KALIMAT KESEMBILAN BELAS

    Risale-i Nur Tercümeleri sitesinden
    Bu sayfa On Dokuzuncu Söz sayfasının çevrilmiş sürümü ve çeviri %99 tamamlandı.
    Eski çeviriler bu şekilde işaretlenir.
    Diğer diller:


    Aku tidak memuji Muhammad dengan kata-kataku, Tetapi aku memuji kata-kataku dengan Muhammad.

    وَ مَا مَدَح۟تُ مُحَمَّدًا بِمَقَالَتٖى ۝ وَ لٰكِن۟ مَدَح۟تُ مَقَالَتٖى بِمُحَمَّدٍ (ع ص م )

    Ya, Kalimat ini memang indah, tetapi yang membuatnya indah adalah kepribadian Muhammad yang mengungguli segala keindahan.

    Kalimat Ke-19 ini (Cahaya Keempat Belas)(*[1])terdiri atas empat belas percikan

    Percikan Pertama

    Yang memperkenalkan kita kepada Tuhan adalah tiga petunjuk besar:

    Pertama: Kitab alam, yang sebagian dari kesaksiannya telah kita dengar pada tiga belas cahaya (dari Cahaya Mentari Tauhid dalam buku al-Matsnawi an-Nûri).(*[2])

    Kedua: Ayat terbesar dari kitab agung ini, yaitu penutup rang- kaian kenabian, Muhammad x.

    Ketiga: Al-Qur’an yang penuh hikmah.

    Sekarang kita harus mengenal petunjuk kedua yang bisa bertu- tur, yaitu penutup para nabi dan para rasul, Muhammad x. Kita per- hatikan beliau dengan seksama.

    Ketahuilah bahwa petunjuk kedua ini memiliki kepribadian maknawi yang agung. Barangkali engkau bertanya, “Apa itu? Dan apa hakikat beliau?”Jawabannya: Beliau adalah sosok yang dengan keagungannya, permukaan bumi menjadi masjidnya, Mekkah menjadi mihrabnya, dan Madinah menjadi mimbarnya. Beliau adalah imam bagi seluruh kaum beriman, khatib bagi seluruh umat manusia, pemimpin para nabi, dan penghulu semua wali. Beliau adalah poros di pusat lingkaran majelis zikir yang terdiri dari para nabi dan wali. Beliau pohon berca- haya di mana akarnya yang kokoh berupa para nabi berikut wahyu yang diterimanya, ranting hijaunya yang segar dan buahnya yang lem- but bercahaya berupa para wali berikut ilham yang diperolehnya. Seti- ap pernyataan yang beliau lontarkan pasti diakui dan disaksikan oleh semua nabi dengan bersandar kepada mukjizat mereka, serta oleh para wali dengan bersandar kepada karamah mereka. Seolah-olah pada se- tiap pernyataan beliau terdapat stempel dari mereka semua.

    Pasalnya, ketika beliau mengucap lâ ilâha illallâh lalu menegaskan tauhid, dua barisan bercahaya—para nabi dan wali—yang berada di masa lalu dan masa mendatang mengulang-ulang perkataan yang sama dan mereka sepakat dengan hal itu meski aliran dan pendekatan mereka berbeda-beda. Seolah-olah mereka berkata secara ijmak, “Engkau be- nar. Kebenaranlah yang kau ucapkan.” Maka, tidak ada ilusi yang bisa menyangkal pernyataan yang telah didukung oleh kesaksian para saksi yang tak terhitung banyaknya di mana mukjizat dan karamah mereka menjadi legitimasi.

    Percikan Kedua

    Ketahuilah bahwa bukti cemerlang ini yang menunjukkan kepa- da tauhid dan membimbing manusia kepadanya, di samping didukung oleh kekuatan yang terdapat pada kedua sayapnya yang berupa kena- bian dan kewalian, beliau juga dibenarkan oleh ratusan isyarat kitab samawi, seperti kabar gembira dari Taurat, Injil, Zabur, serta kitab suci terdahulu.(*[3])

    Selanjutnya, beliau dibenarkan pula oleh ribuan kejadian luar biasa yang disebut dengan irhasat. Lalu beliau juga dibenarkan oleh kabar gembira yang disampaikan oleh para peramal secara mu- tawatir. Kemudian beliau dibenarkan oleh sejumlah petunjuk mukjizatnya seperti terbelahnya bulan, keluarnya air dari jari-jemari beliau seperti telaga al-Kautsar, datangnya pohon lewat seruan beliau, turun- nya hujan seketika lewat doa beliau, kenyangnya banyak orang lewat makanan beliau yang sedikit, kemampuan beliau berbicara dengan bi- awak, serigala, rusa, unta, dan batu, serta masih banyak lagi mukjizat beliau lainnya seperti yang disebutkan oleh para perawi dan ahli hadis. Selain itu, beliau dibenarkan oleh syariat yang berisi kebahagiaan du- nia dan akhirat.
    

    Ketahuilah, di samping dibenarkan oleh berbagai dalil âfâqi (eksternal) seperti yang telah disebutkan di atas, beliau juga seperti matahari yang menunjukkan keberadaan dirinya lewat pribadinya. Dengan kata lain, beliau juga dibenarkan oleh dalil-dalil anfusi (in- ternal) yang melekat pada diri beliau. Pasalnya, berkumpulnya semua akhlak terpuji pada diri beliau; penyatuan berbagai karakter mulia dan perilaku bersih pada sosok maknawi beliau dalam menjalankan tugas; kekuatan iman beliau lewat bukti kekuatan zuhud, takwa, dan ubudi- yahnya; keyakinan, kesungguhan, dan ketekunan beliau yang sem- purna seperti yang ditunjukkan oleh sejarah hidupnya; serta kekuatan harapan beliau dalam geraknya seperti yang ditunjukkan oleh sikap tenangnya; semua itu ibarat matahari terang yang membenarkan beli- au ketika mengaku berpegang pada kebenaran dan meniti jalan hakikat.

    Percikan Ketiga

    Ketahuilah bahwa ruang lingkup waktu dan tempat memberikan pengaruh yang besar kepada cara berpikir akal. Marilah kita pergi ke generasi terbaik dan era kebahagiaan nabawi guna mengunjungi be- liau meski dalam khayalan, yaitu ketika beliau melakukan tugas uta- manya. Bukalah matamu dan perhatikan! Yang pertama kali terlihat dari kerajaan tersebut adalah sosok luar biasa. Ia memiliki bentuk rupa yang istimewa dan akhlak terpuji. Tangannya menggenggam sebuah kitab yang mengandung mukjizat mulia. Lisannya mengucapkan per- kataan yang penuh hikmah. Ia menyampaikan khutbah abadi yang di- bacakan kepada seluruh golongan jin dan munusia, bahkan kepada seluruh entitas. Sungguh menakjubkan! Apa yang beliau sampaikan? Beliau menyampaikan tentang persoalan besar dan membahas tentang berita agung. Pasalnya, beliau menjelaskan dan memecahkan teka-teki tentang rahasia penciptaan alam. Beliau membuka dan menyingkap misteri tentang rahasia hikmah entitas. Beliau menjelaskan dan me- nerangkan tiga persoalan rumit yang membingungkan akal. Yaitu per- soalan dan pertanyaan yang ditanyakan setiap makhluk: Siapa engkau? Dari mana? Dan hendak ke mana?

    Percikan Keempat

    Perhatikan bagaimana sosok bercahaya tersebut memancarkan sinar cemerlang dari hakikat dan menyebarkan cahaya terang dari kebenaran, hingga membuat malam manusia menjadi siang, musim dinginnya menjadi musim semi. Seolah-olah semua entitas berubah bentuk sehingga alam ini tampak tertawa gembira setelah sebelum- nya cemberut dan sedih.

    Apabila engkau melihat entitas di luar ca- haya petunjuknya, engkau akan melihat sebuah tempat berkabung di dalamnya. Engkau juga akan melihat makhluk seperti orang asing dan musuh; di mana yang satu dengan yang lain tidak saling mengenal. Bahkan mereka saling bermusuhan. Engkau akan melihat benda-ben- da matinya seperti jenazah besar. Hewan dan manusianya laksana anak-anak yatim yang sedang meratap sedih karena kepergian dan perpisahan. Itulah hakikat entitas bagi orang yang tidak masuk ke da- lam wilayah cahaya beliau. Sekarang perhatikan alam dengan cahaya beliau, lewat teropong agamanya dan dalam wilayah syariatnya. Apa yang engkau lihat? Perhatikan! Bentuk alam telah berubah. Tempat berkabung berubah menjadi masjid tempat zikir dan pikir, serta maje- lis tempat memuji dan mengungkap rasa syukur. Musuh dan makhluk asing itupun berubah menjadi kekasih dan saudara. Setiap benda mati yang diam berubah menjadi makhluk hidup yang bersahabat, tunduk, dan menuturkan tanda kekuasaan Penciptanya. Sementara makhluk hidup yang tadinya laksana anak-anak yatim yang sedang meratap be- rubah menjadi kaum yang sedang berzikir dalam tasbih mereka seraya bersyukur karena telah terlepas dari tugas.

    Percikan Kelima

    Dengan cahaya tersebut, gerakan, keragaman, dan berbagai pe- rubahan entitas berganti dari kesia-siaan, kehampaan, dan proses kebetulan menjadi catatan Tuhan, lembaran ayat penciptaan, serta cer- min nama-nama ilahi. Sehingga alam naik menjadi kitab hikmah-Nya yang abadi.

    Lihatlah bagaimana manusia naik dari kubangan hewani yang menjadi tempatnya akibat kelemahan, kefakiran, dan akalnya yang mengangkut berbagai kepedihan masa lalu dan kecemasan masa men- datang. Dari sana ia naik menuju puncak kepemimpinan setelah akal, kelemahan, dan kefakiran tadi mendapat cahaya. Lihatlah bagaima- na sebab-sebab kejatuhannya yang berupa kelemahan, kefakiran, dan akal menjadi sebab ia kembali bisa naik karena ketiganya mendapat cahaya yang bersumber dari pribadi cemerlang ini.

    Karena itu, andaikan pribadi ini tidak ada tentu seluruh entitas dan manusia akan jatuh terpuruk. Segala sesuatu akan menuju ke lem- bah ketiadaan; tidak memiliki nilai dan makna. Maka, entitas yang menakjubkan dan indah ini sudah pasti terpaut dengan pribadi luar biasa yang bertugas memberi kan penerangan. Jika dia tidak ada, maka entitas tidak akan ada. Sebab, entitas tidak berarti bagi kita tanpanya.

    Percikan Keenam

    Barangkali engkau bertanya, “Siapa dan apa yang dikatakan so- sok yang kita lihat telah menjadi mentari alam ini sekaligus dengan agamanya ia menyingkap berbagai kesempurnaan entitas?” Jawabannya: Lihat dan perhatikan apa yang beliau katakan. Beli- au menginformasikan dan memberikan kabar gembira tentang keba- hagiaan abadi. Beliau menyingkap rahmat yang tak terhingga sekaligus mengumumkan dan menyeru manusia kepadanya. Beliau menjadi petunjuk tentang indahnya kekuasaan Tuhan serta penyingkap per- bendaharaan nama-nama ilahi yang tersembunyi. Perhatikanlah be- liau dari sisi tugas (risalah) yang dibawanya. Engkau pasti melihatnya sebagai bukti kebenaran, lentera hakikat, mentari hidayah, dan sara- na menuju kebahagiaan. Selanjutnya, perhatikan dari sisi pribadinya (ubudiyahnya). Engkau akan melihatnya sebagai perumpamaan cinta Tuhan, perwujudan kasih sayang ilahi, kehormatan hakikat kemanu- siaan, serta buah pohon penciptaan yang paling bersinar.

    Setelah itu, lihatlah bagaimana cahaya dan agamanya menjang- kau Timur dan Barat secepat kilat. Sekitar separuh bumi dan seperli- ma umat manusia menerima dengan penuh ketundukan persembah- an hidayahnya di mana mereka rela mengorbankan nyawa untuknya. Mungkinkah nafsu dan setan bisa menyangkal pengakuan dan per- nyataan yang dilontarkan oleh sosok seperti beliau. Terutama yang ter- kait dengan pernyataan yang menjadi landasan bagi semua pernyata- annya. Yaitu lâ ilâha illallâh beserta seluruh tingkatannya?!

    Percikan Ketujuh

    Jika engkau ingin mengetahui bahwa yang menggerakkannya adalah sebuah kekuatan suci, maka perhatikan apa yang beliau laku- kan di jazirah yang luas itu! Engkau bisa melihat beragam bangsa pedalaman di sahara luas yang demikian fanatik dengan tradisi me- reka dan begitu hebat menunjukkan permusuhan. Lihatlah bagaimana sosok mulia tersebut melenyapkan semua akhlak buruk mereka hanya dalam waktu yang singkat. Lalu beliau menyediakan untuk mereka se- jumlah akhlak terpuji dan mulia. Beliau berhasil menjadikan mereka sebagai guru umat manusia dan pengajar bangsa yang berperadaban. Perhatikan! Kekuasaannya tidak hanya pada aspek lahiriah. Namun, beliau membuka kalbu dan akal, serta menundukkan nafsu dan jiwa, sehingga beliau menjadi pujaan hati dan pembimbing akal, sekaligus menjadi pendidik nafsu dan penguasa jiwa.

    Percikan Kedelapan

    Seperti di ketahui bersama bahwa melenyapkan tradisi yang ke- cil—seperti merokok misalnya—dari sebuah lingkungan kecil secara total kadangkala cukup sulit bagi seorang penguasa besar. Namun kita melihat bagaimana Nabi x berhasil melenyapkan secara total berbagai tradisi dari bangsa-bangsa besar yang fanatik terhadap tradisi mereka. Beliau melenyapkan tradisi tersebut dengan kekuatan yang kecil, tekad yang tidak besar, pada waktu yang singkat. Sebagai gantinya, beliau tanamkan secara sangat kokoh sejumlah akhlak mulia dalam karakter mereka.

    Demikianlah, terdapat ribuan pencapaian luar biasa dari apa yang kita lihat. Siapa yang belum melihat era bahagia tersebut, perlu kita masukkan jazirah ini ke matanya sekaligus menantangnya. Hen- daklah ia mencoba melakukan hal tersebut di sana. Hendaknya juga membawa seratus filsuf ke daerah tersebut dan bekerja di dalamnya selama seratus tahun. Dapatkah kiranya mereka melakukan satu saja dari seratus bagian yang dilakukan oleh Rasulullah dalam setahun di- ukur dengan kondisi ketika itu?!

    Percikan Kesembilan

    Ketahuilah bahwa tidaklah mudah bagi orang berakal untuk menyatakan sebuah kebohongan yang ia malu kalau ketahuan. Apala- gi di ucapkan tanpa beban, tanpa ragu dan tanpa rasa bimbang yang menunjukkan tipu dayanya, serta tanpa dibuat-buat yang mengindi- kasikan kebohongannya, di hadapan para musuh yang siap mengkritik meski ia hanya orang kecil, dalam tugas yang sederhana, pada kedudu- kan yang rendah, di komunitas yang kecil, serta dalam persoalan se- pele. Kalau demikian, bagaimana mungkin tipu daya dan dusta ma- suk dan bercampur ke dalam pernyataan dan pengakuan sosok yang merupakan petugas besar, dalam tugas penting, dan pada kedudukan yang tinggi—padahal beliau membutuhkan perlindungan besar—lalu berada dalam komunitas yang besar, menghadapi permusuhan yang besar, dalam persoalan besar, dan dalam pengakuan yang besar pula?Nah, kita melihat bagaimana beliau mengungkapkan semuan- ya tanpa peduli dengan adanya hambatan, tanpa ragu-ragu, tanpa beban, dan tanpa rasa takut. Beliau melakukannya dengan hati yang tegar, kesungguhan yang tulus, dan dengan cara yang mengundang amarah musuh, yaitu dengan menghinakan akal, merendahkan jiwa, dan menghancurkan kemuliaan mereka serta dengan nada yang tegas. Mungkinkah tipu muslihat masuk ke dalam pengakuan beliau dalam kondisi seperti di atas?! Tentu saja tidak mungkin.

    “Ia tidak lain adalah wahyu yang disampaikan kepadanya.” (QS. an-Najm [53]: 4).Ya, kebenaran tidak perlu menipu, dan pandangan hakikat tidak bisa ditipu. Ya, jalannya yang benar tidak membutuhkan penipuan, serta pandangannya yang tajam bisa membedakan antara hakikat dan khayalan.

    Percikan Kesepuluh

    Simak dan perhatikan apa yang beliau katakan! Beliau mene- rangkan tentang sejumlah hakikat menakjubkan, membahas tentang berbagai persoalan yang menarik bagi hati sekaligus mengundang akal untuk mencermatinya.

    Seperti telah diketahui bersama, rasa penasaran akan hakikat se- suatu telah mendorong banyak orang yang memiliki kuriositas yang tinggi untuk melakukan pengorbanan. Nah, bagaimana seandainya ada yang berkata kepadamu, “Jika engkau mengorbankan setengah usiamu atau separuh dari hartamu, maka akan datang seseorang dari bulan atau planet yang memberikan informasi kepadamu tentang hal- hal yang menakjubkan serta memberitahu tentang masa depanmu.” Kukira engkau akan mau berkorban untuknya.

    Sungguh aneh! Engkau rela memenuhi rasa penasaranmu dengan mengorbankan setengah dari usia dan hartamu, sementara engkau ti- dak peduli dengan sabda Nabi x yang dibenarkan oleh para spesialis dari kalangan nabi, kaum shiddiqin, wali, dan para ulama. Beliau x menerangkan kondisi seorang penguasa, di mana bulan di dalam ke- rajaan-Nya hanyalah seperti lalat yang terbang di sekitar kupu-kupu. Kupu-kupu itu terbang di sekitar lentera. Lentera itu hanyalah salah satu dari ribuan lampu yang dinyalakan di sebuah rumah dari ribuan rumah yang disiapkan untuk para tamunya.

    Beliau juga memberitahu- kan tentang alam yang menjadi tempat kejadian berbagai hal luar bi- asa, serta menginformasikan perubahan yang sungguh menakjubkan, di mana kalaupun bumi terbelah dan gunung-gunungnya beterbangan seperti awan, hal itu masih belum seberapa.Engkau bisa memperhatikan firman-firman Allah berikut ini:“Apabila matahari digulung.” (QS. at-Takwîr [81]: 1).“Apabila langit terbelah.” (QS. al-Infithâr [82]: 1).“Apabila bumi digoncang dengan segoncang-goncangnya.” (QS. az-Zalzalah [99]: 1).“Hari kiamat.” (QS. al-Qâri’ah [101]: 1).

    Beliau menceritakan tentang realitas masa depan; di mana masa depan dunia jika dibandingkan dengannya hanyalah satu tetes fata- morgana yang tidak berarti jika diukur dengan lautan yang tak bertepi. Beliau juga memberitahukan tentang kebahagiaan; di mana kebaha- giaan dunia jika dibandingkan dengannya hanyalah kilat selintas jika diukur dengan mentari abadi.

    Percikan Kesebelas

    Ya, di balik tirai alam terdapat berbagai hal menakjubkan yang menantikan kita. Untuk memberitahukan semua itu harus ada sosok luar biasa yang dapat menyaksikan untuk kemudian bersaksi, meli- hat untuk kemudian memberitakan. Dalam hal ini, kita menyaksikan kondisi beliau bagaimana beliau menyaksikan dan kemudian bersaksi, lalu memberikan peringatan dan kabar gembira. Beliau juga memberi- tahukan tentang apa saja yang disukai dan dituntut oleh Tuhan Peme- lihara alam semesta dari kita.

    Sungguh malang orang yang lalai! Sungguh merugi orang yang sesat! Sungguh aneh mengapa sebagian besar manusia demikian du- ngu! Bagaimana mereka buta terhadap kebenaran dan tuli dengan hakikat yang ada; tidak peduli dengan berbagai hal menakjubkan yang terdapat pada sosok semacam beliau. Padahal, orang seperti beliau mestinya dibela dan segera dihampiri dengan membelakangi dunia dan isinya.

    Percikan Kedua Belas

    Ketahuilah bahwa sosok yang tampak dengan kepribadian mak- nawinya dan yang dikenal di dunia dengan ketinggian martabatnya, di samping merupakan petunjuk yang benar atas keesaan Tuhan dan dalil kebenaran tauhid, beliau juga merupakan petunjuk terang dan dalil cemerlang yang menjelaskan tentang kebahagiaan abadi. Lebih dari itu, sebagaimana lewat dakwah dan petunjuknya beliau menjadi sebab yang mengantarkan pada kebahagiaan abadi, begitu pula lewat doa dan pengabdiannya beliau juga menjadi sebab terwujudnya kebahagiaan tersebut.

    [Karena kesesuaian konteks, pembahasan yang ter- dapat dalam Risalah Kebangkitan,(*[4])

    kami uraikan kembali di sini]Engkau bisa melihatnya ketika berdoa dalam “salat terbesar” yang dengan keluasaannya ia mengubah jazirah Arab, bahkan seluruh dunia menjadi sosok yang melakukan salat semacam itu. Kemudian perhatikan bagaimana beliau melaksanakan salat tersebut dengan ja- maah yang sangat banyak. Seolah-olah beliau menjadi imam di mih- rab masanya diikuti oleh semua manusia yang mulia, dari sejak Adam hingga saat ini, bahkan hingga akhir zaman nanti. Mereka berbaris dalam barisan semua generasi dengan bermakmum dan mengamini doanya. Lalu, perhatikan apa yang beliau lakukan dalam salat tersebut dengan jamaah yang ada.
    

    Beliau berdoa untuk satu kebutuhan yang sangat penting, besar, dan universal di mana bumi dan langit, bahkan seluruh entitas ikut berdoa bersamanya.Lewat bahasa masing-masing, mereka berujar, “Ya, wahai Tuhan. Terimalah doanya. Kami juga—bersama seluruh manifestasi nama-na- ma-Mu—memohon agar bisa menggapai apa yang ia minta.” Lalu per- hatikan bagaimana beliau bermunajat dengan segala kepapaan yang menyiratkan rasa rindu yang sangat kuat dan kesedihan yang menyi- ratkan rasa cinta yang sangat mendalam, di mana hal itu membuat seluruh alam ikut menangis dan ikut berdoa bersamanya.

    Kemudian perhatikan untuk tujuan apa beliau bermunajat? Be- liau bermunajat dan berdoa untuk sebuah tujuan yang kalau tidak ter- capai, tentu manusia dan alam, bahkan seluruh entitas, akan terjatuh ke dalam tingkatan yang paling rendah; tidak memiliki nilai. Namun dengan permintaan beliau, semua entitas naik menuju derajat kesem- purnaannya.

    Selain itu, perhatikan bagaimana beliau bermunajat secara ter- us-menerus dengan segala kesungguhan dan mengharap belas kasih. Doa beliau terdengar oleh arasy dan semua langit serta mengundang simpati mereka. Sehingga seolah-olah arasy dan langit berkata, “Ya Allah, kabulkan doanya!”

    Perhatikan pula, kepada siapa beliau meminta? Ya, beliau me- minta kepada Dzat Yang Mahakuasa, Maha Mendengar, Mahamulia,Maha Mengetahui, Maha Melihat, dan Maha Mengasihi; Dzat yang mendengar seluruh doa yang paling samar dari makhluk yang paling kecil terkait dengan kebutuhan yang paling sederhana. Dia mengabul- kan dengan memenuhi kebutuhannya. Dia mengetahui harapan pa- ling kecil pada makhluk yang paling rendah dalam tujuan yang paling dekat. Dia mengantarkan kepadanya dengan cara yang tidak disang- ka-sangka. Dia mengasihi dan mencintai dalam bentuk yang bijak- sana dan sangat rapi. Tentu tidak ada keraguan bahwa pemeliharaan dan pengaturan tersebut berasal dari Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui serta Maha Melihat lagi Maha Bijaksana.

    Percikan Ketiga Belas

    Sungguh menakjubkan apa yang diminta oleh sosok yang tegak di atas bumi yang membuat seluruh nabi—yang merupakan manusia pilihan—berbaris di belakangnya. Beliau mengangkat tangan meng- hadap ke arasy yang agung lalu berdoa dengan diamini oleh jin dan manusia. Dari kondisinya dapat diketahui bahwa beliau adalah manu- sia yang paling mulia, makhluk yang paling istimewa, serta kebang- gaan seluruh alam di sepanjang zaman. Beliau meminta syafaat lewat seluruh nama Tuhan yang termanifestasi pada cermin entitas.

    Bahkan nama-nama tersebut memohon dan meminta hal yang sama seperti pinta beliau.Perhatikan! Beliau meminta keabadian, pertemuan, surga, dan rida-Nya.

    Andaikan rahmat, pertolongan, hikmah, dan keadilan yang merupakan sarana menuju kebahagiaan abadi tidak ada, maka doa be- liau sudah cukup lantaran Tuhan membangun surga untuknya dan un- tuk umatnya, sebagaimana Dia mendatangkan sejumlah taman yang indah di setiap musim semi dengan berbagai ciptaan-Nya yang luar bi- asa. Jika risalah beliau menjadi sebab dunia ini dijadikan sebagai tem- pat ujian dan penghambaan, maka doa beliau menjadi sebab akhirat dijadikan sebagai tempat pemberian balasan dan ganjaran.

    Keteraturan yang luar biasa, rahmat-Nya yang demikian luas, ciptaan-Nya yang sangat sempurna tanpa cacat, serta keindahan yang tanpa cela sehingga orang semacam al-Gazali berkata, “Tiada yang le- bih indah dari ciptaan Dzat Yang Mahaindah”(*[5])mungkinkah itu semua dihiasi dan digantikan oleh keburukan, kezaliman, dan kerancuan? Dengan kata lain, tidak diciptakannya surga? Pasalnya, mendengar dan memperhatikan seruan yang paling rendah dari makhluk yang paling hina, terkait dengan kebutuhan yang paling sederhana, semen- tara di sisi lain tidak mau mendengar dan mengabulkan seruan yang paling tinggi dari makhluk yang paling mulia, terkait dengan kebu- tuhan yang sangat mendesak, hal itu merupakan sesuatu yang paling buruk dan cacat. Hal itu tidak mungkin terjadi. Keindahan yang tanpa aib tersebut tidak mungkin menerima keburukan tadi.

    Wahai sahabatku dalam petualangan yang menakjubkan ini, ti- dakkah cukup apa yang telah kau saksikan?! Jika engkau ingin men- jangkau seluruhnya tidak akan mampu. Bahkan, andaikan kita masih tetap berada di jazirah ini selama seratus tahun, kita tidak akan mam- pu menjangkau semuanya serta tidak akan merasa bosan memandang satu bagian dari seratus bagian keajaiban tugas dan aksinya.

    Marilah kita kembali dan melihat masa demi masa, bagaimana semuanya demikian hijau dan mendapat curahan karunia dari era pertama tadi. Ya, engkau akan melihat setiap masa yang engkau lalui bunganya mekar oleh mentari era kebahagiaan tersebut dan setiap masa menghasilkan ribuan “buah bersinar” berkat limpahan petun- juk beliau seperti Imam Abu Hanifah,(*[6])Imam asy-Syâfi`i,(*[7])Abu Yazid al-Bustami,(*[8])al-Junaid al-Bagdadi,(*[9])Syekh Abdul Qadir al-Jailani,(*[10])Imam al-Ghazali,(*[11])Syahal-Naqsyaband,(*[12])Imam Rabbani,(*[13])

    dan yang lainnya.
    

    Penjelasan rinci tentang apa yang kita saksikan, kita tunda pada waktu yang lain. Sekarang, mari kita bersama-sama mengirimkan sa- lawat dan salam kepada sosok bersinar, penunjuk jalan kebenaran, dan sang pemilik mukjizat, Muhammad x:

    Semoga salawat dan salam tercurah kepada sosok yang padanya al-Qur’an diturunkan oleh Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang dari arasy yang agung, junjungan kami Muhammad x, sebanyak ke- baikan umatnya!

    Semoga salawat dan salam tercurah kepada sosok yang kedata- ngan risalahnya telah diinformasikan oleh kitab Taurat, Injil, Zabur dan kitab suci lainnya; kenabiannya telah diberitakan oleh sejumlah keja- dian luar biasa yang disebut “irhasat” dan ditunjukkan oleh sejumlah keterangan yang berasal dari jin, para wali dan peramal; serta dengan isyaratnya bulan terbelah, yaitu teladan kami, Muhammad x, seba- nyak tarikan napas umatnya!

    Semoga salawat dan salam tercurah kepada sosok yang pepohonan datang menghampiri seruannya; hujan datang seketika berkat doanya; awan melindunginya dari terik matahari; ratusan manusia kenyang oleh makanan di nampannya; air memancar dari sela-sela jarinya seperti telaga al-kautsar; kerikil dan tanah bertasbih di kedua telapak tangannya; kadal, rusa, serigala, batang pohon, unta, gunung, batu, pepohonan dibuat bisa berbicara oleh Allah untuknya, sosok yang telah dimi’rajkan, junjungan dan pemberi syafaat bagi kita, Muhammad x, sebanyak huruf yang terbentuk dalam kata-kata yang terwujud dengan izin Tuhan di cermin gelombang udara saat pembaca membacakan se- tiap kata dari al-Qur’an dari sejak awal turunnya hingga akhir zaman!

    Wahai Tuhan kami, ampuni dan kasihi kami lewat setiap salawat darinya. Amin!

    [Ketahuilah bahwa bukti kenabian Muhammad x tidak terhingga banyaknya. Para ulama peneliti telah menulis tentangnya. Sementara aku sendiri dengan segala keter- batasan yang ada telah menjelaskan sebagian kilau dari mentari tersebut dalam risalah “Kilau Makrifat Nabi x”, dan dalam “Surat Kesembilan Belas.” Aku juga telah men- jelaskan secara global berbagai aspek kemukjizatan dari mukjizat terbesarnya, yaitu al-Qur’an. Dengan pemaha- manku yang terbatas, aku telah menerangkan sekitar em- pat puluh aspek kemukjizatan al-Qur’an dalam risalah al- Lawâmi’ (Kilau Cahaya).(*[14])Salah satu dari aspek tersebut, yaitu retorika yang luar biasa, telah kujelaskan sebanyak empat puluh halaman dalam tafsir berbahasa Arab yang kutulis, yaitu “Isyârât al-I’jâz fî Mazhân al-ÎJâz”. Engkau bisa merujuk ke tiga buku di atas].

    Percikan Keempat belas

    Ketahuilah bahwa al-Qur’an yang merupakan lautan mukjizat dan mukjizat terbesar dengan sangat tegas menetapkan kenabian Muhammad x serta keesaan ilahi. Ia mengetengahkan sejumlah argu- men, memperlihatkan berbagai bukti, serta memberikan dalil-dalil yang sangat kuat. Di sini kami akan menerangkan definisinya.Setelah itu, kami akan menerangkan sejumlah kilau kemukjizatannya; sesuatu yang mengundang tanda tanya bagi sebagian orang.

    Definisi al-Qur’an Al-Qur’an al-Hakim yang memperkenalkan Tuhan kepada kita adalah: Terjemahan azali bagi buku alam semesta;Penafsir abadi bagi ayat-ayat kauniyah;

    Penyingkap berbagai perbendaharaan nama-nama ilahi yang tersembunyi dalam lembaran langit dan bumi;

    Kunci ber- bagai hakikat yang terselubung dalam rangkaian peristiwa;

    Lisan gaib dalam dunia nyata; Khazanah pembicaraan ilahi yang abadi;

    Pilar dan mentari dunia Islam;

    serta Peta alam ukhrawi.

    Al-Qur’an juga merupakan penjelasan yang gamblang, penafsir- an yang cemerlang, terjemahan yang gemilang, dan bukti yang terang atas Dzat, sifat, nama, dan kondisi Allah;

    Pendidik dunia manusia; Penyegar (air) dan Penerang (cahaya) bagi tubuh Islam;

    Hikmah haki- ki bagi umat manusia; serta penuntun ke tujuan penciptaan manusia.Selain itu, bagi manusia di samping merupakan kitab syariat, al-Qur’an juga kitab hikmah. Di samping merupakan kitab doa dan ibadah, ia juga kitab perintah dan dakwah. Di samping merupakan ki- tab zikir, ia juga kitab pikir. Di samping merupakan sebuah kitab yang mencakup begitu banyak kitab yang sejalan dengan semua kebutuhan manusia, ia juga seperti rumah suci yang berisi sejumlah kitab dan risalah, bahkan ia memperlihatkan kepada setiap aliran dari berbagai kelompok yang berbeda-beda dari kalangan para wali dan kaum shid- diqin, serta kalangan arif dan para ulama, sebuah risalah yang sesuai dengan kebutuhan setiap aliran tersebut sehingga seolah-olah menjadi seperti kumpulan risalah.

    Perhatikan penjelasan tentang kilau kemukjizatan di balik pe- ngulangan ayat-ayat al-Qur’an yang dianggap cacat oleh mereka yang kurang memahami retorika. Ketahuilah bahwa karena al-Qur’an merupakan kitab zikir, kitab doa, dan kitab dakwah, maka pengulangannya menjadi suatu halyang tepat, bahkan mutlak. Pasalnya, zikir perlu diulangulang, doa perlu terus dipanjatkan, dan dakwah harus terus ditekankan. Dalam pengulangan zikir terdapat pencerahan, dalam pengulangan doa ter- dapat penetapan, dan dalam pengulangan dakwah terdapat penegasan.

    Ketahuilah bahwa tidak mungkin semua orang, pada setiap saat, akan selalu bisa membaca keseluruhan al-Qur’an yang merupakan obat bagi setiap orang, pada setiap saat. Karena itu, Dzat Yang Maha Bijaksana dan Penyayang memasukkan sebagian besar maksud al-Qur’an dalam sebagian besar surah. Terutama, surah-surah yang panjang sehingga setiap surah menjadi semacam al-Qur’an kecil. Dengan demikian, Allah memudahkan jalan bagi setiap orang sehingga tidak ada yang terhalang darinya. Maka dari itu, Dia mengulang-ulang persoalan tauhid, kebangkitan, dan kisah Musa .

    Ketahuilah bahwa kebutuhan jasmani pada setiap waktu ber- beda-beda. Demikian halnya dengan kebutuhan rohani. Maka dari itu, untuk sebagian orang di setiap waktu membutuhkan Z [ ‘Dia adalah Allah’ bagi ruh seperti kebutuhan tubuh terhadap udara. Lalu untuk sebagian lain pada setiap waktu seperti Z [ ‘De- ngan nama Allah’, demikian seterusnya. Jadi, pengulangan ayat dan kata adalah untuk menunjukkan berulangnya kebutuhan sekaligus mengisyaratkan adanya kebutuhan manusia yang mendesak terhadap- nya, serta untuk mendorong munculnya rasa butuh terhadap nutrisi spiritual tersebut.

    Ketahuilah bahwa al-Qur’an merupakan peletak dasar agama yang agung dan kokoh (Islam). Ia adalah pilar dunia Islam; pengubah tatanan sosial manusia; serta jawaban terhadap berbagai pertanyaan dari beragam kelompok masyarakat lewat bahasa lisan ataupun keadaan. Karena merupakan peletak dasar, ia membutuhkan pengu- langan untuk menegaskan, menguatkan, dan memantapkan.

    Ketahuilah bahwa al-Qur’an membahas berbagai persoalan besar seraya mengajak kalbu untuk mengimaninya. Ia juga memuat sejum- lah hakikat mendalam seraya mengajak akal untuk mengetahuinya. Karena itu, untuk menanamkan di dalam kalbu dan untuk menguat- kannya dalam opini umum diperlukan pengulangan dalam bentuk yang berbeda-beda dan gaya bahasa yang beragam.Ketahuilah bahwa setiap ayat al-Qur’an memiliki aspek lahir dan batin, batas awal dan akhir. Serta setiap kisahnya memiliki se- jumlah aspek, hukum, pelajaran, dan maksud. Di satu surah engkau mendapatkan sebuah tujuan, sementara di surah yang berbeda engkau mendapatkan tujuan lain. Demikian seterusnya. Jadi, sebenarnya pe- ngulangan di dalam al-Qur’an hanyalah bentuk lahiriahnya saja.

    Adapun penjelasan al-Qur’an yang bersifat global terhadap se- jumlah fenomena alam, sementara bersifat samar di bagian lain me- rupakan kilau kemukjizatan yang demikian terang; bukan kekurangan dan objek kritikan sebagaimana anggapan kaum ateis.

    Barangkali engkau bertanya:Mengapa al-Qur’an tidak memba- has tentang alam sebagaimana pembahasan ilmu hikmah dan filsafat? Dia membiarkan sejumlah persoalan secara global, dan menyebutkan yang lainnya dengan cara yang sejalan dengan perasaan dan pemikiran kaum awam. Penjelasannya tidak membuat mereka kesulitan; namun secara lahiriah sangat sederhana. Mengapa demikian?

    Jawaban:Karena filsafat menyimpang dari jalur hakikat yang sebenarnya. Dari sejumlah pelajaran dan pembahasan sebelumnya, engkau pasti memahami bahwa al-Qur’an membahas alam semesta hanyalah sebagai lanturan (digresi) untuk membuktikan Dzat, sifat, dan nama-nama Allah. Dengan kata lain, ia memberikan pemahaman tentang makna kitab alam yang besar ini untuk memperkenalkan Pen- ciptanya kepada kita. Al-Qur’an mempergunakan berbagai entitas un- tuk Penciptanya, bukan untuk entitas tersebut. Di samping itu, ia ber- bicara kepada sebagian besar manusia. Karena itu, selama al-Qur’an mempergunakan entitas sebagai dalil, maka yang namanya dalil harus jelas bagi mereka.

    Selanjutnya, karena al-Qur’an merupakan petunjuk, maka agar memberikan kesan yang kuat ia harus sejalan dengan nalar masyarakat umum, harus memperhatikan sensitivitas mereka, dan harus melihat cara berpikir sebagian besar mereka. Hal itu agar tidak dianggap aneh oleh nalar dan pikiran mereka. Nah, ucapan dan petunjuk yang paling berkesan bagi mereka adalah ketika jelas, sederhana, mudah, singkat, bersifat global terkait dengan hal yang tak perlu dirinci dan menggu- nakan perumpamaan untuk mendekatkan berbagai persoalan yang sulit mereka pahami.Karena al-Qur’an merupakan petunjuk bagi semua strata manu- sia, maka secara retoris ia tidak boleh membuat sebagian besar ma- nusia menyimpang dan mengingkari sejumlah aksioma yang terdapat dalam pandangan lahiriah mereka. Ia juga tidak boleh mengubah apa yang sudah dikenal oleh mereka tanpa ada keperluan mendesak. Ia juga harus mengabaikan dan menglobalkan sesuatu yang tidak harus bagi mereka dalam mengerjakan tugas.

    Misalnya, al-Qur’an membahas tentang matahari; bukan untuk matahari dan bukan dari sisi substansinya. Akan tetapi , ia membahas- nya untuk Dzat yang telah membuatnya bersinar dan menjadikannya sebagai lentera. Ia juga membahas fungsinya sebagai sumber ketera- turan penciptaan dan pusat tatanan makhluk. Tatanan dan keteraturan tersebut tidak lain merupakan cermin untuk mengenal Sang Pencipta Yang Mahaagung. Lewat tatanan keserasian makhluk, al-Qur’an mem- perlihatkan kesempurnaan Penciptanya Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui kepada kita.Ayat al-Qur’an berbunyi: “Matahari beredar.” (QS. Yâsîn [36]: 38).Dengan ayat tersebut, al-Qur’an menjelaskan tindakan qudrah ilahi yang agung dalam silih-bergantinya siang dan malam serta dalam pergantian musim panas dan dingin. Dalam mengarahkan perhatian padanya terdapat sebuah peringatan yang menyadarkan pendengar akan kebesaran qudrah Sang Pencipta dan independensi-Nya dalam pengaturan alam ini. Bagaimanapun adanya dan dalam bentuk apa- pun, gerakan matahari yang sebenarnya(*[15])tidak mempengaruhi tujuan al-Qur’an dalam memperlihatkan keteraturan yang terlihat dan tertata.

    Ayat yang lain berbunyi:“Dia menjadi kan matahari sebagai lentera.” (QS. Nûh [71]: 16).Dalam penyebutan matahari sebagai lentera terdapat ilustrasi tentang alam dalam bentuk istana berikut gambaran tentang segala sesuatu yang terdapat di dalamnya di mana ia laksana perlengkapan, hi- asan, dan makanannya yang diperuntukkan bagi penduduk dan pelan- cong di istana tersebut. Ia mengingatkan bahwa semua itu disediakan untuk para tamu dan pelayannya oleh Tangan Yang Mahamulia dan Maha Penyayang. Matahari hanyalah makhluk yang diperintah, di- tundukkan, serta lentera yang bersinar. Dengan menyebutnya sebagai lentera, al-Qur’an mengingatkan rahmat Sang Pencipta dalam keagu- ngan rububiyah-Nya, memperkenalkan karunia-Nya dalam keluasan rahmat-Nya, serta mengingatkan kemurahan-Nya dalam keagungan kekuasaan-Nya.

    Sekarang perhatikan ucapan filsuf terkait dengan matahari. Ia berkata:

    Matahari adalah benda besar yang berasal dari cairan api. Ia berotasi pada porosnya. Percikan api, yaitu bumi dan sejumlah planet lain beterbangan darinya. Benda-benda angkasa yang berbeda-beda ukuran mengitarinya... besarnya sekian... dan sub- stansinya adalah demikian...Perhatikanlah! Tidak ada yang kau dapatkan dari pembahasan di atas kecuali kebingungan dan keterperanjatan yang luar biasa. Ia tidak memberimu kesempurnaan ilmiah, cita rasa spiritual, tujuan kemanu- siaan, dan manfaat keagamaan. Itulah standar untuk menetapkan nilai berbagai persoalan filsafat yang secara lahir tampak indah, namun hakikatnya berisi kebodohan. Karena itu, jangan engkau tertipu oleh kilau lahiriahnya lalu berpaling dari penjelasan al-Qur’an.

    Ya Allah, jadikan al-Qur’an sebagai obat segala penyakit bagi kami dan pemberi ketenteraman di saat hidup dan mati. Jadikan ia sebagai teman kami di dunia, pemberi kedamaian di kubur, pemberi syafaat di hari kiamat, cahaya saat berada di atas jembatan shirath, tameng dan hijab dari neraka, pendamping di dalam surga, serta petunjuk dan penun- tun ke jalan kebaikan, dengan karunia, pujian, kemurahan, kebaikan, dan rahmat-Mu,wahai Dzat Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.Amin!

    Limpahkan salawat dan salam kepada sosok yang kepadanya Engkau turunkan al-Qur’an yang penuh hikmah.

    Juga, kepada keluarga dan seluruh sahabatnya. Amin!

    Catatan: Dalam buku al-Matsnawi an-Nuri, kami telah menjelaskan lima belas dari empat puluh jenis kemukjizatan al-Qur’an. Hal itu terdapat dalam enam tetes dari percikan keempat belas. Terutama, dalam enam hal dari tetes keempat. Karena itu, di sini kami menuliskannya secara global dengan mencukupkan pada apa yang telah di tulis di sana. Anda bisa merujuk kepadanya.



    KALIMAT KEDELAPAN BELAS ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KEDUA PULUH

    1. *Cahaya Ke-14 dari buku al-Matsnawi an-Nuri, bukan buku al-Lama’ât―Peny.
    2. *Risalah Pertama dalam buku al-Matsnawi an-Nûri―Peny.
    3. *Husein al-Jisr telah mengungkap seratus empat belas kabar gembira dari kandu- ngan kitab-kitab suci tersebut. Semuanya tertuang dalam bukunya, ar-Risâlah al-Hamîdiy- yah. Jika kabar gembira sebanyak itu didapatkan setelah kitab-kitab tersebut mengalami banyak penyimpangan, maka tentu sebelumnya lebih banyak lagi—Penulis.
    4. *Hakikat Kelima dari Isyarat Keempat pada “Kalimat Kesepuluh”.
    5. *Lihat: Al-Gazali, Ihyâ `Ulûm ad-Dîn 4/258; az-Zahabi, Siyar A’lâm an-Nubalâ19/337; asy-Sya’râni, at-Thabaqât al-Kubrâ 2/105; al-Manâwi, Faidhul Qadîr 2/224 dan 4/495.
    6. *Abu Hanifah (80 - 150 H) bernama Nu’man ibn Tsabit. Pendiri madzhab Hanafi, seorang fakih dan mujtahid. Ia salah seorang imam yang empat menurut ahlu sunnah. Lahir dan besar di Kufah, dan meninggal di Bagdad. Ia memiliki sejumlah karya. Di an- taranya, Musnad dalam bidang hadis yang dikumpulkan oleh para muridnya, lalu al-Fiqh al-Akbar dan al-Makhârij dalam bidang fikih. (al-A’lâm karya az-Zarkaly, 8/36).
    7. *Asy-Syâfi`i (150 - 204 H) salah seorang imam ahlu sunnah yang empat. Lahir di Gaza, Palestina dan dibawa ke Mekkah pada saat berusia dua tahun. Ia mengunjungi Bag- dad dua kali, lalu pergi ke Mesir pada tahun 199 H dan meninggal di sana. Kuburannya dikenal di Kairo. Ia termasuk keturunan Quraisy yang pandai memanah. Selain itu, ia mahir dalam bidang syair, bahasa dan sejarah Arab. Kemudian ia menekuni fikih dan hadis, serta mengeluarkan fatwa pada saat usianya baru menginjak dua puluh tahun. Ia mewariskan banyak karya. Di antaranya yang terkenal adalah al-Umm dalam bidang fikih dan Ahkam al-Qur’ân (al-A’lâm, karya az-Zarkaly, 6/26).
    8. *Abu Yazid al-Bustami (188 - 261 H) bernama Thaifur ibn Isa al-Bustami. Abu Yazid adalah seorang zuhud yang terkenal. Berasal dari daerah Bustam dan meninggal di sana (suatu daerah yang terletak di antara Khurasan dan Irak).
    9. *Ia adalah Junaid ibn Muhammad (Abul Qasim al-Zajja al-Qawariry) wafat tahun 297 H/ 1910 M. Seorang sufi yang zuhud sekaligus pemimpinnya. Lahir dan meninggal di Bagdad. Belajar ilmu fikih dari Sufyan ats-Tsauri dan ilmu tasawuf dari pamannya, as- Saryi as-Saqathy.
    10. *Abdul Qadir al-Jailani adalah putra dari Abu Salih Abu Muhammad al-Jaily. Lahir di Jailan tahun 470 H. Ia adalah keturunan dari Hasan ibn Ali ibn Abu Thalib. Ia masuk Bagdad dan mempelajari hadis dari Abu Said al-Makhrami al-Hambali. Ia salah seorang wali qutub yang terkenal di kalangan ahlu sunnah wal jamaah, serta seorang pembaharu besar. Banyak di antara kaum muslimin yang menjadi muridnya serta banyak pula kala- ngan Yahudi dan Nasrani yang masuk Islam lewat perantaraan beliau. Di antara karyanya adalah buku al-Ghuniyah, Futûh al-Ghaib, dan al-Fath al-Rabbany. Ia wafat di Bagdad pada tahun 561 H.
    11. *Imam al-Gazali (450 – 505 H). Ia adalah Abu Hamid Muhammad ibn Muham- mad ibn Muhammad ibn Ahmad al-Gazali. Ia seorang ahli ilmu kalam, filsuf, sufi, dan seorang reformis. Ia lahir di Thûs, daerah Khurasan. Ia belajar Ilmu fikih dan ilmu kalam dari Imam Haramain, serta belajar ilmu filsafat dan esoterik dari (karya) al-Farabi dan Ibnu Sina. Ia pernah mengunjungi beberapa daerah, seperti Syam, Palestina, Kairo, Iskan- dariah, dan Mekkah. Di antara karyanya, Ihyâ `Ulûm ad-Dîn, Tahâfut al-Falâsifah, dan al-Munqizh Min ad-Dhalâl.
    12. *An-Naqsyaband adalah Muhammad Bahâuddin, pendiri tarekat an-Naqsyabandi- yah. Lahir di daerah Qasr al-Arifan, dekat Bukhara. Menuntut ilmu di Samarkand, me- nikah pada usia delapan belas tahun, serta menisbatkan diri kepada banyak guru. Ter- akhir ia kembali ke Bukhara hingga meninggal di sana. Di Bukhara ia mendirikan dan menyebarkan tarekatnya. Ia wafat tanggal 4 Rabiul Awal 791 H / 1389 M, yakni pada usia 73 tahun. Di antara tulisannya adalah Risâlat al-Waridat, al-Awrad al-Bahâ`iyyah, dan Tanbîh al-Ghafilîn.
    13. *Imam Rabbani (971 – 1034 H). Ia adalah Ahmad ibn Abdul Ahad as-Sarhindi al-Fârûqi, yang dijuluki “Pembaharu Milenium Kedua”. Tarekatnya, “an-Naqsyabandiyah” tersebar di seluruh penjuru dunia Islam lewat perantaraan Khalid asy-Syahrazwari, yang dikenal dengan Maulana Khalid al-Bagdadi (1192 – 1243 H). Di antara karya Imam Rab- bani yang sangat terkenal adalah “al-Maktûbât”. Diterjemahkan ke bahasa Arab oleh Mu- hammad Murâd dalam dua Jilid.
    14. *Diterbitkan sebagai lampiran pada bagian akhir dalam buku ini—Peny.
    15. *Matahari yang beredar mengitari bumi (geosentrik) atau bumi yang berputar mengelilingi matahari (heliosentrik)—Peny.