İkinci Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

    Risale-i Nur Tercümeleri sitesinden
    ("Wahai diri, ketahuilah bahwa orang pertama itu adalah orang kafir atau orang fasik yang lalai. Dunia ini dalam pandangannya seperti tempat ratapan umum, sementara seluruh makhluk hidup laksana para yatim yang menangis karena terpukul akibat perpisahan. Manusia dan hewan dianggap sebagai makhluk liar tanpa ada yang mengembala dan memilikinya di mana ia tercabik-cabik oleh cengkeraman ajal. Lalu benda-benda besar seperti gunung dan lautan diibaratkan seper..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
    Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği
    ("------ <center> KALIMAT PERTAMA ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KETIGA </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
     
    (Aynı kullanıcının aradaki bir diğer değişikliği gösterilmiyor)
    23. satır: 23. satır:
    Demikianlah, lewat keimanannya tampak banyak sekali hakikat yang sangat halus, mulia, dan nikmat semacam itu. Dengan demikian, iman benar-benar berisi benih maknawi yang berasal dari pohon Tuba sur- ga.
    Demikianlah, lewat keimanannya tampak banyak sekali hakikat yang sangat halus, mulia, dan nikmat semacam itu. Dengan demikian, iman benar-benar berisi benih maknawi yang berasal dari pohon Tuba sur- ga.


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sebaliknya, kekufuran menyimpan benih maknawi yang dihembuskan oleh pohon Zaqqum jahanam. Karena itu, keselamatan dan kedamaian hanya terdapat dalam Islam dan iman.Maka dari itu, kita harus selalu mengucap:
    '''Demek selâmet ve emniyet, yalnız İslâmiyet’te ve imandadır.''' Öyle ise biz daima اَل۟حَم۟دُ لِلّٰهِ عَلٰى دٖينِ ال۟اِس۟لَامِ وَ كَمَالِ ال۟اٖيمَانِ demeliyiz.
    “Segala puji bagi Allah atas karunia agama Islam dan kesempurnaan iman.”
    </div>




    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    ------
    ------
    <center> [[Birinci Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[Üçüncü Söz]] </center>
    <center> [[Birinci Söz/id|KALIMAT PERTAMA]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[Üçüncü Söz/id|KALIMAT KETIGA]] </center>
    ------
    ------
    </div>

    13.07, 4 Kasım 2024 itibarı ile sayfanın şu anki hâli

    بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّح۪يمِ

    “Yang beriman kepada hal gaib.” (QS. al-Baqarah [2]: 3).

    Jika engkau ingin mengetahui kadar kebahagiaan dan kenik- matan serta kadar kelezatan dan kelapangan yang terdapat di dalam iman, maka perhatikan cerita singkat berikut ini:

    Pada suatu hari, dua orang lelaki melakukan perjalanan dengan tujuan rekreasi dan bisnis. Salah seorang di antara mereka berwatak egois dan bernasib buruk, sementara yang satunya penurut dan berna- sib baik. Masing-masing menempuh jalan yang berbeda.

    Orang egois dan sombong yang pesimis itu mendatangi suatu daerah yang menurutnya sangat buruk dan sial sebagai balasan atas sikap pesimisnya. Bahkan, ke mana pun pergi ia melihat orang-orang lemah dan fakir yang berteriak meminta tolong akibat pukulan orang- orang yang kejam dan bengis. Ia melihat kondisi yang memilukan dan menyedihkan tersebut pada setiap tempat yang ia kunjungi. Sehingga dalam pandangannya, seluruh kerajaan telah menjadi seperti tempat ratapan umum. Ia merasa satu-satunya obat bagi keadaannya yang menyedihkan dan gelap itu adalah mabuk. Akhirnya, ia buat dirinya mabuk agar tidak merasakan keadaan yang sedang menimpanya. Pa- salnya, setiap orang di negeri itu baginya tampak sebagai musuh yang sedang mengintainya atau orang asing yang tidak bersahabat dengan- nya. Batinnya terus tersiksa lantaran melihat sejumlah jenazah mena- kutkan dan anak-anak yatim yang menangis putus asa di sekitarnya.

    Adapun orang kedua yang taat, yang mengabdi kepada Allah, dan yang mencari kebenaran memiliki akhlak terpuji. Dalam per- jalanannya, ia menjumpai sebuah kerajaan yang baik di mana dalam pandangannya sangat indah dan menakjubkan. Orang saleh tersebut melihat dalam kerajaan yang ia masuki sejumlah pesta mengagumkan dan festival yang demikian indah. Pada setiap sisi ia melihat kegem- biraan dan suka-cita, serta pada setiap tempat ia melihat mihrab tem- pat zikir. Bahkan ia melihat setiap orang yang tinggal di kerajaan itu sebagai sahabat akrab yang dicinta. Kemudian ia melihat pada pesta pembebasan tugas bagaimana seluruh kerajaan memperlihatkan yel- yel kegembiraan lewat teriakan yang disertai kalimat pujian dan san- jungan. Ia juga mendengar suara orkestra yang sedang menampilkan lagu-lagu pemberi semangat yang disertai takbir dan tahlil dengan penuh bahagia dan rasa bangga untuk mereka yang digiring menuju medan pengabdian dan keprajuritan. Orang pertama yang pesimis sibuk dengan penderitaannya dan penderitaan semua manusia, sementara orang kedua yang optimis bergembira dengan kegembiraan seluruh manusia. Di samping itu, ia mendapat bisnis yang baik dan penuh berkah sehingga bersyukur dan memuji Tuhannya.

    Ketika pulang, ia bertemu dengan orang pertama tadi dan ber- tanya tentang keadaannya. Setelah mengetahui segala hal tentangnya, ia berkata, “Wahai Fulan, engkau telah gila. Rasa sial yang tertanam dalam jiwamu terpantul dalam kondisi lahiriahmu sehingga engkau menganggap semua senyuman sebagai ratapan dan tangisan, serta pembebasan tugas sebagai perampasan. Karena itu, sadarlah dan ber- sihkan kalbumu agar selubung keruh tersebut hilang dari matamu, se- hingga engkau bisa melihat hakikat yang sebenarnya. Pasalnya, pemi- lik dan penguasa kerajaan ini mahaadil, maha pengasih, mahakuasa, maha mengatur dan maha mencipta. Kerajaan yang demikian ting- gi dan mulia ini lewat jejak yang terlihat oleh penglihatanmu tidak mungkin seperti gambaran yang ditampilkan oleh ilusimu.” Setelah itu, orang malang tadi sedikit demi sedikit mulai sa- dar seraya berkata dengan penuh penyesalan, “Ya, aku telah gila aki- bat banyak minum khamer. Semoga Allah meridaimu. Engkau telah menyelamatkan diriku dari neraka penderitaan.”

    Wahai diri, ketahuilah bahwa orang pertama itu adalah orang kafir atau orang fasik yang lalai. Dunia ini dalam pandangannya seperti tempat ratapan umum, sementara seluruh makhluk hidup laksana para yatim yang menangis karena terpukul akibat perpisahan. Manusia dan hewan dianggap sebagai makhluk liar tanpa ada yang mengembala dan memilikinya di mana ia tercabik-cabik oleh cengkeraman ajal. Lalu benda-benda besar seperti gunung dan lautan diibaratkan seperti jenazah yang tak bergerak dan keranda yang menakutkan. Tentu saja ilusi yang menyakitkan tersebut yang bersumber dari sikap kufur dan sesat membuat pemiliknya tersiksa.

    Adapun orang kedua, ia adalah orang mukmin yang mengenal Penciptanya dengan baik dan beriman kepada-Nya. Dalam panda- ngannya, dunia ibarat tempat zikir kepada Allah , aula tempat pe- ngajaran dan pelatihan semua manusia dan hewan, serta medan ujian bagi jin dan manusia. Sementara kematian yang dialami oleh hewan dan manusia merupakan bentuk pembebasan tugas. Mereka yang te- lah menyelesaikan tugas hidup berpisah dengan dunia yang fana ini dalam kondisi gembira. Pasalnya, mereka dipindahkan ke alam lain yang tidak dihiasi oleh kerisauan guna memberikan ruang bagi para petugas baru yang datang untuk melaksanakan tugas mereka. Selanjutnya, seluruh anak yang lahir―baik itu hewan ataupun manusia―laksana konvoi militer dengan senjata lengkap untuk suatu tugas dan kewajiban. Setiap entitas tidak lain merupakan petugas dan prajurit yang gembira serta pesuruh yang istikamah dan penuh rida. Lalu suara dan gema yang terdengar di seluruh penjuru dunia merupa- kan bentuk zikir dan tasbih dalam melaksanakan tugas, bentuk syukur dan tahlil sebagai pemberitahuan bahwa ia telah selesai dikerjakan, atau dendang yang bersumber dari kerinduan dan kecintaan terhadap pekerjaan yang ada.Jadi, seluruh entitas dalam pandangan mukmin merupakan pe- layan yang bersahabat, petugas yang akrab, dan tulisan indah milik Tu- hannya Yang Maha Pemurah dan Pemiliknya Yang Maha Penyayang.

    Demikianlah, lewat keimanannya tampak banyak sekali hakikat yang sangat halus, mulia, dan nikmat semacam itu. Dengan demikian, iman benar-benar berisi benih maknawi yang berasal dari pohon Tuba sur- ga.

    Sebaliknya, kekufuran menyimpan benih maknawi yang dihembuskan oleh pohon Zaqqum jahanam. Karena itu, keselamatan dan kedamaian hanya terdapat dalam Islam dan iman.Maka dari itu, kita harus selalu mengucap: “Segala puji bagi Allah atas karunia agama Islam dan kesempurnaan iman.”



    KALIMAT PERTAMA ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KETIGA