Translations:Yirmi Sekizinci Mektup/268/id
Jawaban: Ia adalah jawaban yang apik dan indah. Karena pengaruh tersebut disebabkan oleh kemukjizatan al-Qur’an; bukan disebabkan oleh diriku, maka tanpa ragu aku ingin berkata sebagai berikut:Ya, sebagian besarnya memang demikian. Pasalnya “al-Kalimât” merupakan: Pembenaran (tashdîq), bukan persepsi;(*[1]) Keimanan, bukan kepasrahan;(*[2])Pembuktian (tahqiq), bukan taklid buta;(*[3])Kesaksian dan penyaksian, bukan sekadar pengetahuan;(*[4])Tekad, bukan komitmen; Hakikat, bukan tasawuf; serta Pernyataan yang berisi argumen; bukan sekadar pengakuan.
- ↑ *Tashdiq (pembenaran) adalah menisbatkan kejujuran dan kebenaran kepada sumber informasi. Sementara persepsi adalah mengetahui sesuatu secara tidak pasti, apakah benar atau tidak. Dalam ilmu logika, tashdiq adalah menangkap informasi dengan menerimanya secara sempurna. Sementara persepsi tidak demikian (at-Ta’rifat karya al-Jurjani).
- ↑ *Terambil dari firman-Nya, “Katakan, ‘Kalian belum beriman,’ tapi katakan, ‘Kami baru Islam (pasrah).’” (QS al-Hujurat: 14).
- ↑ *Tahqiq adalah membuktikan sebuah persoalan dengan dalilnya. Sementara taklid adalah menerima perkataan orang lain tanpa argumen dan dalil (at-Ta’rifat karya al-Jurjani).
- ↑ *Kesaksian adalah memberitakan apa yang dilihat, sementara penyaksian adalah mengetahui kebenaran lewat kebenaran. Adapun makrifat (pengetahuan) adalah mengetahui sesuatu sebagaimana adanya dengan didahului oleh ketidaktahuan. Berbeda dengan ilmu yang tidak demikian. (at-Ta’rifat karya al-Jurjani).