İçeriğe atla

Yirminci Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Dengan kata lain, seseorang harus mengamalkan firman Allah yang berbunyi: “Upahku hanya dari Allah.” (QS. Yunus [10]: 72). Caranya, ia harus lebih mengedepankan kebenaran dan petunjuk ketimbang mengikuti hawa nafsu, serta lebih mendahulukan kebenaran daripada kepentingan pribadi. Selain itu, ia pun harus mengamalkan pernyataan al-Qur’an berikut ini:“Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanat Allah) de- ngan jelas.” (QS. an-Nûr [24]: 54). ke..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Penyakit kronis ini tidak akan bisa sembuh, kecuali dengan salep ikhlas, yang merupakan obat yang benar-benar mujarab." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği
("Dengan kata lain, seseorang harus mengamalkan firman Allah yang berbunyi: “Upahku hanya dari Allah.” (QS. Yunus [10]: 72). Caranya, ia harus lebih mengedepankan kebenaran dan petunjuk ketimbang mengikuti hawa nafsu, serta lebih mendahulukan kebenaran daripada kepentingan pribadi. Selain itu, ia pun harus mengamalkan pernyataan al-Qur’an berikut ini:“Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanat Allah) de- ngan jelas.” (QS. an-Nûr [24]: 54). ke..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği
35. satır: 35. satır:
Penyakit kronis ini tidak akan bisa sembuh, kecuali dengan salep ikhlas, yang merupakan obat yang benar-benar mujarab.
Penyakit kronis ini tidak akan bisa sembuh, kecuali dengan salep ikhlas, yang merupakan obat yang benar-benar mujarab.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dengan kata lain, seseorang harus mengamalkan firman Allah yang berbunyi: “Upahku hanya dari Allah.” (QS. Yunus [10]: 72). Caranya, ia harus lebih mengedepankan kebenaran dan petunjuk ketimbang mengikuti hawa nafsu, serta lebih mendahulukan kebenaran daripada kepentingan pribadi. Selain itu, ia pun harus mengamalkan pernyataan al-Qur’an berikut ini:“Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanat Allah) de- ngan jelas.” (QS. an-Nûr [24]: 54). kebenaran daripada kepentingan pribadi. Selain itu, ia pun harus mengamalkan pernyataan al-Qur’an berikut ini:
Yani hakperestliği nefis-perestliğe tercih etmekle ve hakkın hatırı, nefsin ve enaniyetin hatırına galip gelmekle اِن۟ اَج۟رِىَ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ sırrına mazhar olup, nâstan gelen maddî ve manevî ücretten istiğna etmekle '''(Hâşiye<ref>'''Hâşiye:''' Sahâbelerin senâ-i Kur'âniyeye mazhar olan "îsâr" hasletini kendine rehber etmek, yani, hediye ve sadakanın kabûlünde başkasını kendine tercih etmek ve hizmet-i diniyenin mukâbilinde gelen menfaat-i maddiyeyi istemeden ve kalben taleb etmeden, sırf bir ihsân-ı ilâhî bilerek, nâstan minnet almayarak ve hizmet-i diniyenin mukâbilinde de almamaktır.
“Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan jelas.” (QS. an-Nûr [24]: 54).
<br>
Cara mengamalkannya, ia harus mengabaikan upah materi dan maknawi yang datang dari manusia,(*<ref>*Ia hendaknya meneladani sikap altruisme (îtsâr; mengutamakan kepentingan orang lain) yang dimiliki oleh para sahabat f. Sikap inilah yang membuat mereka dipu-
Çünkü, hizmet-i diniyenin mukâbilinde dünyada bir şey istenilmemeli ki, ihlâs kaçmasın. Çendan hakları var ki, ümmet onların maîşetlerini te'min etsin. Hem zekâta da müstehaktırlar. Fakat bu istenilmez, belki verilir. Verildiği vakit de "Hizmetimin ücretidir" denilmez. Mümkün olduğu kadar kanâatkârâne, başka ehil ve daha müstehak olanların nefsini kendi nefsine tercih etmek, ﴾وَ يُؤْثِرُونَ عَلٰى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ﴿ sırrına mazhariyetle, bu müdhiş tehlikeden kurtulup ihlâsı kazanabilir.</ref>)'''  وَمَا عَلَى الرَّسُولِ اِلَّا ال۟بَلَاغُ sırrına mazhar olup; hüsn-ü kabul ve hüsn-ü tesir ve teveccüh-ü nâsı kazanmak noktalarının Cenab-ı Hakk’ın vazifesi ve ihsanı olduğunu ve kendi vazifesi olan tebliğde dâhil olmadığını ve lâzım da olmadığını ve onunla mükellef olmadığını bilmekle ihlasa muvaffak olur. Yoksa ihlası kaçırır.
ji secara langsung oleh al-Qur’an. Altruisme ialah sikap mendahulukan orang lain atas diri sendiri dalam menerima hadiah dan sedekah, serta sikap tidak menerima balasan atas pengabdian yang di lakukan untuk kepentingan agama, bahkan tidak mengharap- kannya sama sekali. Kalaupun kemudian diberi, hal itu harus dianggap sebagai karunia ilahi semata, tanpa merasa berhutang budi pada manusia. Sebab, tidak boleh meminta balasan duniawi atas pengabdian di jalan ukhrawi agar keikhlasan tetap terjaga. Meskipun umat harus menjamin nafkah kehidupan mereka (orang-orang yang mengabdikan dirinya pada agama), dan mereka berhak menerima zakat, namun mereka tidak boleh meminta-minta, melainkan diberi. Ketika mereka diberi sesuatu, mereka tidak boleh mengambilnya sebagai balasan atas tugas pengabdian agama. Karena itu, ahlul haq semampu mungkin lebih mengutamakan orang yang lebih berhak menerima disertai sikap ridha dan qanaah terhadap rezeki yang Allah berikan agar mendapatkan rahasia ayat al-Qur’an yang berbunyi:“Mereka lebih mengutamakan orang lain daripada diri mereka sendiri, meskipun mereka sebenarnya memerlukan”. (QS. al-Hasyr [59]: 9). Ketika itulah, seseorang akan bisa berlaku ikhlas sekaligas bisa menyelamatkan diri dari jurang kebinasaan yang sangat berbahaya–Penulis.</ref>)sekaligus menyadari bahwa pujian, penghargaan, dan penghormatan dari mereka semata-mata berasal dari karunia Allah dan sama sekali bukan karena tugasnya, yang hanya sekadar menyampaikan. Siapa yang berhasil mengamalkan hal tersebut, ia akan merasakan nikmatnya keikhlasan. Jika tidak, ia akan kehilangan banyak kebaikan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">