Translations:On İkinci Lem'a/24/id

    Risale-i Nur Tercümeleri sitesinden

    Karena itu, sesungguhnya kondisi-kondisi luar biasa yang pernah dialami oleh Sayyid Ahmad al-Badawi(*[1])di mana beliau pernah tidak mengecap sepotong makanan pun selama empat puluh hari merupakan kemungkinan yang tergolong urf dan termasuk karamah baginya. Bahkan hal itu merupakan kebiasaan yang istimewa.Ya, berbagai riwayat mutawatir yang berbicara tentang Sayyid Ahmad al-Badawi menjelaskan bahwa ketika tengah tenggelam dalam kehidupan spiritual, ia hanya makan satu kali selama empat puluh hari. Hal tersebut benar-benar terjadi. Namun tidak senantiasa demikian. Itu hanya terjadi dalam waktu-waktu tertentu sebagai sebuah karamah. Ada kemungkinan bahwa ketika sedang asyik teng- gelam dalam kehidupan spiritual makanan tidak lagi dibutuhkan sehingga baginya hal itu termasuk sesuatu yang biasa.Banyak sekali peristiwa luar biasa yang bisa dipercaya yang berasal dari para wali semacam Sayyid Ahmad al-Badawi.

    1. *Sayyid al-Badawi (596-675 H / 1200-1276 M), nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Ali ibn Ibrahim al-Husaini, Abul Abbas al-Badawi. Ia adalah seorang sufi terkenal di negeri Mesir. Asalnya adalah Maroko. Ia dilahirkan di Fas dan berkeliling ke berbagai negeri serta pernah menetap di Makkah dan Madinah. Ia masuk ke Mesir pada masa raja azh-Zhâhir Pipris. Sang raja dan tentaranya segera menyambut kedatangannya serta menempatkannya di tempat khusus untuk para tamu kehormatan. Sayyid Ahmad juga pernah mengunjungi Syiria dan Irak pada tahun 634 H. Di Mesir ia begitu dihormati serta banyak masyarakat yang mengikuti tarekatnya, termasuk sang raja. Ia wafat dan dimakamkan di Tanta. Di situ pada setiap tahun diselenggarakan pasar besar yang dikunjungi banyak orang dari seluruh penjuru Mesir sebagai peringatan atas kelahiran beliau. Karyanya yang disebutkan oleh para penulis biografinya hanyalah Hizb (manuskrip), Washâyâ, dan Shalawat. Sebagian orang menuliskan riwayat hidupnya secara khusus dalam beberapa buku. Di antaranya adalah as-Sayyid al-Badawi oleh Muhammad Fahmi Abdul Latif (Lihat: al-A’lam oleh az-Zarkili 1:175).