Translations:On İkinci Söz/88/id
Sementara, orang lain membuka sejumlah jendela besar yang menuju ke matahari dari rumahnya yang kecil. Ia menemukan sejumlah jalan menuju matahari yang terdapat di langit yang tinggi. Se- lanjutnya, ia berdialog dengan cahaya matahari hakiki yang bersifat permanen. Ia menyeru matahari tersebut lewat kondisi fisiknya dan berbicara dengannya lewat perasaan penuh syukur. Ia berkata, “Wa- hai matahari! Wahai yang bertengger di arasy keindahan alam! Wahai yang menjadi kembang langit! Wahai yang menerangi bumi dan mem- buat bunga tersenyum gembira! Engkau telah memberikan cahaya dan kehangatan kepada rumahku sebagaimana hal itu juga kau berikan kepada seluruh alam.” Orang yang pertama tidak dapat berbicara dan berdialog dengan matahari seperti di atas. Sebab, bekas cahaya mataharinya sangat terbatas sesuai dengan ukuran cermin dan kemampuannya dalam menyerap sinar matahari.