Translations:Yirmi Altıncı Lem'a/170/id
Sebagian dari wujud manifestasi rahmat ilahi itu tampak dalam bentuk berikut:Saat kembali dari tempat kesedihanku di lembah itu menuju kampung Barla dengan duka yang masih ada. Kusaksikan ada seorang pemuda bernama Mustafa yang berasal dari Kuleonu menda- tangiku untuk meminta penjelasan mengenai beberapa persoalan fiqih, wudhu, dan shalat. Meskipun pada saat itu aku sedang tidak menerima tamu, namun jiwaku seolah-olah telah membaca ketulu- san yang terdapat pada jiwa sang pemuda tadi. Sebelum terjadi, aku telah merasakan bahwa pemuda itu nantinya akan memberikan banyak pengabdian kepada Risalah Nur.(*[1])Karena itu, akupun tidak menolaknya dan menerimanya sebagai tamu.(*[2])
- ↑ *Demikianlah, adik dari pemuda itu (Mustafa) yang bernama Ali Kecil menegaskan bahwa ia persis seperti Abdurrahman dengan menulis lebih dari tujuh ratus naskah risalah nur lewat penanya yang indah. Bahkan, ia telah berhasil mendidik sejumlah Abdurrahman lainnya—Penulis.
- ↑ *Ya, pemuda itu memperlihatkan bahwa ia tidak hanya layak diterima, tetapi ia juga layak untuk disambut—Penulis. Ada sebuah peristiwa yang kuceritakan untuk membuktikan ucapan guruku bahwa Mustafa sebagai murid utama Risalah Nur layak untuk disambut:“Ustadz Nursi ingin berjalan-jalan sehari sebelum hari Arafah. Maka ia pun meng- utusku untuk menyiapkan seekor kuda. Kukatakan kepada beliau, ‘Ustadz tidak usah turun untuk mengunci pintu. Biar aku saja yang menguncinya, dan aku akan keluar dari pintu belakang’. Beliau kemudian menjawab, ‘Tidak, keluarlah dari pintu tersebut’. Ia turun dan mengunci pintu tersebut dengan gembok. Lalu ia masuk ke kamar dan berbaring. Tidak lama kemudian, Mustafa Kuleonlu datang ditemani Haji Usman. Pada hari itu, sebenarnya Ustadz Nursi tidak mau menerima seseorang, apalagi sampai dua orang tamu secara bersamaan, pastilah ia menolak keduanya. namun ketika Mustafa tersebut datang ditemani Haji Usman, pintu tadi seolah-olah menyambut kedatangannya dengan berkata, ‘Guruku memang tidak akan menerimamu. Namun aku akan membuka diri untukmu’. Pintu yang terkunci itu pun terbuka. Jadi, sungguh benar apa yang dikatakan Ustadz Nursi tentang Mustafa. Ia memang orang yang layak diterima dan disambut. Sebagaimana pintu rumah beliau pun telah menjadi saksi atasnya”—Khusrev.Ya, apa yang ditulis oleh Khusrev di atas, benar adanya. Pintu rumah yang kutem- pati telah menerima dan menyambut Mustafa sebagai ganti dariku—Said Nusi.