İçeriğe atla

Yirmi Beşinci Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

"------ <center> KALIMAT KEDUA PULUH EMPAT ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KEDUA PULUH ENAM </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Hal itu seperti bunyi firmanNya dalam surah al-Qâri`ah, al-Wâqi`ah, ath-Thûr dan sejenisnya.Kemudian ia mempersembahkan kepada dunia sebuah kebeningan dan kesucian yang bisa melenyapkan berbagai noda dan kotoran. Hal itu lewat berbagai penjelasannya yang indah dalam sejumlah ayatnya sebagai berikut: “Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi...”(QS. al-A’râf [7]: 185),“Apakah mereka tidak melihat langit yang ada di atas merek..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("------ <center> KALIMAT KEDUA PULUH EMPAT ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KEDUA PULUH ENAM </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
 
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 99 değişikliği gösterilmiyor)
1.236. satır: 1.236. satır:
</div>
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Allah (sumber) cahaya langit dan bumi...” (QS. an-Nûr [24]: 35),
اَللّٰهُ نُورُ السَّمٰوَاتِ وَال۟اَر۟ضِ ۝ وَمَا ال۟حَيٰوةُ الدُّن۟يَٓا اِلَّا لَعِبٌ وَ لَه۟وٌ
“Kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau...” (QS. al-An`âm [6]: 32), serta ayat-ayat sejenis lainnya.
gibi nur-efşan neyyiratıyla, camid dünyayı eritir.
Lalu al-Qur’an melenyapkan prasangka keabadian di dunia lewat berbagai ungkapannya yang menyiratkan kehancuran dan kematian dunia dalam ayat-ayat berikut:
اِذَا الشَّم۟سُ كُوِّرَت۟   
“Apabila langit terbelah.” (QS. al-Infithâr [82]: 1),
ve
“Apabila matahari digulung.” (QS. at-Takwîr [81]: 1),
اِذَا السَّمَٓاءُ ان۟فَطَرَت۟   
“Apabila langit terbelah.” (QS. al-Insyiqâq [84]: 1),
ve
“Ditiuplah sangkakala. Maka, matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali yang dikehendaki Allah...” (QS. az-Zumar [39]: 68), serta ayat-ayat sejenis lainnya.Al-Qur’an juga menghapus sikap lalai yang melahirkan paham naturalisme sekaligus mencerai-beraikannya lewat seruannya yang menggema laksana petir dalam ayat berikut:
اِذَا السَّمَٓاءُ ان۟شَقَّت۟ ۝ وَنُفِخَ فِى الصُّورِ فَصَعِقَ مَن۟ فِى السَّمٰوَاتِ وَمَن۟ فِى ال۟اَر۟ضِ اِلَّا مَن۟ شَٓاءَ اللّٰهُ
mevt-âlûd tabirleriyle dünyanın ebediyet-i mevhumesini parça parça eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya serta apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadaNya. Dia bersama kalian di mana saja kalian berada. Allah Maha melihat apa yang kalian kerjakan.” (QS. al-Hadîd [57]: 4),
يَع۟لَمُ مَا يَلِجُ فِى ال۟اَر۟ضِ وَمَا يَخ۟رُجُ مِن۟هَا وَمَا يَن۟زِلُ مِنَ السَّمَٓاءِ وَمَا يَع۟رُجُ فٖيهَا وَهُوَ مَعَكُم۟ اَي۟نَ مَا كُن۟تُم۟ وَاللّٰهُ بِمَا تَع۟مَلُونَ بَصٖيرٌ
“Katakanlah: Segala puji bagi Allah. Dia akan memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda kebesaran-Nya. Maka kalian akan mengetahuinya. Tuhan tiada lalai dari apa yang kalian kerjakan.” (QS. an-Naml [27]: 93), serta sejumlah ayat sejenis lainnya.
۝ وَقُلِ ال۟حَم۟دُ لِلّٰهِ سَيُرٖيكُم۟ اٰيَاتِهٖ فَتَع۟رِفُونَهَا
وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَع۟مَلُونَ ۝
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitulah, al-Qur’an dengan seluruh ayatnya yang mengarah ke alam (ayat-ayat kauniyah) tegak di atas landasan tersebut.
Gök gürlemesi gibi sayhalarıyla tabiat fikrini tevlid eden gafleti dağıtır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia menying- kap hakikat dunia apa adanya serta menjelaskannya kepada seluruh mata. Dengan penjelasannya, ia mengalihkan perhatian manusia kepada tingkat kehinaan wajah dunia yang buruk lewat ayat-ayat di atas agar manusia menghadap ke wajah dunia yang indah. Yaitu wajah yang mengarah kepada Sang Pencipta. Al-Qur’an mengarahkan pan- dangan manusia kepada wajah ini seraya mendiktekan hikmah dan filsafat yang benar lewat sejumlah makna kitab jagat raya yang ia ajarkan disertai pengalihan perhatian pada huruf dan tulisannya tanpa perlu menghabiskan upaya dalam sejumlah tulisan fana yang tidak berguna sebagaimana yang dilakukan oleh filsafat yang mabuk dan menyenangi keburukan di mana ia membuat manusia lupa kepada makna dan tujuan sebenarnya.
İşte Kur’an’ın baştan başa kâinata müteveccih olan âyâtı, şu esasa göre gider. Hakikat-i dünyayı olduğu gibi açar, gösterir. Çirkin dünyayı, ne kadar çirkin olduğunu göstermekle beşerin yüzünü ondan çevirtir, Sâni’e bakan güzel dünyanın güzel yüzünü gösterir. Beşerin gözünü ona diktirir. Hakiki hikmeti ders verir. Kâinat kitabının manalarını talim eder. Hurufat ve nukuşlarına az bakar. Sarhoş felsefe gibi çirkine âşık olup, manayı unutturup hurufatın nukuşuyla insanların vaktini malayaniyatta sarf ettirmiyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="ÜÇÜNCÜ_ZİYA"></span>
=== ÜÇÜNCÜ ZİYA ===
===SINAR KETIGA===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada ‘sinar kedua’, kami telah menunjukkan kekalahan filsafat manusia dalam menghadapi hikmah al-Qur’an. Di dalamnya, kami juga telah menunjukkan kemukjizatan hikmah al-Qur’an. Nah pada ‘sinar ketiga’ ini, kami akan menerangkan tingkatan hikmah para murid al-Qur’an. Yaitu para ulama pilihan, wali yang saleh, serta para ahli hikmah isyrâqiyyun yang bersinar(*<ref>*Isyrâqiyyah adalah aliran yang memandang bahwa makrifat terwujud lewat ke- munculan cahaya, sinar, dan limpahan kilau rasionalitas dengan penerangannya terhadap jiwa dalam kondisi suci.</ref>)di hadapan hikmah al-Qur’an seraya menunjukkan kemukjizatannya secara ringkas.Bukti paling jujur yang menunjukkan ketinggian al-Qur’an yang penuh hikmah, argumen paling jelas yang menunjukkan kebenaran dan keadilannya, serta tanda dan dalil paling kuat yang menunjukkan
İkinci Ziya’da hikmet-i beşeriyenin hikmet-i Kur’aniyeye karşı sukutuna ve hikmet-i Kur’aniyenin i’cazına işaret ettik. Şimdi şu ziyada, Kur’an’ın şakirdleri olan asfiya ve evliya ve hükemanın münevver kısmı olan hükema-yı işrakiyyunun hikmetleriyle Kur’an’ın hikmetine karşı derecesini gösterip, şu cihette Kur’an’ın i’cazına muhtasar bir işaret edeceğiz:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
kemukjizatannya adalah bahwa al-Qur’an al-Karim telah menjaga keseimbangan dalam menjelaskan tentang tauhid dengan seluruh bagi- annya berikut semua tingkatan dan perangkat bagian tersebut.
İşte Kur’an-ı Hakîm’in ulviyetine en sadık bir delil ve hakkaniyetine en zâhir bir bürhan ve i’cazına en kavî bir alâmet şudur ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sedikit pun tidak menunjukkan adanya ketimpangan. Kemudian ia juga menjaga keseimbangan yang terdapat di antara seluruh hakikat ilahiyah yang mulia. Ia menyatukan seluruh hukum yang menjadi konsekuensi dari Asmaul Husna serta memelihara kesesuaian dan keselarasan antara hukum-hukum tersebut. Selanjutnya, secara sangat seimbang, ia menyatukan berbagai atribut rubûbiyah dan ulûhiyah.
Kur’an, bütün aksam-ı tevhidin bütün meratibini, bütün levazımatıyla muhafaza ederek beyan edip muvazenesini bozmamış, muhafaza etmiş. Hem bütün hakaik-i âliye-i İlahiyenin muvazenesini muhafaza etmiş. Hem bütün esma-i hüsnanın iktiza ettikleri ahkâmları cem’etmiş, o ahkâmın tenasübünü muhafaza etmiş. Hem rububiyet ve uluhiyetin şuunatını kemal-i muvazene ile cem’etmiştir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Pemeliharaan, penyeimbangan, dan penyatuan” ini merupakan karakteristik yang tidak bisa ditemukan dalam karya manusia dan dalam hasil pemikiran seluruh pemikir besar sekalipun. Ia juga tidak terdapat dalam karya para wali saleh yang menembus alam malakut, dalam kitab kalangan isyrâqiyyûn yang menggeluti masalah batin, dan dalam makrifat kalangan spiritual yang berjalan menuju alam gaib. Namun setiap bagian dari mereka hanya bergantung pada satu atau dua ranting pohon hakikat yang besar. Mereka sibuk dengan buah dan daun yang berada pada ranting tersebut tanpa menoleh kepada ranting yang lain; entah karena ketidaktahuannya atau karena memang tidak mau menoleh kepadanya.
İşte şu muhafaza ve muvazene ve cem’, bir hâsiyettir. Kat’iyen beşerin eserinde mevcud değil ve eâzım-ı insaniyenin netaic-i efkârında bulunmuyor. Ne melekûte geçen evliyaların eserinde, ne umûrun bâtınlarına geçen işrakiyyunun kitaplarında, ne âlem-i gayba nüfuz eden ruhanîlerin maarifinde hiç bulunmuyor. Güya bir taksimü’l-a’mal hükmünde her bir kısmı hakikatin şecere-i uzmasından yalnız bir iki dalına yapışıyor. Yalnız onun meyvesiyle, yaprağıyla uğraşıyor. Başkasından ya haberi yok yahut bakmıyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Seolaholah terdapat semacam pembagian tugas di antara mereka.Ya, hakikat mutlak tidak bisa dijangkau secara keseluruhan oleh pandangan yang terbatas dan terikat. Sebab, ia menuntut pandangan komprehensif seperti al-Qur’an untuk mencakupnya. Segala sesuatu selain al-Qur’an meski telah menerima pelajaran darinyalewat akalnya yang parsial dan terbatas hanya bisa melihat satu atau dua sisi dari hakikat yang komprehensif. Akhirnya ia tenggelam dalam sisi tersebut dan sibuk dengannya. Hal ini tentu saja merusak keseim- bangan antar hakikat dan melenyapkan keselarasannya; entah karena sikap yang berlebihan atau sebaliknya.
'''Evet hakikat-i mutlaka, mukayyed enzar ile ihata edilmez. Kur’an gibi bir nazar-ı küllî lâzım ki ihata etsin.''' Kur’an’dan başka çendan Kur’an’dan da ders alıyorlar fakat hakikat-i külliyenin, cüz’î zihniyle yalnız bir iki tarafını tamamen görür, onunla meşgul olur, onda hapsolur. Ya ifrat veya tefrit ile hakaikin muvazenesini ihlâl edip tenasübünü izale eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hakikat ini telah kami jelaskan lewat sebuah perumpamaan indah pada ‘ranting kedua’ dari “Kalimat Kedua Puluh Empat”. Di sini kami akan memberikan contoh lain yang menjelaskan masalah tersebut sebagai berikut:Misalnya ada sebuah harta kekayaan yang terdiri dari permata berharga dalam jumlah tak terhingga di dasar lautan yang luas. Para penyelam ahli menyelam di kedalaman laut itu untuk mencari permata berharga tadi. Akan tetapi karena mata mereka tertutup, maka mereka tak bisa mengenali berbagai jenis permata itu kecuali dengan tangan. Sebagian tangan menyentuh berlian yang relatif panjang sehingga ia berkesimpulan bahwa harta kekayaan itu berupa potongan berlian. Ketika mendengar sejumlah sifat lain dari permata itu dari para sahabatnya, ia mengira bahwa permata yang mereka sebutkan hanya pelengkap dari potongan berlian yang ia temukan. Ia hanyalah ukiran darinya. Misalkan yang lain menemukan mutiara berbentuk bulat, lalu yang lain menemukan permata segi empat, dan seterusnya. Maka masing-masing mereka yang melihat permata dan batu mulia itu dengan tangan merekabukan dengan matamenganggap bahwa permata berharga yang ia temukan adalah yang utama. Sementara yang didengar dari para temannya hanyalah tambahan dan kepingan darinya; bukan yang utama.
Şu hakikat, Yirmi Dördüncü Söz’ün İkinci Dal’ında acib bir temsil ile izah edilmiştir. Şimdi de başka bir temsil ile şu meseleye işaret ederiz. Mesela: Bir denizde hesapsız cevherlerin aksamıyla dolu bir definenin bulunduğunu farz edelim. Gavvas dalgıçlar, o definenin cevahirini aramak için dalıyorlar. Gözleri kapalı olduğundan el yordamıyla anlarlar. Bir kısmının eline uzunca bir elmas geçer. O gavvas hükmeder ki bütün hazine, uzun direk gibi bir elmastan ibarettir. Arkadaşlarından başka cevahiri işittiği vakit hayal eder ki o cevherler, bulduğu elmasın tabileridir, fusus ve nukuşlarıdır. Bir kısmının da kürevî bir yakut eline geçer, başkası murabba bir kehribar bulur ve hâkeza… Her biri eliyle gördüğü cevheri, o hazinenin aslı ve mu’zamı itikad edip işittiklerini o hazinenin zevaid ve teferruatı zanneder. O vakit hakaikin muvazenesi bozulur. Tenasüp de gider. Çok hakikatin rengi değişir. Hakikatin hakiki rengini görmek için tevilata ve tekellüfata muztar kalır. Hattâ bazen inkâr ve tatile kadar giderler. Hükema-yı işrakiyyunun kitaplarına ve sünnetin mizanıyla tartmayıp keşfiyat ve meşhudatına itimat eden mutasavvıfînin kitaplarına teemmül eden, bu hükmümüzü bilâ-şüphe tasdik eder. Demek, hakaik-i Kur’aniyenin cinsinden ve Kur’an’ın dersinden aldıkları halde –çünkü Kur’an değiller– böyle nâkıs geliyor.
Begitulah, keseimbangan dan keselarasan antar hakikatnya menjadi timpang. Sejumlah corak hakikatnya berubah. Sebab, orang yang ingin melihat warna hakikat yang sebenarnya harus melakukan sejumlah penafsiran dan upaya yang dipaksakan sehingga sebagiannya akhirnya jatuh pada sikap pengingkaran dan pengabaian. Siapa yang menelaah kitab kalangan isyraqiyyûn dan kitab kalangan tasawuf yang bersandar pada penyaksian dan kasyaf mereka tanpa menimbangnya dengan neraca sunnah yang suci, pasti akan membenarkan pernyataan kami di atas. Jadi, meskipun mereka mengambil petunjuk dari al- Qur’an dan menulis sejenis hakikat al-Qur’an, namun terdapat cacat dan kekurangan pada karya mereka karena memang bukan merupakan al-Qur’an.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Al-Qur’an yang merupakan lautan hakikat, ayat-ayatnya yang mulia juga merupakan penyelam di lautan tersebut yang menyingkap kekayaan yang ada. Hanya saja, matanya terbuka dan melihat keseluruhan kekayaan yang ada. Ia bisa melihat segala sesuatu yang ada di dalamnya. Karena itu, al-Qur’an al-Karim lewat ayat-ayatnya menggambarkan kekayaan tersebut dengan gambaran yang seimbang, sesuai dan selaras dengannya sehingga bisa memperlihatkan keinda- hannya yang hakiki dan istimewa.Misalnya, al-Qur’an al-Karim melihat keagungan rubûbiyah serta menggambarkannya lewat penjelasan ayat berikut:
Bahr-i hakaik olan Kur’an’ın âyetleri dahi o deniz içindeki definenin bir gavvasıdır. Lâkin onların gözleri açık, defineyi ihata eder. Definede ne var ne yok görür. O defineyi öyle bir tenasüp ve intizam ve insicamla tavsif eder, beyan eder ki hakiki hüsn-ü cemali gösterir. '''Mesela,''' âyet-i
“Bumi seluruhnya berada dalam genggaman-Nya pada hari kia- mat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya...” (QS. az-Zumar [39]: 67),“(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagaimana menggulung lembaran-lembaran kertas...” (QS. al-Anbiyâ [21]: 104).
وَال۟اَر۟ضُ جَمٖيعًا قَب۟ضَتُهُ يَو۟مَ ال۟قِيَامَةِ وَالسَّمٰوَاتُ مَط۟وِيَّاتٌ بِيَمٖينِهٖ ۝ يَو۟مَ نَط۟وِى السَّمَٓاءَ كَطَىِّ السِّجِلِّ لِل۟كُتُبِ
Pada saat yang sama, al-Qur’an melihat dan menunjukkan kom- prehensivitas rahmat-Nya lewat keterangan ayat-ayat berikut:
ifade ettikleri azamet-i rububiyeti gördüğü gibi
“Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit. Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya...” (QS. Âli `Imrân [3] : 5-6),
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَخ۟فٰى عَلَي۟هِ شَى۟ءٌ فِى ال۟اَر۟ضِ وَلَا فِى السَّمَٓاءِ ۝ هُوَ الَّذٖى يُصَوِّرُكُم۟ فِى ال۟اَر۟حَامِ كَي۟فَ يَشَٓاءُ ۝ مَا مِن۟ دَٓابَّةٍ اِلَّا هُوَ اٰخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا
“Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya...” (QS. Hûd [11]: 56),
۝ وَكَاَيِّن۟ مِن۟ دَٓابَّةٍ لَا تَح۟مِلُ رِز۟قَهَا اَللّٰهُ يَر۟زُقُهَا وَاِيَّاكُم۟
“Berapa banyak binatang yang tidak membawa (mengurus) reze- kinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepada- mu...” (QS. al-Ankabût [29]: 60).
ifade ettikleri şümul-ü rahmeti görüyor, gösteriyor. Hem
Kemudian sebagaimana ia melihat dan menunjukkan luasnya penciptaan ilahi lewat deskripsi ayat berikut:
خَلَقَ السَّمٰوَاتِ وَال۟اَر۟ضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ
“Dia menciptakan langit dan bumi serta menghadirkan gelap dan cahaya...” (QS. al-An`âm [6]: 1).
ifade ettiği vüs’at-i hallakıyeti görüp gösterdiği gibi
Ia juga melihat dan menunjukkan komprehensivitas perbuatan Allah di alam dan rubûbiyahNya yang meliputi segala sesuatu lewat ayat berikut:
خَلَقَكُم۟ وَمَا تَع۟مَلُونَ   
“Dia menciptakan kalian berikut apa yang kalian lakukan.” (QS. ash-Shâffât [37]: 96).
ifade ettiği şümul-ü tasarrufu ve ihata-i rububiyeti görüp gösterir.
Lalu sebagaimana melihat hakikat agung seperti yang ditunjukkan oleh ayat berikut:
يُح۟يِى ال۟اَر۟ضَ بَع۟دَ مَو۟تِهَا   
“Dia menghidupkan bumi setelah sebelumnya mati...” (QS. ar- Rûm [30]: 50).
ifade ettiği hakikat-i azîme ile
Ia juga melihat dan menunjukkan hakikat kemurahan yang luas yang digambarkan oleh ayatnya:
وَ اَو۟حٰى رَبُّكَ اِلَى النَّح۟لِ   
“Tuhanmu memberikan ilham kepada lebah...” (QS. an-Nahl [16]:68).
ifade ettiği hakikat-i kerîmaneyi
Pada saat yang sama, ia melihat dan menunjukkan hakikat
وَ الشَّم۟سَ وَال۟قَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِاَم۟رِهٖ
kekuasaan-Nya yang mengendalikan lewat firman-Nya:
ifade ettiği hakikat-i azîme-i hâkimane-i âmiraneyi görür, gösterir.
“Matahari, bulan, dan bintang tunduk lewat perintah-Nya...” (QS. al-A’râf [7]: 54).
اَوَ لَم۟ يَرَو۟ا اِلَى الطَّي۟رِ فَو۟قَهُم۟ صَٓافَّاتٍ وَيَق۟بِض۟نَ مَا يُم۟سِكُهُنَّ اِلَّا الرَّح۟مٰنُ اِنَّهُ بِكُلِّ شَى۟ءٍ بَصٖيرٌ
Sebagaimana ia melihat hakikat kasih yang menata seperti yang disebutkan ayat berikut:
ifade ettikleri hakikat-i rahîmane-i müdebbiraneyi
“Apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain yang Maha Pemurah. Sesung- guhnya Dia Maha melihat segala sesuatu.” (QS. al-Mulk [67]: 19).
وَسِعَ كُر۟سِيُّهُ السَّمٰوَاتِ وَال۟اَر۟ضَ وَلَا يَؤُدُهُ حِف۟ظُهُمَا
Ia juga melihat hakikat agung yang disebutkan ayat berikut:
ifade ettiği hakikat-i azîme ile
“Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Allah tidak merasa berat memelihara keduanya...” (QS. al-Baqarah [2]: 255).
وَهُوَ مَعَكُم۟ اَي۟نَ مَا كُن۟تُم۟
Lalu ia melihat hakikat pengawasan ilahi dalam ungkapan ayat:
ifade ettiği hakikat-i rakibaneyi
“Dia bersama kalian di mana saja kalian berada...” (QS. al-Hadîd [57]: 4) sebagai hakikat yang komprehensif seperti yang disebutkan oleh ayat:
هُوَ ال۟اَوَّلُ وَال۟اٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَال۟بَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَى۟ءٍ عَلٖيمٌ
“Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Zhahir dan yang Bathin.Dia Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. al-Hadîd [57]: 3).
ifade ettiği hakikat-i muhita gibi
Ia melihat kedekatanNya seperti yang disebutkan oleh ayat:
وَلَقَد۟ خَلَق۟نَا ال۟اِن۟سَانَ وَنَع۟لَمُ مَا تُوَس۟وِسُ بِهٖ نَف۟سُهُ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya. Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” (QS. Qâf [50]: 16) bersama ayat lain yang menunjukkan sebuah hakikat mulia:
وَ نَح۟نُ اَق۟رَبُ اِلَي۟هِ مِن۟ حَب۟لِ ال۟وَرٖيدِ
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun” (QS. al-Ma`ârij [70]: 4) sebagai sebuah hakikat universal seperti yang ditunjukkan oleh ayat:
ifade ettiği akrebiyeti
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan…” (QS. an-Nahl [16]: 90), berikut sejumlah ayat lain yang berisi rambu-rambu duniawi dan ukhrawi, serta rambu ilmiah dan amaliah.
تَع۟رُجُ ال۟مَلٰٓئِكَةُ وَالرُّوحُ اِلَي۟هِ فٖى يَو۟مٍ كَانَ مِق۟دَارُهُ خَم۟سٖينَ اَل۟فَ سَنَةٍ
işaret ettiği hakikat-i ulviyeyi
اِنَّ اللّٰهَ يَا۟مُرُ بِال۟عَد۟لِ وَال۟اِح۟سَانِ وَاٖيتَٓائِ ذِى ال۟قُر۟بٰى
وَيَن۟هٰى عَنِ ال۟فَح۟شَٓاءِ وَال۟مُن۟كَرِ وَال۟بَغ۟ىِ
ifade ettiği hakikat-i câmia gibi bütün uhrevî ve dünyevî, ilmî ve amelî erkân-ı sitte-i imaniyenin her birisini tafsilen ve erkân-ı hamse-i İslâmiyenin her birisini kasden ve cidden ve saadet-i dâreyni temin eden bütün düsturları görür, gösterir. Muvazenesini muhafaza edip, tenasübünü idame edip o hakaikin heyet-i mecmuasının tenasübünden hasıl olan hüsün ve cemalin menbaından Kur’an’ın bir i’caz-ı manevîsi neş’et eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Al-Qur’an melihat dan menerangkan semua rambu yang mewu- judkan kebahagiaan dunia-akhirat disertai penjelasan keselarasan rinci tentang setiap rukun iman yang enam dan setiap rukun Islam yang lima dengan serius seraya memelihara keseimbangan antar semua- nya. Maka dari sumber keindahan yang berasal dari kesesuaian, keselarasan dan keseimbangan seluruh hakikat tersebut lahirlah salah satu kemukjizatan maknawi al-Qur’an yang luar biasa.Dari rahasia ini jelas bahwa meskipun ulama kalam belajar dari al-Qur’an dan telah menulis ribuan kitab tentang rukun-rukun kei- manandi mana sebagiannya berupa puluhan jilid—namun karena lebih mengedepankan akal daripada naql atau nash sebagaimana kaum Muktazilah, mereka tidak mampu memberikan penjelasan dan membuktikan seperti yang dijelaskan oleh sepuluh ayat al-Qur’an secara sangat tegas. Hal itu karena mereka menggali mata air di kaki gunung yang jauh untuk kemudian airnya dibawa ke ujung dunia lewat sejumlah pipa atau rangkaian sebab. Kemudian mereka memutus rang- kaian tadi di sana. Lalu mereka menetapkan wujud Wajibul wujud dan makrifat ilahi di mana ia laksana air yang memancarkan kehidupan.
İşte şu sırr-ı azîmdendir ki ulema-i ilm-i kelâm, Kur’an’ın şakirdleri oldukları halde, bir kısmı onar cilt olarak erkân-ı imaniyeye dair binler eser yazdıkları halde, Mutezile gibi aklı nakle tercih ettikleri için Kur’an’ın on âyeti kadar vuzuh ile ifade ve kat’î ispat ve ciddi ikna edememişler. Âdeta onlar, uzak dağların altında lağım yapıp, borularla tâ âlemin nihayetine kadar silsile-i esbab ile gidip orada silsileyi keser. Sonra âb-ı hayat hükmünde olan marifet-i İlahiyeyi ve vücud-u Vâcibü’l-vücud’u ispat ederler.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun ayat-ayat al-Qur’an, masing-masingnya laksana tongkat Musa yang dapat memancarkan air di mana saja dipukulkan. Dari segala sesuatu ia dapat membuka jendela yang menunjukkan Sang Pen- cipta Yang Mahaagung. Hakikat ini telah ditetapkan dengan sangat jelas dalam seluruh ‘kalimat’ dan dalam risalah berbahasa Arab, Qatrah (tetesan) yang tepercik dari lautan al-Qur’an.
Âyet-i kerîme ise her birisi birer asâ-yı Musa gibi her yerde suyu çıkarabilir, her şeyden bir pencere açar, Sâni’-i Zülcelal’i tanıttırır. Kur’an’ın bahrinden tereşşuh eden Arabî “Katre Risalesi”nde ve sair Sözlerde şu hakikat fiilen ispat edilmiş ve göstermişiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dari rahasia ini pula kita memahami bahwa seluruh pemimpin kelompok sesat yang tenggelam dalam persoalan batin dan bersandar pada penyaksian mereka tanpa mengikuti sunnah nabi, lalu kembali dari perjalanan dengan memimpin sebuah jamaah dan membentuk kelompok sesat, mereka semua telah tergelincir ke dalam berbagai bid’ah dan kesesatan serta menggiring umat manusia kepada jalan sesat seperti ini karena mereka tidak mampu menjaga keselarasan dan keseimbangan antar berbagai hakikat. Ketidakberdayaan mereka me- negaskan kemukjizatan ayat-ayat al-Qur’an.
İşte hem şu sırdandır ki bâtın-ı umûra gidip, sünnet-i seniyeye ittiba etmeyerek, meşhudatına itimat ederek yarı yoldan dönen ve bir cemaatin riyasetine geçip bir fırka teşkil eden fırak-ı dâllenin bütün imamları hakaikin tenasübünü, muvazenesini muhafaza edemediğindendir ki böyle bid’aya, dalalete düşüp bir cemaat-i beşeriyeyi yanlış yola sevk etmişler. İşte bunların bütün aczleri, âyât-ı Kur’aniyenin i’cazını gösterir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="HÂTİME"></span>
=== HÂTİME ===
===PENUTUP===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dua kilau kemukjizatan al-Qur’an telah dibahas dalam ‘percikan keempat belas’ dari “Kalimat Kesembilan Belas”. Keduanya berupa hikmah pengulangan yang terdapat dalam al-Qur’an serta hikmah pengungkapan wilayah ilmu alam secara global. Di situ sangat jelas bahwa masing-masing merupakan salah satu sumber kemukjizatan; tidak seperti sangkaan sebagian orang bahwa keduanya merupakan sebab adanya cacat dan kekurangan. Selain itu, dijelaskan pula dengan sangat terang kilau kemukjizatan al-Qur’an yang menerangi mukjizat para nabi. Hal itu seperti yang terdapat dalam ‘kedudukan kedua’ dari “Kalimat Kedua Puluh”. Demikian pula hal serupa disebutkan dalam semua pembahasan ‘al-Kalimât’ dan dalam risalahku yang berbahasa Arab. Karena itu, kami anggap sudah cukup.
Kur’an’ın lemaat-ı i’cazından iki lem’a-i i’caziye, On Dokuzuncu Söz’ün On Dördüncü Reşha’sında geçmiştir ki bir sebeb-i kusur zannedilen tekraratı ve ulûm-u kevniyede icmali, her biri birer lem’a-i i’cazın menbaıdır. Hem Kur’an’da mu’cizat-ı enbiya yüzünde parlayan bir lem’a-i i’caz-ı Kur’an, Yirminci Söz’ün İkinci Makamı’nda vâzıhan gösterilmiştir. Daha bunlar gibi sair Sözlerde ve risale-i Arabiyemde çok lemaat-ı i’caziye zikredilip onlara iktifaen yalnız şunu deriz ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hanya saja kami ingin mengatakan bahwa salah satu mukjizat al-Qur’an lainnya adalah bahwa sebagaimana mukjizat para nabi memperlihatkan salah satu goresan kemukjizatan al-Qur’an, demiki- an pula al-Qur’an dengan seluruh mukjizatnya merupakan mukjizat milik Rasul x.Keseluruhan mukjizat beliau juga merupakan mukjizat al-Qur’an. Sebab, ia menunjukkan penisbatan al-Qur’an kepada Allah. Dengan kata lain, ia merupakan kalam Allah. Ketika penisbatan tersebut terlihat, maka setiap kalimat al-Qur’an merupakan mukjizat karena satu kata dengan maknanya bisa mengandung pohon hakikat. Ia laksana benih (yang mengandung substansi pohonnya). Ia juga bisa memiliki hubungan dengan seluruh bagian hakikat agung yang laksana pusat kalbu. Selain itu dengan huruf, bentuk, cara, dan konteksnya ia bisa melihat berbagai persoalan yang tak terhingga. Hal itu karena ia merujuk kepada pengetahuan yang komprehensif dan kehendak yang tak terhingga.Atas dasar itu, para ulama yang membidangi ilmu huruf menyatakan bahwa dari satu huruf al-Qur’an, mereka bisa mengungkap banyak rahasia yang dapat memuat satu halaman penuh. Mereka menetapkan pernyataan mereka kepada para ahli yang membidangi ilmu tersebut.
Bir mu’cize-i Kur’aniye daha şudur ki: Nasıl bütün mu’cizat-ı enbiya, Kur’an’ın bir nakş-ı i’cazını göstermiştir; öyle de Kur’an, bütün mu’cizatıyla bir mu’cize-i Ahmediye (asm) olur. Ve bütün mu’cizat-ı Ahmediye (asm) dahi Kur’an’ın bir mu’cizesidir ki Kur’an’ın Cenab-ı Hakk’a karşı nisbetini gösterir ve o nisbetin zuhuruyla her bir kelimesi bir mu’cize olur. Çünkü o vakit bir tek kelime, bir çekirdek gibi bir şecere-i hakaiki manen tazammun edebilir. Hem merkez-i kalp gibi hakikat-i uzmanın bütün azasına münasebettar olabilir. Hem bir ilm-i muhite ve nihayetsiz bir iradeye istinad ettiği için hurufuyla, heyetiyle, vaziyetiyle, mevkiiyle hadsiz eşyaya bakabilir. İşte şu sırdandır ki ulema-i ilm-i huruf, Kur’an’ın bir harfinden bir sahife kadar esrar bulduklarını iddia ederler ve davalarını o fennin ehline ispat ediyorlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sekarang ingatlah kandungan yang terdapat pada risalah ini mulai dari awal sampai di sini. Lewat teropong keseluruhan sejumlah obor, kilau, cahaya, dan sinar yang terdapat di dalamnya, perhatikan kesimpulan dari pernyataan yang disebutkan pada awal risalah. Eng- kau akan menemukannya (risalah tersebut) membacakan sekaligus mengumumkannya dengan suara yang paling nyaring. Pernyataan tersebut adalah:“Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul un- tuk membuat yang serupa al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (QS. al-Isrâ [17]: 88).
Risalenin başından şuraya kadar bütün şuleleri, şuâları, lem’aları, nurları, ziyaları nazara topla; birden bak. Baştaki dava, şimdi kat’î netice olarak yani
قُل۟ لَئِنِ اج۟تَمَعَتِ ال۟اِن۟سُ وَال۟جِنُّ عَلٰٓى اَن۟ يَا۟تُوا بِمِث۟لِ هٰذَا ال۟قُر۟اٰنِ لَا يَا۟تُونَ بِمِث۟لِهٖ وَلَو۟ كَانَ بَع۟ضُهُم۟ لِبَع۟ضٍ ظَهٖيرًا yı yüksek bir sadâ ile okuyup ilan ediyorlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya Allah, limpahkan salawat dan salam paling baik, paling indah, paling mulia, paling tampak, paling suci, paling bagus, paling luhur, pa- ling utama, paling agung, paling terhormat, paling tinggi, paling bersih, paling diberkahi, paling halus, paling sempurna, paling banyak, paling istimewa, dan paling langgeng; sebagai salawat dan salam, rahmat dan rida, serta maaf dan ampunan yang membentang dan bertambah le- wat limpahan karunia kedermawanan dan kemurahan-Mu, yang tum- buh dan berkembang lewat kemuliaan dan kelembutan kedermawanan dan anugerah-Mu, yang azali dengan keazalian-Mu yang tak pernah lenyap, abadi dengan keabadian-Mu yang tak pernah berubah; kepada hamba, kekasih, dan rasul-Mu, Muhammad, sebaik-baik makhluk-Mu, cahaya yang bersinar terang, argumen yang tampak kuat, lautan yang penuh, cahaya yang berlimpah, keindahan yang cemerlang, keagungan yang tak terkalahkan, kesempurnaan yang mulia; Salawat yang Engkau sampaikan lewat keagungan Dzat-Mu atasnya, atas keluarga dan atas seluruh sahabatnya; Salawat yang dengannya Engkau menghapus dosa kami, melapangkan dada kami, menyucikan kalbu kami, menyenang- kan jiwa kami, membersihkan rahasia hati kami, menjernihkan pikiran kami, serta mencuci semua noda yang terdapat dalam jiwa kami, menyembuhkan penyakit kami, dan membuka kunci kalbu kami.
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذ۟نَٓا اِن۟ نَسٖينَٓا اَو۟ اَخ۟طَا۟نَا ۝ رَبِّ اش۟رَح۟ لٖى صَد۟رٖى ۝ وَيَسِّر۟لٖٓى اَم۟رٖى ۝ وَاح۟لُل۟ عُق۟دَةً مِن۟ لِسَانٖى ۝ يَف۟قَهُوا قَو۟لٖى
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّم۟ اَف۟ضَلَ وَ اَج۟مَلَ وَ اَن۟بَلَ وَ اَظ۟هَرَ وَ اَط۟هَرَ وَ اَح۟سَنَ وَاَبَرَّ وَ اَك۟رَمَ وَ اَعَزَّ وَ اَع۟ظَمَ وَ اَش۟رَفَ وَ اَع۟لٰى وَ اَز۟كٰى وَ اَب۟رَكَ وَ اَل۟طَفَ صَلَوَاتِكَ وَ اَو۟فٰى وَ اَك۟ثَرَ وَ اَز۟يَدَ وَ اَر۟قٰى وَ اَر۟فَعَ وَ اَد۟وَمَ
سَلَامِكَ صَلَاةً وَ سَلَامًا وَ رَح۟مَةً وَ رِض۟وَانًا وَ عَف۟وًا وَ غُف۟رَانًا تَم۟تَدُّ وَ تَزٖيدُ بِوَابِلِ سَحَائِبِ مَوَاهِبِ جُودِكَ وَ كَرَمِكَ وَ تَن۟مُو وَ تَز۟كُو بِنَفَائِسِ شَرَائِفِ لَطَائِفِ جُودِكَ وَ مِنَنِكَ،  اَزَلِيَّةً بِاَزَلِيَّتِكَ لَا تَزُولُ،  اَبَدِيَّةً بِاَبَدِيَّتِكَ لَا تَحُولُ، عَلٰى عَب۟دِكَ وَ حَبٖيبِكَ وَ رَسُولِكَ مُحَمَّدٍ خَي۟رِ خَل۟قِكَ النُّورِ ال۟بَاهِرِ اللَّامِعِ وَ ال۟بُر۟هَانِ الظَّاهِرِ ال۟قَاطِعِ وَ ال۟بَح۟رِ الذَّاخِرِ وَ النُّورِ ال۟غَامِرِ وَ ال۟جَمَالِ الزَّاهِرِ وَ ال۟جَلَالِ ال۟قَاهِرِ وَ ال۟كَمَالِ ال۟فَاخِرِ صَلَاتَكَ الَّتٖى صَلَّي۟تَ بِعَظَمَةِ ذَاتِكَ عَلَي۟هِ وَ عَلٰى اٰلِهٖ وَ صَح۟بِهٖ كَذٰلِكَ صَلَاةً تَغ۟فِرُ بِهَا ذُنُوبَنَا وَ تَش۟رَحُ بِهَا صُدُورَنَا وَ تُطَهِّرُ بِهَا قُلُوبَنَا وَ تُرَوِّحُ بِهَا اَر۟وَاحَنَا وَ تُقَدِّسُ بِهَا اَس۟رَارَنَا وَ تُنَزِّهُ بِهَا خَوَاطِرَنَا وَ اَف۟كَارَنَا وَ تُصَفّٖى بِهَا كُدُورَاتِ مَا فٖى اَس۟رَارِنَا وَ تَش۟فٖى بِهَا اَم۟رَاضَنَا وَ تَف۟تَحُ بِهَا اَق۟فَالَ قُلُوبِنَا
رَبَّنَا لَا تُزِغ۟ قُلُوبَنَا بَع۟دَ اِذ۟ هَدَي۟تَنَا وَهَب۟ لَنَا مِن۟ لَدُن۟كَ رَح۟مَةً اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟وَهَّابُ
وَ اٰخِرُ دَع۟وٰيهُم۟ اَنِ ال۟حَم۟دُ لِلّٰهِ رَبِّ ال۟عَالَمٖينَ ۝ اٰمٖينَ اٰمٖينَ اٰمٖينَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="BİRİNCİ_ZEYL"></span>
== BİRİNCİ ZEYL ==
==LAMPIRAN PERTAMA==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tingkatan Ketujuh Belas dari ‘Sinar Ketujuh’(Risalah al-Âyat al-Kubrâ)
(Makam itibarıyla Yirmi Beşinci Söz’e ilhak edilen zeyllerden, Yedinci Şuâ’nın Birinci Makam’ının on yedinci mertebesidir.)
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pengembara yang tidak mengenal lelah dan tidak merasa puas, serta yang menyadari bahwa tujuan hidupnya di dunia, bahkan inti dari kehidupannya adalah iman, berkata kepada kalbunya, “Kalam (ucapan) yang sedang kita bincangkan adalah kalam yang paling terkenal, paling jujur, dan paling bijak di alam wujud ini. Pada setiap masa ia menantang orang yang membangkang. Itulah al-Qur’an yang memiliki penjelasan mengagumkan. Karena itu, marilah kita menelaah kitab yang mulia ini dan memahami kandungannya. Namun sebelum ma- suk ke dunia yang indah ini, mari sejenak kita berhenti untuk memba- has sesuatu yang membuat kita meyakini bahwa ia benar-benar kitab Sang Pencipta kita.” Begitulah, ia pun segera melakukan kajian dan penelitian.
Bu dünyada hayatın gayesi ve hayatın hayatı iman olduğunu bilen bu yorulmaz ve tok olmaz dünya seyyahı ve kâinattan Rabb’ini soran yolcu, kendi kalbine dedi ki: Aradığımız zatın sözü ve kelâmı denilen, bu dünyada en meşhur ve en parlak ve en hâkim ve ona teslim olmayan herkese, her asırda meydan okuyan Kur’an-ı Mu’cizü’l-Beyan namındaki kitaba müracaat edip o ne diyor, bilelim. Fakat en evvel bu kitap, bizim Hâlık’ımızın kitabı olduğunu ispat etmek lâzımdır diye taharriye başladı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena sang pengembara ini termasuk generasi masa kini, maka pertama-tama ia menelaah “Risalah Nur” yang merupakan kilau kemukjizatan maknawi al-Qur’an. Ia melihat bahwa risalah yang mencapai seratus tiga puluh ini pada dasarnya merupakan penafsiran ber- harga tentang ayatayat al-Qur’an. Pasalnya, ia menyingkap persoalan pentingnya yang mendalam dan cahayanya yang cemerlang.Meskipun Risalah Nur menyebarkan berbagai hakikat al-Qur’an dengan perjuangan yang terus-menerus hingga ke seluruh pelosok di era yang keras kepala dan ingkar ini, tak seorangpun yang dapat menentang atau mengkritiknya. Hal ini membuktikan bahwa al-Qur’an al-Karim yang merupakan sumber, rujukan, dan mentarinya bersifat samawi dan berasal dari kalam Allah Tuhan semesta alam, bukan ucapan manusia.
Bu seyyah bu zamanda bulunduğu münasebetiyle en evvel manevî i’caz-ı Kur’anînin lem’aları olan Risale-i Nur’a baktı ve onun yüz otuz risaleleri, âyât-ı Furkaniyenin nükteleri ve ışıkları ve esaslı tefsirleri olduğunu gördü. Ve Risale-i Nur, bu kadar muannid ve mülhid bir asırda her tarafa hakaik-i Kur’aniyeyi mücahidane neşrettiği halde, karşısına kimse çıkamadığından ispat eder ki onun üstadı ve menbaı ve mercii ve güneşi olan Kur’an semavîdir, beşer kelâmı değildir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bahkan “Kalimat Kedua Puluh Lima” serta penutup “Surat Kesembilan Belas” merupakan salah satu dari ratusan argumen yang dihadirkan Risalah Nur untuk menjelaskan kemukjizatan al- Qur’an. Ia menetapkannya dengan empat puluh aspek yang membuat setiap orang yang menyimaknya menjadi tercengang, kagum, dan takjub. Alih-alih mengkritik dan menentangnya, mereka justru memujinya. Demikianlah, sang pengembara mengalihkan kepada Risalah Nur penetapan aspek kemukjizatan al-Qur’an al-Karim dan pembuktian bahwa ia merupakan kalam Allah. Hanya saja, ia mencermati sejumlah hal yang diterangkan secara ringkas sebagai berikut:
Hattâ Risale-i Nur’un yüzer hüccetlerinden bir tek hüccet-i Kur’aniyesi olan Yirmi Beşinci Söz ile On Dokuzuncu Mektup’un âhiri, Kur’an’ın kırk vecihle mu’cize olduğunu öyle ispat etmiş ki kim görmüşse değil tenkit ve itiraz etmek, belki ispatlarına hayran olmuş, takdir ederek çok sena etmiş. Kur’an’ın vech-i i’cazını ve hak kelâmullah olduğunu ispat etmek cihetini Risale-i Nur’a havale ederek, yalnız kısa bir işaretle büyüklüğünü gösteren birkaç noktaya dikkat etti.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Keagungan al-Qur’an al-Karim'''
'''Birinci Nokta:''' Nasıl ki Kur’an, bütün mu’cizatıyla ve hakkaniyetine delil olan bütün hakaikiyle Muhammed aleyhissalâtü vesselâmın bir mu’cizesidir. Öyle de Muhammed aleyhissalâtü vesselâm da bütün mu’cizatıyla ve delail-i nübüvvetiyle ve kemalât-ı ilmiyesiyle Kur’an’ın bir mu’cizesidir ve Kur’an kelâmullah olduğuna bir hüccet-i kātıasıdır.
Poin Pertama: Sebagaimana al-Qur’an al-Karim dengan seluruh mukjizat dan hakikatnya yang menunjukkan kebenarannya merupakan mukjizat Muhammad x, maka Muhammad x dengan seluruh mukjizat, bukti kenabian, serta kesempurnaan ilmiahnya juga merupakan mukjizat al-Qur’an dan argumen kuat yang menunjukkan bahwa al-Qur’an adalah kalam Allah.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Poin Kedua: Al-Qur’an al-Karim telah mengubah kehidupan so- sial dalam bentuk yang menerangi seluruh cakrawala sekaligus me- menuhinya dengan kebahagiaan dan berbagai hakikat, serta meng- hadirkan perubahan besar, baik dalam jiwa dan kalbu manusia, dalam ruh dan akal mereka, ataupun dalam kehidupan individu, sosial dan politik mereka. Ia juga menata dan memelihara perubahan tersebut di mana ayat-ayatnya yang mencapai 6666 ayat(*<ref>*Seribu ayat tentang perintah seperti firman-Nya Z ‘Dirikanlah salat!’, seribu ayat tentang larangan seperti firman-Nya ‘Jangan dekati zina!’, seribu ayat tentang janji seperti firman-Nya ‘Siapa yang taat kepa- da Allah dan Rasul-Nya berarti ia memperoleh kesuksesan besar’, seribu ayat tentang an- caman seperti firman-Nya ‘Siapa yang membunuh mukmin dengan sengaja balasannya adalah neraka jahannam’, seribu ayat tentang berita seperti firman-Nya ‘Ingatlah ketika Ibrahim berdoa, ‘Wahai Tuhan jadikan negeri ini aman’, seribu ayat tentang kisah, seperti kisah Yusuf beri- kut para saudaranya. Enam ratus ayat tentang hukum halal dan haram. Serta enam puluh enam ayat tentang nâsikh dan mansûkh. (Dikutip dari Tafsir Abda` al-Bayân li Jamî’i Ây al-Qur’ân karya Syekh Muhammad Badruddin al-Tillowi hal 3, Cet. Dâr an-Nil 1992. Di- riwayatkan pula oleh Ibnu Huzaimah dalam kitabnya, an-Nâsikh wa al-Mansûkh).</ref>)dibaca sejak 14 abad pada setiap saat lewat lisan lebih dari 100 juta orang dengan penuh penghormatan. Ia membina manusia, menyucikan jiwa mereka, mem- bersihkan kalbu mereka, meninggikan ruh, menerangi akal, serta menjadikan hidup bahagia. Tentu saja, tidak ada yang serupa dan se- padan dengan kitab ini. Ia luar biasa dan merupakan mukjizat.
'''İkinci Nokta:''' Kur’an, bu dünyada öyle nurani ve saadetli ve hakikatli bir surette bir tebdil-i hayat-ı içtimaiye ile beraber, insanların hem nefislerinde hem kalplerinde hem ruhlarında hem akıllarında hem hayat-ı şahsiyelerinde hem hayat-ı içtimaiyelerinde hem hayat-ı siyasiyelerinde öyle bir inkılab yapmış ve idame etmiş ve idare etmiş ki on dört asır müddetinde her dakikada altı bin altı yüz altmış altı âyetleri, kemal-i ihtiramla hiç olmazsa yüz milyondan ziyade insanların dilleriyle okunuyor ve insanları terbiye ve nefislerini tezkiye ve kalplerini tasfiye ediyor; ruhlara inkişaf ve terakki ve akıllara istikamet ve nur ve hayata hayat ve saadet veriyor. Elbette böyle bir kitabın misli yoktur, hârikadır, fevkalâdedir, mu’cizedir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Poin Ketiga: Sejak zaman tersebut hingga saat ini al-Qur’an al- Karim telah memperlihatkan balagah sehingga menjatuhkan kedudukan al-mu`allaqât al-sab`ah yang terkenal di mana ia merupakan kumpulan syair para penyair ternama yang ditulis dengan emas dan digantung di dinding Ka’bah. Bahkan anak perempuan Lubaid menurunkan kumpulan syair ayahnya dari dinding Ka’bah seraya berkata, “Karena ayat-ayat al-Qur’an telah datang, maka syair sepertimu tidak layak berada di sini”.
'''Üçüncü Nokta:''' Kur’an, o asırdan tâ şimdiye kadar öyle bir belâgat göstermiş ki Kâbe’nin duvarında altınla yazılan en meşhur ediblerin “Muallakat-ı Seb’a” namıyla şöhret-şiar kasidelerini o dereceye indirdi ki Lebid’in kızı, babasının kasidesini Kâbe’den indirirken demiş: “Âyâta karşı bunun kıymeti kalmadı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitu pula ketika seorang Arab badui mendengar ayat yang berbunyi:“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu)...” (QS. al-Hijr [15]: 94).Begitu mendengar ayat tersebut, Arab badui itu tersungkur ber- sujud. Saat ditanya, “Apakah engkau masuk Islam?” Ia menjawab, “Tidak, aku bersujud karena balagah yang dikandung ayat tersebut”.
Hem bedevî bir edib   فَاص۟دَع۟ بِمَا تُؤ۟مَرُ    âyeti okunurken işittiği vakit secdeye kapanmış. Ona dediler: “Sen Müslüman mı oldun?” Dedi: “Yok, ben bu âyetin belâgatına secde ettim.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikian pula, ribuan tokoh balagah dan sastrawan semacam Abdul Qâhir al-Jurjâni, as-Sakkâki, dan az-Zamakhsyari sepakat mengakui bahwa balagah al-Qur’an berada di atas kemampuan manusia dan tidak mungkin dijangkau.
Hem ilm-i belâgatın dâhîlerinden Abdülkahir-i Cürcanî ve Sekkakî ve Zemahşerî gibi binler dâhî imamlar ve mütefennin edibler, icma ve ittifakla karar vermişler ki: “Kur’an’ın belâgatı, tâkat-i beşerin fevkindedir, yetişilmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitu pula, sejak diturunkannya, al-Qur’an al-Karim terus menantang para ahli balagah dan sastrawan yang sombong. Al-Qur’an menantang mereka untuk menghadirkan surah semisalnya atau rela dibinasakan di dunia dan akhirat.Ketika al-Qur’an mengumumkan tantangannya ini, para ahli balagah yang keras kepala masa itu meninggalkan jalan singkat ini, yaitu menyambut tantangan tersebut dan menghadirkan surah semisalnya. Mereka malah meniti jalan panjang, jalan perang yang dapat membahayakan jiwa dan harta mereka. Pilihan mereka ini menjadi bukti bah- wa menempuh jalan yang singkat tadi adalah suatu hal yang mustahil.
Hem o zamandan beri mütemadiyen meydan-ı muarazaya davet edip, mağrur ve enaniyetli ediblerin ve beliğlerin damarlarına dokundurup gururlarını kıracak bir tarzda der: “Ya bir tek surenin mislini getiriniz veyahut dünyada ve âhirette helâket ve zilleti kabul ediniz.” diye ilan ettiği halde o asrın muannid beliğleri, bir tek surenin mislini getirmekle kısa bir yol olan muarazayı bırakıp, uzun olan ve can ve mallarını tehlikeye atan muharebe yolunu ihtiyar etmeleri ispat eder ki o kısa yolda gitmek mümkün değildir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Terdapat jutaan kitab bahasa Arab yang ditulis oleh para pem- bela al-Qur’an dengan semangat meniru gaya bahasanya atau yang di- tulis oleh para musuhnya guna menantang dan mengkritiknya. Semua yang telah dan sedang ditulis seiring dengan perkembangan dan ke- majuan gaya bahasa yang berasal dari kontinyuitas pemikiransejak saat itu hingga kinitidak mungkin menandingi atau mendekati gaya bahasa al-Qur’an. Bahkan andaikan seorang awam menyimak bacaan al-Qur’an, tentu ia akan berkata, “Al-Qur’an ini tidak sama dengan
Hem Kur’an’ın dostları, Kur’an’a benzemek ve taklit etmek şevkiyle ve düşmanları dahi Kur’an’a mukabele ve tenkit etmek sevkiyle o vakitten beri yazdıkları ve yazılan ve telahuk-u efkâr ile terakki eden milyonlar Arabî kitaplar ortada geziyor. Hiçbirisi ona yetişemediğini hattâ en âmî adam dahi dinlese elbette diyecek: Bu Kur’an, bunlara benzemez ve onların mertebesinde değil. Ya onların altında veya umumunun fevkinde olacak. Umumunun altında olduğunu dünyada hiçbir fert, hiçbir kâfir, hattâ hiçbir ahmak diyemez. Demek, mertebe-i belâgatı umumun fevkindedir.
kitab manapun juga. Demikian pula dengan kedudukannya”. Hal itu bisa jadi karena balagahnya di bawah yang lain, atau di atas yang lain. Namun tak seorangpun, baik orang kafir maupun orang bodoh yang mengatakan bahwa al-Qur’an berada di bawah yang lain. Dengan de- mikian, tingkatan balagah al-Qur’an berada di atas semuanya.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bahkan, salah seorang dari mereka membaca:“Semua yang terdapat di langit dan di bumi bertasbih kepada Al- lah…” (QS. al-Hadîd [57]: 1), kemudian sesudah itu ia berkata, “Aku tidak melihat sisi kemukjizatan seperti yang kalian lihat pada balagah ayat di atas”.
Hattâ bir adam سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوَاتِ وَال۟اَر۟ضِ âyetini okudu. Dedi: “Bunun hârika telakki edilen belâgatını göremiyorum.” Ona denildi: “Sen dahi bu seyyah gibi o zamana git, orada dinle.” O da kendini Kur’an’dan evvel orada tahayyül ederken gördü ki mevcudat-ı âlem perişan, karanlıklı, camid ve şuursuz ve vazifesiz olarak hâlî, hadsiz, hudutsuz bir fezada; kararsız, fâni bir dünyada bulunuyorlar. Birden Kur’an’ın lisanından bu âyeti dinlerken gördü:
Maka dikatakan kepadanya, “Bawalah khayalanmu ke masa itu— seperti sang pengembara di ataslalu simaklah ayat tersebut di sana!”Ketika sedang menghayalkan dirinya berada di masa itu, masa sebelum turunnya al-Qur’an, ia melihat bahwa entitas alam terlempar di angkasa yang kosong, luas dan tanpa batas, di dunia yang fana da- lam kondisi putus asa, bimbang, dan tersesat di jalan yang gelap gu- lita. Semuanya mati, tak bernyawa dan tak memiliki perasaan; serta menganggur, tak memiliki tugas dan pekerjaan. Akan tetapi, ketika ia mendengar dan merenungkan ayat di atas, ia melihat bahwa ayat tersebut menyingkap tabir yang menutupi wajah entitas alam semesta se- hingga wajah tersebut tampak bersinar terang.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kalam azali dan firman abadi ini memberikan sebuah pelajaran kepada semua makhluk yang berperasaan di sepanjang masa seraya menampakkan kepada mereka bahwa alam ini bagaikan masjid besar. Sementara semua makhluterutama langit dan bumilarut dalam zikir, tahlil, dan tasbih yang penuh vitalitas. Semua menunaikan tugas dengan penuh semangat dan gembira.Begitulah, sang pengembara menyaksikan reaksi ayat al-Qur’an di alam. Ia bisa merasakan sejauh mana ketinggian balagahnya. Ia juga menganalogikannya dengan ayat-ayat yang lain. Dari situ, ia memaha- mi rahasia dominasi balagah al-Qur’an atas separuh bumi atau seper- lima umat manusia. Ia juga mengetahui salah satu dari ribuan hikmah keabadian kekuasaan al-Qur’an dengan penuh takjub dan penghor- matan sepanjang empat belas abad tanpa pernah terputus.
Bu âyet, kâinat üstünde, dünyanın yüzünde öyle bir perde açtı, ışıklandırdı ki bu ezelî nutuk ve sermedî ferman, asırlar sıralarında dizilen zîşuurlara ders verip gösteriyor ki bu kâinat bir câmi-i kebir hükmünde başta semavat ve arz olarak umum mahlukat hayattarane zikir ve tesbihte ve vazifeler başında cûş u hurûşla mesudane ve memnunane bir vaziyette bulunuyor diye müşahede etti. Ve bu âyetin derece-i belâgatını zevk ederek sair âyetleri buna kıyasla Kur’an’ın zemzeme-i belâgatı arzın nısfını ve nev-i beşerin humsunu istila ederek haşmet-i saltanatı, kemal-i ihtiramla on dört asır bilâ-fâsıla idame ettiğinin binler hikmetlerinden bir hikmetini anladı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Poin Keempat: Al-Qur’an al-Karim telah memperlihatkan ke- segaran asli dan hakiki di mana banyaknya pengulanganyang bisa melahirkan rasa bosan bahkan terhadap sesuatu yang paling nikmat sekalipunternyata tidak membuat bosan bagi orang yang kalbunya masih sehat dan perasaannya masih bagus. Bahkan semakin diulang semakin bertambah nikmat dan segar. Ini diakui oleh semua orang sejak dahulu.
'''Dördüncü Nokta:''' Kur’an, öyle hakikatli bir halâvet göstermiş ki en tatlı bir şeyden dahi usandıran çok tekrar, Kur’an’ı tilavet edenler için değil usandırmak, belki kalbi çürümemiş ve zevki bozulmamış adamlara tekrar-ı tilaveti halâvetini ziyadeleştirdiği, eski zamandan beri herkesçe müsellem olup darb-ı mesel hükmüne geçmiş.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikian pula kesegaran, kecemerlangan, dan keremajaan al- Qur’an tetap terpelihara seakanakan ia baru turun sekarang meskipun telah berlalu empat belas abad dari masa turunnya dan meskipun mudah dijangkau oleh semua kalangan. Setiap masa telah menerimanya dalam kondisi muda dan segar seakanakan al-Qur’an berbicara padanya. Setiap kelompok ilmiahmeskipun mereka memegang al-Qur’an dan menelaahnya setiap saat untuk mengambil manfaat dan mengikuti gaya penjelasannyanamun al-Qur’an memelihara keunikan gaya bahasa dan penjelasannya.
Hem öyle bir tazelik ve gençlik ve şebabet ve garabet göstermiş ki on dört asır yaşadığı ve herkesin eline kolayca girdiği halde, şimdi nâzil olmuş gibi tazeliğini muhafaza ediyor. Her asır, kendine hitap ediyor gibi bir gençlikte görmüş. Her taife-i ilmiye ondan her vakit istifade etmek için kesretle ve mebzuliyetle yanlarında bulundurdukları ve üslub-u ifadesine ittiba ve iktida ettikleri halde o üslubundaki ve tarz-ı beyanındaki garabetini aynen muhafaza ediyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Poin Kelima: Al-Qur’an al-Karim membentangkan salah satu sayapnya ke masa lalu dan yang lain ke masa depan. Hakikat yang disepakati oleh para nabi terdahulu adalah akar al-Qur’an dan salah satu sayapnya. Ia membenarkan dan mendukung mereka. Dan mereka pun dengan posisi yang ada mendukung dan membenarkan al-Qur’an lewat lisan tawâfuq (kesesuaian). Begitu pula para wali saleh dan ula- ma yang mulia merupakan buah yang berasal dari pohon al-Qur’an. Kesempurnaan mereka menunjukkan bahwa pohon penuh berkah itu hidup dan memberikan sesuatu. Ia senantiasa memberikan limpahan karunia, bersifat hakiki dan asli. Seluruh penganut tarekat kewalian yang benar dan penuntut ilmu-ilmu keislaman yang haq yang ter- gabung di bawah perlindungan sayapnya yang kedua dan hidup dalam naungannya bersaksi bahwa al-Qur’an merupakan sebuah kebenaran, tempat kumpulan hakikat serta tidak ada yang sama dengannya dilihat dari sisi universalitas dan integralitas. Al-Qur’an merupakan mukjizat yang cemerlang.
'''Beşinci Nokta:''' Kur’an’ın bir cenahı mazide, bir cenahı müstakbelde, kökü ve bir kanadı eski peygamberlerin ittifaklı hakikatleri olduğu ve bu onları tasdik ve teyid ettiği ve onlar dahi tevafukun lisan-ı haliyle bunu tasdik ettikleri gibi; öyle de evliya ve asfiya gibi ondan hayat alan semereleri, hayattar tekemmülleriyle, şecere-i mübarekelerinin hayattar, feyizdar ve hakikat-medar olduğuna delâlet eden ve ikinci kanadının himayesi altında yetişen ve yaşayan velayetin bütün hak tarîkatları ve İslâmiyet’in bütün hakikatli ilimleri, Kur’an’ın ayn-ı hak ve mecma-ı hakaik ve câmiiyette misilsiz bir hârika olduğuna şehadet eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Poin Keenam: Enam sisi al-Qur’an bersinar terang di mana hal itu menunjukkan kebenaran dan keadilannya.
'''Altıncı Nokta:''' Kur’an’ın altı ciheti nuranidir, sıdk ve hakkaniyetini gösterir. Evet, altında hüccet ve bürhan direkleri, üstünde sikke-i i’caz lem’aları, önünde ve hedefinde saadet-i dâreyn hediyeleri ve arkasında nokta-i istinadı vahy-i semavî hakikatleri, sağında hadsiz ukûl-ü müstakimenin deliller ile tasdikleri, solunda selim kalplerin ve temiz vicdanların ciddi itminanları ve samimi incizabları ve teslimleri; Kur’an’ın fevkalâde, hârika, metin, hücum edilmez bir kale-i semaviye-i arziye olduğunu ispat ettikleri gibi; altı makamdan dahi onun ayn-ı hak ve sadık olduğunu ve beşerin kelâmı olmadığını ve yanlışı bulunmadığını imza eden, başta bu kâinatta daima güzelliği izhar, iyiliği ve doğruluğu himaye ve sahtekârları ve müfterileri imha ve izale etmek âdetini bir düstur-u faaliyet ittihaz eden bu kâinatın mutasarrıfı, o Kur’an’a âlemde en makbul en yüksek en hâkimane bir makam-ı hürmet ve bir mertebe-i muvaffakiyet vermesiyle onu tasdik ve imza ettiği gibi; İslâmiyet’in menbaı ve Kur’an’ın bir tercümanı olan zatın (asm) herkesten ziyade ona itikad ve ihtiramı ve nüzulü zamanında uyku gibi bir vaziyet-i nâimanede bulunması ve sair kelâmları ona yetişememesi ve bir derece benzememesi ve ümmiyetiyle beraber gitmiş ve gelecek hakiki hâdisat-ı kevniyeyi, gaybiyane Kur’an ile tereddütsüz ve itminan ile beyan etmesi ve çok dikkatli gözlerin nazarı altında hiçbir hile, hiçbir yanlış vaziyeti görülmeyen o tercüman, bütün kuvvetiyle Kur’an’ın her bir hükmünü öyle iman ve tasdik edip hiçbir şey onu sarsmaması dahi Kur’an’ın semavî, hakkaniyetli ve kendi Hâlık-ı Rahîm’inin mübarek kelâmı olduğunu imza ediyor.
Ya, di bawahnya terdapat sejumlah pilar bukti dan argumen. Di atasnya stempel kemukjizatan berkilau. Di depannya (tujuannya)berupa hadiah kebahagiaan dunia dan akhirat. Di belakangnya (titik sandarannya) berupa sejumlah hakikat wahyu ilahi. Sisi kanannya terdapat pembenaran dalil rasional yang tak terhingga. Sisi kirinya terdapat ketenangan, ketertarikan, dan ketundukan bagi kalbu yang sehat dan hati nurani yang suci. Pada saat keenam sisi tersebut menetapkan bahwa al-Qur’an al- Karim merupakan benteng samawi yang kokoh dan luar biasa di bumi di mana ia tidak bisa ditembus, juga terdapat enam kedudukan yang menegaskan bahwa ia merupakan sebuah kejujuran dan kebenaran. Ia sama sekali bukan ucapan manusia. Ia tidak dihampiri oleh kebatilan dari sisi manapun. Yang pertama dari kedudukan tersebut adalah dukungan Sang Penata alam yang menjadikan proses penampakan keindahan, perlindungan terhadap kebenaran dan kejujuran, serta pembinasaan para penipu sebagai hukum kekuasaan-Nya. Allah mendukung dan membenarkan al-Qur’an lewat kedudukan penghormatan yang Dia berikan padanya serta lewat tingkatan taufik dan keberuntungan yang Dia anugerahkan di mana ia lebih diterima, lebih tinggi, dan lebih berkuasa di alam.Yang kedua, keyakinan yang kuat dan penghormatan yang layak dari pribadi mulia Rasulullah x terhadap al-Qur’an mengungguli yang lainnya di mana beliau merupakan sumber Islam dan penafsir al- Qur’an; kondisi beliau saat menerima wahyu berada antara sadar dan tidur di mana ia turun di luar kehendaknya; ketidakmampuan beliau untuk menyamai gaya bahasa al-Qur’an padahal beliau merupakan orang yang paling fasih; penjelasan beliau yang bersifat gaiblewat al-Qur’an—tentang berbagai peristiwa alam yang telah dan yang akan terjadi padahal beliau buta huruf di mana beliau menginformasikannya tanpa ragu-ragu dan dengan sangat tenang; tidak ditemukannya unsur penipuan dan kesalahan atau kondisi serupa sekecil apapun padahal beliau berada di tengah-tengah orang yang sangat memperhatikan tingkah laku beliau. Nah, keimanan sosok penafsir al-Qur’an dan penyampai agung serta pembenarannya atas segala ketentuan al- Qur’an menegaskan bahwa al-Qur’an bersifat samawi. Semua isinya benar dan adil serta merupakan kalam Tuhan Maha Penyayang yang penuh berkah.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Yang ketiga, keterpautan seperlima umat manusia bahkan bagian terbesar dari mereka dengan al-Qur’an al-Karim yang berlandaskan ketertarikan dan keberagamaan; perhatian mereka kepadanya dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat; kedatangan jin, malaikat, dan makhluk spiritual lainnya kepada al-Qur’an, serta kondisi mereka yang berhimpun di seputar al-Qur’an saat dibacakan—laksana kupu-ku- pu yang merindukan cahayalewat kesaksian sejumlah petunjuk dan kasyaf yang benar; semuanya menjadi bukti yang membenarkan bahwa al-Qur’an merupakan sesuatu yang diridai dan dikagumi oleh alam. Dan bahwa ia memiliki kedudukan yang paling mulia dan paling tinggi di alam ini.
Hem nev-i insanın humsu, belki kısm-ı a’zamı, göz önündeki o Kur’an’a müncezibane ve dindarane irtibatı ve hakikat-perestane ve müştakane kulak vermesi ve çok emarelerin ve vakıaların ve keşfiyatın şehadetiyle, cin ve melek ve ruhanîler dahi tilaveti vaktinde pervane gibi etrafında hakperestane toplanmaları, Kur’an’ın kâinatça makbuliyetine ve en yüksek bir makamda bulunduğuna bir imzadır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Yang keempat, ketika masing-masing kelompok manusiamulai dari orang yang sangat bodoh dan awam hingga orang cerdas dan alimmengambil bagiannya dari pelajaran yang diberikan al-Qur’an, ketika mereka memahami berbagai hakikat yang paling dalam darinya, serta ketika seluruh ulama dari ratusan disiplin ilmu keislaman terutama para mujtahid serta ahli ushuluddin dan ilmu kalam mengambil kesimpulan hukum dan memberikan berbagai jawaban atas berbagai masalah yang terkait dengan ilmu mereka dari al-Qur’an al- Karim, semua itu membenarkan bahwa al-Qur’an merupakan sumber kebenaran dan gudang hakikat.
Hem nev-i beşerin umum tabakaları, en gabi ve âmîden tut tâ en zeki ve âlime kadar her birisi, Kur’an’ın dersinden tam hisse almaları ve en derin hakikatleri fehmetmeleri ve yüzer fen ve ulûm-u İslâmiyenin ve bilhassa şeriat-ı kübranın büyük müçtehidleri ve usûlü’d-din ve ilm-i kelâmın dâhî muhakkikleri gibi her taife kendi ilmine ait bütün hâcatını ve cevaplarını Kur’an’dan istihraç etmeleri, Kur’an’ın menba-ı hak ve maden-i hakikat olduğuna bir imzadır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Yang kelima, tidak adanya penentangan para sastrawan Arab yang merupakan kalangan terkemuka di bidangnya, terutama mereka yang belum masuk Islam meskipun mereka sangat ingin melakukan penentangan; ketidakberdayaan mereka di hadapan satu aspek saja darinyayaitu aspek balagahdari tujuh aspek kemukjizatan al-Qur’an yang utama; ketidakmampuan mereka mendatangkan satu surah saja dari sekian banyak surah al-Qur’an; serta tidak adanya penentangan terhadap aspek kemukjizatan al-Qur’an dari para ahli retorika dan tokoh jenius sampai saat ini meski mereka sangat menginginkannya demi publisitas ketenaran, dan sikap diam mereka atasnya; semua itu merupakan bukti kuat bahwa al-Qur’an al-Karim merupakan mukjizat yang berada di atas kemampuan manusia.
Hem edebiyatça en ileri bulunan Arap edibleri –şimdiye kadar Müslüman olmayanlar– muarazaya pek çok muhtaç oldukları halde, Kur’an’ın i’cazından yedi büyük vechi varken, yalnız bir tek vechi olan belâgatının –tek bir suresinin– mislini getirmekten istinkâfları ve şimdiye kadar gelen ve muaraza ile şöhret kazanmak isteyen meşhur beliğlerin ve dâhî âlimlerin onun hiçbir vech-i i’cazına karşı çıkamamaları ve âcizane sükût etmeleri; Kur’an mu’cize ve tâkat-i beşerin fevkinde olduğuna bir imzadır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya. Nilai, ketinggian, dan balagah sebuah ucapan menjadi jelas lewat keterangan, “Siapa yang mengucapkannya? Kepada siapa diucapkan? Dan mengapa ia diucapkan?” Atas dasar itu, tidak bisa dan tidak akan pernah ada yang bisa menghadirkan sejenis al-Qur’an al- Karim. Hal itu karena, al-Qur’an al-Karim merupakan pesan Tuhan dan Pencipta seluruh alam. Ia juga merupakan pembicaraan yang tidak mungkin ditiru lewat sisi manapun. Di dalamnya tidak ada tanda yang menunjukkan keberadaan sesuatu yang dibuat-buat.
Evet, bir kelâm “Kimden gelmiş ve kime gelmiş ve ne için?” denilmesiyle kıymeti ve ulviyeti ve belâgatı tezahür etmesi noktasından Kur’an’ın misli olamaz ve ona yetişilemez. Çünkü Kur’an, bütün âlemlerin Rabb’i ve bütün kâinatın Hâlık’ının hitabı ve konuşması ve hiçbir cihette taklidi ve tasannuu ihsas edecek hiçbir emare bulunmayan bir mükâlemesi ve bütün insanların belki bütün mahlukatın namına mebus ve nev-i beşerin en meşhur ve namdar muhatabı bulunan ve o muhatabın kuvvet ve vüs’at-i imanı, koca İslâmiyet’i tereşşuh edip sahibini Kab-ı Kavseyn makamına çıkararak muhatab-ı Samedaniyeye mazhariyetle nüzul eden ve saadet-i dâreyne dair ve hilkat-i kâinatın neticelerine ve ondaki Rabbanî maksatlara ait mesaili ve o muhatabın bütün hakaik-i İslâmiyeyi taşıyan en yüksek ve en geniş olan imanını beyan ve izah eden ve koca kâinatı bir harita, bir saat, bir hane gibi her tarafını gösterip, çevirip onları yapan sanatkârı tavrıyla ifade ve talim eden Kur’an-ı Mu’cizü’l-Beyan’ın elbette mislini getirmek mümkün değildir ve derece-i i’cazına yetişilmez.
Kemudian yang menjadi mitra bicaranya adalah sosok yang diutus atas nama seluruh umat manusia. Bahkan atas nama seluruh makhluk. Beliau adalah mitra bicara yang paling mulia dan paling istimewa. Beliau sosok di mana Islam yang agung memancar lewat kekuatan imannya hingga membawanya menuju sejarak dua ujung busur atau lebih dekat lagi. Beliau kemudian turun dengan membawa pesan ilahi yang abadi.Selanjutnya, al-Qur’an al-Mu’jizul Bayân telah menerangkan jalan kebahagiaan dunia dan akhirat. Ia menjelaskan berbagai tujuan penciptaan alam berikut sejumlah maksud ilahi di dalamnya. Ia menerangkan keimanan istimewa yang dibawa oleh sosok penerima al- Qur’an di mana ia meliputi seluruh hakikat Islam seraya memaparkan setiap sisi alam yang besar dan membolak-baliknya seperti membolak-balik peta atau jam yang berada di hadapannya. Ia mengajarkan kepada manusia tentang Sang Pencipta lewat berbagai tahapan dan perubahan alam. Karena itu, tidak mungkin ada yang bisa mendatang- kan semisal al-Qur’an. Tingkat kemukjizatannya tidak mungkin bisa ditandingi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Yang keenam, ribuan ulama istimewa yang menulis penafsiran tentang al-Qur’an dalam sejumlah jilid buku di mana sebagiannya mencapai 30 atau 40 jilid, bahkan ada yang sampai 70 jilid, penjelasan mereka bahwa di dalam al-Qur’an terdapat keistimewaan, persoalan balagah, rahasia halus, makna mulia, informasi gaib dengan beragam bentuknya yang tak terhingga, lalu upaya mereka memperlihatkan semua keistimewaan tersebut, semua itu menjadi bukti yang kuat bahwa al-Qur’an adalah mukjizat ilahi yang luar biasa.
Hem Kur’an’ı tefsir eden ve bir kısmı otuz kırk hattâ yetmiş cilt olarak birer tefsir yazan yüksek zekâlı müdakkik binler mütefennin ulemanın, senetleri ve delilleriyle beyan ettikleri Kur’an’daki hadsiz meziyetleri ve nükteleri ve hâsiyetleri ve sırları ve âlî manaları ve umûr-u gaybiyenin her nevinden kesretli gaybî ihbarları izhar ve ispat etmeleri ve bilhassa Risale-i Nur’un yüz otuz kitabı, her biri Kur’an’ın bir meziyetini, bir nüktesini kat’î bürhanlarla ispat etmesi ve bilhassa Mu’cizat-ı Kur’aniye Risalesi, şimendifer ve tayyare gibi medeniyetin hârikalarından çok şeyleri Kur’an’dan istihraç eden Yirminci Söz’ün İkinci Makamı ve Risale-i Nur’a ve elektriğe işaret eden âyetlerin işaratını bildiren İşarat-ı Kur’aniye namındaki Birinci Şuâ ve huruf-u Kur’aniye ne kadar muntazam ve esrarlı ve manalı olduğunu gösteren Rumuzat-ı Semaniye namındaki sekiz küçük risaleler ve Sure-i Feth’in âhirki âyeti beş vecihle ihbar-ı gaybî cihetinde mu’cizeliğini ispat eden küçücük bir risale gibi Risale-i Nur’un her bir cüzü, Kur’an’ın bir hakikatini, bir nurunu izhar etmesi; Kur’an’ın misli olmadığına ve mu’cize ve hârika olduğuna ve bu âlem-i şehadette âlem-i gaybın lisanı ve bir Allâmü’l-guyub’un kelâmı bulunduğuna bir imzadır.
Terutama pembuktian setiap risalah dari Risalah Nur yang jum- lahnya mencapai seratus tiga puluh risalah terhadap keistimewaan al- Qur’an berikut sejumlah bagiannya yang menakjubkan lewat berbagai argumen yang mematikan. Khususnya risalah “Mukjizat Al-Qur’an” dan kedudukan kedua dari “Kalimat Kedua Puluh” yang mengungkap sejumlah kehebatan peradaban dalam al-Qur’an seperti kereta api dan pesawat. Juga ‘Sinar Pertama’ yang berjudul al-Isyârât al-Qur’âni- yah yang menjelaskan adanya sejumlah petunjuk ayat tentang Risalah Nur dan listrik. Selain itu, delapan risalah kecil berjudul ar-Rumûz atsTsamâniyah yang menerangkan sejauh mana tingkat keteraturan huruf-huruf al-Qur’an yang demikian cermat di mana ia memiliki sejumlah rahasia dan makna berlimpah. Kemudian risalah kecil yang menerangkan penutup surah al-Fath dan menetapkan kemukjizatannya lewat lima aspek dilihat dari informasi gaib yang disampaikan, serta berbagai risalah lainnya yang sejenis.Pengungkapan setiap bagian dari Risalah Nur tentang satu dari sekian hakikat al-Qur’an, serta tentang salah satu cahayanya, semua itu menjadi bukti yang menguatkan bahwa al-Qur’an tidak ada bandingannya, mukjizat yang luar biasa, lisan gaib di alam indrawi, dan kalam Tuhan Yang Mengetahui hal gaib.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, karena berbagai keistimewaan dan karakteristik al- Qur’an al-karim seperti yang telah dijelaskan dalam enam poin, enam sisi, dan enam kedudukan membuat kekuasaan nuraninya yang mulia dan kepemimpinan sucinya yang agung dengan penuh kewibawaan yang sempurna tetap bersinar menerangi seluruh sisi waktu dan menyinari seluruh bumi selama seribu tiga ratus tahun.Selain itu, karena sejumlah karakteristik tersebut al-Qur’an al- Karim mendapatkan keistimewaan di mana setiap hurufnya minimal mendatangkan sepuluh pahala dan sepuluh buah yang kekal. Bahkan setiap huruf dari huruf-huruf yang terdapat pada sebagian ayat dan surah membuahkan seratus, seribu, bahkan lebih banyak lagi dari buah akhirat. Cahaya setiap huruf berikut pahala dan nilainya meningkat di waktu-waktu yang penuh berkah menjadi sepuluh hingga ratusan. Dan masih banyak lagi keistimewaan suci sejenis lainnya yang telah dipahami oleh sang pengembara alam di atas.
İşte altı noktada ve altı cihette ve altı makamda işaret edilen, Kur’an’ın mezkûr meziyetleri ve hâsiyetleri içindir ki haşmetli hâkimiyet-i nuraniyesi ve azametli saltanat-ı kudsiyesi, asırların yüzlerini ışıklandırarak zemin yüzünü dahi bin üç yüz sene tenvir ederek kemal-i ihtiram ile devam etmesi hem o hâsiyetleri içindir ki Kur’an’ın her bir harfi, hiç olmazsa on sevabı, on haseneyi ve on meyve-i bâki vermesi, hattâ bir kısım âyâtın ve surelerin her bir harfi, yüz ve bin ve daha ziyade meyve vermesi ve mübarek vakitlerde her bir harfin nuru ve sevabı ve kıymeti ondan yüzlere çıkması gibi kudsî imtiyazları kazanmış diye dünya seyyahı anladı ve kalbine dedi:
Ia berbisik kepada kalbunya,
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Benar, al-Qur’an al-Karim yang merupakan mukjizat pada setiap sisinya lewat kesepakatan seluruh surahnya, keselarasan seluruh ayatnya, keharmonisan seluruh rahasia dan cahayanya, kesesuaian buah dan jejaknya, telah bersaksi dengan kesaksian yang diperkuat oleh berbagai dalil yang menunjukkan wujud Wâjibul wujûd, keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya, dan nama-nama-Nya, sehingga kesaksian tanpa batas milik seluruh orang beriman menyerap dari kesaksian tersebut.
İşte böyle her cihetle mu’cizatlı bu Kur’an, surelerinin icmaıyla ve âyâtının ittifakıyla ve esrar ve envarının tevafukuyla ve semerat ve âsârının tetabukuyla bir tek Vâcibü’l-vücud’un vücuduna ve vahdetine ve sıfâtına ve esmasına deliller ile ispat suretinde öyle şehadet etmiş ki bütün ehl-i imanın hadsiz şehadetleri, onun şehadetinden tereşşuh etmişler.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitulah, dalam tingkat ‘ketujuh belas’ dari kedudukan pertama telah disebutkan sebuah isyarat singkat tentang pelajaran tauhid dan iman yang diterima oleh sang pengembara di atas dari al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:
İşte bu yolcunun Kur’an’dan aldığı ders-i tevhid ve imana kısa bir işaret olarak Birinci Makam’ın on yedinci mertebesinde böyle:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tiada Tuhan selain Allah yang wujud-Nya bersifat mutlak, Maha esa dan Tunggal; yang kemutlakan wujud-Nya dalam keesaan-Nya ditunjukkan oleh al-Qur’an al-Mu’jizul Bayân; yang diterima dan disenangi oleh malaikat, manusia dan jin; yang setiap ayatnya dibaca pada setiap menit dengan penuh penghormatan lewat lisan ratusan juta manusia; yang kekuasaan sucinya atas seluruh penjuru bumi dan alam serta atas seluruh generasi dan masa bersifat permanen; yang kepemim- pinan maknawiyahnya atas separuh bumi dan seperlima umat manusia selama empat belas abad tetap eksis. Selain itu, ia juga menjadi saksi dan bukti lewat kesepakatan seluruh surahnya yang suci, keselarasan ayat-ayatnya yang bercahaya, keharmonisan rahasia dan cahayanya, serta kesesuaian hakikat dan buahnya dengan penyaksian secara nyata.
لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ ال۟وَاجِبُ ال۟وُجُودِ ال۟وَاحِدُ ال۟اَحَدُ الَّذٖى دَلَّ عَلٰى وُجُوبِ وُجُودِهٖ فٖى وَح۟دَتِهِ ال۟قُر۟اٰنُ ال۟مُع۟جِزُ ال۟بَيَانِ اَل۟مَق۟بُولُ ال۟مَر۟غُوبُ لِاَج۟نَاسِ ال۟مَلَكِ وَ ال۟اِن۟سِ وَ ال۟جَانِّ اَل۟مَق۟رُوءُ كُلُّ اٰيَاتِهٖ فٖى كُلِّ دَقٖيقَةٍ بِكَمَالِ ال۟اِح۟تِرَامِ بِاَل۟سِنَةِ مِأٰتِ مِل۟يُونٍ مِن۟ نَو۟عِ ال۟اِن۟سَانِ اَلدَّائِمُ سَل۟طَنَتُهُ ال۟قُد۟سِيَّةُ عَلٰى
اَق۟طَارِ ال۟اَر۟ضِ وَ ال۟اَك۟وَانِ وَ عَلٰى وُجُوهِ ال۟اَع۟صَارِ وَ الزَّمَانِ وَ ال۟جَارٖى حَاكِمِيَّتُهُ ال۟مَع۟نَوِيَّةُ النُّورَانِيَّةُ عَلٰى نِص۟فِ ال۟اَر۟ضِ وَ خُم۟سِ ال۟بَشَرِ فٖى اَر۟بَعَةَ عَشَرَ عَص۟رًا بِكَمَالِ ال۟اِح۟تِشَامِ . وَ كَذَا : شَهِدَ وَ بَر۟هَنَ بِاِج۟مَاعِ سُوَرِهِ ال۟قُد۟سِيَّةِ السَّمَاوِيَّةِ وَ بِاِتِّفَاقِ اٰيَاتِهِ النُّورَانِيَّةِ ال۟اِلٰهِيَّةِ وَ بِتَوَافُقِ اَس۟رَارِهٖ وَ اَن۟وَارِهٖ وَ بِتَطَابُقِ حَقَائِقِهٖ وَ ثَمَرَاتِهٖ وَ اٰثَارِهٖ بِال۟مُشَاهَدَةِ وَ ال۟عِيَانِ
denilmiştir.
</div>




<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''LAMPIRAN KEDUA Rahasia di Balik Pengulangan Ayat dalam Al-Qur’an'''  
'''ON BİRİNCİ ŞUÂ OLAN MEYVE RİSALESİ'NİN ONUNCU MESELESİ'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="EMİRDAĞI_ÇİÇEĞİ"></span>
== EMİRDAĞI ÇİÇEĞİ ==
==Bunga Emirdag==
</div>
(*<ref>*Persoalan Kesepuluh dari “Sinar Kesebelas” (Risalah Buah Keimanan).</ref>)


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
(Jawaban yang Memuaskan atas sejumlah kritikan seputar Pengulangan dalam al-Qur’an)
'''Kur’an’da olan tekrarata gelen itirazlara karşı gayet kuvvetli bir cevaptır.'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Saudaraku yang mulia dan setia!
Aziz, sıddık kardeşlerim!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Saat menulis persoalan ini, aku dalam kondisi yang sulit dan buruk. Oleh karena itu, ia tampak agak samar dan kurang jelas karena masih seperti saat terlintas dalam pikiran. Hanya saja, aku merasa ung- kapan-ungkapan yang samar tersebut mengandung kemukjizatan yang luar biasa. Sayangnya, aku tidak mampu menjelaskan kemukjizatannya secara sempurna. Meskipun ungkapan-ungkapan Risalah ini tidak begitu bersinar, namun dilihat dari keterkaitannya dengan al-Qur’an al- Karim, ia merupakan “ibadah fikriyah” dan “kerang” yang berisi mutiara berharga. Maka dari itu, kuharap kalian mengabaikan kulitnya dan memperhatikan mutiara cemerlang yang ada di dalamnya.
Gerçi bu mesele, perişan vaziyetimden müşevveş ve letafetsiz olmuş. Fakat o müşevveş ibare altında çok kıymetli bir nevi i’cazı kat’î bildim. Maatteessüf ifadeye muktedir olamadım. Her ne kadar ibaresi sönük olsa da Kur’an’a ait olmak cihetiyle hem ibadet-i tefekküriye hem kudsî, yüksek, parlak bir cevherin sadefidir. Yırtık libasına değil, elindeki elmasa bakılsın. Eğer münasip ise Onuncu Mesele yapınız, değilse sizin tebrik mektuplarınıza mukabil bir mektup kabul ediniz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Aku terpaksa menuliskannya secara sangat ringkas dikarenakan gizi buruk dan derita sakit yang kualami. Sampai-sampai aku mema- sukkan begitu banyak hakikat dan argumen dalam satu kalimat. Berkat karunia Allah, ia bisa diselesaikan dalam dua hari di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Mohon maaf atas segala kekurangan yang ada.(*<ref>*Persoalan ini adalah “bunga” yang lembut dan cemerlang milik bulan mulia ini dan kota Emirdag. Ia dimasukkan sebagai bagian dari “buah” penjara Denizli dengan me- nempatkan sebagai persoalan kesepuluh. Dengan izin Allah, ia bisa melenyapkan racun ilusi dan keraguan yang disemburkan oleh kaum sesat atas fenomena pengulangan dalam al-Qur’an. Yaitu penjelasan tentang salah satu dari sekian banyak hikmahnya—Penulis.</ref>)
Hem bunu gayet hasta ve perişan ve gıdasız, bir iki gün ramazanda, mecburiyetle gayet mücmel ve kısa ve bir cümlede pek çok hakikatleri ve müteaddid hüccetleri dercederek yazdım. Kusura bakılmasın. (*<ref>* Denizli Hapsinin meyvesine Onuncu Mesele olarak Emirdağı’nın ve bu ramazan-ı şerifin nurlu bir küçük çiçeğidir. Tekrarat-ı Kur’aniyenin bir hikmetini beyanla ehl-i dalaletin ufunetli ve zehirli evhamlarını izale eder. </ref>)
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Saudara-saudaraku yang mulia dan setia!
Aziz, sıddık kardeşlerim!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Saat membaca al-Qur’an al-Mu’jizul-Bayân di bulan Ramadan yang penuh berkah ini, aku merenungkan makna tiga puluh tiga ayat yang petunjuknya tentang kehadiran Risalah Nur terdapat pada “Sinar Pertama”. Kulihat setiap ayatnya—bahkan ayat-ayat yang terdapat di halaman tersebut dan temanya—seolah-olah mengarah kepada Risalah Nur berikut murid-muridnya dilihat dari sisi makna yang mengacu pada mereka. Terutama, ayat tentang cahaya dalam surah an-Nur ayat
Ramazan-ı şerifte Kur’an-ı Mu’cizü’l-Beyan’ı okurken Risale-i Nur’a işaretleri Birinci Şuâ’da beyan olunan otuz üç âyetten hangisi gelse bakıyordum ki o âyetin sahifesi ve yaprağı ve kıssası dahi Risale-i Nur’a ve şakirdlerine kıssadan hisse almak noktasında bir derece bakıyor. Hususan Sure-i Nur’dan Âyetü’n-Nur, on parmakla Risale-i Nur’a baktığı gibi arkasındaki Âyet-i Zulümat dahi muarızlarına tam bakıyor ve ziyade hisse veriyor. Âdeta o makam, cüz’iyetten çıkıp külliyet kesbeder ve bu asırda o küllînin tam bir ferdi Risale-i Nur ve şakirdleridir diye hissettim.
35. Dengan sepuluh jari, ia menunjuk Risalah Nur. Selain itu, ayat-ayat sesudahnya—ayat tentang kegelapan—mengarah kepada para musuh dan penentang Risalah Nur. Bahkan memberikan ruang yang lebih besar untuk mereka. Pasalnya, seperti diketahui bahwa kedudukan, dimensi, dan tujuan dari ayat-ayat tersebut tidak hanya terbatas pada ruang dan waktu tertentu, tetapi mencakup seluruh ruang dan waktu. Dengan kata lain, ia keluar dari parsialitas ruang dan waktu menuju sisi universalitas dari keduanya. Oleh karena itu, aku merasa bahwa Risalah Nur dan murid-muridnya di masa sekarang ini merupakan salah satu bagian parsial dari hal yang bersifat universal tersebut.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pesan al-Qur’an al-Karim mendapatkan sifat universal, keluasan mutlak, ketinggian yang mulia, dan komprehensivitas yang me- nyeluruh karena ia langsung bersumber dari kedudukan rububiyah umum yang sangat luas dan menyeluruh milik Sang Penutur azali, Allah. Ia mendapatkan seluruh sifat tersebut dari kedudukan yang luas dan agung milik sosok yang menerima kitab tersebut, Nabi mulia x, yang mewakili umat manusia dan mitra bicara atas nama seluruh manusia, bahkan atas nama seluruh alam. Al-Qur’an mendapatkan sifat tersebut dari posisinya sebagai kalam yang mengarah kepada kedudukan lapang dan luas dari seluruh tingkatan manusia dan semua masa. Ia juga mendapatkannya dari kedudukan tinggi dan komprehensif yang bersumber dari penjelasannya yang sempurna tentang hu- kum Allah yang terkait dengan dunia dan akhirat, bumi dan langit, serta azali dan abadi, yaitu hukum yang terkait dengan rububiyah-Nya dan mencakup urusan seluruh makhluk.
Evet, Kur’an’ın hitabı, evvela Mütekellim-i Ezelî’nin rububiyet-i âmmesinin geniş makamından hem nev-i beşer, belki kâinat namına muhatap olan zatın geniş makamından hem umum nev-i benî-Âdem’in bütün asırlarda irşadlarının gayet vüs’atli makamından hem dünya ve âhiretin ve arz ve semavatın ve ezel ve ebedin ve Hâlık-ı kâinat’ın rububiyetine ve bütün mahlukatın tedbirine dair kavanin-i İlahiyenin gayet yüksek ve ihatalı beyanatının geniş makamından aldığı vüs’at ve ulviyet ve ihata cihetiyle o hitap, öyle bir yüksek i’caz ve şümul gösterir ki ders-i Kur’an’ın muhataplarından en kesretli taife olan tabaka-i avamın basit fehimlerini okşayan zâhirî ve basit mertebesi dahi en ulvi tabakayı da tam hissedar eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kalam mulia yang mendapatkan sifat luas, tinggi, serta komprehensif itu memperlihatkan kemukjizatan yang mencengangkan dan komprehensivitas yang integral di mana sejumlah tingkatan alamiah dan lahiriahnya yang menyentuh pemahaman kalangan awam—se- bagai mayoritas penerima—pada waktu yang sama memberikan ru- ang yang luas bagi kalangan yang memiliki tingkat pemikiran paling tinggi. Jadi, ia tidak hanya memberikan petunjuk kepada para peneri- manya semata dan juga tidak mengkhususkan pelajaran dari cerita historis untuk mereka saja. Namun ia juga berbicara kepada semua
Güya kıssadan yalnız bir hisse ve bir hikâye-i tarihiyeden bir ibret değil belki bir küllî düsturun efradı olarak her asra ve her tabakaya hitap ederek taze nâzil oluyor ve bilhassa çok tekrarla   اَلظَّالِمٖينَ ،  اَلظَّالِمٖينَ deyip tehditleri ve zulümlerinin cezası olan musibet-i semaviye ve arziyeyi şiddetle beyanı, bu asrın emsalsiz zulümlerine kavm-i Âd ve Semud ve Firavun’un başlarına gelen azaplar ile baktırıyor ve mazlum ehl-i imana İbrahim (as) ve Musa (as) gibi enbiyanın necatlarıyla teselli veriyor.
tingkatan pada setiap masa, sebagai bagian dari hukum yang bersifat universal, dengan sebuah pesan yang segar dan baru, seakan-akan belum lama diturunkan.
</div>
Terutama banyaknya pengulangan kata  ‘kaum yang zalim’ berikut kecamannya yang keras untuk mereka dan peringatan yang menakutkan berupa datangnya sejumlah musibah dari langit dan bumi akibat dosa dan kezaliman mereka. Dengan pengulangan terse- but, al-Qur’an mengarahkan perhatian kepada berbagai bentuk kezali- man yang tiada bandingnya di masa sekarang dengan memaparkan aneka macam siksa dan musibah yang menimpa kaum ‘Âd, Tsamûd, dan Fira’un. Pada waktu yang sama, ia menghadirkan pelipur lara dan ketenangan di hati orang beriman yang terzalimi dengan menyebutkan selamatnya para rasul yang mulia seperti Ibrahim dan Musa .


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kemudian al-Qur’an yang agung memberikan kepada setiap tingkatan dari setiap masa sebuah bimbingan yang jelas dan sangat menakjubkan seraya menjelaskan bahwa berbagai “masa yang telah berlalu” di mana dalam pandangan kaum lalai dan sesat ia laksana lem- bah ketiadaan yang menakutkan serta kuburan yang sangat menyedih- kan. Al-Qur’an menghamparkannya laksana lembaran hidup yang menghembuskan banyak pelajaran, alam menakjubkan yang menyi- ratkan adanya kehidupan mulai dari ujung ke ujung, serta kerajaan rabbani yang secara maknawi terpaut dengan sejumlah ikatan. De- ngan kemukjizatannya yang mengagumkan, al-Qur’an menjelaskann- ya secara gamblang seolah-olah terpampang di hadapan kita di sebuah layar. Terkadang ia menghadirkan berbagai era tersebut dengan jelas di hadapan kita. Terkadang pula ia yang membawa kita kepada era itu.Dengan kemukjizatan yang sama, ia menjelaskan “alam” yang oleh kaum lalai dianggap sebagai angkasa sepi tak bertepi dan ben- da mati yang bergulir di pusaran perpisahan dan derita. Al-Qur’an menjelaskannya sebagai kitab fasih yang ditulis oleh Sang Maha Esa yang kekal, kota rapi yang dibangun oleh Sang Maha pengasih dan penyayang, dan galeri indah yang diselenggarakan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah untuk memperlihatkan berbagai ciptaan-Nya. Dengan penjelasan tersebut, ia menghadirkan kehidupan pada seluruh benda mati tadi, menjadikan sebagiannya berusaha memberi kepada yang lain, serta setiap bagian menolong yang lain. Seolah-olah ia berbi-cara kepadanya dengan penuh cinta. Segala sesuatu ditundukkan dan semuanya diberi tugas tertentu. Begitulah al-Qur’an menyampaikan pelajaran hikmah hakiki dan ilmu yang bersinar kepada seluruh jin, manusia, dan malaikat. Maka, sudah pasti al-Qur’an yang agung ini layak memiliki karakteristik yang agung dan mulia serta keistimewaan yang luhur dan suci.Misalnya, pada setiap huruf al-Qur’an terdapat sepuluh ke- baikan, bahkan kadang kala seribu kebaikan, bahkan pada kesempatan yang lain ribuan kebaikan; ketidakmampuan jin dan manusia untuk mendatangkan semisalnya meski mereka bersatu untuknya; pesannya kepada seluruh manusia, bahkan kepada seluruh alam dengan sebuah pesan yang fasih dan penuh hikmah; keinginan jutaan manusia pada setiap masa untuk menghafalnya dengan penuh antusias; ketiadaan rasa bosan dalam membacanya meski sering diulang; tertanamnya se- cara sempurna di benak anak kecil yang masih lugu meski berisi ba- nyak kalimat dan posisi yang membingungkan; kenikmatan dan ke- nyamanan yang dirasakan oleh orang sakit dan sedang sakarat—yang tidak nyaman dengan ucapan paling sederhana sekalipun—dengan mendengarkannya; serta berbagai keistimewaan mulia dan suci lain- nya yang dimiliki al-Qur’an. Dengan demikian, ia memberikan kepa- da para pembaca dan muridnya berbagai jenis kebahagiaan dunia dan akhirat.
Evet, nazar-ı gaflet ve dalalette, vahşetli ve dehşetli bir ademistan ve elîm ve mahvolmuş bir mezaristan olan bütün geçmiş zaman ve ölmüş karnlar ve asırlar; canlı birer sahife-i ibret ve baştan başa ruhlu, hayattar bir acib âlem ve mevcud ve bizimle münasebettar bir memleket-i Rabbaniye suretinde sinema perdeleri gibi kâh bizi o zamanlara kâh o zamanları yanımıza getirerek her asra ve her tabakaya gösterip yüksek bir i’caz ile ders veren Kur’an-ı Mu’cizü’l-Beyan, aynı i’cazla nazar-ı dalalette camid, perişan, ölü, hadsiz bir vahşetgâh olan ve firak ve zevalde yuvarlanan bu kâinatı bir kitab-ı Samedanî, bir şehr-i Rahmanî, bir meşher-i sun’-u Rabbanî olarak o camidatı canlandırarak, birer vazifedar suretinde birbiriyle konuşturup ve birbirinin imdadına koşturup nev-i beşere ve cin ve meleğe hakiki ve nurlu ve zevkli hikmet dersleri veren bu Kur’an-ı Azîmüşşan, elbette her harfinde on ve yüz ve bazen bin ve binler sevap bulunması ve bütün cin ve ins toplansa onun mislini getirememesi ve bütün benî-Âdem’le ve kâinatla tam yerinde konuşması ve her zaman milyonlar hâfızların kalplerinde zevkle yazılması ve çok tekrarla ve kesretli tekraratıyla usandırmaması ve çok iltibas yerleri ve cümleleriyle beraber çocukların nazik ve basit kafalarında mükemmel yerleşmesi ve hastaların ve az sözden müteessir olan ve sekeratta olanların kulağında mâ-i zemzem misillü hoş gelmesi gibi kudsî imtiyazları kazanır ve iki cihanın saadetlerini kendi şakirdlerine kazandırır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selain itu, al-Qur’an memperlihatkan kemukjizatannya yang indah dalam “memberikan petunjuk yang istimewa” di mana ia sangat memperhatikan ke-ummi-an sang penerimanya yang mulia, Nabi x, dengan tetap menjaga kefasihan alamiahnya. Ia sama sekali tidak dibuat-buat dan jauh dari sikap kepura-puraan apapun bentuknya. Gaya bahasanya dapat diterima oleh kalangan awam sebagai mayori- tas penerimanya seraya memperhatikan kesederhanaan cara berpikir mereka dengan cara menyesuaikan bahasanya dengan pemahaman mereka. Ia menghamparkan kepada mereka sejumlah lembaran yang tampak jelas laksana langit dan bumi. Ia mengarahkan perhatian kepa- da mukjizat qudrah ilahi dan goresan hikmah-Nya yang tersimpan di dalam sejumlah peristiwa dan urusan yang biasa mereka alami.Kemudian al-Qur’an juga memperlihatkan satu bentuk kemuk- jizatannya yang indah dalam “pengulangannya yang retoris” dari sebuah kalimat atau sebuah kisah. Hal itu terjadi saat membimbing ob- jek yang berbeda kepada sejumah makna dan pelajaran yang terdapat pada ayat atau kisah tersebut.
Ve tercümanının ümmiyet mertebesini tam riayet etmek sırrıyla hiçbir tekellüf ve hiçbir tasannu ve hiçbir gösterişe meydan vermeden selaset-i fıtriyesini ve doğrudan doğruya semadan gelmesini ve en kesretli olan tabaka-i avamın basit fehimlerini tenezzülat-ı kelâmiye ile okşamak hikmetiyle en ziyade sema ve arz gibi en zâhir ve bedihî sahifeleri açıp o âdiyat altındaki hârikulâde mu’cizat-ı kudretini ve manidar sutûr-u hikmetini ders vermekle lütf-u irşadda güzel bir i’caz gösterir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ketika itu, dibutuhkan pengulangan di mana ia merupakan kitab doa dan dakwah di samping sebagai kitab zikir dan tauhid. Setiap darinya membutuhkan pengulangan. Jadi, se- tiap ayat atau kisah yang diulang dalam al-Qur’an mencakup makna atau pelajaran baru.Al-Qur’an juga memperlihatkan kemukjizatannya saat mem- bahas berbagai “peristiwa parsial” atau khusus yang terjadi dalam kehidupan sahabat pada saat ia turun serta di saat ia mengukuhkan bangunan Islam dan kaidah syariat. Oleh karena itu, al-Qur’an mem- berikan perhatian yang sangat serius terhadap sejumlah peristiwa de- ngan menerangkan bahwa urusan yang paling kecil dari sebuah peristi- wa khusus tidak lain berada di bawah tatapan rahmat-Nya serta dalam wilayah pengaturan dan kehendak-Nya. Di samping itu, al-Qur’an memperlihatkan sejumlah sunnah ilahi (sunnatullah) yang berlaku di alam serta sejumlah hukum yang bersifat universal dan komprehensif. Lebih dari itu, berbagai peristiwa tersebut—yang laksana benih di awal pembangunan Islam dan syariat—nantinya akan menghasilkan buah yang matang berupa sejumlah hukum dan pelajaran.
Tekrarı iktiza eden dua ve davet ve zikir ve tevhid kitabı dahi olduğunu bildirmek sırrıyla güzel, tatlı tekraratıyla bir tek cümlede ve bir tek kıssada ayrı ayrı çok manaları, ayrı ayrı muhatap tabakalarına tefhim etmekte ve cüz’î ve âdi bir hâdisede en cüz’î ve ehemmiyetsiz şeyler dahi nazar-ı merhametinde ve daire-i tedbir ve iradesinde bulunmasını bildirmek sırrıyla tesis-i İslâmiyette ve tedvin-i şeriatta sahabelerin cüz’î hâdiselerini dahi nazar-ı ehemmiyete almasında hem küllî düsturların bulunması hem umumî olan İslâmiyet’in ve şeriatın tesisinde o cüz’î hâdiseler, çekirdekler hükmünde çok ehemmiyetli meyveleri verdikleri cihetinde de bir nev-i i’cazını gösterir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ada sebuah kaidah baku yang berbunyi: “Kebutuhan yang terus berulang menuntut adanya pengulangan”. Oleh karena itu, al-Qur’an al- Karim menjawab sejumlah pertanyaan yang banyak berulang selama dua puluh tahun. Lewat jawabannya yang berulang-ulang, al-Qur’an membimbing berbagai kalangan yang berbeda. Ia mengulang-ulang sejumlah kalimat yang memiliki ribuan hasil. Ia juga mengulang se- jumlah petunjuk yang merupakan hasil dari berbagai dalil yang tak terhingga. Hal itu untuk menanamkan di dalam jiwa dan mengukuh- kan di dalam hati berbagai perubahan besar yang akan terjadi di alam berikut kehancuran yang akan dialaminya, serta bangunan akhirat— yang kekal dan menakjubkan sebagai ganti dari alam fana ini—yang akan menggantikannya.Selanjutnya, al-Qur’an mengulang kalimat dan ayat-ayat terse- but ketika menegaskan bahwa seluruh hal yang bersifat parsial dan universal mulai dari atom hingga bintang-gemintang berada di dalam genggaman dan kekuasaan Dzat Yang Mahaesa. Selain itu, al-Qur’an mengulang-ulang saat menjelaskan tentang murka Tuhan terhadap manusia yang berbuat zalim lantaran mengabaikan tujuan dari penciptaan. Perbuatan zalim itulah yang membuat alam, bumi, langit, dan seluruh unsur murka kepada pelakunya.
Evet, ihtiyacın tekerrürüyle, tekrarın lüzumu haysiyetiyle yirmi sene zarfında pek çok mükerrer suallere cevap olarak ayrı ayrı çok tabakalara ders veren ve koca kâinatı parça parça edip kıyamette şeklini değiştirerek dünyayı kaldırıp onun yerine azametli âhireti kuracak ve zerrattan yıldızlara kadar bütün cüz’iyat ve külliyatı, tek bir zatın elinde ve tasarrufunda bulunduğunu ispat edecek ve kâinatı ve arz ve semavatı ve anâsırı kızdıran ve hiddete getiren nev-i beşerin zulümlerine, kâinatın netice-i hilkati hesabına gazab-ı İlahî ve hiddet-i Rabbaniyeyi gösterecek hadsiz hârika ve nihayetsiz dehşetli ve geniş bir inkılabın tesisinde binler netice kuvvetinde bazı cümleleri ve hadsiz delillerin neticesi olan bir kısım âyetleri tekrar etmek; değil bir kusur, belki gayet kuvvetli bir i’caz ve gayet yüksek bir belâgat ve mukteza-yı hale gayet mutabık bir cezalettir ve fesahattir.
Oleh karena itu, pengulangan sejumlah kalimat dan ayat pada saat menjelaskan berbagai persoalan besar sama sekali tidak bisa di- anggap sebagai sebuah cacat dalam hal balagah. Tetapi ia justru me- rupakan bentuk mukjizat yang sangat menakjubkan, bentuk balagah yang sangat tinggi, dan kefasihan yang sangat sesuai dengan kondisi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebagai contoh: Kalimat بِس۟مِ اللّٰهِ الرَّح۟مٰنِ الرَّحٖيمِ  yang merupakan salah satu ayat al-Qur’an. Ia berulang sebanyak seratus empat belas kali dalam al-Qur’an karena ia merupakan persoalan besar yang mene- rangi alam serta menghubungkan bumi dan arasy dengan ikatan yang sangat kuat seperti yang disebutkan dalam “Cahaya Keempat Belas”. Setiap orang pasti sangat membutuhkan hakikat ini setiap saat. An- daikan hakikat agung ini diulang jutaan kali, kebutuhan terhadapnya akan tetap ada. Sebab, ia bukan merupakan kebutuhan harian seperti nasi, tetapi ia seperti udara dan cahaya yang sangat dibutuhkan dan selalu dirindukan setiap saat.
Mesela, bir tek âyet iken yüz on dört defa tekerrür eden بِس۟مِ اللّٰهِ الرَّح۟مٰنِ الرَّحٖيمِ    cümlesi, Risale-i Nur’un On Dördüncü Lem’a’sında beyan edildiği gibi arşı ferşle bağlayan ve kâinatı ışıklandıran ve her dakika herkes ona muhtaç olan öyle bir hakikattir ki milyonlar defa tekrar edilse yine ihtiyaç var. Değil yalnız ekmek gibi her gün, belki hava ve ziya gibi her dakika ona ihtiyaç ve iştiyak vardır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ayat lainnya yang berbunyi:“Dan Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Yang Maha Perkasa dan Maha Penyayang”.
Hem mesela, Sure-i   طٰسٓمٓ   de sekiz defa tekrar edilen şu اِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ ال۟عَزٖيزُ الرَّحٖيمُ   âyeti, o surede hikâye edilen peygamberlerin necatlarını ve kavimlerinin azaplarını, kâinatın netice-i hilkati hesabına ve rububiyet-i âmmenin namına o binler hakikat kuvvetinde olan âyeti tekrar ederek, izzet-i Rabbaniye o zalim kavimlerin azabını ve rahîmiyet-i İlahiye dahi enbiyanın necatlarını iktiza ettiğini ders vermek için binler defa tekrar olsa yine ihtiyaç ve iştiyak var ve i’cazlı, îcazlı bir ulvi belâgattır.
Ayat tersebut berulang sebanyak delapan kali dalam surah asy-Syu`arâ. Pengulangan ayat yang berisi ribuan hakikat tersebut dalam sebuah surah yang menyebutkan keselamatan para nabi dan siksa yang menimpa kaum mereka adalah untuk menjelaskan bahwa kezaliman yang dilakukan oleh kaum mereka mencederai tujuan penciptaan serta menentang keagungan rububiyah Allah yang bersifat mutlak. Maka, keperkasaan ilahi menghendaki adanya siksa bagi kaum yang zalim itu. Sebaliknya, rahmat ilahi menuntut keselamatan bagi para na- bi-Nya. Andaikan ayat itu diulang ribuan kali, kebutuhan terhadapnya tidak akan pernah pudar. Jadi, pengulangan di sini merupakan balagah tinggi yang mengandung kemukjizatan dan simplifikasi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitu pula ayat yang berbunyi:“Maka, nikmat Tuhan manakah yang kalian dustakan?!”Ayat di atas disebutkan berulang-ulang dalam surah ar-Rahmân.Lalu ayat berikut:
Hem mesela, Sure-i Rahman’da tekrar edilen فَبِاَىِّ اٰلَٓاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ    âyeti ile Sure-i Mürselât’ta وَي۟لٌ يَو۟مَئِذٍ لِل۟مُكَذِّبٖينَ    âyeti, cin ve nev-i beşerin, kâinatı kızdıran ve arz ve semavatı hiddete getiren ve hilkat-i âlemin neticelerini bozan ve haşmet-i saltanat-ı İlahiyeye karşı inkâr ve istihfafla mukabele eden küfür ve küfranlarını ve zulümlerini ve bütün mahlukatın hukuklarına tecavüzlerini, asırlara ve arz ve semavata tehditkârane haykıran bu iki âyet, böyle binler hakikatlerle alâkadar ve binler mesele kuvvetinde olan bir ders-i umumîde binler defa tekrar edilse yine lüzum var ve celalli bir i’caz ve cemalli bir îcaz-ı belâgattır.
“Celakalah pada hari itu kaum yang mendustakan”.
</div>
Ia diulang-ulang dalam surah al-Mursalât. Kedua ayat di atas menegaskan pada semua masa serta menjelaskan ke seluruh penjuru langit dan bumi bahwa sikap kufur jin dan manusia terhadap nikmat ilahi serta kezaliman mereka membangkitkan murka alam, menjadi- kan langit dan bumi marah, menodai hikmah dan tujuan penciptaan alam, melanggar hak seluruh makhluk, serta meremehkan dan meng- ingkari keagungan kekuasaan ilahi. Oleh karena itu, kedua ayat di atas terkait dengan ribuan hakikat serupa. Keduanya sangat penting, setara dengan ribuan persoalan. Andaikan ia diulang ribuan kali dalam pe- san umum yang mengarah kepada jin dan manusia, tentu kebutuhan terhadapnya tetap ada. Jadi, pengulangan di sini merupakan bentuk simplifikasi yang agung serta bentuk mukjizat balagah yang indah.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Contoh lain, kami berikan di seputar hikmah pengulangan da- lam munajat Nabi x yang disebutkan dalam hadis. Munajat nabi yang disebut al-Jausyan al-Kabîr merupakan munajat indah yang sesuai dengan hakikat al-Qur’an dan intisari darinya. Di dalamnya kita me- nemukan kalimat:Mahasuci Engkau wahai yang tiada Tuhan selain Engkau.Kami memohon keselamatan... keselamatan.
Hem mesela, Kur’an’ın hakiki ve tam bir nevi münâcatı ve Kur’an’dan çıkan bir çeşit hülâsası olan Cevşenü’l-Kebir namındaki münâcat-ı Peygamberîde yüz defa سُب۟حَانَكَ يَا لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اَن۟تَ ال۟اَمَانُ ال۟اَمَانُ خَلِّص۟نَا وَ اَجِر۟نَا وَ نَجِّنَا مِنَ النَّارِ cümlesi tekrarında tevhid gibi kâinatça en büyük hakikat ve tesbih ve takdis gibi mahlukatın rububiyete karşı üç muazzam vazifesinden en ehemmiyetli vazifesi ve şakavet-i ebediyeden kurtulmak gibi nev-i insanın en dehşetli meselesi ve ubudiyet ve acz-i beşerînin en lüzumlu neticesi bulunması cihetiyle binler defa tekrar edilse yine azdır.
Jauhkan kami dari neraka… Lindungi kami dari neraka… Selamatkan kami dari neraka.Kalimat tersebut berulang sebanyak seratus kali. Andaikan di- ulang sebanyak ribuan kali, ia tidak akan melahirkan rasa bosan. Se- bab, ia berisi hakikat paling agung di alam ini yang berupa tauhid; berisi tugas makhluk yang paling mulia terhadap rububiyah Tuhan, yaitu bertasbih, bertahmid, dan menyucikan-Nya; berisi persoalan yang amat menentukan bagi umat manusia; yaitu selamat dari neraka dan terbebas dari derita abadi; serta berisi tujuan ubudiyah dan ketidak- berdayaan manusia, yaitu doa.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitulah, kita melihat pengulangan dalam al-Qur’an tertuju pada pilar-pilar semacam itu. Bahkan al-Qur’an mengungkap hakikat tauhid, baik secara implisit maupun eksplisit, lebih dari dua puluh kali dalam satu halaman mushaf. Hal itu sesuai dengan tuntutan konteks, kebutuhan untuk memberikan pemahaman, dan retorika penjelasan. Maka, dengan pengulangan tersebut, al-Qur’an membangkitkan ke- rinduan untuk membaca secara berulang-ulang serta membuat ba- lagahnya lebih kuat tanpa melahirkan rasa jenuh dan bosan.
İşte –namaz tesbihatı gibi ibadetlerden bir kısmının tekrarı sünnet bulunan maddeler gibi– tekrarat-ı Kur’aniye, bu gibi metin esaslara bakıyor. Hattâ bazen bir sahifede iktiza-yı makam ve ihtiyac-ı ifham ve belâgat-ı beyan cihetiyle yirmi defa sarîhan ve zımnen tevhid hakikatini ifade eder. Değil usanç, belki kuvvet ve şevk ve halâvet verir. Risale-i Nur’da, tekrarat-ı Kur’aniye ne kadar yerinde ve münasip ve belâgatça makbul olduğu hüccetleriyle beyan edilmiş.
Sejumlah bagian dari Risalah Nur telah menjelaskan hikmah pengulangan dalam al-Qur’an. Ia menerangkan berbagai argumen- nya, menegaskan tingkat kesesuaian pengulangan yang ada dengan balagah, serta menetapkan tingkat keindahannya yang menakjubkan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun hikmah perbedaan antara surah Makkiyah dan Madani- yah dilihat dari sisi balagah, dari sisi kemukjizatan, dan dari sisi pen- jelasan secara rinci dan globalnya, maka ia adalah sebagai berikut:
'''Kur’an-ı Mu’cizü’l-Beyan’ın Mekkiye sureleriyle Medeniye sureleri belâgat noktasında ve i’caz cihetinde ve tafsil ve icmal vechinde birbirinden ayrı olmasının sırr-ı hikmeti şudur ki:'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Barisan pertama dari para penerima dan penentang al-Qur’an di Mekkah adalah kalangan musyrik Quraisy. Mereka buta huruf, tidak memiliki sebuah kitab. Maka, balagah menuntut sebuah gaya bahasa yang tinggi, kuat, global, dan meyakinkan, serta berisi pengulangan agar tertanam kuat dalam pemahaman. Oleh karena itu, sebagian be- sar surah Makkiyah membahas tentang rukun iman berikut sejumlah tingkatan tauhid dengan gaya bahasa yang sangat kuat dan tinggi serta sangat ringkas. Ia banyak mengulang masalah keimanan kepada Allah, awal penciptaan, tempat kembali, dan akhirat. Bahkan ia mengung- kapkan rukun iman tersebut dalam setiap halaman, ayat, kalimat, atau kata. Atau bahkan dalam sebuah huruf.Selain itu, al-Qur’an mengungkapkannya dengan cara menukar posisi kata atau kalimat (taqdîm dan ta’khîr), dalam bentuk ma’rifah (definit) dan nakirah (indefinit), serta dengan cara melesapkan dan menyebutkan (huruf, kata, atau kalimat). Ia menetapkan rukun iman dalam sejumlah kondisi dan bentuk balagah semacam itu yang mem- buat para ahli balagah terbelalak menyaksikan gaya bahasanya yang menakjubkan.
Mekke’de birinci safta muhatap ve muarızları, Kureyş müşrikleri ve ümmileri olduğundan belâgatça kuvvetli bir üslub-u âlî ve îcazlı, mukni, kanaat verici bir icmal ve tesbit için tekrar lâzım geldiğinden ekseriyetçe Mekkî sureleri erkân-ı imaniyeyi ve tevhidin mertebelerini gayet kuvvetli ve yüksek ve i’cazlı bir îcaz ile ifade ve tekrar ederek mebde ve meâdi, Allah’ı ve âhireti, değil yalnız bir sahifede, bir âyette, bir cümlede, bir kelimede belki bazen bir harfte ve takdim-tehir, tarif-tenkir ve hazf-zikir gibi heyetlerde öyle kuvvetli ispat eder ki ilm-i belâgatın dâhî imamları hayretle karşılamışlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Risalah Nur, terutama “Kalimat Kedua Puluh Lima” (al-Mu’jizât al-Qur’âniyyah) berikut sejumlah lampirannya telah menjelaskan kemukjizatan al-Qur’an dalam empat puluh aspek. Begitu pula pen- jelasan dalam buku Isyârât al-I’jâz fî Mazhân al-Îjâz yang berbahasa Arab di mana ia memberikan penjelasan indah tentang kemukjiza- tan al-Qur’an dilihat dari sisi sistematika antar ayatnya. Kedua risalah tersebut benar-benar menetapkan ketinggian gaya bahasanya yang is- timewa dan simplifikasinya yang menakjubkan.
Risale-i Nur ve bilhassa Kur’an’ın kırk vech-i i’cazını icmalen ispat eden Yirmi Beşinci Söz, zeylleriyle beraber ve nazımdaki vech-i i’cazı hârika bir tarzda beyan ve ispat eden Arabî Risale-i Nur’dan İşaratü’l-İ’caz tefsiri bilfiil göstermişler ki Mekkî sure ve âyetlerde en âlî bir üslub-u belâgat ve en yüksek bir i’caz-ı îcazî vardır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun ayat-ayat dan surah Madaniyah, barisan pertama dari para penerima dan penentangnya adalah kalangan Yahudi dan Nas- rani yang merupakan ahli kitab yang beriman kepada Allah. Sesuai dengan kaidah balagah, cara pemberian petunjuk, dan prinsip dak- wah, hal ini menuntut agar pesan yang ditujukan kepada mereka harus sesuai dengan kondisi mereka. Oleh karena itu, ia datang dengan gaya bahasa yang mudah dan jelas disertai penjelasan tentang sejumlah hal khusus di luar pokok-pokok keimanan. Sebab, hal-hal yang bersifat parsial dan khusus tersebut merupakan sumber hukum syariat, kaidah universal, serta hukum cabang yang merupakan objek perselisihan dalam bidang syariat dan hukum. Oleh karenanya, kita sering mene- mukan ayat-ayat Madaniyah sangat jelas dan mudah dengan gaya ba- hasa yang menakjubkan khas al-Qur’an. Namun penyebutan sebuah ikhtisar yang kuat, kesimpulan yang kukuh, dan argumen mematikan setelah sebuah peristiwa parsial menjadikan peristiwa tersebut sebagai kaidah universal yang bersifat umum. Lalu pengamalannya menjamin penguatan iman kepada Allah yang diwujudkan oleh penyebutan ba- gian penutup yang merangkum tauhid, iman, dan akhirat. Konteks yang jelas dan lugas itu bersinar oleh bagian penutup tadi.
Amma Medine sure ve âyetlerinin birinci safta muhatap ve muarızları ise Allah’ı tasdik eden Yahudi ve Nasâra gibi ehl-i kitap olduğundan mukteza-yı belâgat ve irşad ve mutabık-ı makam ve halin lüzumundan, sade ve vâzıh ve tafsilli bir üslupla ehl-i kitaba karşı dinin yüksek usûlünü ve imanın rükünlerini değil belki medar-ı ihtilaf olan şeriatın ve ahkâmın ve teferruatın ve küllî kanunların menşeleri ve sebepleri olan cüz’iyatın beyanı lâzım geldiğinden, o sure ve âyetlerde ekseriyetçe tafsil ve izah ve sade üslupla beyanat içinde Kur’an’a mahsus emsalsiz bir tarz-ı beyanla, birden o cüz’î teferruat hâdisesi içinde yüksek, kuvvetli bir fezleke, bir hâtime, bir hüccet ve o cüz’î hâdise-i şer’iyeyi küllîleştiren ve imtisalini iman-ı billah ile temin eden bir cümle-i tevhidiye ve esmaiye ve uhreviyeyi zikreder. O makamı nurlandırır, ulvileştirir, küllîleştirir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Risalah Nur telah menjelaskan dan menetapkan kepada para pembangkang sejauh mana ketinggian balagah, keistimewaan luar bi- asa, serta berbagai bentuk kefasihan yang cermat yang terdapat pada kesimpulan dan bagian penutup tadi, yaitu dalam sepuluh keistime- waan pada cahaya kedua dari obor kedua dari “Kalimat Kedua Puluh Lima” yang secara khusus berbicara tentang kemukjizatan al-Qur’an.Engkau bisa melihat ayat yang berbunyi:
Risale-i Nur, âyetlerin âhirlerinde ekseriyetle gelen اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَى۟ءٍ قَدٖيرٌ ۝ اِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَى۟ءٍ عَلٖيمٌ ۝ وَهُوَ ال۟عَزٖيزُ الرَّحٖيمُ ۝ وَهُوَ ال۟عَزٖيزُ ال۟حَكٖيمُ gibi tevhidi veya âhireti ifade eden fezlekeler ve hâtimelerde ne kadar yüksek bir belâgat ve meziyetler ve cezaletler ve nükteler bulunduğunu Yirmi Beşinci Söz’ün İkinci Şule’sinin İkinci Nur’unda o fezleke ve hâtimelerin pek çok nüktelerinden ve meziyetlerinden on tanesini beyan ederek o hülâsalarda bir mu’cize-i kübra bulunduğunu muannidlere de ispat etmiş.
“Sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu”
</div>
“Sungguh Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
“Dia Maha Perkasa dan Maha Bijaksana”
“Dia Maha Perkasa dan Maha Penyayang”


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ayat-ayat di atas dan ayat sejenis lainnya yang menerangkan tauhid dan mengingatkan pada akhirat di mana ia merupakan penutup sebagian besar ayat al-Qur’an, engkau bisa melihat bahwa saat men- jelaskan hukum syariat, masalah furû`iyah (cabang) dan hukum so- sial, al-Qur’an mengangkat pandangan mitra bicara kepada cakrawala yang bersifat universal dan mulia. Dengan bagian penutup tersebut, al-Qur’an mengganti gaya bahasa yang mudah dan jelas dengan gaya bahasa yang tinggi dan mulia. Seolah-olah ia memindahkan pem- baca dari pelajaran syariat kepada pelajaran tauhid. Jadi, jelas bahwa al-Qur’an merupakan kitab syariat, hukum, dan hikmah di samping sebagai kitab akidah dan iman, kitab zikir dan pikir, serta kitab doa dan dakwah.Demikianlah, engkau melihat bahwa terdapat bentuk kefasihan yang menakjubkan dan cemerlang dalam ayat-ayat Madaniyah yang berbeda dengan retorika ayat-ayat Makkiyah sesuai dengan kondisi dan maksud petunjuknya.
Evet Kur’an, o teferruat-ı şer’iye ve kavanin-i içtimaiyenin beyanı içinde birden muhatabın nazarını en yüksek ve küllî noktalara kaldırıp, sade üslubu bir ulvi üsluba ve şeriat dersinden tevhid dersine çevirerek Kur’an’ı hem bir kitab-ı şeriat ve ahkâm ve hikmet hem bir kitab-ı akide ve iman ve zikir ve fikir ve dua ve davet olduğunu gösterip her makamda çok makasıd-ı irşadiye ve Kur’aniyeyi ders vermesiyle Mekkiye âyetlerin tarz-ı belâgatlarından ayrı ve parlak, mu’cizane bir cezalet izhar eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Contoh semacam ini bisa dilihat dalam dua kata berikut: رَبُّكَ dan رَبُّ ال۟عَالَمٖينَ. Al-Qur’an mengajarkan ahadiyah lewat ungkapan pertama رَبُّكَ dan wâhidiyah lewat ungkapan kedua رَبُّ ال۟عَالَمٖينَ. Wâhi- diyah sendiri mencakup ahadiyah.
Bazen iki kelimede mesela    رَبُّ ال۟عَالَمٖينَ    ve    رَبُّكَ    de   رَبُّكَ   tabiriyle ehadiyeti ve   رَبُّ ال۟عَالَمٖينَ   ile vâhidiyeti bildirir. Ehadiyet içinde vâhidiyeti ifade eder. Hattâ bir cümlede, bir zerreyi bir göz bebeğinde gördüğü ve yerleştirdiği gibi güneşi dahi aynı âyetle, aynı çekiçle göğün göz bebeğinde yerleştirir ve göğe bir göz yapar.
Balagah semacam itu kadang juga bisa dilihat dalam sebuah kalimat. Dalam satu ayat misalnya, al-Qur’an memperlihatkan pe- ngetahuan-Nya yang menembus letak partikel di pupil mata serta letak matahari di jantung langit. Ia memperlihatkan qudrah-Nya yang komprehensif yang meletakkan sebuah perangkat persis di tempatnya dengan menjadikan matahari laksana mata bagi langit.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia pun menya- takan:“(Dia) menciptakan langit dan bumi...” (QS. al-Hadîd [57]: 4), kemudian:
Mesela    خَلَقَ السَّمٰوَاتِ وَ ال۟اَر۟ضَ    âyetinden sonra يُولِجُ الَّي۟لَ فِى النَّهَارِ وَ يُولِجُ النَّهَارَ فِى الَّي۟لِ    âyetinin akabinde وَ هُوَ عَلٖيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ   der. “Zemin ve göklerin haşmet-i hilkatinde kalbin dahi hatıratını bilir, idare eder.” der, tarzında bir beyanat cihetiyle o sade ve ümmiyet mertebesini ve avamın fehmini nazara alan o basit ve cüz’î muhavere, o tarz ile ulvi ve cazibedar ve umumî ve irşadkâr bir mükâlemeye döner.
“(Dia) memasukkan malam ke siang dan memasukkan siang ke malam...” (QS. al-Hadîd [57]: 6). Lalu:
</div>
“Dia Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dalam dada.” (QS. al-Hadîd [57]: 6).Dia menyudahi dengan pengetahuan-Nya yang menembus apa yang tersembunyi di dalam dada setelah menyebutkan keagungan penciptaan di langit dan bumi dan setelah menghamparkannya di ha- dapan makhluk. Dia menanamkan dalam benak bahwa Dia mengeta- hui bisikan hati lewat penyebutan keagungan-Nya dalam menciptakan langit dan bumi. Hal ini adalah satu bentuk penjelasan yang membawa gaya bahasa yang mudah dipahami oleh orang awam menuju petunjuk yang mulia, umum, dan menarik.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Pertanyaan:'''Pandangan yang dangkal dan hanya selintas tidak dapat melihat berbagai hakikat penting yang dihadirkan al-Qur’an. Ia tidak mengetahui jenis kesesuaian dan korelasi antara kesimpulan yang mengungkapkan tauhid yang mulia atau menghadirkan hukum yang universal dengan sebuah peristiwa parsial yang bersifat biasa. Oleh karena itu, sebagian orang menilai ada cacat dalam balagah al- Qur’an. Misalnya, tidak jelasnya korelasi balagah dalam penyebutan prinsip agung:“Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada Yang Maha mengetahui.” (QS. Yûsuf [12]: 76).
'''Ehemmiyetli Bir Sual:''' Bazen bir hakikat, sathî nazarlara görünmediğinden ve bazı makamlarda cüz’î ve âdi bir hâdiseden yüksek bir fezleke-i tevhidi veya küllî bir düsturu beyan etmekte münasebet bilinmediğinden bir kusur tevehhüm edilir. Mesela “Hazret-i Yusuf aleyhisselâm, kardeşini bir hile ile alması” içinde   وَفَو۟قَ كُلِّ ذٖى عِل۟مٍ عَلٖيمٌ   diye gayet yüksek bir düsturun zikri, belâgatça münasebeti görünmüyor. Bunun sırrı ve hikmeti nedir?
Ayat di atas disebutkan setelah peristiwa parsial yaitu upaya Yu- suf membuat saudaranya tinggal bersamanya lewat sebuah rekaya- sa cerdas. Apa rahasia di dalamnya dan apa hikmahnya?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Jawaban:'''Sebagian besar surah yang panjang dan sedang—di mana masing-masing laksana sebuah al-Qur’an—tidak hanya berisi dua atau tiga tema utama al-Qur’an (ketauhidan, kenabian, kebang- kitan, dan keadilan beserta ibadah). Namun masing-masing berisi seluruh esensi al-Qur’an dan keempat tema utama sekaligus. Dengan kata lain, al-Qur’an merupakan kitab zikir, iman, dan pemikiran di samping sebagai kitab syariat, hikmah, dan petunjuk. Jadi, setiap surah darinya berisi sejumlah kitab dan menunjukkan sejumlah pelajaran yang berbeda. Setiap kondisi dan konteksnya—bahkan setiap halaman—membuka ke hadapan manusia sejumlah pintu iman yang dapat merealisasikan sejumlah tema lain di mana al-Qur’an menyebutkan apa yang tertulis dalam kitab alam yang besar ini dan menerangkannya secara jelas. Sehingga ia tanamkan dalam jiwa seorang mukmin rububiyah Allah yang meliputi segala sesuatu sekaligus memperlihat- kan manifestasi-Nya yang terdapat di cakrawala dan jiwa. Oleh karena itu, korelasi yang tampak lemah menjadi landasan dari berbagai tema universal. Lalu sejumlah korelasi yang kuat menyusul korelasi yang tampak lemah tadi sehingga gaya bahasanya sesuai dengan konteks dan kondisi yang ada. Dengan begitu, tingkatan balagahnya menjadi tinggi.
'''Elcevap:''' Her biri birer küçük Kur’an olan ekser uzun sure ve mutavassıtlarda ve çok sahife ve makamlarda yalnız iki üç maksat değil belki Kur’an mahiyeti hem bir kitab-ı zikir ve iman ve fikir hem bir kitab-ı şeriat ve hikmet ve irşad gibi çok kitapları ve ayrı ayrı dersleri tazammun ederek rububiyet-i İlahiyenin her şeye ihatasını ve haşmetli tecelliyatını ifade etmek cihetiyle, kâinat kitab-ı kebirinin bir nevi kıraatı olan Kur’an, elbette her makamda, hattâ bazen bir sahifede çok maksatları takiben marifetullahtan ve tevhidin mertebelerinden ve iman hakikatlerinden ders verdiği haysiyetiyle, öbür makamda mesela, zâhirce zayıf bir münasebetle başka bir ders açar ve o zayıf münasebete çok kuvvetli münasebetler iltihak ederler. O makama gayet mutabık olur, mertebe-i belâgatı yükseklenir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Pertanyaan lain:'''Apa hikmah al-Qur’an mengetengahkan ribuan dalil untuk menetapkan urusan akhirat, dalam mengajarkan tauhid serta ketika membahas tentang pemberian ganjaran dan hukuman bagi manusia? Apa rahasia di balik upaya al-Qur’an mengarahkan perhatian kepada urusan tersebut secara eksplisit dan implisit pada setiap surah, bahkan pada setiap halaman mushaf dan pada setiap kondisi?
'''İkinci Bir Sual:''' Kur’an’da sarîhan ve zımnen ve işareten, âhiret ve tevhidi ve beşerin mükâfat ve mücazatını binler defa ispat edip nazara vermenin ve her surede her sahifede her makamda ders vermenin hikmeti nedir?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Jawabannya:''' Karena al-Qur’an mengingatkan manusia tentang perubahan terbesar yang terjadi dalam wilayah makhluk sepanjang se- jarah alam, yaitu akhirat. Al-Qur’an menunjukkan persoalan terbesar yang terkait dengannya sebagai pengemban amanat utama dan khali- fah di muka bumi, yaitu persoalan tauhid yang menjadi penentu nasib; meraih kebahagiaan abadi atau menuai kesengsaraan yang kekal. Pada waktu yang sama, al-Qur’an melenyapkan gelombang syubhat yangdatang secara terus-menerus serta menghantam bentuk pembangka- ngan dan pengingkaran yang paling hebat.Oleh karena itu, kalau al-Qur’an mengarahkan perhatian manu- sia untuk percaya kepada berbagai perubahan dahsyat tersebut dan membawa mereka untuk membenarkan urusan agung yang sangat penting itu... Ya, kalau al-Qur’an melakukan itu semua ribuan kali dan mengulangnya sebanyak jutaan kali, hal itu bukan merupakan pembo- rosan dalam hal balagah dan tidak membuat bosan. Bahkan kebutu- han untuk terus-menerus membacanya dalam al-Qur’an tidak pernah selesai. Sebab, tidak ada yang lebih penting di alam ini daripada uru- san tauhid dan akhirat.
'''Elcevap:''' Daire-i imkânda ve kâinatın sergüzeştine ait inkılablarda ve emanet-i kübrayı ve hilafet-i arziyeyi omuzuna alan nev-i beşerin şakavet ve saadet-i ebediyeye medar olan vazifesine dair en ehemmiyetli en büyük en dehşetli meselelerinden en azametlilerini ders vermek ve hadsiz şüpheleri izale etmek ve gayet şiddetli inkârları ve inatları kırmak cihetinde elbette o dehşetli inkılabları tasdik ettirmek ve o inkılablar azametinde büyük ve beşere en elzem ve en zarurî meseleleri teslim ettirmek için Kur’an, binler defa değil belki milyonlar defa onlara baktırsa yine israf değil ki milyonlar kere tekrar ile o bahisler Kur’an’da okunur, usanç vermez, ihtiyaç kesilmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Contoh, ayat yang berbunyi:“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, kelak kami akan masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selamanya...” (QS. an-Nisâ [4]: 57).Hakikat ayat di atas merupakan kabar gembira akan kebahagiaan abadi yang diumumkan kepada manusia malang yang menghadapi kematian setiap saat. Sehingga kabar gembira ini menyelamatkannya dari gambaran kematian sebagai sebuah kemusnahan abadi. Ia menye- lamatkannya berikut alam dan seluruh kekasihnya dari cengkeraman kefanaan. Bahkan, ia memberinya kekuasaan yang kekal dan kebaha- giaan abadi. Andaikan ayat ini diulang miliaran kali, tidaklah terma- suk pemborosan dan sama sekali tidak mencederai balagahnya.
Mesela اِنَّ الَّذٖينَ اٰمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُم۟ جَنَّاتٌ تَج۟رٖى مِن۟ تَح۟تِهَا ال۟اَن۟هَارُ … خَالِدٖينَ فٖيهَٓا اَبَدًا âyetinin gösterdiği müjde-i saadet-i ebediye hakikati, bîçare beşere her dakika kendini gösteren hakikat-i mevtin hem insanı hem dünyasını hem bütün ahbabını idam-ı ebedîsinden kurtarıp ebedî bir saltanatı kazandırdığından, milyarlar defa tekrar edilse ve kâinat kadar ehemmiyet verilse yine israf olmaz, kıymetten düşmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitulah, engkau melihat al-Qur’an, yang membahas berbagai urusan penting semacam itu dan berusaha meyakinkan manusia de- ngannya lewat pemberian sejumlah argumen kuat, menanamkan da- lam benak dan kalbu berbagai perubahan besar yang terjadi di alam. Ia menjadikannya lugas dan jelas bagi mereka seperti perubahan ru- mah dan bentuknya. Maka sudah tentu pengarahan perhatian, baik secara eksplisit, implisit, maupun simbolik kepada berbagai persoalan semacam itu sebanyak ribuan kali merupakan suatu hal yang sangat
İşte bu çeşit hadsiz kıymettar meseleleri ders veren ve kâinatı bir hane gibi değiştiren ve şeklini bozan dehşetli inkılabları tesis etmekte iknaya ve inandırmaya ve ispata çalışan Kur’an-ı Mu’cizü’l-Beyan elbette sarîhan ve zımnen ve işareten binler defa o meselelere nazar-ı dikkati celbetmek; değil israf belki ekmek, ilaç, hava, ziya gibi birer hâcet-i zaruriye hükmünde ihsanını tazelendirir.
mendesak.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bahkan, ia sama mendesaknya dengan kebutuhan manusia kepada nasi, udara, dan cahaya yang terus-menerus dibutuhkan.Contoh lain adalah ayat yang berbunyi:“Orang-orang yang kafir bagi mereka neraka jahanam...” (QS. Fâthir [35]: 36),“Orang-orang yang zalim bagi mereka siksa yang pedih...” (QS. Ibrâhîm [14]: 22).Hikmah pengulangan ayat di atas—juga ayat-ayat peringatan dan ancaman sejenisnya—serta bentuk redaksinya yang tegas dan keras adalah seperti yang telah kami tegaskan dalam Risalah Nur, yai- tu bahwa kekufuran manusia merupakan sikap yang sangat melanggar hak-hak alam dan sebagian besar makhluk. Hal inilah yang membang- kitkan kemarahan langit dan bumi serta membuat seluruh elemen alam murka kepada orang kafir sehingga menampar kaum yang zalim itu dengan badai dan sebagainya. Bahkan, neraka jahim pun sangat marah hingga nyaris pecah seperti yang disebutkan al-Qur’an:
Hem mesela   اِنَّ ال۟كَافِرٖينَ فٖى نَارِ جَهَنَّمَ   ve اَلظَّالِمٖينَ لَهُم۟ عَذَابٌ اَلٖيمٌ   gibi tehdit âyetlerini Kur’an gayet şiddetle ve hiddetle ve gayet kuvvet ve tekrarla zikretmesinin hikmeti ise –Risale-i Nur’da kat’î ispat edildiği gibi– beşerin küfrü, kâinatın ve ekser mahlukatın hukukuna öyle bir tecavüzdür ki semavatı ve arzı kızdırıyor ve anâsırı hiddete getirip tufanlar ile o zalimleri tokatlıyor. Ve اِذَٓا اُل۟قُوا فٖيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهٖيقًا وَهِىَ تَفُورُ ۝ تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ ال۟غَي۟ظِ  âyetinin sarahatiyle o zalim münkirlere cehennem, öyle öfkeleniyor ki hiddetinden parçalanmak derecesine geliyor.
“Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak. Nyaris (neraka) itu pecah lantaran marah...” (QS. al-Mulk [67]: 7-8).
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Andaikan Penguasa alam mengulang kejahatan besar (kekufu- ran) tersebut dalam berbagai urusan-Nya berikut segala akibatnya dengan gaya bahasa yang sangat keras sebanyak ribuan kali, juta- an kali, atau miliaran kali, ia sama sekali tidak berlebihan dan tidak mencederai balagah al-Qur’an. Hal itu karena dosa tersebut sangat be- sar dan sangat melampaui batas. Di samping itu, ia ditujukan untuk memperlihatkan hak-hak rakyat-Nya dan untuk menampakkan ke- burukan tak terhingga yang terdapat dalam sikap mereka yang kufur dan zalim. Jadi, ia tidak diulang lantaran hina dan kerdilnya manusia, namun karena besarnya pelanggaran dan kezaliman yang dilakukan oleh orang kafir.
İşte böyle bir cinayet-i âmmeye ve hadsiz bir tecavüze karşı beşerin küçüklük ve ehemmiyetsizliği noktasına değil belki zalimane cinayetinin azametine ve kâfirane tecavüzünün dehşetine karşı Sultan-ı Kâinat, kendi raiyetinin hukuklarının ehemmiyetini ve o münkirlerin küfür ve zulmündeki nihayetsiz çirkinliğini göstermek hikmetiyle fermanında gayet hiddet ve şiddetle o cinayeti ve cezasını değil bin defa, belki milyonlar ve milyarlar ile tekrar etse yine israf ve kusur değil ki bin seneden beri yüzer milyon insanlar her gün usanmadan kemal-i iştiyakla ve ihtiyaçla okurlar.
Selanjutnya, kita melihat bagaimana ratusan juta manusia, sejak lebih dari seribu tahun, membaca al-Qur’an dengan penuh antusias dan dengan perasaan amat butuh padanya tanpa pernah merasa bosan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, setiap waktu dan setiap hari merupakan saat sebuah alam berlalu dan sebuah pintu terbuka bagi alam yang baru. Oleh karena itu, pengulangan لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ‌ dengan rasa butuh padanya sebanyak ribuan kali adalah untuk menerangi seluruh alam yang berlalu dan menyi- narinya dengan cahaya iman. Ia membuat kalimat tauhid tersebut lak- sana lentera terang yang terdapat di langit putaran alam dan hari. Jika demikian keadaannya terkait dengan lâ ilâha illallâh, hal yang sama berlaku pada pembacaan al-Qur’an al-Karim. Ia menghapus kegelapan pekat yang menutupi banyaknya pentas yang berlalu dan alam yang terus terbaharui. Ia melenyapkan buruknya gambaran yang terpantul dalam cermin kehidupan. Ia menjadikan berbagai kondisi yang datang sebagai saksi yang menolongnya di hari kiamat, bukan saksi yang memberatkannya. Ia juga menaikkan derajatnya ke tingkatan pengetahuan akan besarnya balasan bagi perbuatan dosa. Ia membuatnya memahami nilai peringatan Sang Penguasa azali yang menghancurkan sikap keras kepala kaum yang zalim. Ia juga mendorongnya untuk berlepas dari kungkungan nafsu ammârah. Karena sejumlah hikmah inilah, al- Qur’an mengulang-ulang apa yang perlu diulang dalam bentuk yang penuh hikmah. Ia memperlihatkan bahwa ancaman al-Qur’an yang sangat banyak, dengan gaya bahasa yang tegas dan keras serta secara berulang-ulang merupakan sebuah hakikat yang agung. Setan yang sebelumnya menganggap hal itu tidak berguna menjadi takluk. Ia lari dari khayalannya yang menganggap hal itu sia-sia. Ya, siksa jahanam adalah balasan adil bagi kaum kafir yang tidak mau memperhatikan berbagai ancaman yang ada.
Evet, her gün her zaman, herkes için bir âlem gider, taze bir âlemin kapısı kendine açılmasından, o geçici her bir âlemini nurlandırmak için ihtiyaç ve iştiyakla   لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ‌   cümlesini binler defa tekrar ile o değişen perdelere ve âlemlere her birisine bir   لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ‌   ı lamba yaptığı gibi öyle de o kesretli, geçici perdeleri ve tazelenen seyyar kâinatları karanlıklandırmamak ve âyine-i hayatında in’ikas eden suretlerini çirkinleştirmemek ve lehinde şahit olabilen o misafir vaziyetleri aleyhine çevirmemek için o cinayetlerin cezalarını ve Padişah-ı Ezelî’nin şiddetli ve inatları kıran tehditlerini, her vakit Kur’an’ı okumakla tahattur edip nefsin tuğyanından kurtulmaya çalışmak hikmetiyle Kur’an, gayet mu’cizane tekrar eder ve bu derece kuvvet ve şiddet ve tekrarla tehdidat-ı Kur’aniyeyi hakikatsiz tevehhüm etmekten şeytan bile kaçar. Ve onları dinlemeyen münkirlere cehennem azabı ayn-ı adalettir, diye gösterir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Di antara yang sering diulang dalam al-Qur’an adalah kisah para nabi. Hikmah pengulangan kisah Musa , misalnya, di mana ia memiliki sejumlah hikmah dan pelajaran seperti yang dimiliki oleh tongkat Musa. Demikian pula dengan pengulangan kisah nabi yang lain adalah untuk menetapkan kerasulan Muhammad x. Hal itu dengan memperlihatkan kenabian seluruh nabi sebagai hujjah atas kebenaran risalah Muhammad x di mana ia tidak mungkin diingkari kecuali oleh orang yang mengingkari kenabian seluruh nabi. Jadi, penyebutan kenabian mereka menjadi dalil atas kerasulan beliau x.
Hem mesela, asâ-yı Musa gibi çok hikmetleri ve faydaları bulunan kıssa-i Musa’nın (as) ve sair enbiyanın kıssalarını çok tekrarında, risalet-i Ahmediyenin hakkaniyetine bütün enbiyanın nübüvvetlerini hüccet gösterip onların umumunu inkâr edemeyen, bu zatın risaletini hakikat noktasında inkâr edemez hikmetiyle ve herkes, her vakit bütün Kur’an’ı okumaya muktedir ve muvaffak olamadığından her bir uzun ve mutavassıt sureyi birer küçük Kur’an hükmüne getirmek için ehemmiyetli erkân-ı imaniye gibi o kıssaları tekrar etmesi; değil israf belki mu’cizane bir belâgattır ve hâdise-i Muhammediye bütün benî-Âdem’in en büyük hâdisesi ve kâinatın en azametli meselesi olduğunu ders vermektir.
Kemudian, banyak di antara manusia yang tidak setiap waktu mampu dan berkesempatan untuk membaca keseluruhan al-Qur’an. Namun mereka mencukupkan diri sesuai kemampuan. Dari sini, hik- mah menjadikan setiap surah yang panjang dan sedang ibarat minia- tur al-Qur’an sangat jelas. Jadi, pengulangan kisah di dalamnya seperti pengulangan rukun iman yang sangat penting. Artinya, pengulangan kisah merupakan tuntutan balagah, bukan sebuah pemborosan. Apala- gi ia berisi pengajaran bahwa peristiwa kemunculan Muhammad x merupakan peristiwa yang paling besar bagi umat manusia dan perso- alan yang paling agung di alam semesta.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, pemberian kedudukan tertinggi dan termulia kepada Rasul x dalam al-Qur’an dan penyambungan kalimat مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللّٰهِ‌—yang mengandung empat rukun iman—dengan kalimat لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ‌, yakni مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللّٰهِ‌لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ‌  menjadi bukti bahwa risalah Muhammad me- rupakan hakikat terbesar di alam ini, pribadi Muhammad x merupa- kan makhluk paling mulia, hakikat Muhammad yang mencerminkan sosok maknawi yang universal dari pribadi Muhammad x adalah lentera yang menerangi dunia dan akhirat, serta bahwa beliau layak mendapatkan kedudukan luar biasa tersebut, sebagaimana hal itu telah ditegaskan dalam sejumlah bagian Risalah Nur lewat berbagai argu- men yang kuat. Di sini kami hanya akan menyebutkan satu dari seribu argumen yang ada, yaitu sebagai berikut:
Evet, Kur’an’da Zat-ı Ahmediye’ye en büyük makam vermek ve dört erkân-ı imaniyeyi içine almakla    لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ‌   rüknüne denk tutulan مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللّٰهِ‌   ve risalet-i Muhammediye kâinatın en büyük hakikati ve Zat-ı Ahmediye, bütün mahlukatın en eşrefi ve hakikat-i Muhammediye tabir edilen küllî şahsiyet-i maneviyesi ve makam-ı kudsîsi, iki cihanın en parlak bir güneşi olduğuna ve bu hârika makama liyakatine pek çok hüccetleri ve emareleri, kat’î bir surette Risale-i Nur’da ispat edilmiş. Binden birisi şudur ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Semua amal kebaikan yang dilakukan oleh umat Muhammad x pada seluruh masa dituliskan pula pada lembaran kebaikan beliau. Hal ini sesuai dengan kaidah:
اَلسَّبَبُ كَال۟فَاعِلِ   düsturuyla, bütün ümmetinin bütün zamanlarda işlediği hasenatın bir misli onun defter-i hasenatına girmesi ve bütün kâinatın hakikatlerini, getirdiği nur ile nurlandırması, değil yalnız cin, ins, melek ve zîhayatı, belki kâinatı, semavat ve arzı minnettar eylemesi ve istidat lisanıyla nebatatın duaları ve ihtiyac-ı fıtrî diliyle hayvanatın duaları, gözümüz önünde bilfiil kabul olmasının şehadetiyle milyonlar, belki milyarlar fıtrî ve reddedilmez duaları makbul olan suleha-yı ümmeti her gün o zata salât ü selâm unvanıyla rahmet duaları ve manevî kazançlarını en evvel o zata bağışlamaları ve bütün ümmetçe okunan Kur’an’ın üç yüz bin harfinin her birisinde on sevaptan tâ yüz, tâ bin hasene ve meyve vermesinden yalnız kıraat-ı Kur’an cihetiyle defter-i a’maline hadsiz nurlar girmesi haysiyetiyle o zatın şahsiyet-i maneviyesi olan hakikat-i Muhammediye, istikbalde bir şecere-i tûba-i cennet hükmünde olacağını Allâmü’l-guyub bilmiş ve görmüş, o makama göre Kur’an’ında o azîm ehemmiyeti vermiş ve fermanında ona tebaiyetle ve sünnetine ittiba ile şefaatine mazhariyeti en ehemmiyetli bir mesele-i insaniye göstermiş ve o haşmetli şecere-i tûbanın bir çekirdeği olan şahsiyet-i beşeriyetini ve bidayetteki vaziyet-i insaniyesini ara sıra nazara almasıdır.
“Perantara sama seperti pelakunya”.
</div>
Pencerahan yang beliau berikan kepada semua hakikat alam dengan cahaya yang beliau bawa tidak hanya membuat jin, manusia, malaikat dan makhluk hidup rida dan senang. Namun juga membuat seluruh alam, langit dan bumi rida seraya membicarakan berbagai ke- baikan beliau. Jutaan doa yang dipanjatkan oleh orang-orang saleh dari umat beliau bersama miliaran doa fitri dan mustajab yang dipanjatkan oleh makhluk spiritual di mana ia tidak tertolak—dibuktikan oleh pengabulan secara nyata terhadap doa tanaman lewat lisan potensi dan doa hewan lewat lisan kebutuhan alamiahnya—serta doa rahmat lewat salawat dan salam untuk beliau, berbagai pahala dan hadiah kebaikan yang mereka berikan, semua itu pertama-tama dipersembahkan untuk beliau. Belum lagi berbagai pahala tak terhingga yang masuk ke dalam daftar amal kebaikannya lewat bacaan al-Quran umatnya di mana se- tiap huruf darinya—yang lebih dari 300 ribu huruf— mendatangkan sepuluh kebaikan dan sepuluh buah ukhrawi, bahkan seratus atau seri- bu kebaikan.Ya, Dzat Allâmul Ghuyûb telah mengetahui dan menyaksikan bahwa hakikat Muhammad yang merupakan sosok maknawi dari pribadi penuh berkah itu akan menjadi seperti pohon Tuba surga. Oleh karena itu, Allah memberinya, dalam al-Qur’an, kedudukan ting- gi yang layak beliau sandang. Allah menjelaskan dalam firman-Nya bahwa cara untuk mendapatkan syafa`atnya adalah dengan mengikuti sunnahnya yang mulia dan mendapatkan syafa`atnya merupakan per- soalan terbesar bagi manusia. Bahkan seringkali Allah melihat sejum- lah kondisi kemanusiaannya sebagai benih pohon Tuba surga.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, karena sejumlah hakikat al-Qur’an yang terulang memiliki kedudukan tinggi dan berisi banyak hikmah, fitrah yang se- hat menjadi saksi bahwa pengulangannya merupakan mukjizat mak- nawi yang sangat kuat dan luas. Kecuali bagi mereka yang kalbunya sakit dan nuraninya tidak sehat akibat wabah materialisme sehingga terkena kaidah yang terkenal:
İşte Kur’an’ın tekrar edilen hakikatleri bu kıymette olduğundan tekraratında kuvvetli ve geniş bir mu’cize-i maneviye bulunmasına fıtrat-ı selime şehadet eder. Meğer maddiyyunluk taunuyla maraz-ı kalbe ve vicdan hastalığına müptela ola.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kadang seseorang mengingkari cahaya matahari karena sakit mata Dan kadang mulut mengingkari segarnya air karena sakit yang diderita.(*<ref>*Syair tersebut karya Syarafuddin al-Bushairi dalam kasidah al Burdah:Terkadang mata mengingkari cahaya matahari karena sakit mata Lalu mulut mengingkari segarnya air karena sakit yang di derita.</ref>)
قَد۟ يُن۟كِرُ ال۟مَر۟ءُ ضَو۟ءَ الشَّم۟سِ مِن۟ رَمَدٍ وَ يُن۟كِرُ ال۟فَمُ طَع۟مَ ال۟مَاءِ مِن۟ سَقَمٍ  kaidesine dâhil olur.
</div>




<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="BU_ONUNCU_MESELEYE_BİR_HÂTİME_OLARAK_İKİ_HÂŞİYEDİR"></span>
=== BU ONUNCU MESELEYE BİR HÂTİME OLARAK İKİ HÂŞİYEDİR ===
===PENUTUP LAMPIRAN KEDUA (Dua Catatan)===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Catatan Pertama:'''
'''BİRİNCİSİ'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dua belas tahun yang lalu(*<ref>*Maksudnya 12 tahun sebelum penulisan risalah ini—Peny.</ref>)aku mendengar bahwa seorang zindik yang berhati busuk dan bermaksud buruk be- rani menerjemahkan al-Qur’an. Maka ia membuat tulisan berbahaya yang merendahkan kedudukannya dengan berusaha menerjemahkan- nya. Ia berkata, “Hendaknya al-Qur’an ini diterjemahkan agar kedudu- kannya terlihat?” yakni, agar orang-orang bisa melihat pengulangan al-Qur’an yang tidak penting, agar terjemahannya yang dibaca sebagai ganti darinya, dan berbagai pemikiran beracun lainnya.
Bundan on iki sene evvel işittim ki en dehşetli ve muannid bir zındık, Kur’an’a karşı suikastını tercümesiyle yapmaya başlamış ve demiş ki: “Kur’an tercüme edilsin, tâ ne mal olduğu bilinsin.” Yani lüzumsuz tekraratı herkes görsün ve tercümesi onun yerinde okunsun diye dehşetli bir plan çevirmiş.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Namun berkat karunia Allah, Risalah Nur berhasil melumpuhkan pemikiran tersebut dengan berbagai argumennya yang mematikan dan dengan penye- barannya yang luas di setiap tempat. Risalah Nur menegaskan bahwa al-Qur’an tidak mungkin diterjemahkan secara hakiki. Bahasa mana- pun di luar bahasa Arab tak mampu menjaga keistimewaan al-Qur’an al-Karim dan balagahnya yang halus. Sejumlah terjemahan biasa dan parsial yang dibuat oleh manusia tidak akan pernah bisa mengganti- kan ungkapan kalimat al-Qur’an yang bersifat universal dan menak- jubkan di mana setiap hurufnya berisi banyak kebaikan, dari sepuluh hingga seribu. Oleh karena itu, tidak mungkin terjemahannya yang dibaca sebagai ganti darinya.Hanya saja, kaum munafik yang belajar pada orang zindik itu berusaha sekuat tenaga di jalan setan untuk memadamkan cahaya al- Qur’an dengan mulut mereka seperti anak-anak yang bodoh. Namun karena aku tidak bertemu dengan siapa pun, aku tidak mengetahui kondisi yang ada. Aku hanya menduga bahwa apa yang kuutarakan tadi merupakan sebab yang membuat persoalan kesepuluh ini didik- tekan kepadaku, meskipun aku sedang dalam kondisi sulit.
Fakat Risale-i Nur’un cerh edilmez hüccetleri kat’î ispat etmiş ki Kur’an’ın hakiki tercümesi kabil değil ve lisan-ı nahvî olan lisan-ı Arabî yerinde Kur’an’ın meziyetlerini ve nüktelerini başka lisan muhafaza edemez ve her bir harfi, on adetten bine kadar sevap veren kelimat-ı Kur’aniyenin mu’cizane ve cem’iyetli tabirleri yerinde, beşerin âdi ve cüz’î tercümeleri tutamaz, onun yerinde camilerde okunmaz diye Risale-i Nur, her tarafta intişarıyla o dehşetli planı akîm bıraktı. Fakat o zındıktan ders alan münafıklar, yine şeytan hesabına Kur’an güneşini üflemekle söndürmeye, aptal çocuklar gibi ahmakane ve divanecesine çalışmaları hikmetiyle, bana gayet sıkı ve sıkıcı ve sıkıntılı bir halette bu Onuncu Mesele yazdırıldı tahmin ediyorum. Başkalarla görüşemediğim için hakikat-i hali bilemiyorum.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Catatan Kedua:'''
'''İKİNCİ HÂŞİYE'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Suatu hari aku duduk di lantai atas Hotel Şehir setelah dibebaskan dari penjara Denizli. Aku merenungkan pepoho- nan di sekitarku yang berada di taman rindang dan kebun yang indah. Ia tampak gembira lewat gerakannya yang menari-nari dan sangat memikat. Ia bergoyang dengan ranting dan dahannya. Lalu daunnya bergerak dengan sentuhan angin yang lembut. Ia tampak di hadapanku dalam kondisi paling indah dan bersinar seolah-olah sedang bertasbih kepada Allah dalam halakah zikir.Gerakan lembut tersebut menyentuh relung kalbuku yang sedang lara akibat berpisah dengan sejumlah kolega. Aku merasa pilu karena hidup sendiri. Tiba-tiba aku teringat musim gugur dan musim dingin di mana ketika itu dedaunannya akan berguguran dan keindahannya lenyap. Aku pun bersedih melihat pohon yang indah tadi. Demikian pula ketika melihat seluruh makhluk hidup yang tampak gembira. Kesedihan tersebut membuatku meneteskan air mata. Duka menerpa diriku akibat perpisahan di mana ia menutupi tirai alam yang tampak indah.
Denizli Hapsinden tahliyemizden sonra meşhur Şehir Otelinin yüksek katında oturmuştum. Karşımda güzel bahçelerde kesretli kavak ağaçları birer halka-i zikir tarzında gayet latîf, tatlı bir surette hem kendileri hem dalları hem yaprakları, havanın dokunmasıyla cezbekârane ve cazibedarane hareketle raksları, kardeşlerimin müfarakatlarından ve yalnız kaldığımdan hüzünlü ve gamlı kalbime ilişti. Birden güz ve kış mevsimi hatıra geldi ve bana bir gaflet bastı. Ben, o kemal-i neşe ile cilvelenen o nâzenin kavaklara ve zîhayatlara o kadar acıdım ki gözlerim yaşla doldu. Kâinatın süslü perdesi altındaki ademleri, firakları ihtar ve ihsasıyla kâinat dolusu firakların, zevallerin hüzünleri başıma toplandı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Saat dirundung kesedihan semacam itu, tiba-tiba cahaya yang dibawa oleh hakikat Muhammad x menolongku, sebagaimana ia juga menolong setiap mukmin lainnya. Cahaya tersebut mengganti kesedi- han dan kepiluan yang tak terhingga tadi dengan suka cita dan kegem- biraan tiada tara. Akupun merasa sangat senang dan sangat puas de- ngan hakikat Muhammad di mana salah satu limpahan cahayanya yang tak terbatas telah menolongku. Limpahan cahaya itu menyebar- kan pelipur lara ke seluruh jiwa dan ragaku.Gambarannya sebagai berikut:
Birden hakikat-i Muhammediyenin (asm) getirdiği nur, imdada yetişti. O hadsiz hüzünleri ve gamları, sürurlara çevirdi. Hattâ o nurun, herkes ve her ehl-i iman gibi benim hakkımda milyon feyzinden yalnız o vakitte, o vaziyete temas eden imdat ve tesellisi için Zat-ı Muhammediye’ye (asm) karşı ebediyen minnettar oldum. Şöyle ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pandangan lalai di atas memperli- hatkan dedaunan halus dan pepohonan rindang tersebut tidak memi- liki tugas dan misi. Ia tidak berguna dan tidak bermanfaat. Gerakan lembutnya tampak bukan sebagai bentuk rasa rindu dan senang. Akan tetapi karena takut adanya perpisahan. Terkutuklah pandangan lalai tersebut di mana ia telah melukai kerinduan untuk kekal, kecintaan pada kehidupan, ketertarikan pada keindahan, dan kasih sayang terha- dap sesama yang tertanam dalam diri ini. Ia mengubah dunia menjadi neraka maknawi serta mengubah akal menjadi organ yang menyiksa dan menyengsarakan.
Ol nazar-ı gaflet, o mübarek nâzeninleri; vazifesiz, neticesiz, bir mevsimde görünüp, hareketleri neşeden değil belki güya ademden ve firaktan titreyerek hiçliğe düştüklerini göstermekle, herkes gibi bendeki aşk-ı beka ve hubb-u mehasin ve muhabbet-i vücud ve şefkat-i cinsiye ve alâka-i hayatiyeye medar olan damarlarıma o derece dokundu ki böyle dünyayı bir manevî cehenneme ve aklı bir tazip âletine çevirdiği sırada, Muhammed aleyhissalâtü vesselâmın beşere hediye getirdiği nur perdeyi kaldırdı; idam, adem, hiçlik, vazifesizlik, abes, firak, fânilik yerinde o kavakların her birinin yaprakları adedince hikmetleri, manaları ve Risale-i Nur’da ispat edildiği gibi üç kısma ayrılan neticeleri ve vazifeleri var, diye gösterdi:
Ketika sedang menanggung penderitaan semacam itu, seketika cahaya yang dibawa oleh Muhammad x untuk menerangi umat ma- nusia menyingkap tirai yang ada sekaligus memperlihatkan berbagai hikmah, makna, tugas, dan peran yang sangat banyak yang jumlahnya sebanyak dedaunan pohon tadi.Risalah Nur menegaskan bahwa sejumlah tugas dan hikmah tersebut terbagi tiga:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pertama, yang mengarah kepada nama-nama indah Sang Pen- cipta Yang Mahaagung. Sebagaimana ketika seorang ahli mesin yang mahir membuat mesin menakjubkan, maka ia dipuji oleh semua orang dan karyanya diapresiasi sedemikian rupa dengan ucapan “Mâsya Allah, Bârakallah”. Mesin tersebut juga demikian. Ia menyanjung pen- ciptanya dengan lisân hâl (keadaannya). Yaitu dengan memperlihat- kan berbagai hasil yang dituju secara sempurna. Begitu pula semua makhluk hidup dan segala sesuatu merupakan mesin dan menyanjung Penciptanya dengan ucapan selamat.
'''Birinci kısım neticeleri:''' Sâni’-i Zülcelal’in esmasına bakar. Mesela, nasıl ki bir usta hârika bir makineyi yapsa onu takdir eden herkes o zata “Mâşâallah, bârekellah” deyip alkışlar. Öyle de o makine dahi ondan maksud neticeleri tam tamına göstermesiyle, lisan-ı haliyle ustasını tebrik eder, alkışlar. Her zîhayat ve her şey böyle bir makinedir, ustasını tebriklerle alkışlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kedua, yang mengarah pada pandangan makhluk hidup dan makhluk berkesadaran di mana ia menjadi objek perhatian dan re- nungan. Maka segala sesuatu laksana kitab makrifat dan pengeta- huan. Ia tidak meninggalkan alam ini—alam indrawi—kecuali setelah menanamkan sejumlah maknanya di benak makhluk berkesadaran, melekatkan gambarannya dalam ingatan mereka, serta kesan bentuk- nya dalam lembaran khayal yang ada pada catatan ilmu gaib. Artinya, ia tidak keluar dari alam indrawi menuju alam gaib, kecuali setelah masuk ke dalam banyak wilayah wujud dan mendapatkan bentuk wu- jud yang bersifat maknawi, gaib, dan ilmiah.
'''İkinci kısım hikmetleri ise:''' Zîhayatın ve zîşuurun nazarlarına bakar. Onlara şirin bir mütalaagâh, birer kitab-ı marifet olur. Manalarını zîşuurun zihinlerinde ve suretlerini kuvve-i hâfızalarında ve elvah-ı misaliyede ve âlem-i gaybın defterlerinde daire-i vücudda bırakıp sonra âlem-i şehadeti terk eder, âlem-i gayba çekilir. Demek, surî bir vücudu bırakır, manevî ve gaybî ve ilmî çok vücudları kazanır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, selama Allah ada dan selama ilmu-Nya meliputi segala se- suatu, maka dalam dunia mukmin pada hakikatnya tidak ada istilah tiada, ketiadaan, kesia-siaan, lenyap, dan fana. Sebaliknya, dunia orang kafir penuh dengan ketiadaan, perpisahan, kesia-siaan, dan kefanaan. Hakikat ini diperjelas oleh ungkapan terkenal berikut ini:“Siapa yang memiliki Allah, ia memiliki segala sesuatu, sementara yang tidak memiliki Allah,
Evet, madem Allah var ve ilmi ihata eder. Elbette adem, idam, hiçlik, mahv, fena; hakikat noktasında ehl-i imanın dünyasında yoktur ve kâfir münkirlerin dünyaları ademle, firakla, hiçlikle, fânilikle doludur. İşte bu hakikati, umumun lisanında gezen bu gelen darb-ı mesel ders verip der: “Kimin için Allah var, ona her şey var ve kimin için yoksa her şey ona yoktur, hiçtir.
ia tidak memiliki apa-apa”.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kesimpulan: Sebagaimana iman menyelamatkan manusia dari kemusnahan abadi saat mati, ia juga menyelamatkan dunia pribadi- nya dari gelapnya ketiadaan dan kesia-siaan. Sebaliknya, kekufuran—terutama kekufuran mutlak—akan memusnahkan manusia, serta memusnahkan dunianya dengan kematian. Ia akan melemparkannya ke dalam kegelapan neraka maknawi dengan mengubah berbagai ke- nikmatan hidupnya menjadi derita dan petaka.Hendaknya telinga orang-orang yang lebih mencintai dunia ke- timbang akhirat menyimak dan mencari obat untuknya jika mereka benar. Atau, hendaknya mereka masuk ke dalam wilayah iman dan membebaskan diri dari kerugian yang nyata.
Elhasıl, nasıl ki iman, ölüm vaktinde insanı idam-ı ebedîden kurtarıyor; öyle de herkesin hususi dünyasını dahi idamdan ve hiçlik karanlıklarından kurtarıyor. Ve küfür ise hususan küfr-ü mutlak olsa hem o insanı hem hususi dünyasını ölümle idam edip manevî cehennem zulmetlerine atar. Hayatının lezzetlerini acı zehirlere çevirir. Hayat-ı dünyeviyeyi âhiretine tercih edenlerin kulakları çınlasın. Gelsinler, buna ya bir çare bulsunlar veya imana girsinler. Bu dehşetli hasarattan kurtulsunlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dari saudaramu yang mengharap doamu sekaligus merindukanmu:
Duanıza çok muhtaç ve size çok müştak kardeşiniz
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Said Nursî'''
'''Said Nursî'''
</div>




<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
------
------
<center> [[Yirmi Dördüncü Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[Yirmi Altıncı Söz]] </center>
<center> [[Yirmi Dördüncü Söz/id|KALIMAT KEDUA PULUH EMPAT]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[Yirmi Altıncı Söz/id|KALIMAT KEDUA PULUH ENAM]] </center>
------
------
</div>