İçeriğe atla

On Yedinci Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

düzenleme özeti yok
("Perhatikanlah salah satu dari ribuan contoh yang menggambarkan indahnya pengabdian seperti yang diajarkan oleh Nabi. Lewat ibadah, Nabi menyatukan para ahli tauhid dalam shalat hari Raya, dalam shalat Jum’at, dan dalam shalat berjamaah. Beliau juga meng- himpun lisan mereka di atas kalimat yang sama. Sehingga lewat itu, beliau merespon seruan agung yang berasal dari Tuhan itu dengan suara-suara kalbu dan lisan yang tak terhingga banyaknya sebagai sesua..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
Değişiklik özeti yok
Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği
243. satır: 243. satır:
Ketahuilah bahwa posisi kenabian pada umat manusia merupakan rangkuman kebaikan serta landasan kesempurnaan. Selain itu, agama yang benar merupakan indeks kebahagiaan serta iman merupakan kebaikan murni dan keindahan mutlak. Karena kebaikan yang cemerlang, limpahan yang luas dan mulia, serta kesempurnaan yang utama tampak di alam ini, tentulah hakikat kebenaran ada pada sisi kenabian dan pada para nabi. Sedangkan kesesatan, kejahatan, dan kerugian ada pada posisi yang berseberangan dengan mereka.
Ketahuilah bahwa posisi kenabian pada umat manusia merupakan rangkuman kebaikan serta landasan kesempurnaan. Selain itu, agama yang benar merupakan indeks kebahagiaan serta iman merupakan kebaikan murni dan keindahan mutlak. Karena kebaikan yang cemerlang, limpahan yang luas dan mulia, serta kesempurnaan yang utama tampak di alam ini, tentulah hakikat kebenaran ada pada sisi kenabian dan pada para nabi. Sedangkan kesesatan, kejahatan, dan kerugian ada pada posisi yang berseberangan dengan mereka.


Perhatikanlah salah satu dari ribuan contoh yang menggambarkan indahnya pengabdian seperti yang diajarkan oleh Nabi. Lewat ibadah, Nabi menyatukan para ahli tauhid dalam shalat hari Raya, dalam shalat Jum’at, dan dalam shalat berjamaah. Beliau juga meng- himpun lisan mereka di atas kalimat yang sama. Sehingga lewat itu, beliau merespon seruan agung yang berasal dari Tuhan itu dengan suara-suara kalbu dan lisan yang tak terhingga banyaknya sebagai sesuatu yang saling mendukung dan menguatkan. Sebab, semuanya memperlihatkan sebuah pengabdian yang sangat luas terhadap kea- gungan Tuhan. Seolah-olah seluruh bola bumi itulah yang mengucapkan zikir, yang memanjatkan doa, yang melakukan shalat kepada Allah, serta yang melaksanakan perintah shalat yang turun dengan penuh kemuliaan dan keagungan dari atas langit yang tujuh, yaitu:“Dan dirikanlah Shalat...” (QS. al-Baqarah [2]: 43).Dengan adanya kesatuan tersebut, manusia sebagai makhluk yang lemah dan kecil—layaknya biji atom yang ada di alam inimenjadi seorang hamba yang dicintai oleh Sang Pencipta langit dan bumi karena pengabdiannya yang agung tadi. Ia menjadi sosok khalifah dan penguasa bumi, pemimpin semua hewan, dan tujuan penciptaan seluruh alam. Bagaimana menurutmu jika di alam nyata inise- bagaimana di alam gaib—suara ratusan juta kaum mukminin bertakbir membaca Allahu Akbar selepas shalat, apalagi pada shalat Hari Raya, lalu semuanya berkumpul pada waktu yang sama, bukankah hal itu menyerupai suara takbir bumi dan sesuai dengan besarnya bumi yang seolah-olah seperti manusia besar. Sebab, dengan bersatunya takbir mereka pada satu waktu yang bersamaan ada takbir yang sangat besar yang seolah-olah diucapkan oleh bumi.
Perhatikanlah salah satu dari ribuan contoh yang menggambarkan indahnya pengabdian seperti yang diajarkan oleh Nabi. Lewat ibadah, Nabi menyatukan para ahli tauhid dalam shalat hari Raya, dalam shalat Jum’at, dan dalam shalat berjamaah. Beliau juga meng- himpun lisan mereka di atas kalimat yang sama. Sehingga lewat itu, beliau merespon seruan agung yang berasal dari Tuhan itu dengan suara-suara kalbu dan lisan yang tak terhingga banyaknya sebagai sesuatu yang saling mendukung dan menguatkan. Sebab, semuanya memperlihatkan sebuah pengabdian yang sangat luas terhadap kea- gungan Tuhan. Seolah-olah seluruh bola bumi itulah yang mengucapkan zikir, yang memanjatkan doa, yang melakukan shalat kepada Allah, serta yang melaksanakan perintah shalat yang turun dengan penuh kemuliaan dan keagungan dari atas langit yang tujuh, yaitu:“Dan dirikanlah Shalat...” (QS. al-Baqarah [2]: 43).Dengan adanya kesatuan tersebut, manusia sebagai makhluk yang lemah dan kecil—layaknya biji atom yang ada di alam inimenjadi seorang hamba yang dicintai oleh Sang Pencipta langit dan bumi karena pengabdiannya yang agung tadi. Ia menjadi sosok khalifah dan penguasa bumi, pemimpin semua hewan, dan tujuan penciptaan seluruh alam.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">