KALIMAT KESEBELAS

    Risale-i Nur Tercümeleri sitesinden
    Bu sayfa On Birinci Söz sayfasının çevrilmiş sürümü ve çeviri %98 tamamlandı.
    Eski çeviriler bu şekilde işaretlenir.
    Diğer diller:

    بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

    “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari. Demi bulan apabila me- ngiringinya. Demi siang apabila menampakkannya. Demi malam apabila menutupinya. Demi langit serta pembinaannya. Demi bumi serta penghamparannya. Dan demi jiwa serta penyem- purnaan ciptaannya. Maka Dia mengilhamkan kepada- nya (jalan) kejahatan dan ketakwaanya. Sungguh beruntung orang yang menyucikanya. Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (QS. asy-Syams [91]: 1-10).”

    Wahai saudaraku, jika engkau ingin memahami salah satu raha- sia di balik hikmah dan misteri alam, teka-teki penciptaan manusia, dan petunjuk hakikat salat, mari kita perhatikan cerita imajiner beri- kut ini:

    Pada suatu masa, ada seorang penguasa yang memiliki kekayaan berlimpah dan gudang harta yang besar yang berisi berbagai jenis per- mata, intan dan zamrud. Belum lagi, simpanan kekayaan tersembunyi lainnya yang tak terhitung. Sang penguasa juga memiliki ilmu yang sangat luas, pengetahuan yang komprehensif, dan wawasan yang utuh tentang berbagai ilmu menakjubkan yang jumlahnya tak terhingga. Di samping itu, ia memiliki sejumlah skill yang istimewa dan kreasi yang indah.

    Karena setiap pemilik keindahan dan kesempurnaan ingin me- ndemikian pula dengan penguasa agung tersebut. Ia ingin membuka galeri besar untuk mempertunjukkan berbagai ciptaannya yang istime- wa agar rakyat dapat melihat kekuasaannya yang besar dan kekayaan- nya yang berlimpah. Ia juga ingin memperlihatkan berbagai kreasinya yang luar biasa dan pengetahuannya yang menakjubkan kepada mere- ka guna menyaksikan keindahan dan kesempurnaan maknawinya dari dua sisi:

    yaksikan dan mempersaksikan keindahan dan kesempurnaannya, Pertama, lewat penglihatannya sendiri yang cermat dan tajam.

    Kedua, lewat penglihatan pihak lain.

    Berdasarkan hikmah tersebut, sang penguasa mulai membangun istana yang sangat megah dan besar. Dengan bentuk yang sangat in- dah, ia membagi istana tadi menjadi sejumlah tempat tinggal dan ru- angan. Setiap bagian dihias dengan hiasan kekayaannya yang beragam, diperindah dengan jejak kreasinya yang paling halus, disusun dan di- tata dengan berbagai disiplin ilmu dan hikmahnya yang paling cermat, serta disiapkan dan diperbagus dengan jejak ilmunya yang luar biasa. Setelah istana tersebut terbentuk sempurna, sang penguasa menyediakan sejumlah hidangan mewah berisi semua jenis makanan lezat dan berbagai karunia terbaiknya. Ia menyajikan hidangan yang layak untuk setiap kelompok. Dengan hidangan tersebut ia memperli- hatkan kemurahan, kreasi, dan kedermawanannya yang tak tertandi- ngi. Seolah-olah setiap hidangan berisi ratusan kelembutan dan jejak ciptaan yang cermat berikut nikmat berharga di atasnya yang tak ter- hingga.

    Setelah itu, sang penguasa mengundang seluruh penduduk dan rakyat yang tinggal di kerajaannya untuk menyaksikan, berekreasi, dan menikmati hidangannya. Ia ajarkan kepada pemimpin utusan istana yang mulia sejumlah hikmah menakjubkan yang terdapat di da- lam istana berikut sejumlah makna yang terdapat di berbagai sisinya. Ia menunjuk seorang guru dan ustadz cemerlang guna memberita- hukan kepada rakyatnya tentang keagungan sang pencipta istana dan pembuat sejumlah ukiran indah dan rapi di dalamnya. Ia memperke- nalkan berbagai rambunya kepada setiap orang yang masuk berikut makna dari sejumlah hiasan yang tertata, petunjuk cermat yang ter- dapat padanya, serta sejauh mana ia menunjukkan keagungan sang pemilik istana, kesempurnaannya yang luar biasa, dan kecakapannya yang istimewa. Ia juga menjelaskan kepada mereka berbagai informasi tentang tata cara penghormatan berikut adab masuk dan berkeliling di dalamnya serta cara jalan yang sesuai dengan keinginan penguasa yang hanya terlihat dari balik hijab.

    Sang guru yang pandai ini berada di tengah-tengah wilayah ista- na besar, sementara para pembantunya tersebar di seluruh wilayah lain dari istana. Sang guru mulai memberikan sejumlah arahan kepada seluruh orang yang menyaksikan istana dengan berkata:

    “Wahai manusia, pemimpin kita adalah pemilik istana yang luas dan indah ini. Dengan membangunnya dan memperlihatkan sejumlah fenomena yang kalian saksikan, ia ingin memperkenalkan diri kepada kalian. Karena itu, kenalilah ia dan berusahalah untuk mengetahuinya dengan baik. Dengan berbagai dekorasinya yang indah, ia hendak membuat dirinya dicintai oleh kalian. Karena itu, raihlah cintanya dengan cara mengapresiasi perbuatannya dan menghargai ciptaannya. Dengan se- jumlah karunia dan nikmatnya yang tercurah kepada kalian, ia ingin memperlihatkan cintanya dan ingin menarik simpati kalian. Karena itu, cintailah ia dengan cara tunduk dan patuh terhadap segala perin- tahnya. Dengan segala nikmat yang diberikan kepada kalian, ia mem- perlihatkan rahmat dan kasih sayangnya kepada kalian. Karena itu, hormatilah ia dengan cara bersyukur. Dengan sejumlah jejak kesempurnaan dalam ciptaannya yang indah dan sempurna, ia hendak memperlihatkan keindahan makna- winya. Karena itu, tampakkan rasa rindu dan keinginan kalian untuk berjumpa dan melihatnya serta untuk meraih ridanya. Dengan stempel khususnya yang kalian lihat pada semua entitas, ia ingin kalian mengetahui bahwa dirinya merupakan penguasa tung- gal dan mandiri. Segala sesuatu adalah miliknya, khusus baginya, serta bersumber dari tangan kekuasaannya. Karena itu, kalian harus mengetahui dengan baik bahwa tidak ada penguasa selain dirinya. Ia adalah penguasa tunggal yang tidak memiliki tandingan.”

    Sang guru yang agung itu menyeru kepada seluruh pengunjung istana dengan perkataan yang hampir sama di mana ia sesuai dengan kedudukan, keagungan, dan kebaikan penguasa.Lalu orang-orang yang masuk ke dalam istana terbagi dua kelompok:

    Kelompok pertama adalah para pemilik akal sehat dan hati bersih yang mengetahui kapasitas diri mereka. Ketika mereka berkeli- ling di seluruh penjuru istana dan menyaksikan berbagai keajaibannya mereka berkata, “Pasti ia memiliki rahasia agung. Di baliknya pasti terdapat tujuan yang mulia.” Mereka mengetahui bahwa semua itu bukanlah kesia-siaan dan bukan pula permainan. Karena merasa tak- jub, mereka pun berkata, “Di mana gerangan penjelasan dari teka-teki istana ini tersimpan? Apa rahasia yang terdapat pada semua yang kita saksikan?” Ketika mereka sedang merenung dan memperbincangkan hal tersebut, tiba-tiba mereka mendengar suara pidato sang guru berikut penjelasannya yang mengagumkan. Dari sana mereka mengetahui ka- lau ia memiliki kunci seluruh rahasia dan penjelasan dari semua te- ka-teki yang ada. Maka mereka segera mendatanginya dengan berkata, “Assalamu’ alaikum wahai guru. Istana yang megah ini memang se- layaknya memiliki seorang informan yang jujur, cermat, dan amanah sepertimu. Kami harap engkau memberitahukan kepada kami apa yang telah diajarkan sang penguasa.”

    Maka, sang guru itu pun mengingatkan mereka dengan pidato- nya yang telah disebutkan sebelumnya. Mereka mendengarkan de- ngan penuh perhatian. Mereka menerima ucapannya dengan penuh rida dan percaya sehingga mereka mendapatkan kekayaan berharga karena berbuat sesuai dengan apa yang diinginkan penguasa. Sang penguasa senang dengan sikap dan perilaku beradab yang mereka tun- jukkan terhadap berbagai perintahnya. Ia mengajak mereka ke istana yang lebih agung dan lebih mulia yang nyaris tak dapat dilukiskan. Ia memuliakan mereka dengan kebahagiaan abadi sesuai dengan posisi si pemilik yang dermawan dan pemurah, sesuai dengan keadaan para tamu yang mulia, serta layak bagi mereka yang taat dan tunduk pada perintahnya.

    Kelompok yang kedua adalah mereka yang akalnya telah rusak dan kalbunya telah mati. Ketika masuk ke dalam istana, diri mereka tertawan oleh nafsu. Maka mereka tidak menoleh kecuali kepada se- jumlah makanan nikmat yang mereka inginkan. Mereka berpaling dari seluruh keindahan yang ada, menutup telinga dari semua petun- juk yang bersumber dari sang guru dan arahan para muridnya. Mereka mengonsumsi makanan dengan sangat rakus seperti binatang. Mere- ka berada dalam kondisi lalai, tidur, dan mabuk kepayang. Akhirnya mereka menjadi hilang kesadaran lantaran terlalu banyak meminum yang dilarang hingga mengganggu tamu yang lain. Mereka tidak lagi menghormati rambu-rambu dan aturan sang penguasa. Karenanya, pasukan pemerintah menahan mereka dan menggiring ke penjara guna mendapat hukuman sebagai balasan yang sesuai dengan perilaku buruk mereka.

    Wahai saudara yang ikut menyimak cerita di atas, engkau pasti memahami bahwa sang penguasa tersebut telah membangun istana megah untuk sejumlah tujuan yang telah dijelaskan. Tercapainya tu- juan itu bergantung kepada dua hal:

    Pertama, keberadaan sang guru yang telah kita lihat dan dengar pidatonya. Sebab, andaikan ia tidak ada tentu semua tujuan di atas menjadi percuma. Kondisinya sama seperti sebuah kitab yang tidak diketahui maknanya tanpa ada yang menjelaskannya. Akhirnya, ia sekadar kumpulan lembaran kertas yang tidak bermakna.

    Kedua, sikap manusia yang mau memperhatikan dan me- nerima ucapan sang guru tadi. Artinya, keberadaannya menjadi sebab adanya istana, sementara perhatian manusia kepadanya menjadi sebab keabadian istana. Karena itu, dapat dikatakan bahwa sang penguasa agung tidak akan membangun istana tadi jika sang guru tidak ada. Juga, dapat dikatakan bahwa ketika manusia tidak mau memperhati- kan ucapannya, maka sang penguasa akan mengubah dan mengganti istana tersebut.

    Sampai di sini cerita itu berakhir. Jika engkau telah memahami rahasia cerita di atas, lihatlah sisi hakikatnya:

    Istana tersebut adalah alam ini di mana ia beratapkan langit yang berkilau dengan bintang-gemintang yang tersenyum, beralaskan bumi yang dari Timur hingga Barat dihiasi dengan bunga yang selalu baru setiap harinya. Sementara sang penguasa agung itu adalah Allah Yang Maha Azali dan Abadi, Raja Yang Mahasuci, pemilik keagungan dan kemurahan. Dia adalah Dzat yang ketujuh langit dan bumi berikut isinya bertasbih dan menyucikan-Nya. Dia adalah Dzat Maha Kuasa yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Lalu Dia bersemayam di atas ‘Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. Dia juga menciptakan matahari, bulan, dan bintang yang tunduk kepada perintah-Nya.

    Selanjutnya, ruangan-ruangan yang terdapat di dalam istana adalah delapan belas ribu alam(*[1])di mana masing-masing terhias dan tersusun dengan makhluk yang sesuai dengannya. Adapun kreasi unik yang terdapat di dalam istana adalah bentuk mukjizat qudrah Ilahi yang tampak di alam. Berbagai makanan lezat yang terdapat padanya adalah perlambang rahmat Ilahi yang berupa buah-buahan menakjub- kan yang terlihat secara jelas pada seluruh musim sepanjang tahun, khususnya dimusim panas, terutama di kebun-kebun Barla.(*[2])Lalu dapur istana tersebut adalah permukaan bumi dan jantung- nya yang berisi nyala api.

    Kemudian sejumlah permata yang terdapat pada gudang perbendaharaan yang tersembunyi adalah contoh dari berbagai manifestasi nama-nama-Nya yang suci. Ukiran dan rambu yang kita lihat tidak lain adalah kumpulan makhluk yang menghiasi alam. Ia merupakan ukiran yang tertata lewat pena qudrah Ilahi yang menunjukkan nama-nama Tuhan Yang Maha-kuasa dan Mahaagung. Selanjutnya, sang guru yang dimaksud adalah junjungan kita, Nabi Muhammad x, sementara para pembantunya berupa para nabi yang lain, dan para muridnya berupa para wali yang saleh dan ulama yang mulia. Adapun pembantu penguasa itu sendiri mengarah kepada para malaikat yang terdapat di alam ini. Sementara yang diajak kepada jamuan dunia adalah manusia dan jin berikut hewan dan tumbuhan yang melayani manusia.

    Lalu dua kelompok di atas adalah:Pertama, kelompok orang beriman yang menjadi murid al- Qur’an di mana ia menafsirkan ayat-ayat kitab alam semesta. Kedua, kelompok orang kafir di mana mereka mengikuti hawa nafsu dan se- tan. Yang mereka ketahui dari kehidupan ini hanyalah sisi lahiriahnya. Mereka tuli, bisu, sesat dan lebih rendah dari binatang.

    Kelompok orang-orang yang taat dan bahagia mendengarkan sang guru mulia yang memiliki dua hakikat sebagai seorang hamba sekaligus sebagai rasul. Sebagai hamba ia memperkenalkan dan menyi- fati Tuhan dengan sejumlah sifat mulia yang sesuai dengan-Nya. Jadi, ia berposisi sebagai wakil umat di hadapan Ilahi. Sementara sebagai rasul ia menyampaikan hukum-hukum Tuhan kepada seluruh jin dan manusia lewat al-Qur’an.

    Kelompok yang bahagia ini mendengarkan Rasul x serta tun- duk kepada semua perintah al-Qur’an, lalu mereka melihat diri mere- ka diberi sejumlah tugas mulia guna naik menuju kedudukan tinggi.

    Ia berupa salat yang merupakan indeks berbagai macam ibadah. Dengan sangat jelas mereka menyaksikan detail-detail kewajiban salat dan naik menuju kedudukan tinggi seperti yang ditunjukkan oleh beragam zikir dan gerakannya sebagai berikut:

    Pertama, dengan menyaksikan sejumlah jejak Ilahi yang tersebar di alam, mereka menemukan diri mereka berada dalam kedudukan kalangan yang menyaksikan indahnya kekuasaan rububiyah, lewat sebuah interaksi tersembunyi. Mereka menunaikan tugas takbir dan tasbih dengan mengucap Allâhu Akbar.

    Kedua, dengan kemunculan mereka sebagai da’i yang menyeru- kan berbagai keindahan kreasi Tuhan dan sejumlah jejak-Nya yang cemerlang di mana ia merupakan manifestasi Asmaul Husna, mereka menunaikan tugas menyucikan dan memuji Tuhan dengan mengucap, “Subhânallâh wal hamdulillâh.”

    Ketiga, ketika merasakan berbagai nikmat yang tersimpan di perbendaharaan rahmat Ilahi sekaligus mengecapnya dengan indra la- hir dan batin, mereka segera menunaikan tugas untuk bersyukur dan memuji Tuhan.

    Keempat, dalam posisi mengenal dan mengapresiasi esensi per- bendaharaan Asmaul Husna secara benar lewat neraca perangkat maknawi yang tertanam dalam diri mereka, mereka mulai melakukan tugas menyucikan dan menyanjung-Nya.

    Kelima, dalam posisi menelaah sejumlah risalah Rabbani yang tertulis lewat pena qudrah-Nya dalam lembaran qadar, mereka menu- naikan tugas mentadaburi, mengagumi, dan mengapresiasi.

    Keenam, dalam posisi menyucikan dengan melihat kepada detail rahasia penciptaan segala sesuatu dan kehalusan keindahannya dalam keapikan kreasi-Nya, mereka memasuki tugas untuk mencintai dan merindukan keindahan Sang Pencipta Yang Mahaagung dan Ma- haindah.

    Demikianlah, setelah menunaikan berbagai tugas pada sejum- lah tingkatan di atas dan setelah menunaikan ibadah yang wajib se- cara tidak langsung, saat menyaksikan berbagai makhluk, mereka naik menuju tingkatan melihat dan menyaksikan interaksi Sang Pencipta Yang Mahabijak berikut seluruh perbuatan-Nya secara langsung.Pertama-tama mereka menanggapi perkenalan diri Sang Pen- cipta Yang Mahaagung terhadap makhluk berkesadaran lewat sejum- lah mukjizat ciptaan-Nya dengan makrifat yang penuh dengan rasa kagum dan takjub. Mereka berkata:سُبْحَانَكَ مَا عَرَفْنَاكَ حَقَّ مَعْرِفَتِكَ “Mahasuci Engkau. Kami tidak mengenal-Mu dengan sempurna wahai Dzat Yang Maha dikenal lewat mukjizat seluruh makhluk-Mu.”

    Kemudian mereka merespon pendekatan cinta Tuhan Yang Maha Penyayang lewat buah rahmat-Nya, dengan cinta yang disertai ungkapan,

    اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَ اِيَّاكَ نَسْتَع۪ينُ“Hanya kepada-Mu kami menyem- bah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan).”

    Selanjutnya, mereka menyambut rahmat Tuhan Pemberi nikmat lewat berbagai karunia-Nya yang baik dan penampakan kasih-Nya atas mereka, dengan ungkapan syukur dan pujian. Mereka berkata:

    سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ “Mahasuci Engkau. Kami tidak dapat bersyukur kepa- da-Mu dengan sempurna wahai yang berhak mendapat syukur lewat lisan hal yang fasih yang diucapkan semua kebaikan-Mu yang tersebar di alam. Seluruh penjelasan nikmat-Mu yang dipersiapkan di pasar alam dan tersebar di muka bumi mengucapkan pujian dan sanjungan. Semua buah rahmat-Mu yang tertata serta seluruh nutrisi nikmat-Mu yang seimbang memenuhi rasa syukurnya dengan kesaksiannya atas seluruh kemurahan dan kedermawanan-Mu di hadapan pandangan makhluk.”

    Lalu mereka menanggapi pertunjukan keindahan, keagungan dan kesempurnaan-Nya dalam cermin entitas yang terus berganti di alam semesta dengan mengucap, “Allahu Akbar!”mereka melakukan rukuk dalam kondisi tak berdaya dihiasi sikap penghormatan. Mereka langsung bersujud dengan perasaan cinta yang dipenuhi dengan rasa hina dan fana untuk Allah serta disertai rasa kagum dan hormat.

    Kemudian mereka merespon pertunjukan kekayaan mutlak mi- lik Allah yang tidak pernah habis dan rahmat-Nya yang meliputi sega- la sesuatu, dengan doa dan permintaan yang sungguh-sungguh. Mere- ka memperlihatkan kefakiran dan kebutuhan mereka dengan berkata, (وَ اِيَّاكَ نَسْتَع۪ينُ ) “Hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan”.

    Setelah itu, mereka mengapresiasi pertunjukan kreasi menak- jubkan yang dihamparkan Sang Pencipta di hadapan seluruh manusia, dengan rasa takjub dan penuh hormat seraya mengucap, “Mâsyâ Allâh, tabârakallâh.

    Betapa indah kreasi tersebut!” Mereka menyaksikannya dengan rasa kagum seraya berkata, “Mari menyaksikan berbagai hal yang menakjubkan! Mari menuju kemenangan! Saksikanlah dan ber- gabunglah ke dalam golongan yang menjadi saksi atasnya!”

    Selanjutnya mereka menjawab deklarasi Sang Penguasa Agung atas kekuasaan rububiyah-Nya di seluruh alam dan penampakan kee- saan-Nya kepada semua entitas dengan mengucap, (سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا)“Kami mendengar dan kami taat”. Mereka mendengar, tunduk dan taat.

    Lalu mereka merespon deklarasi uluhiyah yang ditampakkan Tuhan semes- ta alam, dengan intisari ubudiah yang terwujud dari kelemahan yang tersimpan dalam ketidakberdayaan mereka dan dari kefakiran yang tertanam dalam rasa butuh mereka. Itulah hakikat salat.

    Demikianlah, lewat berbagai tugas ubudiah yang beragam, me- reka menunaikan kewajiban sepanjang hayat dan tugas hidup di mas- jid besar bernama dunia sehingga mereka mengambil posisi terbaik dan mendapatkan kedudukan yang mengalahkan seluruh makhluk. Pasalnya, mereka menjadi khalifah yang dapat dipercaya di muka bumi lewat iman dan amanah yang dititipkan pada mereka.

    Setelah masa ujian selesai, mereka dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Pemurah menuju kebahagiaan abadi dan nikmat yang kekal se- bagai balasan atas iman mereka. Mereka mendapat anugerah masuk ke dalam negeri kedamaian sebagai balasan atas keislaman mereka. Me- reka diberi berbagai nikmat yang tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga, dan tak pernah terlintas dalam benak manusia. Sebab, makhluk yang menyaksikan dan merindukan keinda- han abadi serta pecinta yang memantulkannya laksana cermin, sudah pasti kekal dan berjalan menuju keabadian.

    Inilah ganjaran bagi para murid al-Qur’an. Ya Allah, masukkan kami ke dalam kelompok mereka!

    Adapun kelompok yang kedua adalah kalangan fasik dan jahat. Ketika pada usia akil balig mereka masuk ke dalam istana alam ini, mereka menanggapi berbagai petunjuk keesaan Allah dengan keku- furan serta mengingkari berbagai nikmat yang Allah berikan. Mereka menghinakan seluruh entitas dan menganggapnya sia-sia. Mereka me- nolak manifestasi nama-nama Ilahi yang terdapat pada seluruh enti- tas. Karena itu, mereka melakukan kejahatan besar dalam waktu yang singkat sehingga layak mendapatkan siksa abadi. Ya, modal umur dan berbagai perangkat istimewa yang diberi- kan kepada manusia tidak lain adalah untuk menunaikan berbagai tu- gas mulia yang telah disebutkan.

    Wahai diri yang bingung dan teman yang terpedaya dengan hawa nafsu! Apakah kalian mengira bahwa tugas hidup kalian hanya terba- tas pada upaya memenuhi tuntutan nafsu ammârah dan memeliha- ranya dengan berbagai perangkat modern guna memuaskan syahwat perut dan kemaluan? Atau kalian mengira bahwa berbagai perangkat maknawi, indra sensitif, perangkat menakjubkan, serta perasaan ha- lus yang diberikan kepada kalian hanya ditujukan untuk memuaskan berbagai kebutuhan rendah dari nafsu yang hina dalam kehidupan fana ini? Hal itu sama sekali tidak benar. Namun penciptaan berbagai perangkat, indra, dan perasaan dalam diri dan fitrah kalian tidak lain didasarkan pada dua pilar:

    Pertama, agar kalian dapat mensyukuri setiap jenis nikmat yang Allah berikan. Dengan kata lain, kalian harus menyadari nikmat terse- but, bersyukur kepada Allah dan menyembah-Nya.

    Kedua, agar kalian dapat mengenal berbagai bentuk manifesta- si Asmaul Husna yang meliputi seluruh alam sekaligus mengecapnya satu-persatu. Artinya, kalian harus memercayai dan mengenali semua nama-Nya secara spiritual.

    Di atas kedua pilar itu, kesempurnaan manusia akan tumbuh se- hingga menjadi manusia sejati.

    Lihatlah contoh berikut agar engkau mengetahui bahwa manu- sia berbeda dengan binatang.

    Manusia dilengkapi dengan berbagai perangkat tersebut tidak hanya untuk meraih kehidupan dunia sema- ta. Hal ini dapat dipahami dengan perumpamaan berikut ini: Sang majikan memberi pelayannya dua puluh koin emas agar ia bisa membeli pakaian untuk dirinya. Maka si pelayan itu pun per- gi membeli pakaian yang paling baik.

    Kemudian pakaian itu dipakai. Setelah itu, sang majikan memberi seribu koin emas kepada pelayan lain. Namun sang majikan meletakkan sebuah kertas instruksi di sakunya dan mengirimnya untuk berdagang. Setiap orang yang ber- akal pasti meyakini bahwa uang tersebut bukan untuk membeli pa- kaian. Pasalnya pakaian telah dibeli oleh pelayan pertama hanya de- ngan dua puluh koin emas.Andaikan pelayan yang kedua tidak membaca tulisan pada ker- tas tadi, lalu memberikan semua uang miliknya kepada pemilik toko dan membeli satu setel pakaian seperti yang dilakukan pelayan perta- ma, berarti ia telah melakukan tindakan bodoh yang patut diberi sank- si dan hukuman berat.

    Wahai sahabat dan wahai nafsu ammârah! Renungkan baik-baik! Jangan kau gunakan modal umurmu serta jangan kau habiskan potensi hidupmu hanya untuk dunia yang fana ini dan untuk merasakan kenikmatan materi semata. Akibatnya de- mikian buruk. Sebab, engkau akan terperosok ke tingkatan yang lebih rendah daripada binatang. Pasalnya, modalmu lebih berharga daripa- da binatang yang paling istimewa sekalipun.

    Wahai diri yang lalai!Jika engkau ingin memahami tujuan, esensi, gambaran, rahasia, dan sempurnanya kebahagiaan hidupmu, lihatlah gambaran umum dari “tujuan hidupmu”.

    Ia berisi sembilan hal:

    Pertama, bersyukur secara universal dan mengukur berbagai nikmat yang tersimpan di perbendaharaan Ilahi dengan “neraca indra” yang terdapat dalam dirimu.

    Kedua, membuka kekayaan nama-nama Ilahi yang tersembunyi lewat “kunci perangkat” yang tersimpan dalam fitrahmu sekaligus mengenal Allah  dengan nama-nama tersebut.

    Ketiga, mengungkap berbagai manifestasi dan keindahan kreasi Asmaul Husna yang terdapat dalam dirimu serta menampakkannya di hadapan seluruh makhluk dengan pengetahuan dan kesadaran serta dengan seluruh sisi hidupmu di galeri dunia.

    Keempat, memperlihatkan ubudiah di hadapan keagungan ru- bubiyah Pencipta lewat lisan hal dan verbal.

    Kelima, menghias diri dengan berbagai “perangkat halus” yang diberikan oleh manifestasi Asmaul Husna sekaligus memperlihat- kannya di hadapan Tuhan Sang Saksi azali. Dalam hal ini engkau tak ubahnya seperti prajurit yang memakai sejumlah lencana dan lambang yang diberikan oleh penguasa dalam berbagai kesempatan formal, yang kemudian diperlihatkan untuk menampakkan jejak kemurahan dan perhatiannya pada prajurit tadi.

    Keenam, menyaksikan berbagai fenomena kehidupan makh- luk bernyawa yang dilandasi dengan pengetahuan dan kesadaran di mana ia menjadi petunjuk atas Penciptanya; melihat tasbih mereka terhadap-Nya yang disertai dengan perenungan karena ia merupakan simbol kehidupannya; serta menampakkan ibadahnya kepada Sang Pemberi kehidupan sekaligus bersaksi atasnya di mana ia merupakan tujuan hidupnya.

    Ketujuh, mengenal sifat-sifat Tuhan Sang Pencipta yang bersi- fat mutlak berikut semua atribut-Nya yang penuh hikmah, lalu mengukurnya dengan pengetahuan, kemampuan, dan kehendak parsial yang Allah berikan untuk hidupmu. Yaitu dengan menjadikannya sebagai miniatur dan satuan standar guna mengetahui berbagai sifat Tuhan yang bersifat mutlak tersebut.Misalnya, sebagaimana engkau mengukuhkan rumah ini dengan tatanan yang sempurna lewat kemampuan, kehendak, dan pengeta- huanmu yang parsial dan terbatas, maka dibandingkan dengan besar- nya istana alam dan sistemnya yang rapi engkau juga harus mengeta- hui bahwa Dzat Yang Membangunnya Mahakuasa, Maha Mengetahui, Mahabijak, dan Maha Mengatur.

    Kedelapan, memahami berbagai ungkapan yang berasal dari se- tiap entitas alam serta mengetahui sejumlah ucapan maknawinya—se- suai dengan bahasa masing-masing—terkait dengan keesaan Pencipta dan rububiyah Tuhan.

    Kesembilan, mengetahui berbagai tingkatan kekuasaan Ilahi dan kekayaan rabbani yang bersifat mutlak lewat neraca kelemahan, keti- dakberdayaan, dan rasa butuh yang terdapat dalam dirimu. Sebab, se- bagaimana berbagai jenis makanan dan kelezatannya dapat dirasakan lewat tingkat rasa lapar dan kadar kebutuhan yang ada, engkau juga harus memahami tingkat qudrah dan kekayaan Ilahi yang bersifat mutlak lewat kelemahan dan kefakiranmu yang tak terhingga.

    Sembilan hal di atas dan yang sejenisnya merupakan gambaran global dari tujuan hidupmu.Adapun “esensi hidupmu” secara garis besar adalah sebagai barikut:

    Ia merupakan indeks berbagai hal menakjubkan dari Asmaul Husna, tolok ukur untuk mengetahui atribut dan sifat-sifat Ilahi, ne- raca berbagai alam yang terdapat di alam semesta, daftar isi bagi alam yang besar, peta alam semesta yang luas, rangkuman buku alam yang besar, kumpulan kunci pembuka perbendaharaan qudrah Ilahi yang tersembunyi, dan bentuk terbaik atas berbagai kesempurnaan yang tersebar di seluruh entitas sepanjang waktu. Semua ini dan yang se- jenisnya merupakan esensi hidupmu.

    Sekarang kami ketengahkan “gambaran hidupmu” dan bentuk tugasmu, yaitu sebagai berikut:

    Hidupmu merupakan kalimat penuh hikmah yang ditulis de- ngan pena qudrah Ilahi. Ia merupakan ungkapan penuh makna yang menunjukkan Asmaul Husna yang terlihat dan terdengar. Ia dan yang sejenisnya merupakan gambaran hidupmu.

    Lalu “hakikat hidupmu” adalah sebagai berikut:

    Ia merupakan cermin manifestasi keesaan dan Shamadiyah. De- ngan kata lain, hidupmu laksana cermin yang memantulkan manifes- tasi Dzat yang Maha Esa dan Mahakekal secara universal. Seolah-olah hidupmu merupakan satu titik pusat yang mengumpulkan berbagai jenis manifestasi Asmaul Husna yang terlihat di seluruh alam.

    Lalu, “kesempurnaan kebahagiaan hidupmu”

    adalah merasakan dan mencintai sejumlah cahaya manifestasi Ilahi yang terlihat pada cermin hidupmu. Engkau merasakan hal ini sekaligus larut dalam cin- tanya, dan mengukuhkan cahaya tadi dalam mata hatimu. Karena itu, terdapat hadis qudsi yang terkait dengan makna di atas di mana ia mengangkatmu menuju tingkatan paling tinggi yang maknanya:

    Langit dan bumi-Ku tidak mampu menampung-Ku. Namun yang bisa menampung adalah kalbu hamba-Ku yang mukmin.

    denilmiştir.

    Wahai diri! Hidupmu yang mengarah kepada berbagai tujuan mulia di atas menggabungkan semua perbendaharan yang berharga. Secara logika, pantaskah ia diarahkan untuk memenuhi berbagai kepentingan yang hina guna memenuhi selera nafsu ammârah dan menikmati kesena- ngan duniawi yang fana di mana setelah itu lenyap tak berbekas? Jika engkau ingin ia tidak hilang percuma, renungkan dan perha- tikan sumpah berikut jawaban sumpah Allah dalam surat asy-Syams.

    “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari. Demi bulan apabila me- ngiringinya. Demi siang apabila menampakkannya. Demi malam apabila menutupinya. Demi langit serta pembinaannya. Demi bumi serta penghamparannya. Dan demi jiwa serta penyem- purnaan ciptaannya. Maka Dia mengilhamkan kepada- nya (jalan) kejahatan dan ketakwaanya. Sungguh beruntung orang yang menyucikanya. Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.(QS. asy-Syams [91]: 1-10).”

    Lalu beramallah seraya mengingat cerita imajiner yang disebutkan pada pendahuluan di mana ia mengisyaratkan surah tersebut.

    Ya Allah, limpahkan salawat dan salam kepada mentari langit kera- sulan dan bulan konstelasi kenabian, serta kepada keluarga dan para sahabatnya yang merupakan bintang petunjuk. Kasihi kami dan juga seluruh kaum yang beriman.



    KALIMAT KESEPULUH ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KEDUA BELAS

    1. *Lihat: at-Thabari, Jami’ul Bayân 1/63; Abu Nu’aim, Hilyatul Auliyâ 2/219; Ibnu Katsîr, Tafsîrul Qur’ân 1/24, 25.
    2. *Tempat pengasingan Ustadz Nursi pada tahun 1927. Di sanalah ia menulis seba- gian besar Risalah Nur hingga akhirnya dibawa ke Pengadilan Eskişehir tahun 1934.