut, lihatlah semua pergerakan yang terdapat di alam, mulai dari perputaran matahari di porosnya sampai kepada perputaran, gerakan, dan guncangan atom. Karena itu, setiap orang berjalan di atas hukum ketetapan Ilahi. Ia muncul ke alam ini lewat amr takwini yang berasal dari kekuasaan Ilahi dan yang meliputi pengetahuan, perintah, dan kehendak-Nya.
Her şeyi buna kıyas et ki güneşlerin deveranından ve seyr ü seyahatlerinden tut tâ zerrelerin mevlevî gibi devretmelerine ve dönmelerine ve ihtizazlarına kadar kâinattaki bütün sa’y ü hareket, kanun-u kader-i İlahî üzerine cereyan ediyor. Ve dest-i kudret-i İlahîden sudûr eden ve irade ve emir ve ilmi tazammun eden emr-i tekvinî ile zuhur eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sehingga setiap atom, setiap entitas, dan setiap yang bernyawa, semuanya ibarat prajurit dalam sebuah pasukan. Ia memiliki hubungan dan tugas yang berbeda-beda, serta mempunyai ikatan yang beraneka ragam dengan masing-masing lingkungannya. Atom yang terdapat di matamu, misalnya, ia mempunyai hubungan dengan sel-sel mata, dengan syaraf- syaraf mata yang ada di wajah, serta dengan urat-urat nadi yang terdapat di tubuh. Dengan hubungan dan ikatan tersebut, ada tugas tertentu baginya serta ada berbagai manfaat dan kemaslahatan yang didapatnya.Amatilah semua entitas yang ada dengan cara yang sama!
Hattâ her bir zerre her bir mevcud her bir zîhayat, bir nefer askere benzer ki orduda muhtelif dairelerde, o neferin ayrı ayrı nisbetleri, vazifeleri olduğu gibi her bir zerre her bir zîhayatın dahi öyledir. Mesela, senin gözünde bir zerre, gözün hüceyresinde ve gözde ve âsab-ı vechiyede ve bedenin şerayin tabir edilen damarlarında, birer nisbeti ve o nisbete göre birer vazifesi ve o vazifeye göre birer faydası vardır. Ve hâkeza her şeyi ona kıyas et.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Berdasarkan prinsip tersebut segala sesuatu yang ada di alam ini menjadi saksi atas keberadaan Dzat Yang Maha Berkuasa secara mutlak lewat dua sisi:
Buna binaen her bir şey, bir Kadîr-i Ezelî’nin vücub-u vücuduna iki cihetle şehadet eder:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pertama, lewat pelaksanaan tugas-tugas yang ribuan kali melebihi kemampuannya yang terbatas. Maka, dengan ketidakberdayaan tersebut ia menjadi saksi atas keberadaan Yang Maha Berkuasa secara mutlak.
'''Biri:''' Tâkatinin binler derece fevkinde vazifeleri görmekteki acz-i mutlak lisanıyla o Kadîr’in vücuduna şehadet eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kedua, lewat kesesuaian geraknya dengan berbagai hukum yang membentuk tatanan alam, serta lewat keselarasan aksinya dengan berbagai aturan yang memelihara keseimbangan seluruh entitas.
'''İkincisi:''' Her bir şey, nizam-ı âlemi teşkil eden düsturlara ve muvazene-i mevcudatı idame eden kanunlara tatbik-i hareket etmekle o Alîm-i Kadîr’e şehadet eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Maka, dengan kesesuaian dan keselarasan itu, ia menjadi saksi atas keberadaan Dzat Yang Maha Mengetahui dan Berkuasa. Sebab, benda mati seperti atom atau serangga seperti lebah, tidak dapat mengetahui tatanan dan keseimbangan tersebut di mana keduanya adalah bagian dari persoalan penting yang tertulis dalam lembaran kitab ketetapan Tuhan. Tentu saja atom dan lebah tak bisa membaca lembaran kitab yang berada di tangan Dzat yang berfirman:“Pada hari saat Kami melipat langit bagaikan melipat lembaran-lembaran kitab.” (QS. al-Anbiyâ [21]: 104).Tak ada satu pun yang menolak kesaksian atom, kecuali orang yang dengan sangat bodoh mengira bahwa atom tersebut memiliki mata penglihatan yang memungkinkannya untuk membaca huruf- huruf halus yang ada di dalam kitab tadi.
Çünkü zerre gibi bir camid, arı gibi küçük bir hayvan, Kitab-ı Mübin’in mühim ve ince meseleleri olan nizam ve mizanı bilmez. Camid bir zerre, arı gibi küçük bir hayvan nerede? Semavat tabakalarını bir defter sahifesi gibi açıp, kapayıp toplayan Zat-ı Zülcelal’in elindeki Kitab-ı Mübin’in mühim, ince meselelerini okumak nerede? Eğer sen divanelik edip zerrede, o kitabın ince hurufatını okuyacak kadar bir göz bulunduğunu tevehhüm etsen o vakit, o zerrenin şehadetini redde çalışabilirsin.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Allah, Sang Maha Pencipta Yang Mahabijak memasukkan hukum-hukum kitab tersebut dengan sangat indah dan memperindahnya dengan sangat ringkas dalam sebuah kenikmatan dan kebutuhan yang secara khusus menjadi milik sesuatu. Maka ketika sesuatu itu berjalan sesuai dengan kenikmatan dan kebutuhan tadi secara tanpa disadari ia sedang melakukan hukum-hukum yang terdapat pada kitab ketentuan Tuhan di atas.
Evet Fâtır-ı Hakîm, Kitab-ı Mübin’in düsturlarını gayet güzel bir surette ve muhtasar bir tarzda ve has bir lezzette ve mahsus bir ihtiyaçta icmal edip derceder. Her şey öyle has bir lezzet ve mahsus bir ihtiyaç ile amel etse, o Kitab-ı Mübin’in düsturlarını bilmeyerek imtisal eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Contohnya, ketika nyamuk lahir dan muncul ke dunia, ia akan beranjak dari sarangnya, lalu menyerang wajah manusia dan memukulnya dengan “tongkat panjangnya” dan “ekor halusnya”. Kemudian dengan itu ia mengeluarkan cairan yang ia serap. Dengan serangan tersebut nyamuk memperlihatkan kemampuan militer yang luar biasa. Makhluk kecil yang baru datang ke dunia tanpa pengala- man tersebut, siapa yang mengajarkan kepadanya kemahiran yang mengagumkan, sebuah teknik perang yang sempurna kecakapan dalam mengeluarkan cairan? Dari mana ia mendapatkan pengetahuan tersebut? Aku yang papa ini mengakui bahwa seandainya aku menggantikan posisinya, pastilah aku baru bisa menguasai keterampilan tersebut, memahami teknik serang dan lari, serta cara-cara mengeluarkan cairan darah setelah melalui pengalaman yang panjang, pelaja- ran yang banyak, dan waktu yang lama.
Mesela hortumlu sivrisinek, dünyaya geldiği dakikada hanesinden çıkar; durmayarak insanın yüzüne hücum eder, uzun asâsıyla vurur, âb-ı hayat fışkırtır, içer. Hücumdan kaçmakta, erkân-ı harp gibi maharet gösterir. Acaba bu küçük, tecrübesiz, yeni dünyaya gelen mahluka bu sanatı ve bu fenn-i harbi ve su çıkarmak sanatını kim öğretmiş ve nerede öğrenmiş? Ben, yani bu bîçare Said itiraf ediyorum ki: Eğer ben o hortumlu sineğin yerinde olsaydım bu sanatı, bu kerr u ferr harbini ve su çıkarmak hizmetini çok uzun dersler ve çok müteaddid tecrübelerle ancak öğrenebilirdim.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selain pada nyamuk, engkau juga akan mendapatkan hal yang sama pada lebah yang pintar, laba-laba, dan burung bulbul yang bisa membuat sarang dengan sangat indah.
İşte ilhama mazhar olan arı, örümcek ve yuvasını çorap gibi yapan bülbül gibi hayvanatı bu sineğe kıyas et. Hattâ nebatatı da aynen hayvanata kıyas edebilirsin.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, Dzat Yang Maha Dermawan dan Agung telah menyerah- kan kepada setiap entitas yang bernyawa “sebuah kartu catatan” yang ditulis dengan tinta kenikmatan dan kebutuhan. Allah titipkan padanya sistem awâmir takwîniyah-Nya serta daftar tugas yang harus dilakukannya. Mahasuci Allah Yang Mahabijak dan Maha Agung. Bagaimana Dia memasukkan hukum ketetapan yang menjadi milik lebah pada catatan kecil tadi. Lalu catatan tersebut dituliskan di kepala lebah. Lebah tersebut kemudian diberi kunci berupa kenikmatan yang khusus menjadi miliknya agar ia bisa membuka catatan yang ditempatkan di otaknya, bisa membaca sistem kerjanya, bisa memahami tugasnya, berupaya untuk menyesuaikan diri dengannya, serta bisa memperlihatkan hikmah yang terkandung dalam ayat al-Qur’an: “Tuhanmu telah memberi ilham kepada lebah.” (QS. an-Nahl [16]: 68).
Evet, Cevvad-ı Mutlak (Celle Celaluhu) her ferd-i zîhayatın eline lezzet midadıyla ve ihtiyaç mürekkebiyle yazılmış bir tezkereyi vermiş. Onunla evamir-i tekviniyenin programını ve hizmetlerinin fihristesini tevdi etmiştir. Bak o Hakîm-i Zülcelal’e; nasıl Kitab-ı Mübin’in düsturlarından arı vazifesine ait miktarını bir tezkerede yazmış, arının başındaki sandukçaya koymuştur. O sandukçanın anahtarı da vazife-perver arıya has bir lezzettir. Onunla sandukçayı açar, programını okur, emri anlar, hareket eder. وَ اَو۟حٰى رَبُّكَ اِلَى النَّح۟لِ âyetinin sırrını izhar eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai orang yang membaca dan mendengar memoar kedela- pan ini, jika engkau betul-betul memahaminya dengan benar, berarti engkau telah menangkap salah satu rahasia:“Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu”. (QS. al-A’raf [7]: 156).Dan berarti engkau telah mengetahui salah satu hakikat:“Segala sesuatu bertasbih memuji-Nya.” (QS. al-Isrâ [17]: 44). Juga, berarti engkau telah memahami salah satu kaidah:“Sesungguhnya jika Allah menghendaki sesuatu, cukup Dia ber- kata, Kun, maka jadilah apa yang dikehendaki-Nya itu.” (QS. Yâsîn [36]: 82).Serta, berarti engkau telah menyadari salah satu rahasia:“Mahasuci Allah Yang kekuasaan segala sesuatu berada di tangan-Nya. Dan kepada-Nya kalian akan dikembalikan.” (QS. Yâsîn [36]: 83).
İşte eğer bu Sekizinci Nota’yı tamam işittin ve tam anladınsa bir hads-i imanî ile وَسِعَت۟ رَح۟مَتُهُ كُلَّ شَى۟ءٍ in bir sırrını وَ اِن۟ مِن۟ شَى۟ءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَم۟دِهٖ nin bir hakikatini اِنَّمَٓا اَم۟رُهُٓ اِذَٓا اَرَادَ شَي۟ئًا اَن۟ يَقُولَ لَهُ كُن۟ فَيَكُونُ nun bir düsturunu فَسُب۟حَانَ الَّذٖى بِيَدِهٖ مَلَكُوتُ كُلِّ شَى۟ءٍ وَاِلَي۟هِ تُر۟جَعُونَ nun bir nüktesini anlarsın.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Dokuzuncu_Nota"></span>
== Dokuzuncu Nota ==
==Memoar Kesembilan==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ketahuilah bahwa posisi kenabian pada umat manusia merupakan rangkuman kebaikan serta landasan kesempurnaan. Selain itu, agama yang benar merupakan indeks kebahagiaan serta iman merupakan kebaikan murni dan keindahan mutlak. Karena kebaikan yang cemerlang, limpahan yang luas dan mulia, serta kesempurnaan yang utama tampak di alam ini, tentulah hakikat kebenaran ada pada sisi kenabian dan pada para nabi. Sedangkan kesesatan, kejahatan, dan kerugian ada pada posisi yang berseberangan dengan mereka.
Bil ki nev-i beşerde nübüvvet, beşerdeki hayır ve kemalâtın fezlekesi ve esasıdır. Din-i hak, saadetin fihristesidir. İman, bir hüsn-ü münezzeh ve mücerreddir. Madem şu âlemde parlak bir hüsün, geniş ve yüksek bir hayır, zâhir bir hak, faik bir kemal görünüyor. Bilbedahe hak ve hakikat, nübüvvet içindedir ve nebiler elindedir. Dalalet, şer ve hasaret; onun muhalifindedir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Perhatikanlah salah satu dari ribuan contoh yang menggambarkan indahnya pengabdian seperti yang diajarkan oleh Nabi. Lewat ibadah, Nabi menyatukan para ahli tauhid dalam shalat hari Raya, dalam shalat Jum’at, dan dalam shalat berjamaah. Beliau juga meng- himpun lisan mereka di atas kalimat yang sama. Sehingga lewat itu, beliau merespon seruan agung yang berasal dari Tuhan itu dengan suara-suara kalbu dan lisan yang tak terhingga banyaknya sebagai sesuatu yang saling mendukung dan menguatkan. Sebab, semuanya memperlihatkan sebuah pengabdian yang sangat luas terhadap kea- gungan Tuhan. Seolah-olah seluruh bola bumi itulah yang mengucapkan zikir, yang memanjatkan doa, yang melakukan shalat kepada Allah, serta yang melaksanakan perintah shalat yang turun dengan penuh kemuliaan dan keagungan dari atas langit yang tujuh, yaitu:“Dan dirikanlah Shalat...” (QS. al-Baqarah [2]: 43).Dengan adanya kesatuan tersebut, manusia sebagai makhluk yang lemah dan kecil—layaknya biji atom yang ada di alam inimenjadi seorang hamba yang dicintai oleh Sang Pencipta langit dan bumi karena pengabdiannya yang agung tadi. Ia menjadi sosok khalifah dan penguasa bumi, pemimpin semua hewan, dan tujuan penciptaan seluruh alam.
Mehasin-i ubudiyetin binlerinden yalnız buna bak ki: Nebi aleyhisselâm, ubudiyet cihetiyle muvahhidînin kalplerini iyd ve cuma ve cemaat namazlarında ittihat ettiriyor ve dillerini bir kelimede cem’ediyor. Öyle bir surette ki şu insan, Mabud-u Ezelî’nin azamet-i hitabına, hadsiz kalplerden ve dillerden çıkan sesler, dualar, zikirler ile mukabele ediyor. O sesler, dualar, zikirler birbirine tesanüd ederek ve birbirine yardım edip ittifak ederek öyle geniş bir surette Mabud-u Ezelî’nin uluhiyetine karşı bir ubudiyet gösteriyor ki güya küre-i arz kendisi o zikri söylüyor, o duayı ediyor ve aktarıyla namaz kılıyor ve etrafıyla semavatın fevkinde izzet ve azametle nâzil olan اَقٖيمُوا الصَّلٰوةَ emrini, küre-i arz imtisal ediyor. Bu sırr-ı ittihat ile kâinat içinde bir zerre gibi zayıf, küçük bir mahluk olan şu insan, ubudiyetin azameti cihetiyle Hâlık-ı arz ve semavat’ın mahbub bir abdi ve arzın halifesi, sultanı ve hayvanatın reisi ve hilkat-i kâinatın neticesi ve gayesi oluyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bagaimana menurutmu jika di alam nyata inise- bagaimana di alam gaib—suara ratusan juta kaum mukminin bertakbir membaca Allahu Akbar selepas shalat, apalagi pada shalat Hari Raya, lalu semuanya berkumpul pada waktu yang sama, bukankah hal itu menyerupai suara takbir bumi dan sesuai dengan besarnya bumi yang seolah-olah seperti manusia besar. Sebab, dengan bersatunya takbir mereka pada satu waktu yang bersamaan ada takbir yang sangat besar yang seolah-olah diucapkan oleh bumi.
Evet, eğer namazların arkasında, hususan bayram namazlarında bir anda Allahu ekber diyen yüzer milyon insanların sesleri, âlem-i gaybda ittihat ettikleri gibi âlem-i şehadette dahi birbiriyle ittihat edip içtima etse küre-i arz, tamamıyla büyük bir insan olup azametine nisbeten büyük bir sadâ ile söylediği Allahu ekber’e müsavi geldiğinden, o muvahhidînin ittihadı ile bir anda Allahu ekber demeleri, küre-i arzın büyük bir Allahu ekber’i hükmüne geçiyor. Âdeta bayram namazlarında âlem-i İslâm’ın zikir ve tesbihiyle zemin; zelzele-i kübraya mazhar olup, aktar u etrafıyla Allahu ekber deyip, kıblesi olan Kâbe-i Mükerreme’nin samimi kalbiyle niyet edip, Mekke ağzıyla, Cebel-i Arefe diliyle Allahu ekber diyerek, o tek kelime etraf-ı arzdaki umum mü’minlerin mağara-misal ağızlarındaki havada temessül ediyor. Bir tek Allahu ekber kelimesinin aks-i sadâsıyla hadsiz Allahu ekber vuku bulduğu gibi o makbul zikir ve tekbir, semavatı dahi çınlatıp berzah âlemlerine de temevvüc ederek sadâ veriyor.
Bahkan seolah-olah bumi berguncang dengan amat dahsyat ketika shalat hari Raya. Sebab, ia bertakbir mengagungkan Allah lewat takbir seluruh dunia Islam. Dan ia juga bertasbih lewat tasbih dan zikir mereka. Maka ia berniat dari kalbu Ka’bahnya yang suci, bertak- bir mengucapkan Allahu Akbar lewat lisan Arafah dari mulut Mekkah yang mulia. Maka, suara Allahu Akbar pun menggema di angkasa, menggambarkan seluruh suara kaum mukminin yang tersebar di seluruh alam. Bahkan takbir dan zikir-zikir tersebut bergema di seantero langit dan semua alam Barzakh.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan bumi ini bersujud dan mengabdi kepada-Nya, lalu Dia menyiapkannya sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal para makhluk-Nya. Karena itu, kami bertahmid, bertasbih, dan bertakbir mengagungkan Allah sejumlah bilangan atom yang ada di bumi. Segala puji bagi-Nya yang telah menjadikan kami sebagai salah satu bagian dari umat Muhammad. Karena beliaulah yang mengajar- kan kepada kami jenis ibadah ini.
İşte bu arzı böyle kendine sâcid ve âbid ve ibadına mescid ve mahluklarına beşik ve kendine müsebbih ve mükebbir eden Zat-ı Zülcelal’e, yerin zerratı adedince hamd ve tesbih ve tekbir edip ve mevcudatı adedince hamdediyoruz ki bize bu nevi ubudiyeti ders veren Resul-i Ekrem aleyhissalâtü vesselâmına ümmet eylemiş.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Onuncu_Nota"></span>
== Onuncu Nota ==
==Memoar Kesepuluh==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai Said (manusia) yang lalai dan bingung, ketahuilah bah- wa untuk sampai kepada cahaya makrifatullah, untuk bisa menyaksikan manifestasi-Nya dalam cermin tanda-tanda kekuasaan-Nya, serta untuk bisa melihat-Nya lewat berbagai bukti dan dalil yang ada, maka engkau tidak boleh mengkritik dan meragukan setiap cahaya yang mengarah kepadamu, yang masuk ke dalam kalbumu, dan yang tampak di akalmu. Janganlah kau ulurkan tanganmu untuk mengam- bil cahaya yang sudah menerangimu, tapi engkau harus melepaskan semua penyebab kelalaian untuk segera menerima dan mengarah ke- pada cahaya tadi.
Bil ey gafil, müşevveş Said! Cenab-ı Hakk’ın nur-u marifetine yetişmek ve bakmak ve âyât ve şahitlerin âyinelerinde cilvelerini görmek ve berahin ve deliller mesamatıyla temaşa etmek iktiza ediyor ki senin üstünden geçen, kalbine gelen ve aklına görünen her bir nuru tenkit parmaklarıyla yoklama ve tereddüt eliyle tenkit etme! Sana ışıklanan bir nuru tutmak için elini uzatma; belki gaflet esbabından tecerrüd et, onlara müteveccih ol, dur. Çünkü ben müşahede ettim ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Aku bersaksi bahwa bukti dan dalil yang mengantarkan kepada makrifatullah ada tiga bagian, yaitu:
Marifetullahın şahitleri, bürhanları üç çeşittir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bagian pertama, ia seperti air. Ia bisa dilihat dan dirasakan, tetapi tidak bisa dipegang dengan jari-jemari. Pada bagian ini, engkau harus mengosongkan diri dari segala khayalan dan tenggelam ke dalamnya secara total. Engkau tidak boleh merabanya dengan jemari. Sebab, ia akan mengalir dan pergi. Air kehidupan tersebut tidak akan menetap pada jemari tadi.
'''Bir kısmı:''' Su gibidir, görünür, hissedilir, lâkin parmaklarla tutulmaz. Bu kısımda hayalattan tecerrüd etmek, külliyetle ona dalmak gerektir. Tenkit parmaklarıyla tecessüs edilmez; edilse akar, kaçar. O âb-ı hayat, parmağı mekân ittihaz etmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bagian kedua, ia seperti udara. Ia bisa dirasakan tetapi tidak bisa dilihat dan dipegang. Maka, hadapkan dan arahkan wajahmu kepada hembusan rahmat tersebut. Terimalah ia dengan wajahmu, mulutmu, dan jiwamu. Jika engkau melihat bagian ini dengan penuh keraguan dan kritikan bukan dengan aktivitas spiritual, maka ia akan segera pergi. Sebab, ia tidak akan menetap dan tinggal di tanganmu.
'''İkinci kısım:''' Hava gibidir, hissedilir fakat ne görünür ne de tutulur. Ona karşı sen yüzün, ağzın, ruhunla o rahmet nesîmine karşı teveccüh et, kendini mukabil tut. Tenkit elini uzatma, tutamazsın. Ruhunla teneffüs et. Tereddüt eliyle baksan, tenkit ile el atsan o yürür, gider; senin elini mesken ittihaz etmez, ona razı olmaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bagian ketiga, ia seperti cahaya. Ia bisa dilihat tetapi tidak bisa dirasakan dan tidak bisa dipegang. Maka, hadapi dan terimalah ia dengan mata hati dan pandangan jiwamu. Lihatlah dengan matamu. Kemudian tunggulah, barangkali ia datang dengan substansinya. Sebab, cahaya tidak bisa dipegang dengan tangan dan tidak bisa diraih dengan jari-jemari, hanya bisa diraih dengan mata hati. Jika yang kau ulurkan adalah tangan materi yang tamak lalu kau timbang ia dengan timbangan materi, ia tidak akan tampak meskipun tidak padam. Se- bab, cahaya seperti ini tidak mau diikat dengan materi dan tidak mau dikuasai oleh orang yang tamak.
'''Üçüncü kısım''' ise: Nur gibidir, görünür fakat ne hissedilir ne de tutulur. Öyle ise kalbinin gözüyle, ruhunun nazarıyla kendini ona mukabil tut ve gözünü ona tevcih et, bekle; belki kendi kendine gelir. Çünkü nur; el ile tutulmaz, parmaklar ile avlanmaz belki o nur ancak basîret nuruyla avlanır. Eğer harîs ve maddî elini uzatsan ve maddî mizanlarla tartsan sönmese de gizlenir. Çünkü öyle nur, maddîde hapse razı olmadığı gibi kayda da giremez, kesifi kendine mâlik ve seyyid kabul etmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="On_Birinci_Nota"></span>
== On Birinci Nota ==
==Memoar Kesebelas==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lihatlah tingkatan kasih sayang al-Qur’an yang luas dan agung terhadap orang-orang awam. Serta renungkan pula bagaimana al- Qur’an memperhatikan pikiran mereka yang dangkal dan pandangan mereka tidak tajam terhadap permasalahan-permasalahan rumit. Perhatikan bagaimana al-Qur’an mengulang-ulang berbagai tanda kekuasaan-Nya yang jelas yang tertulis di permukaan langit dan bumi. Ia bacakan pada mereka huruf-huruf besar yang terbaca dengan sangat mudah itu.
Bil ki Kur’an-ı Mu’cizü’l-Beyan’ın ifadesinde çok şefkat ve merhamet var. Çünkü muhatapların ekserisi, cumhur-u avamdır. Onların zihinleri basittir. Nazarları dahi dakik şeyleri görmediğinden, onların besatet-i efkârını okşamak için tekrar ile semavat ve arzın yüzlerine yazılan âyetleri tekrar ediyor. O büyük harfleri kolaylıkla okutturuyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Misalnya penciptaan langit dan bumi, penurunan hujan dari langit, bagaimana menghidupkan bumi, dan lain sebagainya. Penglihatan tersebut tidak diarahkan untuk melihat huruf-huruf kecil yang tertulis di dalam huruf-huruf yang besar tadi kecuali hanya sesekali. Maksudnya agar mereka bisa memahaminya dengan mudah.
Mesela, semavat ve arzın hilkati ve semadan yağmurun yağdırılması ve arzın dirilmesi gibi bilbedahe okunan ve görünen âyetleri ders veriyor. O huruf-u kebire içinde küçük harflerle yazılan ince âyâta nazarı nadiren çevirir, tâ zahmet çekmesinler.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selanjutnya, lihatlah penjelasan dan gaya bahasa al-Qur’an yang fasih. Ia membacakan kepada manusia berbagai tanda kekuasaan yang ditulis oleh qudrah Ilahi dalam lembaran-lembaran alam. Sehingga seolah-olah al-Qur’an merupakan bacaan yang mencakup seluruh isi kitab alam dan tatanannya serta mencakup semua urusan Sang Pencipta dan segala perbuatan-Nya yang bijak. Karena itu, dengarkan dengan kalbu firman Allah yang berbunyi:“Tentang apa mereka bertanya-tanya.” (QS. an-Naba [78]: 1).“Katakanlah, wahai Allah Sang pemilik semua kerajaan.” (QS. Ali Imran [3]: 26), dan ayat-ayat yang serupa dengannya.
Hem üslub-u Kur’anîde öyle bir cezalet ve selaset ve fıtrîlik var ki: Güya Kur’an bir hâfızdır, kudret kalemiyle kâinat sahifelerinde yazılan âyâtı okuyor. Güya Kur’an, kâinat kitabının kıraatıdır ve nizamatının tilavetidir ve Nakkaş-ı Ezelî’sinin şuunatını okuyor ve fiillerini yazıyor. Bu cezalet-i beyaniyeyi görmek istersen hüşyar ve müdakkik bir kalp ile Sure-i Amme ve قُلِ اللّٰهُمَّ مَالِكَ ال۟مُل۟كِ âyetleri gibi fermanları dinle!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="On_İkinci_Nota"></span>
== On İkinci Nota ==
==Memoar Kedua Belas==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai para sahabatku yang menyimak memoar-memoar ini!
Ey bu notaları dinleyen dostlarım! Biliniz ki ben, hilaf-ı âdet olarak gizlemesi lâzım gelen Rabb’ime karşı kalbimin tazarru ve niyaz ve münâcatını bazen yazdığımın sebebi; ölüm, dilimi susturduğu zamanlarda, dilime bedel kitabımın söylemesinin kabulünü rahmet-i İlahiyeden rica etmektir. Evet kısa bir ömürde, hadsiz günahlarıma keffaret olacak, muvakkat lisanımın tövbe ve nedametleri kâfi gelmiyor. Sabit ve bir derece daim olan kitabın lisanı daha ziyade o işe yarar.
Ketahuilah bahwa kadangkala aku menuliskan munajat hatiku kepada Tuhan—meskipun seharusnya dirahasiakan dan tidak diungkap—dengan mengharap dari rahmat-Nya semoga Dia menerima tutur tulisanku sebagai ganti dariku ketika kematian membungkam lisanku. Ya, taubat lisan di usiaku yang singkat tidak cukup untuk menebus dosaku yang begitu banyak. Maka, tutur buku ini kurasa lebih tepat dan lebih layak.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tiga belas tahun yang lalu, saat jiwaku berguncang hebat dan saat tawa “Said lama” berubah menjadi tangis “Said baru” aku terbangun dari malam masa muda di fajar masa tua. Ketika itulah, kutuliskan munajat ini dalam bahasa Arab dan kusajikan ia sebagaimana adanya:
İşte on üç sene '''(Hâşiye<ref>'''Hâşiye:''' Bu risalenin telifinden on üç sene evvel.</ref>)''' evvel, dağdağalı bir fırtına-i ruhiye neticesinde, Eski Said’in gülmeleri, Yeni Said’in ağlamalarına inkılab edeceği hengâmda; gençliğin gaflet uykusundan ihtiyarlık sabahıyla uyandığım bir anda, şu münâcat ve niyaz Arabî yazılmıştır. Bir kısmının Türkçe meali şudur ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai Tuhan Pencipta Yang Maha Penyayang. Wahai Tuhan Sembahan yang Maha Pemurah!
'''Ey Rabb-i Rahîm’im ve ey Hâlık-ı Kerîm’im!'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Akibat ikhtiarku yang keliru, usia dan masa mudaku telah pergi begitu saja. Yang tersisa hanyalah dosa yang memalukan, penderitaan yang memilukan, dan bisikan yang merisaukan. Dengan beban yang berat, kalbu yang sakit, dan wajah yang malusecara sangat cepat, tanpa pernah menyimpang, dan tanpa disengaja sama seperti yang dialami oleh orang tua, kekasih, kerabat, dan para temanku—aku mendekati kubur yang merupakan tempat kesendirian di jalan menuju keabadian sebagai bentuk perpisahan abadi dari negeri yang fana dan pasti hancur ini, akan hilang dan pergi, serta sangat zalim dan pengkhianat bagi orang sepertiku yang memiliki nafsu ammârah.
Benim sû-i ihtiyarımla ömrüm ve gençliğim zayi olup gitti. Ve o ömür ve gençliğin meyvelerinden elimde kalan, elem verici günahlar, zillet verici elemler, dalalet verici vesveseler kalmıştır. Ve bu ağır yük ve hastalıklı kalp ve hacaletli yüzümle kabre yakınlaşıyorum. Bilmüşahede göre göre gayet süratle, sağa ve sola inhiraf etmeyerek ihtiyarsız bir tarzda, vefat eden ahbap ve akran ve akaribim gibi kabir kapısına yanaşıyorum. O kabir, bu dâr-ı fâniden firak-ı ebedî ile ebedü’l-âbâd yolunda kurulmuş, açılmış evvelki menzil ve birinci kapıdır. Ve bu bağlandığım ve meftun olduğum şu dâr-ı dünya da kat’î bir yakîn ile anladım ki hēliktir gider ve fânidir ölür. Ve bilmüşahede içindeki mevcudat dahi birbiri arkasından kafile kafile göçüp gider, kaybolur. Hususan benim gibi nefs-i emmareyi taşıyanlara şu dünya çok gaddardır, mekkârdır. Bir lezzet verse bin elem takar, çektirir. Bir üzüm yedirse yüz tokat vurur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai Tuhan Yang Maha Penyayang. Wahai Pencipta yang Maha Pemurah!
'''Ey Rabb-i Rahîm’im ve ey Hâlık-ı Kerîm’im!'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Aku melihat diriku tidak lama lagi akan memakai kafanku, akan menaiki keranda jenazahku, dan terpisah dengan orang-orang yang kucintai. Ketika aku pergi menuju kubur, di pintu rahmat-Mu aku menyeru, ”Aku memohon keselamatan! Aku memohon keselamatan! Wahai Yang Maha Mengasihi (al-Hannân), wahai Yang Maha Memberi (al-Mannân). Selamatkanlah aku dari malu akibat dosa.”
كُلُّ اٰتٍ قَرٖيبٌ sırrıyla ben şimdiden görüyorum ki yakın bir zamanda ben kefenimi giydim, tabutuma bindim, dostlarımla veda eyledim. Kabrime teveccüh edip giderken senin dergâh-ı rahmetinde, cenazemin lisan-ı haliyle, ruhumun lisan-ı kāliyle bağırarak derim: El-Aman! El-Aman! Yâ Hannan! Yâ Mennan! Beni günahlarımın hacaletinden kurtar!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Oh, kafanku telah berada di leher dan aku sudah berdiri di tepi kubur. Kuangkat kepalaku menghadap pintu rahmat-Mu seraya menyeru, “Aku memohon keselamatan! Aku memohon keselamatan! Wahai Yang Maha Penyayang (ar-Rahmân) dan Maha Pemurah (al-Hannân), lepaskan aku dari beban dosa.”
İşte kabrimin başına ulaştım, boynuma kefenimi takıp kabrimin başında uzanan cismimin üzerine durdum. Başımı dergâh-ı rahmetine kaldırıp bütün kuvvetimle feryat edip nida ediyorum: El-Aman! El-Aman! Yâ Hannan! Yâ Mennan! Beni günahlarımın ağır yüklerinden halâs eyle!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Oh, aku telah dibungkus dengan kain kafan dan masuk di kubur seraya ditinggal oleh mereka yang telah mengiringiku. Aku menantikan ampunan dan rahmat-Mu. Aku menyaksikan bahwa tidak ada tempat perlindungan dan keselamatan selain-Mu seraya menyeru, “Aku memohon keselamatan! Aku memohon keselamatan dari sempitnya tempat, buasnya maksiat, dan buruknya dosa.
İşte kabrime girdim, kefenime sarıldım. Teşyiciler beni bırakıp gittiler. Senin aff u rahmetini intizar ediyorum. Ve bilmüşahede gördüm ki senden başka melce ve mence yok. Günahların çirkin yüzünden ve masiyetin vahşi şeklinden ve o mekânın darlığından bütün kuvvetimle nida edip diyorum: El-Aman! El-Aman! Yâ Rahman! Yâ Hannan! Yâ Mennan! Yâ Deyyan! Beni çirkin günahlarımın arkadaşlıklarından kurtar, yerimi genişlettir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai Yang Maha Penyayang dan Maha Pengasih, Maha Memberi! Wahai Yang Maha Mem- berikan balasan, selamatkan diriku dari sangkutan dosa dan maksiat!Wahai Tuhanku, hanya rahmat-Mu yang menjadi tempat perlindunganku. Dan hanya kepada-Mu kuadukan duka dan laraku.
İlahî! Senin rahmetin melceimdir ve Rahmeten li’l-âlemîn olan Habib’in senin rahmetine yetişmek için vesilemdir. Senden şekva değil belki nefsimi ve halimi sana şekva ediyorum.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai Pencipta Yang Maha Pemurah, Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih!
'''Ey Hâlık-ı Kerîm’im ve ey Rabb-i Rahîm’im!'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Makhluk-Mu, ciptaan-Mu, hamba-Mu yang pendosa, tidak berdaya, lalai, bodoh, sakit, hina, dan celaka serta tua ini telah kembali ke pintu-Mu setelah empat puluh tahun berlalu. Ia mengakui dosa dan kesalahannya. Ia menderita penyakit lahir dan batin. Ia bersimpuh di hadapan-Mu.
Senin Said ismindeki mahlukun ve masnuun ve abdin hem âsi hem âciz hem gafil hem cahil hem alîl hem zelil hem müsi’ hem müsinn hem şakî hem seyyidinden kaçmış bir köle olduğu halde, kırk sene sonra nedamet edip senin dergâhına avdet etmek istiyor. Senin rahmetine iltica ediyor. Hadsiz günah ve hatîatlarını itiraf ediyor. Evham ve türlü türlü illetlerle müptela olmuş. Sana tazarru ve niyaz eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jika Engkau menerima, mangampuni, dan mengasihi, Engkau memang layak untuk itu dan Engkau adalah Dzat Yang Maha Pengasih di antara semua yang pengasih. Jika tidak, pintu mana lagi yang akan dituju selain pintu-Mu. Engkaulah Tuhan Pencipta yang dituju dan Tuhan Maha Benar yang disembah. Tidak ada Tuhan selain-Mu dan tiada sekutu bagi-Mu. Ucapan terakhir di dunia serta ucapan pertama di akhirat dan di kubur adalah:
Eğer kemal-i rahmetinle onu kabul etsen, mağfiret edip rahmet etsen zaten o senin şanındır. Çünkü Erhamü’r-Râhimîn’sin. Eğer kabul etmezsen senin kapından başka hangi kapıya gideyim? Hangi kapı var? Senden başka Rab yok ki dergâhına gidilsin. Senden başka hak Mabud yoktur ki ona iltica edilsin!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah,
لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اَن۟تَ وَح۟دَكَ لَا شَرٖيكَ لَكَ اٰخِرُ ال۟كَلَامِ فِى الدُّن۟يَا وَ اَوَّلُ ال۟كَلَامِ فِى ال۟اٰخِرَةِ وَ فِى ال۟قَب۟رِ اَش۟هَدُ اَن۟ لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَ اَش۟هَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ تَعَالٰى عَلَي۟هِ وَ سَلَّمَ
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="On_Üçüncü_Nota"></span>
== On Üçüncü Nota ==
==Memoar Ketiga Belas==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bagian ini berisi lima permasalahan yang seringkali kurang dipahami:
Medar-ı iltibas olmuş olan beş meseledir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Permasalahan Pertama'''
'''Birincisi:''' Tarîk-i hakta çalışan ve mücahede edenler, yalnız kendi vazifelerini düşünmek lâzım gelirken, Cenab-ı Hakk’a ait vazifeyi düşünüp, harekâtını ona bina ederek hataya düşerler.
Orang-orang yang bekerja dan berjuang di jalan kebenaran, ketika seharusnya memikirkan kewajiban dan amal yang ada, mereka justru memikirkan berbagai urusan dan pengaturan yang menjadi hak Allah. Mereka membangun amal mereka di atas landasan terse- but sehingga terjerumus dalam kesalahan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dalam buku Adab ad-Duniâ wa ad-Dîn disebutkan bahwa ke- tika Iblis muncul di hadapan Isa ibn Maryam ia berkata, “Bukankah engkau yang berkata bahwa tidak akan menimpamu kecuali apa yang sudah Allah tuliskan untukmu?” “Benar”, jawab Isa. Iblis lalu berkata lagi, “Kalau begitu, jatuhkan dirimu dari puncak gunung ini. Kalau Allah memang menakdirkanmu selamat, pasti engkau selamat”.
Edebü’d-Din Ve’d-Dünya Risalesi’nde vardır ki: Bir zaman şeytan, Hazret-i İsa aleyhisselâma itiraz edip demiş ki: “Madem ecel ve her şey kader-i İlahî iledir; sen kendini bu yüksek yerden at, bak nasıl öleceksin.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Mendengar hal itu, Isa berkata,
Hazret-i İsa aleyhisselâm demiş ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Wahai makhluk terlaknat. Al- lahlah yang berhak menguji hamba-Nya. Bukan hamba yang menguji Tuhannya.”(*<ref>*Lihat: al-Mâwardi, Adab ad-Duniâ wa ad-Dîn, h.12; dan al-Kitab, Matius 4: 1-11.</ref>)
اِنَّ لِلّٰهِ اَن۟ يَخ۟تَبِرَ عَب۟دَهُ وَ لَي۟سَ لِل۟عَب۟دِ اَن۟ يَخ۟تَبِرَ رَبَّهُ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dengan kata lain, Allahlah yang layak menguji seorang hamba dan berkata, “Jika engkau melakukan hal itu, aku akan memberimu balasannya. Apakah engkau bisa melakukan?” Jadi Dia yang menguji. Seorang hamba sama sekali tidak berhak dan memang tidak akan mampu menguji Tuhannya dengan berkata, “Jika aku melakukan hal ini, apakah Engkau akan melakukan hal tersebut untukku?” Tentu saja ucapan tersebut termasuk sikap yang tidak etis terhadap Tuhan.
Yani “Cenab-ı Hak abdini tecrübe eder ve der ki: Sen böyle yapsan sana böyle yaparım, göreyim seni yapabilir misin? diye tecrübe eder. Fakat abdin hakkı yok ve haddi değil ki Cenab-ı Hakk’ı tecrübe etsin ve desin: Ben böyle işlesem, sen böyle işler misin? diye tecrübevari bir surette Cenab-ı Hakk’ın rububiyetine karşı imtihan tarzı sû-i edeptir, ubudiyete münafîdir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia merupakan sikap yang bertolak belakang dengan prinsip pengabdian. Jika demikian, maka seorang manusia harus melakukan kewajibannya tanpa mencampuri urusan dan ketentuan Allah.
Madem hakikat budur, '''insan kendi vazifesini yapıp Cenab-ı Hakk’ın vazifesine karışmamalı.'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jalaluddin Khawarism Syah(*<ref>*Dia adalah penguasa ketujuh sekaligus terakhir dari kerajaan Khawarizm. Pertama kali ia menghadapi pasukan Jengis Khan, dan ia berhasil memporak-porandakan pasukan salah satu panglimanya. Pada tahun 1221, ia juga berhasil memecah pasukan Mongol yang berjumlah besar. Namun ia terpaksa mundur ke India karena gempuran yang terus-menerus. Pada tahun 1224, ia menghidupkan kerajaan Khawarizm di Iran. Berbagai kemenangan yang diraihnya membuat bangsa Saljuk dan pemerintahan Ayyûbiyah ketakutan. Tak ada yang bisa membantu mereka. Pada tahun 1231, ia dipaksa mundur oleh pasukan mongol ke pegunungan Turus. Di sanalah ia kemudian di bunuh.</ref>)adalah salah seorang pahlawan Islam yang berkali-kali berhasil mengalahkan pasukan Jengis Khan. Ketika pasukannya maju ke medan pertempuran, para menteri dan orang-orang dekatnya berkata kepadanya, “Allah akan membuat- mu unggul atas para musuhmu dan kau akan berhasil mengalahkan mereka.” Mendengar hal itu, ia berkata pada mereka, “Tugasku adalah berjihad di jalan Allah sebagai bentuk ketaatanku kepada perintah-Nya. Sama sekali aku tidak berhak mencampuri sesuatu yang bu- kan urusanku. Kemenangan dan kekalahan adalah ketentuan Allah.” Karena sang pahlawan agung itu memahami rahasia kepasrahan dan ketundukan kepada perintah Allah, maka ia seringkali mendapatkan kemenangan yang luar biasa.
Meşhurdur ki bir zaman İslâm kahramanlarından ve Cengiz’in ordusunu müteaddid defa mağlup eden Celaleddin-i Harzemşah, harbe giderken vüzerası ve etbaı ona demişler: “Sen muzaffer olacaksın, Cenab-ı Hak seni galip edecek.” O demiş: “Ben Allah’ın emriyle, cihad yolunda hareket etmeye vazifedarım, Cenab-ı Hakk’ın vazifesine karışmam; muzaffer etmek veya mağlup etmek onun vazifesidir.” İşte o zat bu sırr-ı teslimiyeti anlamasıyla, hârika bir surette çok defa muzaffer olmuştur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, seharusnya ketika manusia sudah melakukan suatu upaya, ia tak usah memikirkan hasil yang akan Allah berikan padanya. Sebagai contoh, sebagian teman bertambah semangat dan bertambah rindu kepada Risalah Nur manakala melihat orang-orang mulai memberikan respon kepadanya. Mereka pun begitu bersemangat. Namun ketika orang-orang tidak meresponnya, kekuatan jiwa mereka melemah dan api kerinduan mereka padam. Hal ini tentu saja tidak dibenarkan. Nabi kita Muhammad sebagai seorang guru besar, teladan, dan pemimpin tertinggi semua manusia telah menjadikan perintah Ilahi yang berbunyi:“Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan secara jelas.” (QS. an-Nur [24]: 54), sebagai petunjuk dan pembimbing bagi beliau. Karenanya, setiap kali kaum yang lemah itu berpaling, beliau justru bertambah semangat dalam menyampaikan risalah. Sebab, beliau yakin betul bahwa hidayah adalah urusan Allah, sesuai dengan ayat yang berbunyi:“Engkau tidak akan bisa memberikan hidayah bagi orang yang kau cintai. Namun Allahlah yang memberikan hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS. al-Qashas [28]: 56). Maka dari itu, beliau tidak ikut campur dalam urusan Allah.
Evet, insanın elindeki cüz-i ihtiyarî ile işledikleri ef’allerinde, Cenab-ı Hakk’a ait netaici düşünmemek gerektir. Mesela, kardeşlerimizden bir kısım zatlar, halkların Risale-i Nur’a iltihakları şevklerini ziyadeleştiriyor, gayrete getiriyor. Dinlemedikleri vakit zayıfların kuvve-i maneviyeleri kırılıyor, şevkleri bir derece sönüyor. Halbuki Üstad-ı Mutlak, Mukteda-yı Küll, Rehber-i Ekmel olan Resul-i Ekrem aleyhissalâtü vesselâm وَمَا عَلَى الرَّسُولِ اِلَّا ال۟بَلَاغُ olan ferman-ı İlahîyi kendine rehber-i mutlak ederek, insanların çekilmesiyle ve dinlememesiyle daha ziyade sa’y ü gayret ve ciddiyetle tebliğ etmiş. Çünkü اِنَّكَ لَا تَه۟دٖى مَن۟ اَح۟بَب۟تَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَه۟دٖى مَن۟ يَشَٓاءُ sırrıyla anlamış ki insanlara dinlettirmek ve hidayet vermek, Cenab-ı Hakk’ın vazifesidir. Cenab-ı Hakk’ın vazifesine karışmazdı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dengan demikian, wahai saudara-saudaraku, janganlah kalian mencampuri segala perbuatan dan urusan yang bukan milik kalian. Janganlah kalian beramal atas dasar itu. Juga, jangan sekali-kali kalian menguji Pencipta kalian.
Öyle ise işte ey kardeşlerim! Siz de size ait olmayan vazifeye harekâtınızı bina etmekle karışmayınız ve Hâlık’ınıza karşı tecrübe vaziyetini almayınız!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Permasalahan Kedua'''
'''İkinci Mesele:''' Ubudiyet, emr-i İlahîye ve rıza-yı İlahîye bakar. Ubudiyetin dâîsi emr-i İlahî ve neticesi rıza-yı Hak’tır. Semeratı ve fevaidi, uhreviyedir. Fakat ille-i gaiye olmamak hem kasden istenilmemek şartıyla, dünyaya ait faydalar ve kendi kendine terettüp eden ve istenilmeyerek verilen semereler, ubudiyete münafî olmaz. Belki zayıflar için müşevvik ve müreccih hükmüne geçerler. Eğer o dünyaya ait faydalar ve menfaatler; o ubudiyete, o virde veya o zikre illet veya illetin bir cüzü olsa o ubudiyeti kısmen iptal eder. Belki o hâsiyetli virdi akîm bırakır, netice vermez.
Tujuan dari ibadah adalah melaksanakan perintah Allah dan mendapat ridha-Nya. Karena itu, sebab yang membuat seseorang melakukan ibadah adalah perintah Ilahi, sementara hasil dari ibadah tersebut adalah menggapai ridha-Nya. Adapun buah dan keuntun- gannya bersifat ukhrawi. Hanya saja, nilai ibadah tersebut tidak hilang kalau buah dan keuntungannya sudah didapat di dunia dengan syarat hal itu bukan menjadi ilat dan tujuan utama. Berbagai keuntungan yang diraih di dunia beserta berbagai buahnya yang diberikan tanpa diminta tidaklah menghapus nilai ibadah. Bahkan ia berposisi sebagai perangsang bagi mereka yang lemah. Namun manakala man- faat dan keuntungan dunia menjadi ilat atau bagian dari ilat seseorang melakukan ibadah, wirid, dan zikir, maka ia akan membatalkan nilai ibadah yang ada. Bahkan wirid yang sebetulnya memiliki berbagai keistimewaan menjadi nihil tak berbuah.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Mereka yang tidak memahami rahasia ini, ketika misalnya membaca wirid-wirid Naqsyabandiyah karya an-Naqsyabandi yang mempunyai berbagai keistimewaan atau membaca al-Jausyan al-Kabir yang memiliki seribu keutamaan, dengan tujuan untuk mendapatkan sebagian dari keuntungan duniawi tersebut, maka mereka tidak akan mendapatkan keuntungan tersebut. Bahkan mereka tidak akan mendapatkan dan menyaksikannya. Mereka sama sekali tidak berhak atasnya. Sebab, keuntungan-keuntungan tadi tidak terwujud karena pembacaan wirid semata. Manfaat tersebut tidak bisa menjadi tujuan. Ia merupakan bentuk karunia Ilahi atas sebuah wirid yang dibaca secara ikhlas. Adapun jika seseorang membaca wirid tersebut dengan niat mengharap manfaat duniawi, niat itu akan merusak keikhlasannya. Bahkan ia bisa membuatnya tidak lagi bernilai ibadah sehingga nilainya jatuh.
İşte bu sırrı anlamayanlar, mesela, yüz hâsiyeti ve faydası bulunan Evrad-ı Kudsiye-i Şah-ı Nakşibendî’yi veya bin hâsiyeti bulunan Cevşenü’l-Kebir’i, o faydaların bazılarını maksud-u bizzat niyet ederek okuyorlar. O faydaları göremiyorlar ve göremeyecekler ve görmeye de hakları yoktur. Çünkü o faydalar, o evradların illeti olamaz ve ondan, onlar kasden ve bizzat istenilmeyecek. Çünkü onlar fazlî bir surette, o hâlis virde talepsiz terettüp eder. Onları niyet etse ihlası bir derece bozulur. Belki ubudiyetten çıkar ve kıymetten düşer.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Namun demikian ada hal lain yang perlu dicermati. Yaitu bahwa sebagian orang yang lemah selalu membutuhkan rangsangan dan dorongan. Sehingga ketika mereka membaca wirid-wirid tadi dengan ikhlas seraya mengingat keuntungan di balik wirid tersebut, hal itu tidak menjadi masalah. Ia tetap diterima.
Yalnız bu kadar var ki böyle hâsiyetli evradı okumak için zayıf insanlar bir müşevvik ve müreccihe muhtaçtırlar. O faydaları düşünüp, şevke gelip evradı sırf rıza-yı İlahî için âhiret için okusa zarar vermez. Hem de makbuldür.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena hakikat ini tidak dipahami, banyak orang yang menjadi ragu dan bimbang ketika berbagai keuntungan duniawi seperti yang disebutkan oleh para wali qutub dan tokoh salaf tidak terwujud. Bahkan bisa jadi mereka mengingkarinya.
Bu hikmet anlaşılmadığından çoklar, aktabdan ve selef-i salihînden mervî olan faydaları görmediklerinden şüpheye düşer, hattâ inkâr da eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Permasalahan Ketiga'''
'''Üçüncü Mesele:''' طُوبٰى لِمَن۟ عَرَفَ حَدَّهُ وَلَم۟ يَتَجَاوَز۟ طَو۟رَهُ
“Berbahagialah orang yang mengetahui kapasitasnya dan tidak melampaui batasnya.”(*<ref>*Lihat: al-Bukhari, at-Târîkh al-Kabîr, 3/338; ath-Thabari, al-Mu’jam al-Kabîr, 5/71; dan al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubrâ, 4/182.</ref>)
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pantulan matahari tampak pada segala sesuatu, mulai dari atom yang paling kecil, kristal kaca, setetes air, telaga yang besar, lautan yang luas, sampai kepada bulan, dan planet-planet. Masing-masing mengetahui kapasitasnya serta menerima pantulan dan gambar matahari sesuai dengan kemampuan penerimaannya. Setetes air bisa berkata, “Pada diriku ada bayangan matahari.” Tentu saja hal itu sesuai dengan kemampuan penerimaannya. Namun ia tidak bisa berkata, “Aku cermin bagi matahari sama seperti laut.”
Yani “Ne mutlu o adama ki kendini bilip haddinden tecavüz etmez.” Nasıl bir zerre camdan, bir katre sudan, bir havuzdan, denizden, kamerden seyyarelere kadar güneşin cilveleri var. Her birisi kabiliyetine göre güneşin aksini, misalini tutuyor ve haddini biliyor. Bir katre su, kendi kabiliyetine göre “Güneşin bir aksi bende vardır.” der. Fakat “Ben de deniz gibi bir âyineyim.” diyemez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikian pula dengan kedudukan para wali. Di dalamnya ada banyak sekali tingkatan sesuai dengan pantulan manifestasi nama-nama Ilahi yang beragam. Masing-masing nama tersebut memiliki manifestasi sendiri, mulai dari kalbu sampai kepada arasy. Namun kalbu tidak bisa berkata, “Saya sama seperti arasy yang agung itu.”
Öyle de Esma-i İlahiyenin cilvesinin tenevvüüne göre, makamat-ı evliyada öyle meratib var. Esma-i İlahiyenin her birisinin bir güneş gibi kalpten arşa kadar cilveleri var. Kalp de bir arştır fakat “Ben de arş gibiyim.” diyemez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dari sini kita bisa memahami bahwa seorang salik yang sombong dan lupa diri sebetulnya tidak mengerti. Ia menyamakan kalbunya yang sangat kecil seperti atom dengan arasy yang agung. la menganggap kedudukan dirinya yang seperti tetesan air setara dengan kedudukan para wali besar yang seperti laut. Maka, alih-alih memfokuskan perhatian pada prinsip-prinsip ibadah yang berupa penampakan kelemahan, kepapaan, kesadaran akan kelalaian dirinya di hadapan Tu- han, ketundukan di hadapan uluhiyah-Nya, serta sujud kepada-Nya dengan hina dina, ia malah langsung memaksakan diri untuk bisa menyejajarkan dirinya dengan kedudukan para wali yang mulia itu. Sebagai akibatnya, ia pun terjerumus pada sifat sombong, lupa diri, egoisme, dan berbagai persoalan pelik.
İşte ubudiyetin esası olan; acz ve fakr ve kusur ve naksını bilmek ve niyaz ile dergâh-ı uluhiyete karşı secde etmeye bedel, naz ve fahir suretinde gidenler; zerrecik kalbini arşa müsavi tutar. Katre gibi makamını, deniz gibi evliyanın makamatıyla iltibas eder. Kendini o büyük makamata yakıştırmak ve o makamda kendini muhafaza etmek için tasannuata, tekellüfata, manasız hodfüruşluğa ve birçok müşkülata düşer.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Kesimpulan:'''
'''Elhasıl:''' Hadîste vardır ki هَلَكَ النَّاسُ اِلَّا ال۟عَالِمُونَ وَهَلَكَ ال۟عَالِمُونَ اِلَّا ال۟عَامِلُونَ وَهَلَكَ ال۟عَامِلُونَ اِلَّا ال۟مُخ۟لِصُونَ وَال۟مُخ۟لِصُونَ عَلٰى خَطَرٍ عَظٖيمٍ
Ada sebuah hadis yang berbunyi:“Manusia sungguh celaka kecuali mereka yang berilmu. Yang berilmu pun celaka kecuali yang beramal. Yang beramal pun celaka kecuali yang ikhlas. Dan mereka yang ikhlas dihadapkan pada risiko besar”. (*<ref>*Dalam buku Kasyf al-Khafâ (2796).</ref>)
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dengan kata lain, sumber keselamatan adalah ikhlas. Maka berbuat secara ikhlas merupakan sesuatu yang sangat penting. Sebab amal sekecil apa pun jika dilakukan dengan ikhlas lebih baik dalam pandangan Allah daripada amal berton-ton tetapi tidak ikhlas. Manusia baru menjadi ikhlas kalau ia menyadari bahwa yang membuatnya melakukan sebuah amal adalah perintah Ilahi, bukan yang lain- nya. Lalu hasil dari itu semua adalah mendapat ridha-Nya. Kemudian ia tidak mencampuri urusan Tuhan.
'''Yani medar-ı necat ve halâs, yalnız ihlastır. İhlası kazanmak çok mühimdir. Bir zerre ihlaslı amel, batmanlarla hâlis olmayana müreccahtır. İhlası kazandıran harekâtındaki sebebi, sırf bir emr-i İlahî ve neticesi rıza-yı İlahî olduğunu düşünmeli ve vazife-i İlahiyeye karışmamalı.'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Keikhlasan dan ketulusan ada pada segala sesuatu. Bahkan setitik cinta yang tulus lebih utama daripada segunung cinta formalitas. Jenis cinta tersebut digambarkan oleh sebuah syair sebagai berikut:
Her şeyde bir ihlas var. Hattâ muhabbetin de ihlas ile bir zerresi, batmanlarla resmî ve ücretli muhabbete tereccuh eder. İşte bir zat bu ihlaslı muhabbeti böyle tabir etmiş:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Aku tidak mencari imbalan atas cinta.sungguh lemah suatu cinta yang mengharapkan balasan.
وَ مَا اَنَا بِال۟بَاغٖى عَلَى ال۟حُبِّ رِش۟وَةً ضَعٖيفٌ هَوًى يُب۟غٰى عَلَي۟هِ ثَوَابٌ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Artinya, aku tidak menuntut upah, balasan, ganti, dan imbalan atas cinta tersebut. Sebab, cinta yang menuntut upah dan balasan adalah cinta yang lemah yang tidak akan abadi.
Yani “Ben muhabbet üzerine bir rüşvet, bir ücret, bir mukabele, bir mükâfat istemiyorum. Çünkü mukabilinde bir mükâfat, bir sevap istenilen muhabbet zayıftır, devamsızdır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Cinta yang tulus tersebut telah Allah tanamkan dalam fitrah manusia, terutama dalam diri ibu pada umumnya. Belas kasih ibu merupakan contoh ketulusan cinta yang paling nyata. Bukti bahwa seorang ibu sama sekali tidak menuntut balasan dan upah atas cintanya kepada anak-anaknya ditunjukkan oleh kebaikan dan pengorbanan yang diberikan demi anak-anak. Karena itu, engkau melihat bagaimana ayam betina akan menyerang anjing demi menyelamatkan sang anak dari terkamannya. Sebab, sang induk mengetahui bahwa kehidupan mereka merupakan modal satu-satunya.
Hattâ hâlis muhabbet, fıtrat-ı insaniyede ve umum validelerde dercedilmiştir. İşte bu hâlis muhabbete tam manasıyla validelerin şefkatleri mazhardır. Valideler o sırr-ı şefkat ile evlatlarına karşı muhabbetlerine bir mükâfat, bir rüşvet istemediklerine ve talep etmediklerine delil; ruhunu, belki saadet-i uhreviyesini de onlar için feda etmeleridir. Tavuğun bütün sermayesi kendi hayatı iken, yavrusunu itin ağzından kurtarmak için –Hüsrev’in müşahedesiyle– kafasını ite kaptırır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Permasalahan Keempat'''
'''Dördüncü Mesele:''' Esbab-ı zâhiriye eliyle gelen nimetleri, o esbab hesabına almamak gerektir. Eğer o sebep ihtiyar sahibi değilse –mesela, hayvan ve ağaç gibi– doğrudan doğruya Cenab-ı Hak hesabına verir. Madem o, lisan-ı hal ile Bismillah der, sana verir. Sen de Allah hesabına olarak Bismillah de, al. Eğer o sebep ihtiyar sahibi ise o Bismillah demeli, sonra ondan al, yoksa alma. Çünkü وَلَا تَا۟كُلُوا مِمَّا لَم۟ يُذ۟كَرِ اس۟مُ اللّٰهِ عَلَي۟هِ âyetinin mana-yı sarîhinden başka bir mana-yı işarîsi şudur ki: “Mün’im-i Hakiki’yi hatıra getirmeyen ve onun namıyla verilmeyen nimeti yemeyiniz!” demektir.
Berbagai nikmat yang datang melalui perantara lahiriah jangan diterima semata-mata sebagai jasa dari perantara tersebut. Karena, perantara itu bisa jadi mempunyai kehendak atau bisa juga tidak. Jika tidak mempunyai kehendak—seperti binatang dan tumbuhan—pastilah ia memberimu atas izin dan nama Allah. Sebab, ia selalu menyebut nama Allah dengan lisan hal (keadaan). Dengan kata lain, ia mengucapkan bismillah dan ia serahkan nikmat tersebut kepadamu. Karena itu, ambillah dan makanlah ia dengan bismillah. Namun jika perantara tersebut mempunyai kehendak (manu- sia), ia harus terlebih dahulu menyebut nama Allah dan mengucap- kan bismillah. Janganlah engkau mengambil darinya kecuali setelah ia menyebut nama Allah. Sebab, selain makna lahiriahnya, makna simbolis dari firman Allah berikut:“Janganlah kalian memakan dari sesuatu yang tidak disebutkan nama Allah padanya.” (QS. al-An’am [6]: 121), menjelaskan agar kita tidak memakan sebuah nikmat yang nama pemiliknya yang hakiki (Allah) tidak disebutkan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Atas dasar itulah, si pemberi harus menyebut nama Allah. Serta si penerima juga harus menyebut nama Allah. Jika si pemberi tidak menyebut nama Allah sementara engkau berada dalam kondisi yang sangat membutuhkan, sebutlah nama Allah. Namun arahkan pandanganmu tinggi-tinggi, dan tataplah tangan kasih sayang Ilahi yang telah memberikan nikmat tersebut kepadanya dan kepadamu sekaligus, dan terimalah ia dengan rasa syukur. Artinya, pandanglah pemberian tersebut sebagai sebuah nikmat lalu ingatlah si Pemberi nikmat yang hakiki atas pemberian tersebut. Tatapan dan ingatan tersebut merupakan bentuk rasa syukur. Selanjutnya lihatlah wasilah dan perantara yang ada. Doakan dan pujilah ia karena nikmat terse- but datang lewat tangannya.
O halde hem veren Bismillah demeli hem alan Bismillah demeli. Eğer o Bismillah demiyor fakat sen de almaya muhtaç isen sen, Bismillah de, onun başı üstünde rahmet-i İlahiyenin elini gör, şükür ile öp, ondan al. Yani nimetten in’ama bak, in’amdan Mün’im-i Hakiki’yi düşün. Bu düşünmek bir şükürdür. Sonra o zâhirî vasıtaya istersen dua et. Çünkü o nimet onun eliyle size gönderildi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Orang-orang yang mengagungkan perantara tertipu kare- na mereka memandang sesuatu sebagai sebab bagi yang lain ketika keduanya datang secara bersamaan atau ketika keduanya ada secara bersamaan. Inilah yang disebut dengan keterkaitan (iktirân). Karena ketiadaan sesuatu menjadi sebab ketiadaan nikmat, maka seseo- rang mengira bahwa keberadaan sesuatu itu merupakan sebab adanya nikmat. Akhirnya ia mulai memberikan rasa syukur dan terima kasihnya kepada sesuatu tadi. Tentu saja ia telah berbuat salah. Se- bab, keberadaan sebuah nikmat bergantung pada banyak faktor dan syarat-syarat tertentu. Sementara ketiadaan nikmat tersebut terjadi hanya karena ketiadaan satu faktor saja.
Esbab-ı zâhiriyeyi perestiş edenleri aldatan; iki şeyin beraber gelmesi veya bulunmasıdır ki “iktiran” tabir edilir, birbirine illet zannetmeleridir. Hem bir şeyin ademi, bir nimetin ma’dum olmasına illet olduğundan, tevehhüm eder ki: O şeyin vücudu dahi o nimetin vücuduna illettir. Şükrünü, minnettarlığını o şeye verir, hataya düşer. Çünkü bir nimetin vücudu, o nimetin umum mukaddimatına ve şeraitine terettüp eder. Halbuki o nimetin ademi, bir tek şartın ademiyle oluyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebagai contoh, orang yang tidak membuka saluran air menuju kebun menjadi sebab dan ilat yang membuat kebun tersebut kering dan mati. Serta pada tahap selanjutnya ia membuat nikmat yang terdapat di dalamnya hilang. Namun demikian keberadaan berbagai nikmat di kebun tadi tidak bergantung pada perbuatan orang tersebut. Tetapi bergantung pada ratusan faktor lain. Bahkan semua nikmat tersebut hanya bisa diperoleh lewat sebab yang hakiki. Yaitu kekuasaan Tuhan dan kehendak Ilahi. Dari sini, engkau dapat mema- hami kesalahan yang ada dan mengetahui betapa bodohnya mereka yang menghamba kepada perantara.
Mesela, bir bahçeyi sulayan cetvelin deliğini açmayan adam, o bahçenin kurumasına ve o nimetlerin ademine sebep ve illet oluyor. Fakat o bahçenin nimetlerinin vücudu, o adamın hizmetinden başka, yüzer şeraitin vücuduna tevakkufla beraber, illet-i hakiki olan kudret ve irade-i Rabbaniye ile vücuda gelir. İşte bu mağlatanın ne kadar hatası zâhir olduğunu anla ve esbab-perestlerin de ne kadar hata ettiklerini bil!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, keterkaitan dan sebab (ilat) merupakan dua hal yang berbeda. Nikmat yang datang kepadamu seiring dengan niat seseorang untuk berbuat baik kepadamu sebabnya adalah rahmat Ilahi. Orang tadi hanya memiliki kaitan bukan sebagai sebab. Memang benar bahwa seandainya orang tersebut tidak berniat berbuat baik kepadamu, nikmat tadi tidak datang. Dengan kata lain, ketiadaan niatnya menjadi sebab tidak datangnya nikmat.
Evet iktiran ayrıdır, illet ayrıdır. Bir nimet sana geliyor fakat bir insanın sana karşı ihsan niyeti, o nimete mukarin olmuş fakat illet olmamış. İllet, rahmet-i İlahiyedir. Evet, o adam ihsan etmeyi niyet etmeseydi o nimet sana gelmezdi. Nimetin ademine illet olurdu. Fakat mezkûr kaideye binaen o meyl-i ihsan, o nimete illet olamaz. Ancak yüzer şeraitin bir şartı olabilir.
Namun kecenderungan berbuat baik sama sekali bukanlah sebab bagi adanya nikmat. Tetapi bisa jadi hanya merupakan salah satu faktor di antara ratusan faktor lainnya.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hal inilah yang tidak dipahami oleh sebagian murid Nur yang diberi limpahan karunia oleh Allah (seperti Husrev dan Ra’fat). Mereka tidak bisa membedakan antara keterkaitan dan sebab. Mereka menampakkan ridha kepada guru mereka dan memujinya secara berlebihan. Yang benar, Allah telah mengaitkan antara nikmat kemampuan mereka mengambil manfaat dari pelajaran-pelajaran al-Qur’an dengan karunia nikmat pengajaran yang diberikan kepada guru mereka.
Mesela, Risale-i Nur’un şakirdleri içinde Cenab-ı Hakk’ın nimetlerine mazhar bazı zatlar (Hüsrev, Re’fet gibi) iktiranı illetle iltibas etmişler; Üstadına fazla minnettarlık gösteriyorlardı. Halbuki Cenab-ı Hak onlara ders-i Kur’anîde verdiği nimet-i istifade ile Üstadlarına ihsan ettiği nimet-i ifadeyi beraber kılmış, mukarenet vermiş.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jadi, sebetulnya yang ada hanyalah sebuah keterkaitan.
Onlar derler ki: “Eğer Üstadımız buraya gelmeseydi biz bu dersi alamazdık. Öyle ise onun ifadesi, istifademize illettir.
Mereka berkata, “Seandainya guru kami tidak datang ke sini, kami tidak akan mendapatkan pelajaran keimanan seperti ini.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pengajaran beliau menjadi sebab yang membuat kami sadar dan bisa mengambil manfaat.” Sementara aku berkata, “Wahai saudara-saudara yang kucintai. Sesungguhnya Allah telah mengaitkan nikmat yang Dia berikan kepadaku dengan nikmat yang Dia berikan pada kalian. Adapun yang menjadi sebab bagi datangnya kedua nikmat tersebut adalah rahmat Ilahi.” Pada suatu hari aku merasa mendapat karunia dari para murid yang memiliki keahlian menulis seperti kalian di mana mereka ingin mengabdi kepada Risalah Nur. Ketika itulah aku lalai membedakan antara keterkaitan dan sebab. Aku berkata, “Bagaimana mungkin orang yang tidak memiliki kepandaian menulis sepertiku bisa melakukan tugas pengabdian kepada al-Qur’an al-Karim kalau tidak karena mereka?” Namun kemudian aku sadar bahwa setelah memberikan karunia yang mulia kepada kalian berupa kepandaian menulis, Allah memberikan taufiknya kepadaku untuk berjalan di atas pengabdian tersebut. Sehingga dengan begitu ada keterkaitan antara dua karunia tersebut. Salah satunya sama sekali bukan merupakan sebab bagi yang lain. Karena itu, aku tidak akan mempersembahkan rasa syukur dan terima kasihku kepada kalian. Tetapi kuucapkan kabar gembira dan selamat kepada kalian. Demikian pula hendaknya kalian mendoakanku agar senantiasa diberi taufik dan keberkahan ketimbang memberikan ridha dan sanjungan.
Ben de derim: “Ey kardeşlerim! Cenab-ı Hakk’ın bana da sizlere de ettiği nimet beraber gelmiş, iki nimetin illeti de rahmet-i İlahiyedir. Ben de sizin gibi iktiranı illetle iltibas ederek, bir vakit Risale-i Nur’un sizler gibi elmas kalemli yüzer şakirdlerine çok minnettarlık hissediyordum. Ve diyordum ki bunlar olmasaydı benim gibi yarım ümmi bir bîçare nasıl hizmet edecekti? Sonra anladım ki sizlere kalem vasıtasıyla olan kudsî nimetten sonra, bana da bu hizmete muvaffakiyet ihsan etmiş. Birbirine iktiran etmiş, birbirinin illeti olamaz. Ben size teşekkür değil belki sizi tebrik ediyorum. Siz de bana minnettarlığa bedel, dua ve tebrik ediniz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Di sinilah ada timbangan yang sangat akurat untuk mengukur tingkat kelalaian.
Bu dördüncü meselede, gafletin ne kadar dereceleri bulunduğu anlaşılır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Permasalahan Kelima'''
'''Beşinci Mesele:''' Nasıl ki bir cemaatin malı bir adama verilse zulüm olur. Veya cemaate ait vakıfları bir adam zapt etse zulmeder. Öyle de cemaatin sa’yleriyle hasıl olan bir neticeyi veya cemaatin haseneleriyle terettüp eden bir şerefi, bir fazileti, o cemaatin reisine veya üstadına vermek hem cemaate hem de o üstad veya reise zulümdür. Çünkü enaniyeti okşar, gurura sevk eder. Kendini kapıcı iken, padişah zannettirir. Hem kendi nefsine de zulmeder. Belki bir nevi şirk-i hafîye yol açar. Evet bir kaleyi fetheden bir taburun ganimetini ve muzafferiyet ve şerefini, binbaşısı alamaz. '''Evet''' '''üstad ve mürşid, masdar ve menba telakki edilmemek gerektir. Belki mazhar ve ma’kes olduklarını bilmek lâzımdır.'''
Merupakan sebuah kezaliman besar apabila milik kolektif (jamaah) hanya diberikan kepada seseorang. Atau sebuah kezaliman yang tak terpuji jika apa yang menjadi milik kolektif dirampas oleh seseorang. Demikian pula dengan berbagai pencapaian yang diperoleh lewat usaha kolektif serta kedudukan dan kemuliaan yang mereka dapat. Jika berbagai pencapaian, kedudukan, dan kemuliaan tersebut hanya disandarkan kepada pemimpin, guru, dan pembimbing mereka, maka ia merupakan suatu bentuk kezaliman terhadap hak jamaah, di samping terhadap guru itu sendiri. Sebab, hal itu akan membang- kitkan rasa egoismenya yang tersembunyi dan bisa membuatnya lupa diri. Padahal, ia tidak lain hanyalah penjaga pintu bagi jamaah. Pakaian kebesaran yang dikenakan kepadanya akan menzalimi dirinya. Bahkan bisa jadi membuka jalan baginya menuju syirik yang samar. Ya, seorang pemimpin pasukan tidak berhak untuk mendapatkan ba- rang rampasan perang yang didapat oleh para prajurit ketika mereka berhasil menduduki sebuah benteng yang kokoh. Ia juga tidak bisa menisbatkan kemenangan mereka kepada dirinya semata.Oleh karena itu, seorang guru atau pembimbing tidak boleh dianggap sebagai sumber dan asal. Tetapi ia harus diposisikan sebagai tempat pantulan semata.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia ibarat cermin yang memantulkan panas dan cahaya matahari kepadamu. Adalah sangat bodoh kalau engkau memandang cermin tadi sebagai sumber panas dan cahaya dengan melupakan matahari itu sendiri. Akhirnya, engkau akan memberikan perhatian dan rasa senang kepada cermin tersebut, bukan kepada matahari. Memang benar bahwa cermin tersebut harus dipelihara, sebab ia menjadi sarana yang memantulkan sifat-sifat tadi. Jiwa dan kalbu sang guru merupakan cermin yang memantulkan limpahan karunia Ilahi yang diberikan oleh Tuhan. Dengan begitu, ia menjadi sarana yang mengantarkan pantulan karunia tadi kepada para muridnya.
Mesela, hararet ve ziya, sana bir âyine vasıtasıyla gelir. Senden güneşe karşı minnettar olmaya bedel, âyineyi masdar telakki edip, güneşi unutup ona minnettar olmak divaneliktir. Evet, âyine muhafaza edilmeli çünkü mazhardır. İşte mürşidin ruhu ve kalbi bir âyinedir. Ce­nab-ı Hak’tan gelen feyze ma’kes olur, müridine aksedilmesine de vesile olur. Vesilelikten fazla feyiz noktasında makam verilmemek lâzımdır.
Karena itu, ia cukup dipandang sebagai sebuah sarana dan perantara, tidak lebih.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bahkan bisa jadi, sang guru yang dianggap sebagai sumber tersebut bukan sebagai perantara maupun sumbernya. Hanya saja, si murid melihat limpahan karunia yang sebenarnya datang dari jalan lain tampak pada cermin jiwa gurunya.
Hattâ bazı olur ki masdar telakki edilen bir üstad, ne mazhardır ne masdardır. Belki müridinin safvet-i ihlasıyla ve kuvvet-i irtibatıyla ve ona hasr-ı nazar ile o mürid başka yolda aldığı füyuzatı, üstadının mir’at-ı ruhundan gelmiş görüyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hal itu terjadi karena si murid begitu ikhlas, begitu dekat, dan mempunyai ikatan yang kuat dengan sang guru sehingga pandangannya hanya tertuju kepada gurunya. Kondisi ini sama seperti orang yang terhipnotis. Setelah memperhatikan cermin tadi, terbuka dalam khayalannya sebuah jendela menuju alam misal. Dengan itu, ia bisa melihat berbagai pemandangan aneh dan mengagumkan. Namun perlu diketahui, pemandangan tadi bukan terdapat di cermin tetapi terdapat pada jendela khayalan di balik cermin yang terbuka sebagai akibat dari perhatiannya kepada cermin tersebut.
Nasıl ki bazı adam, manyetizma vasıtasıyla bir cama dikkat ede ede âlem-i misale karşı hayalinde bir pencere açılır. O âyinede çok garaibi müşahede eder. Halbuki âyinede değil belki âyineye olan dikkat-i nazar vasıtasıyla âyinenin haricinde hayaline bir pencere açılmış görüyor. Onun içindir ki bazen nâkıs bir şeyhin hâlis müridi, şeyhinden daha ziyade kâmil olabilir ve döner şeyhini irşad eder ve şeyhinin şeyhi olur.
Oleh sebab itu, bisa jadi seorang murid yang sangat tulus kepada seorang guru yang tidak sempurna menjadi lebih sempurna dari gurunya. Ia menerima pengajaran gurunya lalu kemudian menjadi guru bagi gurunya.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="On_Dördüncü_Nota"></span>
== On Dördüncü Nota ==
==Memoar Keempat Belas==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bagian ini berisi empat petunjuk singkat yang terkait dengan persoalan tauhid:
Tevhide dair '''dört küçük''' '''remiz'''dir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Petunjuk Pertama'''
'''Birinci Remiz:''' Ey esbab-perest insan! Acaba garib cevherlerden yapılmış bir acib kasrı görsen ki yapılıyor. Onun binasında sarf edilen cevherlerin bir kısmı yalnız Çin’de bulunuyor. Diğer kısmı Endülüs’te, bir kısmı Yemen’de, bir kısmı Sibirya’dan başka yerde bulunmuyor. Binanın yapılması zamanında aynı günde şark, şimal, garp, cenuptan o cevherli taşlar kolaylıkla celbolup yapıldığını görsen hiç şüphen kalır mı ki o kasrı yapan usta, bütün küre-i arza hükmeden bir hâkim-i mu’cizekârdır.
Wahai orang yang bersandar kepada sarana dan perantara, sungguh engkau telah tertipu. Bayangkan dirimu melihat sebuah istana menakjubkan yang terbuat dari permata yang ketika dibangun sebagian dari permata itu ada di Cina, sebagian lagi ada di Andalus, sebagian lagi ada di Yaman, dan sebagian lagi ada di Siberia. Lalu istana itu selesai dalam bentuk yang paling baik dengan batu-batu mulia yang didatangkan dari daerah Timur, Barat, Utara dan Selatan dalam waktu yang sangat cepat dan dengan cara yang sangat mudah pada hari yang sama. Apakah ketika itu engkau masih ragu bahwa yang membangun istana tersebut berkuasa penuh atas bumi?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, setiap entitas yang terdapat di alam ini merupakan bangunan dan istana Ilahi. Terlebih-lebih manusia. Ia adalah istana yang paling indah dan paling mengagumkan. Sebab, sebagian batu mulia dari istana indah tersebut berasal dari alam arwah, sebagian lagi berasal dari alam lauhil mahfudz, sebagian dari alam udara, dari alam cahaya, dan dari alam berbagai unsur. Selain itu, kebutuhannya membentang sepanjang masa, impiannya tersebar di seantero langit dan bumi. Serta ikatan-ikatannya terpaut pada tataran dunia dan akhirat.
İşte her bir hayvan, öyle bir kasr-ı İlahîdir. Hususan insan, o kasırların en güzeli ve o sarayların en acibidir. Ve bu insan denilen sarayın cevherleri; bir kısmı âlem-i ervahtan, bir kısmı âlem-i misalden ve Levh-i Mahfuz’dan ve diğer bir kısmı da hava âleminden, nur âleminden, anâsır âleminden geldiği gibi; hâcatı ebede uzanmış, emelleri semavat ve arzın aktarında intişar etmiş, rabıtaları, alâkaları dünya ve âhiret edvarında dağılmış bir saray-ı acib ve bir kasr-ı garibdir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai manusia yang mengaku sebagai manusia. Engkau merupakan istana yang sangat menakjubkan dan bangunan yang sangat mengagumkan. Jika demikian, maka sesungguhnya Penciptamu adalah Dzat yang bisa berbuat apa saja, baik di dunia maupun di akhirat, secara sangat mudah. Dia berbuat apa saja di langit dan di bumi seperti sedang membolak-balik dua lembaran. Dia berkuasa melakukan apa pun di alam abadi dan fana ini seolah-olah keduanya kemarin dan esok. Tidak ada sesembahan yang layak bagimu, tidak ada tempat selamat untukmu, serta tidak ada yang bisa melindungimu kecuali Dzat Yang Berkuasa terhadap langit dan bumi dan yang menggenggam kendali dunia dan akhirat.
İşte ey kendini insan zanneden insan! Madem mahiyetin böyledir, seni yapan ancak o zat olabilir ki dünya ve âhiret birer menzil, arz ve sema birer sahife, ezel ve ebed dün ve yarın hükmünde olarak tasarruf eden bir zat olabilir. Öyle ise insanın mabudu ve melcei ve halâskârı o olabilir ki arz ve semaya hükmeder, dünya ve ukba dizginlerine mâliktir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Petunjuk Kedua'''
'''İkinci Remiz:''' Bazı eblehler var ki güneşi tanımadıkları için bir âyinede güneşi görse âyineyi sevmeye başlar. Şedit bir his ile onun muhafazasına çalışır. Tâ ki içindeki güneşi kaybolmasın. Ne vakit o ebleh; güneş, âyinenin ölmesiyle ölmediğini ve kırılmasıyla fena bulmadığını derk etse bütün muhabbetini gökteki güneşe çevirir. O vakit anlar ki âyinede görülen güneş; âyineye tabi değil, bekası ona mütevakkıf değil belki güneştir ki o âyineyi o tarzda tutuyor ve onun parlamasına ve nuruna meded veriyor. Güneşin bekası onunla değil belki âyinenin hayattar parlamasının bekası, güneşin cilvesine tabidir.
Sebagian orang yang dungu begitu senang menghadap ke cermin ketika gambar matahari tampak di dalamnya. Sebab, mereka tidak mengenali matahari itu sendiri. Ia jaga cermin tersebut dengan sungguh-sungguh agar gambar matahari tetap ada di dalamnya dan tidak hilang. Namun ketika ia mengetahui bahwa matahari itu tidak lenyap saat cerminnya lenyap, dan tidak hilang saat cerminnya rusak, maka ia pun mengarahkan perhatiannya pada matahari yang terdapat di langit. Ketika itulah ia mengetahui bahwa matahari yang tampak di cermin tidak mengikuti cermin dan bahwa kekekalannya tidak bergantung pada kekekalan cermin. Justru cermin itu menjadi tetap berguna dan bersinar karena adanya pantulan matahari. Dengan demikian, cermin itulah yang bergantung pada kekekalan matahari.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai manusia, kalbu, identitas, dan substansimu adalah cermin. Keinginan fitrahmu untuk bisa kekal bukan semata-mata karena cermin tadi, tetapi karena pada cermin itu terdapat pantulan nama Allah Yang Mahakekal dan Agung. Nama tersebut terpantul di dalamnya sesuai dengan kesiapan setiap manusia. Karenanya, ketika keinginan tadi diarahkan ke sisi yang lain, hal itu betul-betul merupakan kebodohan. Jika demikian keadaannya, ucapkanlah “Wahai Yang Mahakekal Engkaulah Yang Mahakekal. Selama Engkau Ada dan Kekal, apa pun yang dilakukan kefanaan pada kami, kami tidak peduli.
Ey insan! Senin kalbin ve hüviyet ve mahiyetin, bir âyinedir. Senin fıtratında ve kalbinde bulunan şedit bir muhabbet-i beka, o âyine için değil ve o kalbin ve mahiyetin için değil, belki o âyinede istidada göre cilvesi bulunan Bâki-i Zülcelal’in cilvesine karşı muhabbetindir ki belâhet yüzünden o muhabbetin yüzü başka yere dönmüş. Madem öyledir. يَا بَاقٖى اَن۟تَ ال۟بَاقٖى de. Yani madem sen varsın ve bâkisin; fena ve adem ne isterse bize yapsın, ehemmiyeti yok!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Petunjuk Ketiga'''
'''Üçüncü Remiz:''' Ey insan! Fâtır-ı Hakîm’in senin mahiyetine koyduğu en garib bir halet şudur ki: Bazen dünyaya yerleşemiyorsun. Zindanda boğazı sıkılmış adam gibi “Of, of!” deyip dünyadan daha geniş bir yer istediğin halde, bir zerrecik bir iş, bir hatıra, bir dakika içine girip yerleşiyorsun. Koca dünyaya yerleşemeyen kalp ve fikrin, o zerrecikte yerleşir. En şiddetli hissiyatınla o dakikacık, o hatıracıkta dolaşıyorsun.
Wahai manusia, di antara hal menakjubkan yang Allah tanamkan dalam dirimu adalah bahwa ketika kadangkala dunia tidak bisa menampungmu sehingga engkau berkata, “Uh, uh!” dengan kesal seperti orang yang sedang tersudut dan tercekik, lalu engkau berusaha mencari tempat yang lebih luas, ternyata sebiji amal perbuatan dan lintasan pikiran yang lembut bisa terasa lapang sehingga engkau tenggelam di dalamnya. Dengan demikian, kalbu dan pikiranmu yang tidak bisa ditampung oleh dunia yang besar, bisa ditampung oleh partikel yang kecil. Karena itu, berkelilinglah dengan segenap perasaan dan emosimu pada lintasan pikiran yang lembut dan kecil itu.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Allah telah menanamkan dalam dirimu berbagai organ dan perangkat spiritual yang lembut. Jika sebagiannya menyantap dunia ia tidak akan kenyang, sementara sebagian yang lain tak kuat menahan sehelai rambut tipis sekalipun. Misalnya mata yang tidak kuat menahan sehelai rambut yang masuk, sementara kepala bisa mena- han beban yang sangat berat. Perangkat yang lembut tersebut tidak bisa menahan beban seringan rambut. Dengan kata lain, ia tidak bisa menahan kondisi sangat ringan yang bersumber dari kesesatan dan kelalaian. Bahkan nyalanya bisa padam.
Hem senin mahiyetine öyle manevî cihazat ve latîfeler vermiş ki bazıları dünyayı yutsa tok olmaz. Bazıları bir zerreyi kendinde yerleştiremiyor. Baş, bir batman taşı kaldırdığı halde; göz, bir saçı kaldıramadığı gibi; o latîfe, bir saç kadar bir sıkleti, yani gaflet ve dalaletten gelen küçük bir halete dayanamıyor. Hattâ bazen söner ve ölür.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena itu, berhati-hati dan waspadalah. Jangan sampai engkau berikut perangkat halusmu, yang telah menelan dunia, tenggelam dalam satu santapan, satu kata, satu kilau, satu kedipan, satu suap, atau satu ciuman. Sebab, ada banyak sekali sesuatu yang sangat kecil tetapi di satu sisi mampu menyerap sesuatu yang sangat besar. Sebagai contoh, lihatlah bagaimana langit beserta bintang gemintangnya termuat dalam cermin yang kecil, serta bagaimana Allah menuliskan dalam memorimu yang kecil sesuatu yang lebih banyak daripada lembaran amalmu dan lebih luas daripada lembaran umurmu. Mahasuci Allah Yang Maha Berkuasa dan Maha Berdiri Sendiri.
'''Madem öyledir;''' '''hazer et, dikkatle bas, batmaktan kork. Bir lokma, bir kelime, bir dane, bir lem’a, bir işarette, bir öpmekte batma! Dünyayı yutan büyük letaiflerini onda batırma.''' '''Çünkü çok küçük şeyler var, çok büyükleri bir cihette yutar.''' Nasıl küçük bir cam parçasında; gök, yıldızlarıyla beraber içine girip gark oluyor. Hardal gibi küçük kuvve-i hâfızanda, senin sahife-i a’malin ekseri ve sahaif-i ömrün ağlebi içine girdiği gibi; çok cüz’î küçük şeyler var, öyle büyük eşyayı bir cihette yutar, istiab eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Petunjuk Keempat'''
'''Dördüncü Remiz:''' Ey dünya-perest insan! Çok geniş tasavvur ettiğin senin dünyan, dar bir kabir hükmündedir. Fakat, o dar kabir gibi menzilin duvarları şişeden olduğu için birbiri içinde in’ikas edip göz görünceye kadar genişliyor. Kabir gibi dar iken, bir şehir kadar geniş görünür. Çünkü o dünyanın sağ duvarı olan geçmiş zaman ve sol duvarı olan gelecek zaman, ikisi ma’dum ve gayr-ı mevcud oldukları halde, birbiri içinde in’ikas edip gayet kısa ve dar olan hazır zamanın kanatlarını açarlar. Hakikat hayale karışır, ma’dum bir dünyayı mevcud zannedersin.
Wahai penyembah dunia! Dunia yang engkau anggap luas dan lapang sebetulnya hanyalah seperti kuburan yang sempit. Hanya saja dinding-dinding kuburan tersebut terbuat dari cermin yang bisa memantulkan berbagai gambar sehingga engkau melihatnya luas dan lapang sejauh mata memandang. Demikian pula dengan tempat yang engkau diami sekarang. Ia tak ubahnya seperti kuburan, namun engkau melihatnya seolah-olah luas seperti sebuah kota yang besar. Sebab, dinding kanan dan kiri dunia tersebut yang mencerminkan masa lalu dan mendatang seolah-olah seperti cermin yang memantulkan berbagai gambar. Hal itu membuat sisi-sisi zaman sekarang ini tampak luas padahal sebetulnya sangat singkat dan sempit. Akhirnya bercampurlah antara hakikat dan khayalan. Engkau melihat dunia yang sebetulnya tiada menjadi ada.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebuah garis lurus yang sebetulnya sangat tipis, kalau digerakkan sedikit saja akan tampak luas menyerupai sebuah permukaan yang besar.Demikian pula dengan duniamu. Sebetulnya ia sangat sempit, namun dinding-dindingnya menjadi luas dan lebar akibat kealpaan dan sangkaan khayalmu. Baru ketika kepalamu bergerak karena sebuah musibah, ia akan membentur dinding yang kau anggap jauh tadi. Ia akan menghapus semua khayalanmu itu sekaligus membangunkanmu dari tidur panjang. Ketika itu, engkau akan mengetahui bahwa dunia yang kau anggap luas ternyata lebih sempit dari kubur. Putaran masa dan umurmu ternyata berlalu lebih cepat daripada kilat. Serta, hidupmu mengalir lebih cepat ketimbang air sungai.
Nasıl bir hat, sürat-i hareketle bir satıh gibi geniş görünürken, hakikat-i vücudu ince bir hat olduğu gibi; senin de dünyan hakikatçe dar fakat senin gaflet ve vehm ü hayalinle duvarları çok genişlemiş. O dar dünyada, bir musibetin tahrikiyle kımıldansan, başını çok uzak zannettiğin duvara çarparsın. Başındaki hayali uçurur, uykunu kaçırır. O vakit görürsün ki o geniş dünyan; kabirden daha dar, köprüden daha müsaadesiz. Senin zamanın ve ömrün, berkten daha çabuk geçer; hayatın, çaydan daha süratli akar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena kehidupan dunia, materi, dan hewani berlangsung demikian, maka keluarlah engkau dari kehidupan hewani, tinggalkanlah alam materi, serta masuklah ke dalam kehidupan kalbu. Di situlah engkau akan mendapatkan kehidupan yang lebih lapang, dan alam cahaya yang lebih luas daripada dunia yang kau anggap luas tadi.
'''Madem dünya hayatı ve cismanî yaşayış ve hayvanî hayat böyledir; hayvaniyetten çık, cismaniyeti bırak, kalp ve ruhun derece-i hayatına gir.''' Tevehhüm ettiğin geniş dünyadan daha geniş bir daire-i hayat, bir âlem-i nur bulursun. İşte o âlemin anahtarı, marifetullah ve vahdaniyet sırlarını ifade eden لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ kelime-i kudsiyesiyle kalbi söylettirmek, ruhu işlettirmektir.
Kunci untuk memasuki alam yang lapang itu adalah mengenal Allah, membunyikan lisan, menggerakkan kalbu, serta menyibukkan jiwa dengan makna dan rahasia kalimat suci lâ ilâha illallâh (Tiada Tuhan selain Allah).
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="ON_BEŞİNCİ_NOTA"></span>
== ON BEŞİNCİ NOTA ==
==Memoar Kelima Belas==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia berisi tiga persoalan:
'''Üç mesele'''dir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Persoalan Pertama(*<ref>*Adapun persoalan kedua dan ketiga, serta memoar selanjutnya yang masih ter- sisa oleh ustadz Said Nursi tidak digabung dengan risalah ini. Tetapi masing-masing di- jadikan risalah tersendiri dalam buku al-Lama’ât. Yaitu: risalah Ikhlas (cahaya ke-20 dan 21), tiga petunjuk (cahaya ke-22), risalah Thabi’ah (cahaya ke-23), risalah Hijab (cahaya ke-24), dan yang lainnya.</ref>)Wahai orang yang ingin mengetahui petunjuk tentang hakikat dua ayat mulia berikut:“Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji atom, ia akan melihatnya. Juga siapa yang mengerjakan kejahatan seberat biji atom, ia akan melihatnya.” (QS. az-Zalzalah [99]: 7-8).Keduanya menjelaskan manifestasi yang sempurna dari nama Allah, al-Hafîdz (Yang Maha Menjaga). Manifestasi nama al-Hafîdz tersebut serta contoh hakikat agung dari dua ayat di atas tampak de- ngan sangat jelas di seluruh pelosok alam. Engkau bisa mengetahuinya dengan melihat dan merenungkan lembaran kitab alam ini.
'''Birinci Mesele:''' İsm-i Hafîz’in tecelli-i etemmine işaret eden فَمَن۟ يَع۟مَل۟ مِث۟قَالَ ذَرَّةٍ خَي۟رًا يَرَهُ ۝ وَمَن۟ يَع۟مَل۟ مِث۟قَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ âyetidir. Kur’an-ı Hakîm’in bu hakikatine delil istersen, Kitab-ı Mübin’in mistarı üstünde yazılan şu kâinat kitabının sahifelerine baksan, ism-i Hafîz’in cilve-i a’zamını ve bu âyet-i kerîmenin bir hakikat-i kübrasının naziresini çok cihetlerle görebilirsin.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Yaitu lembaran kitab yang tertulis sesuai dengan catatan, timbangan, dan ukuran yang terdapat pada lauhil mahfudz. Sebagai contoh, ambillah sejumput benih dari aneka bunga dan pohon. Tampak campuran benih yang beraneka ragam jenis dan macamnya itu serupa dari segi bentuk dan besarnya. Lalu tanamlah ia pada sebidang tanah. Sirami dengan air secara bersamaan tanpa dibeda-bedakan.
'''Ezcümle:''' Ağaç, çiçek ve otların muhtelif tohumlarından bir kabza al. O muhtelif ve birbirine muhalif tohumların cinsleri birbirinden ayrı, nevileri birbirinden başka olan çiçek ve ağaç ve otların sandukçaları hükmünde olan o kabzayı karanlıkta ve karanlık ve basit ve camid bir toprak içinde defnet, serp. Sonra mizansız ve eşyayı fark etmeyen ve nereye yüzünü çevirsen oraya giden basit su ile sula.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selanjutnya tengoklah ia kembali pada musim semi, sebagai ajang kebangkitan tahunan. Lihat dan perhatikan bagaimana malaikat “Ra’ad” (petir) meniupkan sangkakalanya di musim semi seperti tiupan malaikat Israfil seraya memanggil hujan dan memberikan kabar gembira kepada benih-benih yang tertanam di bawah tanah bahwa semuanya akan dibangkitkan setelah tadinya mati. Engkau akan menyaksikan bagaimana seluruh benih yang sangat serupa itu, di bawah cahaya manifestasi nama al-Hafîdz, secara sempurna meng- gambarkan awâmir takwîniyah (instruksi penciptaan) yang berasal dari Tuhannya. Semua aksi dan geraknya sesuai dengan instruksi tersebut. Ia menampakkan kilau kebijakan, pengetahuan, kehendak, tujuan, dan perasaan-Nya yang sempurna.
Sonra senevî haşrin meydanı olan bahar mevsiminde gel, bak! İsrafilvari melek-i ra’d; baharda nefh-i sûr nevinden yağmura bağırması, yer altında defnedilen çekirdeklere nefh-i ruhla müjdelemesi zamanına dikkat et ki o nihayet derece karışık ve karışmış ve birbirine benzeyen o tohumcuklar, ism-i Hafîz’in tecellisi altında kemal-i imtisal ile hatasız olarak Fâtır-ı Hakîm’den gelen evamir-i tekviniyeyi imtisal ediyorlar. Ve öyle tevfik-i hareket ediyorlar ki onların o hareketlerinde bir şuur, bir basîret, bir kasd, bir irade, bir ilim, bir kemal, bir hikmet parladığı görünüyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dengan jelas engkau melihat bagaimana benih-benih yang serupa itu muncul dalam bentuk yang berbeda-beda. Ada benih yang menjadi pohon tin. Sebuah pohon yang menghasilkan dan menebarkan nikmat Tuhan lewat ranting dan dahannya. Ada lagi dua benih serupa yang menghasilkan bunga matahari dan bunga pansy. Masih banyak lagi bunga-bunga indah yang berhias diri untuk kita serta menemui kita dengan wajah yang senyum dan ceria. Selain itu ada pula berbagai benih lain yang berubah menjadi buah yang nikmat, tangkai-tangkai yang besar, dan pohon-pohon yang tinggi. Rasa buahnya yang lezat, wanginya yang harum, serta bentuknya yang indah membangkitkan selera kita sekaligus mengundang kita untuk mendekatinya. Lalu ia mempersembahkan dirinya kepada kita agar bisa naik dari tingkatan nabati menuju tingkatan hewani.
Çünkü görüyorsun ki o birbirine benzeyen tohumcuklar, birbirinden temayüz ediyor, ayrılıyor. Mesela bu tohumcuk, bir incir ağacı oldu. Fâtır-ı Hakîm’in nimetlerini başlarımız üstünde neşre başladı. Serpiyor, dallarının elleri ile bizlere uzatıyor. İşte bu, ona sureten benzeyen bu iki tohumcuk ise gün âşığı namındaki çiçek ile hercaî menekşe gibi çiçekleri verdi. Bizler için süslendi. Yüzümüze gülüyorlar, kendilerini bizlere sevdiriyorlar. Daha buradaki bir kısım tohumcuklar, bu güzel meyveleri verdi ve sümbül ve ağaç oldular. Güzel tat ve koku ve şekilleri ile iştihamızı açıp, kendi nefislerine bizim nefislerimizi davet ediyorlar ve kendilerini müşterilerine feda ediyorlar. Tâ nebatî hayat mertebesinden, hayvanî hayat mertebesine terakki etsinler. Ve hâkeza kıyas et.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Benih-benih itu pun tumbuh berkembang secara hebat sehingga dengan izin Tuhannya, ia menjadi sebuah kebun rimbun dan taman indah berhias aneka macam pohon dan tumbuhan. Perhatikan, adakah kekurangan dan cacat di dalamnya;“Maka lihatlah kembali, adakah yang tidak seimbang di dalam- nya.” (QS. al-Mulk [67]: 3).
Öyle bir surette o tohumcuklar inkişaf ettiler ki o tek kabza, muhtelif ağaçlarla ve mütenevvi çiçeklerle dolu bir bahçe hükmüne geçti. İçinde hiçbir galat, kusur yok. فَار۟جِعِ ال۟بَصَرَ هَل۟ تَرٰى مِن۟ فُطُورٍ sırrını gösterir. Her bir tohum, ism-i Hafîz’in cilvesiyle ve ihsanıyla ona pederinin ve aslının malından verdiği irsiyeti; iltibassız, noksansız muhafaza edip gösteriyor.
Lewat manifestasi nama Allah al-Hafîdz serta lewat karunia- Nya, setiap benih memperlihatkan apa yang diwarisi dari induk dan asalnya tanpa kurang sedikit pun.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dengan semua itu, al-Hafîdz yang telah melakukan penjagaan mengagumkan tersebut, mengisyaratkan sifat penjagaan-Nya yang akan tampak secara sangat jelas di hari kebangkitan dan di hari kiamat yang agung nanti.
İşte bu hadsiz hârika muhafazayı yapan Zat-ı Hafîz, kıyamet ve haşirde hafîziyetin tecelli-i ekberini göstereceğine kat’î bir işarettir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, penjagaan dan pengawasan Allah pada berbagai urusan yang sederhana itu merupakan bukti nyata bahwa Dia akan menjaga dan menghitung semua hal yang penting dan berpengaruh seperti amal perbuatan para khalifah di muka bumi berikut prestasinya, tingkah laku dan ucapan para pengemban amanah itu, serta berbagai kebajikan dan kejahatan para hamba Tuhan Yang Maha Esa.“Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja.”
Evet bu ehemmiyetsiz, zâil, fâni tavırlarda bu derece kusursuz, galatsız hafîziyet cilvesi bir hüccet-i kātıadır ki ebedî tesiri ve azîm ehemmiyeti bulunan emanet-i kübra hamelesi ve arzın halifesi olan insanların ef’al ve âsâr ve akvalleri ve hasenat ve seyyiatları, kemal-i dikkatle muhafaza edilir ve muhasebesi görülecek.
(QS. al-Qiyamah [75]: 36).
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tentu saja manusia akan dibangkitkan menuju keabadian, akan diberikan kebahagiaan yang kekal atau kemalangan yang kekal, serta akan dihisab sehingga bisa mendapat pahala atau mendapat siksa.
'''Âyâ bu insan zanneder mi ki başıboş kalacak? Hâşâ! Belki insan, ebede mebustur ve saadet-i ebediyeye ve şakavet-i daimeye namzettir. Küçük büyük, az çok her amelinden muhasebe görecek. Ya taltif veya tokat yiyecek.'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, ada banyak sekali bukti yang menunjukkan manifestasi nama Allah al-Hafîdz dan menerangkan hakikat ayat di atas. Contoh di atas baru sebagian kecil saja. Ia baru segenggam dari seonggok makanan, baru seciduk dari lautan, baru sebutir dari bebatuan yang banyak, baru setitik dari padang pasir yang luas, dan baru setetes dari air jernih yang turun dari langit. Maha suci Allah Yang Maha Menjaga, Maha Mengawasi, Maha Menyaksikan, dan Maha Menghitung.
İşte hafîziyetin cilve-i kübrasına ve mezkûr âyetin hakikatine şahitler hadd ü hesaba gelmez. Bu meseledeki gösterdiğimiz şahit; denizden bir katre, dağdan bir zerredir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ
</div>






<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
------
------
<center> [[On Altıncı Lem'a]] ⇐ [[Lem'alar]] | ⇒ [[On Sekizinci Lem'a]] </center>
<center> [[On Altıncı Lem'a/id|CAHAYA KEENAM BELAS]] ⇐ | [[Lem'alar/id|Al-Lama’ât]] | ⇒ [[On Sekizinci Lem'a/id|CAHAYA KEDELAPAN BELAS]] </center>
------
------
</div>