Translations:On Altıncı Mektup/53/id

    Risale-i Nur Tercümeleri sitesinden

    Kemudian kami berjalan bersama dan naik ke puncak gunung meski sebetulnya tidak perlu dan tidak ada kebutuhan untuk itu. Kami membawa sedikit air serta sedikit teh dan gula.“Wahai saudaraku, tolong buatkan teh!” ujarku. Iapun mulai membuatnya.Aku duduk di bawah pohon menatap sebuah lembah yang dalam. Aku merenung dengan rasa pilu, “Kami hanya punya sekerat roti yang sudah berjamur, yang mungkin hanya cukup untuk sore ini. Tidak tahu bagaimana untuk dua hari berikutnya. Apa yang harus kukatakan untuk orang yang baik hati ini.”Saat sedang merenungkan hal tersebut, tiba-tiba kepalaku seolah diarahkan ke sebuah pohon katran. Seketika aku melihat sepotong roti besar di atas pohon tersebut yang sedang menatap kami. Aku pun berkata, “Bergembiralah wahai Sulaiman! Allah memberi rezeki kepada kita.” Kami mengambil roti tersebut seraya melihat barangkali ada jejak hewan atau burung padanya. Ternyata ia bersih; tidak ada jejak padanya. Apalagi sudah selama tiga bulan ini tidak ada seorangpun yang naik ke gunung ini. Roti itu cukup untuk kami makan selama dua hari. Ketika hampir habis, seorang lelaki jujur, Sulaiman Kervanci, yang telah menjadi sahabat yang setia selama empat tahun, datang membawa roti untuk kami.