BENIH-BENIH HAKIKAT
Otuz beş sene evvel tabedilen “Hakikat Çekirdekleri” namındaki risaleden vecizelerdir.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّح۪يمِ
اَل۟حَم۟دُ لِلّٰهِ رَبِّ ال۟عَالَمٖينَ وَ الصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى اٰلِهٖ وَ صَح۟بِهٖ اَج۟مَعٖينَ
1. Era yang sakit, unsur yang luka, dan organ yang cedera, resepnya adalah mengikuti al-Qur’an.
2. Benua yang luas dan besar, namun kondisinya buruk. Negara yang ternama, namun nasibnya malang. Umat yang terhormat dan mulia, tapi tanpa pemimpin. Resepnya adalah persatuan Islam.
3. Orang yang tidak memiliki kepalan yang kuat untuk menahan beban bumi, bintang, dan matahari serta tidak mampu meng- gerakkannya seperti biji tasbih, ia tidak bisa mengaku sebagai pencipta. Sebab, segala sesuatu terpaut dengan yang lain.
4. Menghidupkan seluruh makhluk pada hari kebangkitan tidaklah berat bagi qudrah Ilahi sebagaimana juga tidak berat menghidupkan dan menciptakan serangga setelah tidur nyenyak sepanjang musim semi yang menyerupai kematian. Pasalnya, qudrah Ilahi bersifat dzati dan tidak berubah. Ia tidak bercampur dengan kelemahan dan tidak dimasuki hambatan, serta tidak memiliki tingkatan. Segala sesuatu sama bagi Allah.
5. Dzat yang menciptakan mata nyamuk adalah Dzat yang juga menciptakan matahari.
6. Dzat yang mengatur sistem pencernaan kutu adalah Dzat yang juga mengatur sistem tata surya.
7. Dalam menata alam terdapat mukjizat yang cemerlang. Kalau kita berandai-andai bahwa semua sebab alam berbuat sesuai kehendaknya dan memiliki kuasa, tentu seluruh sebab tadi bersujud dengan segenap kelemahannya di hadapan mukjizat tersebut seraya berkata, “Mahasuci Engkau. Kami tidak memiliki qudrah. Engkau Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.”
8. Seluruh sebab tidak memberi pengaruh hakiki. Begitulah tuntutan dari keesaan dan keagungan-Nya. Hanya saja, sebab-sebab yang ada telah menjadi tirai di hadapan qudrah-Nya. Begitulah tuntutan kemuliaan dan keagungan Tuhan. Hal itu agar tangan qudrah Tuhan secara lahiriah tidak terlihat langsung menangani berbagai urusan yang sepele.
9. Sisi malakut yang menjadi tempat terpautnya qudrah Ilahi pada segala sesuatu bersifat jelas dan bersih.
10. Alam indrawi adalah tirai dekoratif yang menutupi alam gaib.
11. Untuk menciptakan satu titik di tempatnya yang benar harus ada qudrah mutlak yang mampu menciptakan seluruh alam.Hal itu karena setiap huruf kitab alam yang besar ini, apalagi yang bernyawa, memiliki sisi yang mengarah kepada setiap kalimat kitab tersebut dan memiliki mata yang menatap kepadanya.
12. Terdapat sebuah kisah terkenal, yaitu ketika orang-orang mengamati hilal hari raya dan tidak ada yang melihat, tiba-tiba seorang yang sudah lanjut usia bersumpah bahwa ia melihat hilal. Namun ternyata apa yang ia lihat bukan hilal, tetapi bulu putih yang turun melengkung dari alisnya. Sungguh jauh perbedaan antara bulu dan hilal. Juga, sungguh jauh perbedaan antara gerak partikel dan Dzat yang membentuk seluruh spesies.
13. Alam merupakan tempat percetakan, bukan pencetak. Ia ukiran; bukan pengukir. Ia objek; bukan subjek. Ia hanya mistar; bukan sumber perbuatan. Ia hanya sistem dan tatanan; bukan penata. Ia hanya aturan; bukan pembuat aturan. Serta ia hanya syariat yang dikehendaki-Nya; bukan hakikat eksternal.
14. Daya tarik dan ketertarikan yang terdapat di dalam jiwa, sebagai sebuah fitrah, tidak lain merupakan tarikan hakikat yang sangat menarik.
15. Fitrah tidak berdusta. Dalam benih terdapat kecenderungan untuk tumbuh. Bila berkata, “Aku akan tumbuh dan berbuah,” maka ia benar. Dalam telur juga terdapat kecenderungan untuk hidup. Bila berkata, “Aku akan menjadi anak ayam” sehingga hal itu benar-benar terwujud dengan izin Allah, maka ia benar. Ketika kecenderungan membeku pada air, ia berkata, “Aku akan menempati area yang lebih luas” maka meskipun keras, besi tidak bisa mendustakannya. Bahkan kebenaran ucapannya akan memecah besi. Semua kecenderungan di atas adalah manifestasi perintah penciptaan yang bersumber dari kehendak Ilahi.
16. Qudrah azali yang tidak membiarkan semut tanpa pemimpin dan lebah tanpa si pejantan, juga tidak membiarkan manusia tanpa kehadiran seorang nabi. Sebagaimana terbelahnya bulan merupakan mukjizat Muhammad bagi manusia di alam nyata, mi’raj juga merupakan mukjizat Muhammad yang terbesar bagi malaikat dan makhluk spiritual lain di alam malakut. Wilâyah kenabian beliau telah diperkuat oleh karamah yang cemerlang ini. Pribadi beliau yang bersinar laksana obor terang, kilat, dan bulan purnama di alam malakut.
17. Dua kalimat syahadat antara yang satu dengan yang lain saling menguatkan. Kalimat pertama menjadi petunjuk deduktif bagi yang kedua. Kalimat kedua juga menjadi petunjuk induktif atas yang pertama.(*[1])
18. Kehidupan merupakan satu bentuk manifestasi keesaan pada pluralitas makhluk. Karena itu, ia mengarah kepada kesatuan. Kehidupan menjadikan sesuatu yang satu menguasai segala sesuatu.
19. Ruh merupakan hukum yang memiliki wujud eksternal dan aturan yang memiliki perasaan. Ia bersumber dari alam perintah dan sifat iradah Tuhan sama seperti berbagai hukum alamiah yang bersifat permanen. Qudrah Ilahi membungkusnya dengan wujud indrawi dan menjadikan unsur yang lembut sebagai kulit bagi substansi tersebut. Ruh yang ada merupakan saudara bagi hukum rasional. Keduanya bersifat permanen dan berasal dari alam perintah. Andaikan qudrah azali membungkus hukum berbagai spesies dengan wujud eksternal, tentu ia menjadi ruh. Andaikan ruh melepaskan wujud dan membuang perasaannya, tentu ia juga menjadi hukum yang tidak mati.
20. Berbagai entitas dapat terlihat dengan adanya “cahaya”. Sementara wujud entitas dikenal dengan adanya “kehidupan”. Keduanya merupakan alat penyingkap.
21. Agama Nasrani pada akhirnya akan meletakkan senjata dan menerima Islam, entah lewat “peredaman” atau “pemurnian”. Agama Nasrani beberapa kali terkoyak hingga melahirkan Protestan. Protestan juga terkoyak dan mendekat pada tauhid. Iapun sudah bersiap untuk terkoyak lagi. Bisa jadi dengan “meredam” dan akhirnya padam, atau dengan menemukan berbagai hakikat Islam yang berisi sejumlah prinsip agama Nasrani yang benar sehingga menerimanya.
Rasul mengisyaratkan rahasia agung ini dengan sabda beliau, “Isa akan turun, akan menjadi umatku, dan akan mengamalkan syariatku.”
22. Yang menggiring mayoritas orang awam untuk taat dan menjalankan perintah adalah kesucian yang melekat pada sumber rujukan. Kesucian inilah yang menggiring mayoritas orang awam untuk lebih bisa tunduk daripada kekuatan petunjuk dan argumen.
23. 90% persoalan syariat yang merupakan hal pokok dan aksiomatik, semuanya merupakan pilar berlian. Adapun persoalan ijtihad yang diperselisihkan hanya sekitar 10%. Jangan sampai 90 pilar berlian itu berada di bawah perlindungan sepuluh lainnya yang berasal dari emas.
Kitab-kitab fikih dan ijtihad harus menjadi teropong dan cermin untuk melihat al-Qur’an; bukan bayangan dan pengganti darinya.
24. Orang yang memiliki kemampuan berijtihad bisa berijtihad untuk dirinya. Namun ia tidak bisa menetapkan syariat.
25. Seruan kepada sebuah pemikiran bergantung pada penerimaan jumhur ulama terhadapnya. Bila tidak, ia tergolong bid’ah yang tertolak.
26. Sebagai makhluk yang mulia secara fitrah, manusia selalu mencari kebenaran. Saat pencarian tersebut, kadang ia mendapat kebatilan yang kemudian ia simpan dan ia pelihara di dadanya dengan anggapan kebatilan tersebut merupakan kebenaran. Kadangkala pula saat sedang mencari hakikat kebenaran, namun tanpa sengaja ia jatuh pada kesesatan. Lalu hal itu ia sangka sebagai sebuah kebenaran sehingga ia pakai seperti memakai peci.
27. Qudrah Ilahi memiliki banyak cermin. Yang satu lebih bening dan lebih halus daripada yang lain. Ia sangat beragam, mulai dari air hingga udara, dari udara hingga eter, dari eter hingga alam mitsal, dari alam mitsal hingga alam arwah, bahkan sampai kepada perjalanan zaman dan pemikiran. Pada cermin udara, satu kalimat menjadi jutaan kalimat. Pena qudrah menyalin rahasia reproduksi ini dalam bentuk yang menakjubkan. Pantulan tersebut bisa berisi identitas, atau berisi identitas dan substansi. Berbagai bentuk pantulan atau bayangan benda padat merupakan benda mati yang bergerak. Adapun berbagai pantulan atau bayangan ruh yang bercahaya pada cerminnya adalah makhuk hidup yang terpaut dengan kehidupan. Jika bukan aslinya, ia bukan selainnya.
28. Ketika matahari bergerak pada porosnya, buahnya tidak jatuh. Namun bila tidak bergerak, maka planet yang merupakan buahnya akan jatuh dan berserakan.
29. Cahaya pemikiran menyebarkan kegelapan selama tidak disinari dan tidak menyatu dengan cahaya kalbu. Sebagaimana bila siang mata yang putih yang tidak bersinar tidak menyatu dengan malamnya yang hitam, ia tidak menjadi mata yang melihat, demikian pula tidak ada bashirah bagi pikiran putih yang tidak disertai dengan bintik hitam kalbu.
30. Bila ilmu tidak disertai dengan ketetapan hati, ia adalah kebodohan. Pasalnya, komitmen dan keyakinan merupakan dua hal yang berbeda.
31. Menggambarkan kebatilan dalam bentuk yang baik merupakan penyesatan bagi akal yang bening.
32. Seorang ulama yang membimbing umat harus seperti kambing; bukan seperti burung. Kambing memberi susu kepada anaknya, sementara burung memberi muntahan makanan kepada anaknya.
33. Keberadaan sesuatu bergantung pada keberadaan semua bagi- annya. Sementara ketiadaan sesuatu bergantung pada ketiadaan satu bagian darinya. Karena itu, orang yang lemah cenderung merusak untuk menunjukkan kemampuannya. Ia melakukan berbagai hal negatif dan destruktif; bukan sesuatu yang positif dan konstruktif.
34. Bila rambu-rambu hikmah tidak sejalan dengan aturan peme- rintah, serta bila prinsip kebenaran tidak menyatu dengan ikatan kekuatan, ia tidak akan menghasilkan buah di tengah-tengah masyarakat.
35. Kezaliman memakai peci keadilan, khianat mengenakan busana semangat patriotisme, jihad disebut sebagai pembangkangan, dan pengekangan disebut sebagai kebebasan. Begitulah semua bertukar bentuk.
36. Politik yang tegak di atas kepentingan adalah binatang buas yang menakutkan.
37. Cinta kepada sosok buas yang lapar tidak akan membuatnya simpati. Namun membuatnya semakin bernafsu di samping menuntut upah gigi taring dan kukunya.
38. Zaman memperlihatkan bahwa surga itu mahal, dan neraka itu perlu.
39. Keistimewaan kalangan elit yang mestinya bersikap tawaduk, justru menjadi sebab kesombongan dan kesewenang-wenangan. Lalu, kelemahan dan kefakiran kalangan jelata yang harusnya melahirkan sikap kasih sayang dan kedermawanan kepada mereka; justru membuat mereka ditawan dan ditindas.
40. Bila sesuatu berisi kebaikan dan kemuliaan ia langsung diberikan dan dinisbatkan kepada kalangan elit. Namun bila berisi keburukan, ia langsung dilekatkan dan dinisbatkan kepada ka- langan jelata.
41. Bila pikiran tidak memiliki tujuan dan idealisme, atau tujuannya terlupakan, pikiran akan berubah menjadi “aku” individu dan berkutat padanya.
42. Sumber hakiki kekacauan, kerusakan, dan semua akhlak tercela pada kehidupan sosial adalah dua kalimat berikut:
a. Yang penting aku kenyang, tidak peduli yang lain mati kelaparan.
b. Anda yang bekerja, saya yang menikmati hasilnya.
Yang bisa mengobati kalimat pertama hanyalah “penerapan zakat”.
Sementara obat bagi kalimat kedua adalah “pelarangan riba”.
Keadilan al-Qur’an berdiri di pintu dunia seraya berkata kepada riba, “Dilarang! Engkau tidak boleh masuk!” Ketika umat manusia tidak lagi mendengar perintah tersebut, ia mendapat tamparan keras. Karena itu, ia harus mendengarnya sebelum tamparan yang lebih keras menerpa.
43. Perang antar negara dan bangsa akan berganti dengan perang antar golongan dan kelas sosial. Pasalnya, sebagaimana manusia tidak rela menjadi tawanan, ia juga tidak rela menjadi budak upahan.
44. Orang yang meniti jalan menuju tujuan dengan cara yang tidak dibenarkan seringkali dihukum dengan sesuatu yang menjadi kebalikan dari tujuannya itu. Balasan dari cinta yang tidak benar—seperti mencintai Eropa—adalah permusuhan dan pengkhianatan dari pihak yang dicinta.
45. Melihat masa lalu dan musibah harus dengan kacamata “takdir”. Sementara melihat masa depan dan maksiat harus dengan perspektif taklif (kewajiban agama). Di sini paham jabariyah dan muktazilah mendapat titik temu.
46. Tidak boleh merasa lemah dalam hal yang masih ada jalan keluarnya. Tidak boleh juga berkeluh kesah dalam hal yang tidak bisa diatasi sama sekali.
47. Luka kehidupan bisa disembuhkan. Namun luka kemuliaan Islam dan kehormatan bangsa begitu dalam.
48. Akan ada suatu masa di mana satu kata bisa menyeret pasukan masuk dalam perang, dan satu tembakan bisa membinasakan tiga puluh juta penduduk.(*[2])Dan akan ada suatu kondisi di mana gerakan sederhana bisa membawa manusia menuju ting- katan yang paling tinggi; dan perbuatan sepele bisa menjatuhkannya ke tingkatan yang paling rendah.
49. Satu benih kejujuran bisa melenyapkan segudang kebohongan. Sebuah hakikat lebih baik daripada segudang khayalan.
Engkau harus jujur dalam setiap perkataan. Namun tidaklah tepat mengungkap semua kejujuran.
Sebab, keharusan untuk jujur dalam setiap tutur kata, bukan berarti harus menuturkan semua kejujuran.
50. Siapa yang baik cara pandangnya, akan baik pola pikirnya. Siapa yang baik pola pikirnya, akan bahagia hidupnya.
51. Harapan membangkitkan manusia, sementara keputusasaan membunuh mereka.
52. Daulah Islam ini yang sejak dulu memikul kewajiban jihad sebagai fardhu kifayah demi meninggikan kalimat Allah dan menjaga keberlangsungan kemerdekaan dunia Islam di mana ia laksana satu tubuh serta memposisikan diri sebagai tebusan bagi dunia Islam sekaligus pengibar panji khilafah, maka berbagai musibah yang dialaminya akan diganti dengan kebahagiaan yang menjadi kebanggaan dunia Islam. Musibah ini telah mempercepat lahirnya persaudaraan islam di berbagai penjuru dunia Islam; persaudaraan itulah yang merupakan substansi dan ruh kehidupan kita.
53. Menisbatkan sejumlah pesona peradaban kepada agama Nasrani yang tidak berjasa di dalamnya, serta menisbatkan ketertinggalan sambil mengaitkan dengan Islam yang menjadi musuh baginya adalah bukti dari pemutarbalikan fakta.
54. Sepotong berlian langka yang berkarat tetap lebih baik daripada sepotong kaca yang selalu berkilau.
55. Orang-orang yang mencari segala sesuatu pada materi adalah mereka yang menaruh akalnya di mata. Sementara mata tidak bisa melihat hal yang bersifat maknawi.
56. Ketika sebuah kiasan berpindah dari ilmuwan ke orang tak berpengatahuan, ia akan berubah menjadi hakikat yang nyata dan membuka pintu menuju khurafat.
57. Kebaikan yang melebihi kebaikan Ilahi bukanlah kebaikan. Pasalnya, segala sesuatu harus dideskripsikan sesuai dengan sifat yang melekat padanya.
58. Popularitas membuat manusia memiliki sesuatu yang bukan miliknya.
59. Hadis Nabi merupakan sumber kehidupan dan mengilhami berbagai hakikat.
60. Kebangkitan agama adalah kebangkitan bangsa. Sementara kehidupan agama adalah cahaya kehidupan.
61. Al-Qur’an al-Karim, yang merupakan rahmat bagi seluruh umat manusia, hanya bisa menerima peradaban yang menjamin kebahagiaan masyarakat secara umum atau minimal kebahagiaan mayoritas. Sementara peradabaan saat ini didirikan di atas lima pilar negatif:
Titik sandarannya adalah kekuatan. Hal ini melahirkan pelanggaran dan tindakan yang melampaui batas.
Tujuannya adalah kepentingan. Hal ini melahirkan persaingan.
Prinsip hidupnya adalah pertarungan. Ini melahirkan pertikaian.
Ikatan sosialnya berupa rasisme dan kesukuan yang berkembang secara masif dengan memangsa kelompok lain. Ia melahirkan benturan yang hebat.
Pengabdian menariknya kepada umat adalah mendorong dan memenuhi keinginan hawa nafsu yang mendistorsi jati diri manusia secara maknawi.
Adapun peradaban yang dikandung dan diperintahkan oleh syariah Muhammad adalah sebagai berikut:
Titik sandarannya adalah kebenaran, bukan kekuatan. Hal ini melahirkan keadilan dan kesetaraan.
Tujuannya adalah kemuliaan, bukan kepentingan. Hal ini melahirkan cinta dan saling empati.
Titik kesatuannya adalah ikatan agama, tanah air, dan kelompok; bukan ikatan ras dan suku. Hal ini melahirkan persaudaraan yang tulus, perdamaian sejati, serta kesiapan untuk membela saat ada serangan eksternal.
Prinsip hidupnya adalah kerjasama, bukan pertarungan. Hal ini melahirkan persatuan dan solidaritas.
Ia mengikuti petunjuk, bukan hawa nafsu. Hal ini membuat manusia naik secara spiritual ke tingkat kesempurnaan.
Karena itu, jangan engkau lepaskan Islam yang merupakan pelindung eksistensi kita dari genggamanmu. Berpegang eratlah padanya. Jika tidak, engkau akan binasa.
62. Musibah pada umumnya turun karena kesalahan sebagian besar manusia. Musibah adalah buah kejahatan dan sarana mendapat ganjaran.
63. Orang yang mati syahid merasa dirinya masih hidup. Karena tidak merasakan sakaratul maut, ia melihat kehidupan yang ia korbankan sebagai sesuatu yang abadi dan tidak terputus. Hanya saja, kehidupan tersebut tampil dalam bentuk yang lebih baik dan lebih bersih.
64. Keadilan al-Qur’an yang murni tidak menumpahkan darah orang yang tidak bersalah dan tidak mengorbankan kehidupannya, meskipun untuk kemaslahatan seluruh umat manusia. Sebagaimana keduanya sama dalam pandangan qudrah ilahi, dalam pandangan keadilan Tuhan keduanya juga sama. Akan tetapi, orang yang rakus dan ego menjadi sosok yang ingin melumat segala sesuatu tanpa pernah puas, bahkan meski dengan merusak alam dan spesies manusia.
65. Rasa takut dan lemah mendorong datangnya pengaruh dari luar.
66. Jangan mengorbankan maslahat yang pasti, hanya karena mafsadat yang masih bersifat asumsi.
67. Politik Istanbul saat ini merupakan penyakit yang mirip dengan penyakit Spanyol.(*[3])
68. Banyak orang gila yang menjadi lebih baik ketika dikatakan padanya, “Engkau sehat, engkau baik-baik saja.” Sebaliknya, tidak aneh bila orang berakal menjadi sakit ketika dikatakan padanya, “Engkau sakit, engkau jahat.”
69. Musuhnya musuh adalah teman selama ia musuh baginya. Sementara temannya musuh adalah musuh selama ia teman baginya.
70. Ciri keras kepala adalah ketika setan membantu seseorang ia anggap setan itu sebagai malaikat dan iapun memohon rahmat untuknya; sebaliknya ketika melihat “malaikat” yang berbeda pendapat dengannya maka dianggap sebagai setan yang berubah bentuk sehingga ia laknat.
71. Obat bagi sebuah penyakit bisa menjadi racun bagi penyakit yang lain. Bila obat itu telah melebihi batas (over dosis), ia akan berubah menjadi racun.
72. Perhimpunan yang dibarengi dengan solidaritas dapat menjadi alat yang bisa memicu pergerakan. Sementara, komunitas yang diwarnai dengan kedengkian dapat menjadi alat yang bisa menghambat pergerakan.
Bila tidak ada persatuan yang benar dalam jamaah, maka perkumpulan dan penambahan jamaah menjadi mengecil sama seperti perkalian pecahan dalam matematika.(*[4])
Seringkali tidak bisa dibedakan antara “tidak menerima” dan “menerima ketiadaan”. Padahal dalil dari tidak menerima adalah karena tidak adanya dalil. Sementara menerima ketiadaan membutuhkan dalil ketiadaan. Yang satu (tidak menerima) merupakan keraguan, sementara yang lain (menerima ketiadaan) merupakan pengingkaran.
75. Keraguan dalam sejumlah persoalan iman tidak berpengaruh pada objeknya, meski ketika sebuah dalil atau bahkan ratusan dalil dinafikan. Pasalnya, masih terdapat ribuan dalil yang lain.
76. Mengikuti mayoritas adalah suatu keharusan. Ketika kalangan Umawiyah bersandar pada mayoritas rakyat, pada akhirnya mereka masuk ke dalam golongan ahlu sunnah wal jamaah. Adapun karena kalangan Syi’ah bersandar pada minoritas, sebagian mereka masuk ke dalam golongan rafidhah.
77. Bila kesepakatan dalam hal “yang benar” menjadi perselisihan dalam hal “yang paling benar,” kadangkala “yang benar” tersebut lebih benar daripada sesuatu “yang paling benar tadi.” Yang baik juga menjadi lebih baik daripada yang paling baik. Setiap orang boleh berkata tentang manhajnya, “Ini benar, ini baik.” Akan tetapi, ia tidak boleh menganggap satu-satunya yang benar dan baik.”
78. Andai tidak ada surga, tentu neraka tidak menyiksa.
79. Ketika zaman semakin menua, al-Qur’an justru semakin muda, dan semakin jelas pula rambu-rambunya. Sebagaimana cahaya tampak seperti api, kadangkala balagah yang sangat kuat tam- pak seperti mubâlagah (kiasan yang berlebihan).
80. Derajat panas tergantung dengan hawa dingin yang ada. Tingkat keindahan tergantung dari keburukan yang ada. Adapun qudrah ilahi yang azali bersifat asli, mandiri, melekat pada dzat- Nya. Karena itu, ia tidak dimasuki oleh kelemahan sehingga tidak ada tingkatan di dalamnya. Segala sesuatu sama baginya.
81. Bayangan matahari yang merupakan manifestasi dari curahannya menjelaskan identitas yang sama di permukaan laut dan di setiap tetesannya.
82. Kehidupan termasuk manifestasi dari tauhid yang berujung pada keesaan.
83. Selama sosok wali di tengah manusia, waktu mustajab di hari jumat, Lailatul Qadr di bulan Ramadhan, nama Allah yang paling agung di antara Asmaul Husna, serta ajal pada usia tidak diketahui, maka ia akan terus bernilai dan berguna bagi seluruh individu. Dua puluh tahun dari usia yang misteri lebih baik daripada seribu tahun dari usia yang ujungnya sudah diketahui.
84. Akibat dari maksiat di dunia menjadi petunjuk atas adanya hukuman di akhirat.
85. Rezeki sangat penting dalam pandangan qudrah ilahi sama seperti pentingnya kehidupan. Qudrah ilahi mengeluarkan rezeki lalu takdir membungkusnya dengan pakaian tertentu, perhatian-Nya memelihara dan menjaganya. Kehidupan telah diatur sedemikian rupa, dengan kata lain telah digariskan. Sementara rezeki tidak didapat seketika, tetapi berangsur-angsur, tersebar, dan membuat orang berpikir. Tidak ada yang mati karena lapar sebab seseorang tidak mungkin mati sebelum menghabiskan seluruh bahan yang tersimpan di tubuh. Jadi, sebab kematian adalah sakit yang berasal dari sikap meninggalkan kebiasaan; bukan karena tidak ada rezeki.
86. Rezeki binatang buas pemakan daging adalah bangkai binatang yang tak terhingga jumlahnya. Ketika memakan rezekinya, pada waktu bersamaan ia juga membersihkan permukaan bumi.
87. Sesuap makanan senilai satu sen, dan suapan lain senilai sepuluh sen. Keduanya sama sebelum masuk ke dalam mulut dan sesudah melewati tenggorokan. Bedanya hanya satu, yaitu kelezatan yang dirasakan mulut saat mengunyahnya selama beberapa detik. Karena itu, mengeluarkan sepuluh sen sebagai ganti dari satu sen, demi memuaskan indra pengecap yang bertugas memeriksa dan menjaga merupakan bentuk pemborosan yang paling bodoh.
88. Setiap kali sejumlah kenikmatan memanggil, ia harus dijawab dengan berkata “Anggap saja aku sudah makan.” Orang yang menjadikan ini sebagai prinsipnya dapat memakan masjid bernama Sanki Yedim (anggap saja aku sudah makan)(*[5])namun tidak ia makan.
89. Sebagian besar umat Islam di masa lalu tidak dalam kondisi kelaparan sehingga diperbolehkan hidup mewah. Namun sekarang mereka dalam kondisi lapar sehingga tidak layak untuk bersenang-senang.
90. Mestinya lebih banyak tersenyum kepada penderitaan yang bersifat temporer daripada tersenyum kepada kenikmatan temporer. Pasalnya, kenikmatan masa lalu membuat seseorang kemudian menyesal sehingga ia merupakan cerminan dari derita yang tersimpan. Sementara derita masa lalu membuat seseorang kemudian bisa mengucap alhamdulillah yang mem- beritakan nikmat dan karunia tersembunyi.
91. Lupa juga merupakan sebuah nikmat. Pasalnya, ia hanya mengingatkan derita saat itu saja dan melupakan berbagai derita yang terakumulasi darinya.
92. Setiap musibah memiliki derajat nikmat sama seperti derajat hawa panas yang dimasuki oleh hawa dingin. Karena itu, harus ada syukur kepada Allah dengan memikirkan yang lebih besar dan melihat nikmat pada yang lebih kecil. Jika tidak, manakala ia ditiup dan dianggap besar, maka dengan sendirinya menjadi besar. Apabila risau karenanya, ia akan membengkak dan bayangan imajinatifnya dalam kalbu akan berubah menjadi kenyataan yang menyakitkan.
93. Setiap orang memiliki jendela yang disebut sebagai strata atau tingkatan untuk melihat atau dilihat masyarakat. Apabila posisi jendela tersebut lebih tinggi daripada posisinya, ia akan menjadi sombong. Namun bila posisi jendela lebih rendah daripada posisinya, ia akan tawaduk dengan merunduk sehingga melihat dan menyaksikan pada tingkatan tersebut.
Standar keagungan manusia adalah sikap tawaduk. Adapun standar kekerdilannya terdapat pada sikap sombong dan congkak.
94. Sikap menjaga kehormatan yang ditunjukkan oleh orang lemah terhadap orang kuat, menjadi “kesombongan” jika ditunjukkan oleh orang kuat. Sebaliknya, sikap tawaduk yang ditunjukkan oleh orang kuat terhadap orang lemah, menjadi sebuah “kehinaan” jika ditunjukkan oleh orang lemah.Sikap tegas seorang penguasa pada posisinya merupakan bentuk kewibawaan. Adapun sikap lunaknya merupakan bentuk kenistaan. Sebaliknya, ketegasannya di rumah menunjukkan kesombongan dan sikap lembutnya menunjukkan ketawadukan.
Apabila seseorang berbicara atas nama dirinya, maka maaf, toleransi, dan sikap mengalahnya terhadap pihak-pihak yang menyakiti merupakan bentuk amal salih. Adapun jika ia ber- bicara atas nama jamaah, itu merupakan bentuk pengkhianatan dan perbuatan yang keliru. Seseorang dapat menahan amarah atas sesuatu yang kembali kepada dirinya. Ia tidak boleh mem- banggakan sesuatu yang terkait dengan dirinya. Namun ia bisa berbangga atas nama umat dan tidak menahan amarah yang menyangkut hak mereka.
95. Menyerahkan urusan kepada Allah tanpa usaha adalah sebuah kemalasan. Adapun menyerahkan urusan kepada Allah saat menantikan hasil adalah bentuk tawakkal. Rida dengan pembagian-Nya dan hasil usahanya adalah wujud qanaah yang menguatkan kecenderungan untuk berusaha. Adapun merasa cukup dengan yang ada merupakan sikap kurang semangat.
96. Sebagaimana ada ketaatan dan pembangkangan terhadap syariat, ada pula ketaatan dan pembangkangan terhadap perintah takwiniyah. Biasanya yang pertama—yang taat dan membangkang terhadap syariat—balasannya di negeri akhirat. Sementara yang kedua—yang taat dan membangkang terhadap sunnatullah—biasanya mendapat hukuman dan balasan di dunia.
Sebagaimana hasil atas kesabaran berupa kemenangan, sementara balasan atas sikap malas dan lambat berupa kehinaan. Demikian pula hasil atas kerja keras berupa kekayaan dan balasan atas keteguhan adalah kemenangan. Keadilan yang tidak disertai dengan prinsip kesetaraan bukanlah keadilan.
97. Kemiripan bisa melahirkan pertentangan. Keselarasan menjadi landasan solidaritas. Kerdilnya jiwa menjadi sumber kesombongan. Kelemahan melahirkan rasa sombong. Ketidakberdayaan menyebabkan penentangan. Rasa penasaran menjadi guru pengetahuan.
98. Qudrah Dzat yang mencipta mengendalikan semua makhluk hidup, terutama manusia, lewat dorongan kebutuhan, khususnya kebutuhan rasa lapar. Dia memasukkan semua makhluk hidup dalam sebuah sistem. Dia selamatkan dunia dari kesemrawutan, serta mewujudkan kemajuan bagi manusia dengan menjadikan rasa butuh tadi sebagai guru peradaban.
99. Kesempitan mengarah pada kenistaan; keputusasaan melahirkan pikiran sesat; dan gelapnya kalbu menyebabkan sempitnya jiwa.
100. Apabila laki-laki menjadi seperti wanita karena kegilaannya, wanita menjadi seperti laki-laki karena sikap lancangnya.
Setiap kali wanita cantik masuk dalam salah satu majelis laki-laki, hal itu melahirkan perasaan riya, dengki, dan persaingan. Ketika emansipasi wanita berkembang hal itu meningkatkan akhlak buruk di tengah peradaban manusia.
101. Berbagai gambar yang tersenyum—sebagai miniatur jenazah— mempunyai peran penting bagi jiwa manusia yang agresif dan terkotori oleh dosa.
102.Patung yang dilarang agama bisa dimaknai sebagai kezaliman yang membatu, hawa nafsu yang berjasad, atau riya yang berwujud.
103. Kecenderungan untuk memperluas ijtihad adalah kecenderungan untuk menjadi sempurna jika ia berasal dari orang yang masuk secara benar ke dalam wilayah Islam dengan mengamalkan semua kewajiban. Namun ia bisa menjadi kecenderungan untuk merusak jika berasal dari orang yang mengabaikan prinsip-prinsip agama dan dianggap keluar dari Islam lewat sikap kurang pedulinya. Saat badai yang merusak datang, kemaslahatan menuntut untuk menutup jendela-jendela ijtihad, terlebih-lebih pintu-pintunya.
Orang-orang yang tidak memiliki kepedulian terhadap agama; tidak seharusnya diberi sejumlah keringanan (rukhsah). Namun mereka harus benar-benar diingatkan untuk mengambil yang utama (Azîmah).
104.Berbagai hakikat menjadi tidak bernilai di tangan orang-orang yang biasa.
105.Bola bumi ibarat hewan. Ia memperlihatkan jejak kehidupan. Bukankah ia menjadi satu spesies binatang jika ukurannya mengecil seperti telur? Atau bila mikroba membesar seperti bola bumi, bukankah ia menyerupainya? Bila ia memiliki kehidupan, ia juga memiliki ruh. Bila alam mengecil seukuran manusia, bintang-gemintangnya berubah menjadi partikel atau substansi individu, bukankah ia bisa menjadi hewan yang memiliki perasaan?! Allah memiliki banyak contoh hewan seperti itu.
106. Syariat ada dua:
Pertama: syariat yang telah kita kenal—yang datang dari sifat kalam Allah—yang mengatur perbuatan dan kondisi manusia sebagai alam terkecil (mikrokosmos).
Kedua, syariat besar yang fitri—yang datang dari sifat iradah— yang mengatur pergerakan alam sebagai sosok manusia besar (makrokosmos). Kadang-kadang secara keliru ia disebut dengan istilah “hukum alam.” Malaikat adalah umat besar yang memikul dan menjalankan berbagai perintah takwiniyah yang datang dari sifat iradah, yang kemudian disebut dengan istilah syariat fitri (sunnatullah).
107. Jika engkau membandingkan antara indra makhluk yang terkecil dengan indra manusia, engkau akan melihat sebuah rahasia yang menakjubkan. Yaitu bahwa manusia seperti pola tulisan (يٰسٓ) yang berisi tulisan surah Yasin.
108. Filsafat materialisme merupakan wabah penyakit maknawi. Ia menyebabkan tersebarnya demam menakutkan pada umat manusia dan mengundang murka ilahi. Semakin filsafat materialisme diajarkan dan daya kritis manusia semakin meningkat, wabah penyakit tersebut juga semakin meluas.
109. Orang yang paling menderita, risau, dan resah adalah orang yang menganggur. Pasalnya, pengangguran adalah keponakan dari ketiadaan. Adapun bekerja merupakan kehidupan wujud dan kebangkitan kehidupan.
110. Bank-bank yang menjadi perantara riba dan menjadi pintunya, memberikan keuntungan kepada kaum kafir yang merupakan manusia bejat, serta kepada orang yang paling zalim dan paling bodoh dari mereka. Sementara bahayanya mengancam dunia Islam. Yang dilihat bukan kesejahteraan seluruh umat manusia. Pasalnya, orang kafir yang memerangi dan melampaui batas terhadap umat Islam tidak layak mendapat perlindungan.
111. Tujuan dari khutbah Jumat adalah memberi peringatan akan pokok-pokok dan kewajiban agama; bukan mengajarkan sejumlah teori. Ungkapan bahasa Arab mengingatkan hal-hal tersebut dalam bentuk terbaik. Bila ayat dan hadis dibandingkan akan menjadi jelas bahwa manusia yang paling fasih sekalipun tidak mampu menjangkau balagah ayat al-Qur’an dan ia tidak bisa menyamainya.
Said Nursî
- ↑ *Ketahuilah bahwa pembuktian ada dua; deduktif dan induktif. Pembuktian deduktif adalah proses membuktikan sesuatu dengan cara menjadikan sebab sebagai bukti atas adanya akibat. Misalnya, api membuktikan adanya asap. Sementara pembuktian induktif adalah proses membuktikan sesuatu dengan cara menjadikan akibat sebagai bukti atas adanya sebab. Misalnya, asap menjadi bukti atas adanya api (Isyârât al-I’jâz fî mazhân al-Îjâz, hlm. 46).
- ↑ *Satu tembakan seorang tentara yang diarahkan kepada putera mahkota Austria menjadi sebab pecahnya perang dunia pertama yang memakan korban sebanyak 30 juta jiwa—Penulis.
- ↑ *Influenza (1918-1919) telah memakan banyak korban di mana lebih dari 20 juta orang di dunia kehilangan nyawa.
- ↑ *Seperti diketahui dalam matematika, bilangan bisa bertambah dengan perkalian atau penjumlahan. Misalnya 4 x 4 = 16. Akan tetapi bilangan tersebut menjadi kecil dengan perkalian dan penjumlahan pecahan. Misalnya hasil dari perkalian 1/3 x 1/3 =1/9. Begitu pula yang terjadi dalam jamaah manusia bila persatuan tidak tegak di atas kejujuran dan istikamah. Setiap kali bertambah, ia semakin mengecil dan semakin rusak—Penulis.
- ↑ *Masjid tersebut terletak di wilayah Fatih, Istanbul. Konon katanya si pemba- ngun masjid menyimpan harta untuk membangun masjid tersebut lewat ungkapan, “Anggap saja aku sudah makan” setiap kali melihat sesuatu yang ia inginkan. Dari sinilah penamaan itu berasal.