İçeriğe atla

Yirmi İkinci Mektup/id: Revizyonlar arasındaki fark

124 bayt kaldırıldı ,  15.54 Pazartesi günü
"Penyakit dan Kondisi Sosial Umat Islam yang Memilukan" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("------ <center> SURAT KEDUA PULUH SATU ⇐ | Al-Maktûbât | ⇒ SURAT KEDUA PULUH TIGA </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Penyakit dan Kondisi Sosial Umat Islam yang Memilukan" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
 
164. satır: 164. satır:
Dalam peristiwa yang lain, seorang penguasa yang adil memecat seorang hakim ketika melihatnya marah saat melakukan eksekusi potong tangan terhadap pencuri. Jika hakim itu memotong tangan pencuri demi tegaknya syariat dan hukum Ilahi, maka ia seharusnya menunjukkan rasa kasihan terhadapnya dan memotong tangannya tanpa menunjukkan kemarahan dan kasih sayang. Karena nafsu mempunyai andil dalam keputusan tersebut, sementara nafsu menafikan kemurnian keadilan, sang hakim pun dicopot dari jabatannya.
Dalam peristiwa yang lain, seorang penguasa yang adil memecat seorang hakim ketika melihatnya marah saat melakukan eksekusi potong tangan terhadap pencuri. Jika hakim itu memotong tangan pencuri demi tegaknya syariat dan hukum Ilahi, maka ia seharusnya menunjukkan rasa kasihan terhadapnya dan memotong tangannya tanpa menunjukkan kemarahan dan kasih sayang. Karena nafsu mempunyai andil dalam keputusan tersebut, sementara nafsu menafikan kemurnian keadilan, sang hakim pun dicopot dari jabatannya.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Penyakit dan Kondisi Sosial Umat Islam yang Memilukan
'''Cây-ı teessüf bir halet-i içtimaiye ve kalb-i İslâm’ı ağlatacak müthiş bir maraz-ı hayat-ı içtimaî:'''
</div>


Suku paling primitif pun bisa mengerti kondisi bahaya yang mengancam sehingga mereka melupakan konflik internal mereka dan menggalang persatuan untuk menghadapi serangan musuh dari luar. Jika mereka yang primitif saja bisa mewujudkan kemaslahatan sosial, mengapa mereka yang mengemban misi pengabdian dan dakwah Islam tidak dapat melupakan permusuhan sepele di antara mereka sehingga membuka jalan bagi musuh yang tak terhitung jumlahnya untuk menyerang umat Islam?! Padahal musuh telah menyatukan barisan dan mengepung umat Islam dari segala penjuru. Kondisi ini tentu sebuah kemunduran yang mencemaskan, kemerosotan yang memilukan, dan penghianatan terhadap kehidupan sosial umat Islam.
Suku paling primitif pun bisa mengerti kondisi bahaya yang mengancam sehingga mereka melupakan konflik internal mereka dan menggalang persatuan untuk menghadapi serangan musuh dari luar. Jika mereka yang primitif saja bisa mewujudkan kemaslahatan sosial, mengapa mereka yang mengemban misi pengabdian dan dakwah Islam tidak dapat melupakan permusuhan sepele di antara mereka sehingga membuka jalan bagi musuh yang tak terhitung jumlahnya untuk menyerang umat Islam?! Padahal musuh telah menyatukan barisan dan mengepung umat Islam dari segala penjuru. Kondisi ini tentu sebuah kemunduran yang mencemaskan, kemerosotan yang memilukan, dan penghianatan terhadap kehidupan sosial umat Islam.