İçeriğe atla

Yirmi Beşinci Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

"------ <center> KALIMAT KEDUA PULUH EMPAT ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KEDUA PULUH ENAM </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Demikianlah, karena berbagai keistimewaan dan karakteristik al- Qur’an al-karim seperti yang telah dijelaskan dalam enam poin, enam sisi, dan enam kedudukan membuat kekuasaan nuraninya yang mulia dan kepemimpinan sucinya yang agung dengan penuh kewibawaan yang sempurna tetap bersinar menerangi seluruh sisi waktu dan menyinari seluruh bumi selama seribu tiga ratus tahun.Selain itu, karena sejumlah karakteristik tersebut al-Qur’an al- Karim mendapatkan..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("------ <center> KALIMAT KEDUA PULUH EMPAT ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KEDUA PULUH ENAM </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
 
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 52 değişikliği gösterilmiyor)
1.369. satır: 1.369. satır:
Ia berbisik kepada kalbunya,
Ia berbisik kepada kalbunya,


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Benar, al-Qur’an al-Karim yang merupakan mukjizat pada setiap sisinya lewat kesepakatan seluruh surahnya, keselarasan seluruh ayatnya, keharmonisan seluruh rahasia dan cahayanya, kesesuaian buah dan jejaknya, telah bersaksi dengan kesaksian yang diperkuat oleh berbagai dalil yang menunjukkan wujud Wâjibul wujûd, keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya, dan nama-nama-Nya, sehingga kesaksian tanpa batas milik seluruh orang beriman menyerap dari kesaksian tersebut.
İşte böyle her cihetle mu’cizatlı bu Kur’an, surelerinin icmaıyla ve âyâtının ittifakıyla ve esrar ve envarının tevafukuyla ve semerat ve âsârının tetabukuyla bir tek Vâcibü’l-vücud’un vücuduna ve vahdetine ve sıfâtına ve esmasına deliller ile ispat suretinde öyle şehadet etmiş ki bütün ehl-i imanın hadsiz şehadetleri, onun şehadetinden tereşşuh etmişler.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitulah, dalam tingkat ‘ketujuh belas’ dari kedudukan pertama telah disebutkan sebuah isyarat singkat tentang pelajaran tauhid dan iman yang diterima oleh sang pengembara di atas dari al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:
İşte bu yolcunun Kur’an’dan aldığı ders-i tevhid ve imana kısa bir işaret olarak Birinci Makam’ın on yedinci mertebesinde böyle:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tiada Tuhan selain Allah yang wujud-Nya bersifat mutlak, Maha esa dan Tunggal; yang kemutlakan wujud-Nya dalam keesaan-Nya ditunjukkan oleh al-Qur’an al-Mu’jizul Bayân; yang diterima dan disenangi oleh malaikat, manusia dan jin; yang setiap ayatnya dibaca pada setiap menit dengan penuh penghormatan lewat lisan ratusan juta manusia; yang kekuasaan sucinya atas seluruh penjuru bumi dan alam serta atas seluruh generasi dan masa bersifat permanen; yang kepemim- pinan maknawiyahnya atas separuh bumi dan seperlima umat manusia selama empat belas abad tetap eksis. Selain itu, ia juga menjadi saksi dan bukti lewat kesepakatan seluruh surahnya yang suci, keselarasan ayat-ayatnya yang bercahaya, keharmonisan rahasia dan cahayanya, serta kesesuaian hakikat dan buahnya dengan penyaksian secara nyata.
لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ ال۟وَاجِبُ ال۟وُجُودِ ال۟وَاحِدُ ال۟اَحَدُ الَّذٖى دَلَّ عَلٰى وُجُوبِ وُجُودِهٖ فٖى وَح۟دَتِهِ ال۟قُر۟اٰنُ ال۟مُع۟جِزُ ال۟بَيَانِ اَل۟مَق۟بُولُ ال۟مَر۟غُوبُ لِاَج۟نَاسِ ال۟مَلَكِ وَ ال۟اِن۟سِ وَ ال۟جَانِّ اَل۟مَق۟رُوءُ كُلُّ اٰيَاتِهٖ فٖى كُلِّ دَقٖيقَةٍ بِكَمَالِ ال۟اِح۟تِرَامِ بِاَل۟سِنَةِ مِأٰتِ مِل۟يُونٍ مِن۟ نَو۟عِ ال۟اِن۟سَانِ اَلدَّائِمُ سَل۟طَنَتُهُ ال۟قُد۟سِيَّةُ عَلٰى
اَق۟طَارِ ال۟اَر۟ضِ وَ ال۟اَك۟وَانِ وَ عَلٰى وُجُوهِ ال۟اَع۟صَارِ وَ الزَّمَانِ وَ ال۟جَارٖى حَاكِمِيَّتُهُ ال۟مَع۟نَوِيَّةُ النُّورَانِيَّةُ عَلٰى نِص۟فِ ال۟اَر۟ضِ وَ خُم۟سِ ال۟بَشَرِ فٖى اَر۟بَعَةَ عَشَرَ عَص۟رًا بِكَمَالِ ال۟اِح۟تِشَامِ . وَ كَذَا : شَهِدَ وَ بَر۟هَنَ بِاِج۟مَاعِ سُوَرِهِ ال۟قُد۟سِيَّةِ السَّمَاوِيَّةِ وَ بِاِتِّفَاقِ اٰيَاتِهِ النُّورَانِيَّةِ ال۟اِلٰهِيَّةِ وَ بِتَوَافُقِ اَس۟رَارِهٖ وَ اَن۟وَارِهٖ وَ بِتَطَابُقِ حَقَائِقِهٖ وَ ثَمَرَاتِهٖ وَ اٰثَارِهٖ بِال۟مُشَاهَدَةِ وَ ال۟عِيَانِ
denilmiştir.
</div>




<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''LAMPIRAN KEDUA Rahasia di Balik Pengulangan Ayat dalam Al-Qur’an'''  
'''ON BİRİNCİ ŞUÂ OLAN MEYVE RİSALESİ'NİN ONUNCU MESELESİ'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="EMİRDAĞI_ÇİÇEĞİ"></span>
== EMİRDAĞI ÇİÇEĞİ ==
==Bunga Emirdag==
</div>
(*<ref>*Persoalan Kesepuluh dari “Sinar Kesebelas” (Risalah Buah Keimanan).</ref>)


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
(Jawaban yang Memuaskan atas sejumlah kritikan seputar Pengulangan dalam al-Qur’an)
'''Kur’an’da olan tekrarata gelen itirazlara karşı gayet kuvvetli bir cevaptır.'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Saudaraku yang mulia dan setia!
Aziz, sıddık kardeşlerim!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Saat menulis persoalan ini, aku dalam kondisi yang sulit dan buruk. Oleh karena itu, ia tampak agak samar dan kurang jelas karena masih seperti saat terlintas dalam pikiran. Hanya saja, aku merasa ung- kapan-ungkapan yang samar tersebut mengandung kemukjizatan yang luar biasa. Sayangnya, aku tidak mampu menjelaskan kemukjizatannya secara sempurna. Meskipun ungkapan-ungkapan Risalah ini tidak begitu bersinar, namun dilihat dari keterkaitannya dengan al-Qur’an al- Karim, ia merupakan “ibadah fikriyah” dan “kerang” yang berisi mutiara berharga. Maka dari itu, kuharap kalian mengabaikan kulitnya dan memperhatikan mutiara cemerlang yang ada di dalamnya.
Gerçi bu mesele, perişan vaziyetimden müşevveş ve letafetsiz olmuş. Fakat o müşevveş ibare altında çok kıymetli bir nevi i’cazı kat’î bildim. Maatteessüf ifadeye muktedir olamadım. Her ne kadar ibaresi sönük olsa da Kur’an’a ait olmak cihetiyle hem ibadet-i tefekküriye hem kudsî, yüksek, parlak bir cevherin sadefidir. Yırtık libasına değil, elindeki elmasa bakılsın. Eğer münasip ise Onuncu Mesele yapınız, değilse sizin tebrik mektuplarınıza mukabil bir mektup kabul ediniz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Aku terpaksa menuliskannya secara sangat ringkas dikarenakan gizi buruk dan derita sakit yang kualami. Sampai-sampai aku mema- sukkan begitu banyak hakikat dan argumen dalam satu kalimat. Berkat karunia Allah, ia bisa diselesaikan dalam dua hari di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Mohon maaf atas segala kekurangan yang ada.(*<ref>*Persoalan ini adalah “bunga” yang lembut dan cemerlang milik bulan mulia ini dan kota Emirdag. Ia dimasukkan sebagai bagian dari “buah” penjara Denizli dengan me- nempatkan sebagai persoalan kesepuluh. Dengan izin Allah, ia bisa melenyapkan racun ilusi dan keraguan yang disemburkan oleh kaum sesat atas fenomena pengulangan dalam al-Qur’an. Yaitu penjelasan tentang salah satu dari sekian banyak hikmahnya—Penulis.</ref>)
Hem bunu gayet hasta ve perişan ve gıdasız, bir iki gün ramazanda, mecburiyetle gayet mücmel ve kısa ve bir cümlede pek çok hakikatleri ve müteaddid hüccetleri dercederek yazdım. Kusura bakılmasın. (*<ref>* Denizli Hapsinin meyvesine Onuncu Mesele olarak Emirdağı’nın ve bu ramazan-ı şerifin nurlu bir küçük çiçeğidir. Tekrarat-ı Kur’aniyenin bir hikmetini beyanla ehl-i dalaletin ufunetli ve zehirli evhamlarını izale eder. </ref>)
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Saudara-saudaraku yang mulia dan setia!
Aziz, sıddık kardeşlerim!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Saat membaca al-Qur’an al-Mu’jizul-Bayân di bulan Ramadan yang penuh berkah ini, aku merenungkan makna tiga puluh tiga ayat yang petunjuknya tentang kehadiran Risalah Nur terdapat pada “Sinar Pertama”. Kulihat setiap ayatnya—bahkan ayat-ayat yang terdapat di halaman tersebut dan temanya—seolah-olah mengarah kepada Risalah Nur berikut murid-muridnya dilihat dari sisi makna yang mengacu pada mereka. Terutama, ayat tentang cahaya dalam surah an-Nur ayat
Ramazan-ı şerifte Kur’an-ı Mu’cizü’l-Beyan’ı okurken Risale-i Nur’a işaretleri Birinci Şuâ’da beyan olunan otuz üç âyetten hangisi gelse bakıyordum ki o âyetin sahifesi ve yaprağı ve kıssası dahi Risale-i Nur’a ve şakirdlerine kıssadan hisse almak noktasında bir derece bakıyor. Hususan Sure-i Nur’dan Âyetü’n-Nur, on parmakla Risale-i Nur’a baktığı gibi arkasındaki Âyet-i Zulümat dahi muarızlarına tam bakıyor ve ziyade hisse veriyor. Âdeta o makam, cüz’iyetten çıkıp külliyet kesbeder ve bu asırda o küllînin tam bir ferdi Risale-i Nur ve şakirdleridir diye hissettim.
35. Dengan sepuluh jari, ia menunjuk Risalah Nur. Selain itu, ayat-ayat sesudahnya—ayat tentang kegelapan—mengarah kepada para musuh dan penentang Risalah Nur. Bahkan memberikan ruang yang lebih besar untuk mereka. Pasalnya, seperti diketahui bahwa kedudukan, dimensi, dan tujuan dari ayat-ayat tersebut tidak hanya terbatas pada ruang dan waktu tertentu, tetapi mencakup seluruh ruang dan waktu. Dengan kata lain, ia keluar dari parsialitas ruang dan waktu menuju sisi universalitas dari keduanya. Oleh karena itu, aku merasa bahwa Risalah Nur dan murid-muridnya di masa sekarang ini merupakan salah satu bagian parsial dari hal yang bersifat universal tersebut.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pesan al-Qur’an al-Karim mendapatkan sifat universal, keluasan mutlak, ketinggian yang mulia, dan komprehensivitas yang me- nyeluruh karena ia langsung bersumber dari kedudukan rububiyah umum yang sangat luas dan menyeluruh milik Sang Penutur azali, Allah. Ia mendapatkan seluruh sifat tersebut dari kedudukan yang luas dan agung milik sosok yang menerima kitab tersebut, Nabi mulia x, yang mewakili umat manusia dan mitra bicara atas nama seluruh manusia, bahkan atas nama seluruh alam. Al-Qur’an mendapatkan sifat tersebut dari posisinya sebagai kalam yang mengarah kepada kedudukan lapang dan luas dari seluruh tingkatan manusia dan semua masa. Ia juga mendapatkannya dari kedudukan tinggi dan komprehensif yang bersumber dari penjelasannya yang sempurna tentang hu- kum Allah yang terkait dengan dunia dan akhirat, bumi dan langit, serta azali dan abadi, yaitu hukum yang terkait dengan rububiyah-Nya dan mencakup urusan seluruh makhluk.
Evet, Kur’an’ın hitabı, evvela Mütekellim-i Ezelî’nin rububiyet-i âmmesinin geniş makamından hem nev-i beşer, belki kâinat namına muhatap olan zatın geniş makamından hem umum nev-i benî-Âdem’in bütün asırlarda irşadlarının gayet vüs’atli makamından hem dünya ve âhiretin ve arz ve semavatın ve ezel ve ebedin ve Hâlık-ı kâinat’ın rububiyetine ve bütün mahlukatın tedbirine dair kavanin-i İlahiyenin gayet yüksek ve ihatalı beyanatının geniş makamından aldığı vüs’at ve ulviyet ve ihata cihetiyle o hitap, öyle bir yüksek i’caz ve şümul gösterir ki ders-i Kur’an’ın muhataplarından en kesretli taife olan tabaka-i avamın basit fehimlerini okşayan zâhirî ve basit mertebesi dahi en ulvi tabakayı da tam hissedar eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kalam mulia yang mendapatkan sifat luas, tinggi, serta komprehensif itu memperlihatkan kemukjizatan yang mencengangkan dan komprehensivitas yang integral di mana sejumlah tingkatan alamiah dan lahiriahnya yang menyentuh pemahaman kalangan awam—se- bagai mayoritas penerima—pada waktu yang sama memberikan ru- ang yang luas bagi kalangan yang memiliki tingkat pemikiran paling tinggi. Jadi, ia tidak hanya memberikan petunjuk kepada para peneri- manya semata dan juga tidak mengkhususkan pelajaran dari cerita historis untuk mereka saja. Namun ia juga berbicara kepada semua
Güya kıssadan yalnız bir hisse ve bir hikâye-i tarihiyeden bir ibret değil belki bir küllî düsturun efradı olarak her asra ve her tabakaya hitap ederek taze nâzil oluyor ve bilhassa çok tekrarla   اَلظَّالِمٖينَ ،  اَلظَّالِمٖينَ deyip tehditleri ve zulümlerinin cezası olan musibet-i semaviye ve arziyeyi şiddetle beyanı, bu asrın emsalsiz zulümlerine kavm-i Âd ve Semud ve Firavun’un başlarına gelen azaplar ile baktırıyor ve mazlum ehl-i imana İbrahim (as) ve Musa (as) gibi enbiyanın necatlarıyla teselli veriyor.
tingkatan pada setiap masa, sebagai bagian dari hukum yang bersifat universal, dengan sebuah pesan yang segar dan baru, seakan-akan belum lama diturunkan.
</div>
Terutama banyaknya pengulangan kata  ‘kaum yang zalim’ berikut kecamannya yang keras untuk mereka dan peringatan yang menakutkan berupa datangnya sejumlah musibah dari langit dan bumi akibat dosa dan kezaliman mereka. Dengan pengulangan terse- but, al-Qur’an mengarahkan perhatian kepada berbagai bentuk kezali- man yang tiada bandingnya di masa sekarang dengan memaparkan aneka macam siksa dan musibah yang menimpa kaum ‘Âd, Tsamûd, dan Fira’un. Pada waktu yang sama, ia menghadirkan pelipur lara dan ketenangan di hati orang beriman yang terzalimi dengan menyebutkan selamatnya para rasul yang mulia seperti Ibrahim dan Musa .


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kemudian al-Qur’an yang agung memberikan kepada setiap tingkatan dari setiap masa sebuah bimbingan yang jelas dan sangat menakjubkan seraya menjelaskan bahwa berbagai “masa yang telah berlalu” di mana dalam pandangan kaum lalai dan sesat ia laksana lem- bah ketiadaan yang menakutkan serta kuburan yang sangat menyedih- kan. Al-Qur’an menghamparkannya laksana lembaran hidup yang menghembuskan banyak pelajaran, alam menakjubkan yang menyi- ratkan adanya kehidupan mulai dari ujung ke ujung, serta kerajaan rabbani yang secara maknawi terpaut dengan sejumlah ikatan. De- ngan kemukjizatannya yang mengagumkan, al-Qur’an menjelaskann- ya secara gamblang seolah-olah terpampang di hadapan kita di sebuah layar. Terkadang ia menghadirkan berbagai era tersebut dengan jelas di hadapan kita. Terkadang pula ia yang membawa kita kepada era itu.Dengan kemukjizatan yang sama, ia menjelaskan “alam” yang oleh kaum lalai dianggap sebagai angkasa sepi tak bertepi dan ben- da mati yang bergulir di pusaran perpisahan dan derita. Al-Qur’an menjelaskannya sebagai kitab fasih yang ditulis oleh Sang Maha Esa yang kekal, kota rapi yang dibangun oleh Sang Maha pengasih dan penyayang, dan galeri indah yang diselenggarakan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah untuk memperlihatkan berbagai ciptaan-Nya. Dengan penjelasan tersebut, ia menghadirkan kehidupan pada seluruh benda mati tadi, menjadikan sebagiannya berusaha memberi kepada yang lain, serta setiap bagian menolong yang lain. Seolah-olah ia berbi-cara kepadanya dengan penuh cinta. Segala sesuatu ditundukkan dan semuanya diberi tugas tertentu. Begitulah al-Qur’an menyampaikan pelajaran hikmah hakiki dan ilmu yang bersinar kepada seluruh jin, manusia, dan malaikat. Maka, sudah pasti al-Qur’an yang agung ini layak memiliki karakteristik yang agung dan mulia serta keistimewaan yang luhur dan suci.Misalnya, pada setiap huruf al-Qur’an terdapat sepuluh ke- baikan, bahkan kadang kala seribu kebaikan, bahkan pada kesempatan yang lain ribuan kebaikan; ketidakmampuan jin dan manusia untuk mendatangkan semisalnya meski mereka bersatu untuknya; pesannya kepada seluruh manusia, bahkan kepada seluruh alam dengan sebuah pesan yang fasih dan penuh hikmah; keinginan jutaan manusia pada setiap masa untuk menghafalnya dengan penuh antusias; ketiadaan rasa bosan dalam membacanya meski sering diulang; tertanamnya se- cara sempurna di benak anak kecil yang masih lugu meski berisi ba- nyak kalimat dan posisi yang membingungkan; kenikmatan dan ke- nyamanan yang dirasakan oleh orang sakit dan sedang sakarat—yang tidak nyaman dengan ucapan paling sederhana sekalipun—dengan mendengarkannya; serta berbagai keistimewaan mulia dan suci lain- nya yang dimiliki al-Qur’an. Dengan demikian, ia memberikan kepa- da para pembaca dan muridnya berbagai jenis kebahagiaan dunia dan akhirat.
Evet, nazar-ı gaflet ve dalalette, vahşetli ve dehşetli bir ademistan ve elîm ve mahvolmuş bir mezaristan olan bütün geçmiş zaman ve ölmüş karnlar ve asırlar; canlı birer sahife-i ibret ve baştan başa ruhlu, hayattar bir acib âlem ve mevcud ve bizimle münasebettar bir memleket-i Rabbaniye suretinde sinema perdeleri gibi kâh bizi o zamanlara kâh o zamanları yanımıza getirerek her asra ve her tabakaya gösterip yüksek bir i’caz ile ders veren Kur’an-ı Mu’cizü’l-Beyan, aynı i’cazla nazar-ı dalalette camid, perişan, ölü, hadsiz bir vahşetgâh olan ve firak ve zevalde yuvarlanan bu kâinatı bir kitab-ı Samedanî, bir şehr-i Rahmanî, bir meşher-i sun’-u Rabbanî olarak o camidatı canlandırarak, birer vazifedar suretinde birbiriyle konuşturup ve birbirinin imdadına koşturup nev-i beşere ve cin ve meleğe hakiki ve nurlu ve zevkli hikmet dersleri veren bu Kur’an-ı Azîmüşşan, elbette her harfinde on ve yüz ve bazen bin ve binler sevap bulunması ve bütün cin ve ins toplansa onun mislini getirememesi ve bütün benî-Âdem’le ve kâinatla tam yerinde konuşması ve her zaman milyonlar hâfızların kalplerinde zevkle yazılması ve çok tekrarla ve kesretli tekraratıyla usandırmaması ve çok iltibas yerleri ve cümleleriyle beraber çocukların nazik ve basit kafalarında mükemmel yerleşmesi ve hastaların ve az sözden müteessir olan ve sekeratta olanların kulağında mâ-i zemzem misillü hoş gelmesi gibi kudsî imtiyazları kazanır ve iki cihanın saadetlerini kendi şakirdlerine kazandırır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selain itu, al-Qur’an memperlihatkan kemukjizatannya yang indah dalam “memberikan petunjuk yang istimewa” di mana ia sangat memperhatikan ke-ummi-an sang penerimanya yang mulia, Nabi x, dengan tetap menjaga kefasihan alamiahnya. Ia sama sekali tidak dibuat-buat dan jauh dari sikap kepura-puraan apapun bentuknya. Gaya bahasanya dapat diterima oleh kalangan awam sebagai mayori- tas penerimanya seraya memperhatikan kesederhanaan cara berpikir mereka dengan cara menyesuaikan bahasanya dengan pemahaman mereka. Ia menghamparkan kepada mereka sejumlah lembaran yang tampak jelas laksana langit dan bumi. Ia mengarahkan perhatian kepa- da mukjizat qudrah ilahi dan goresan hikmah-Nya yang tersimpan di dalam sejumlah peristiwa dan urusan yang biasa mereka alami.Kemudian al-Qur’an juga memperlihatkan satu bentuk kemuk- jizatannya yang indah dalam “pengulangannya yang retoris” dari sebuah kalimat atau sebuah kisah. Hal itu terjadi saat membimbing ob- jek yang berbeda kepada sejumah makna dan pelajaran yang terdapat pada ayat atau kisah tersebut.
Ve tercümanının ümmiyet mertebesini tam riayet etmek sırrıyla hiçbir tekellüf ve hiçbir tasannu ve hiçbir gösterişe meydan vermeden selaset-i fıtriyesini ve doğrudan doğruya semadan gelmesini ve en kesretli olan tabaka-i avamın basit fehimlerini tenezzülat-ı kelâmiye ile okşamak hikmetiyle en ziyade sema ve arz gibi en zâhir ve bedihî sahifeleri açıp o âdiyat altındaki hârikulâde mu’cizat-ı kudretini ve manidar sutûr-u hikmetini ders vermekle lütf-u irşadda güzel bir i’caz gösterir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ketika itu, dibutuhkan pengulangan di mana ia merupakan kitab doa dan dakwah di samping sebagai kitab zikir dan tauhid. Setiap darinya membutuhkan pengulangan. Jadi, se- tiap ayat atau kisah yang diulang dalam al-Qur’an mencakup makna atau pelajaran baru.Al-Qur’an juga memperlihatkan kemukjizatannya saat mem- bahas berbagai “peristiwa parsial” atau khusus yang terjadi dalam kehidupan sahabat pada saat ia turun serta di saat ia mengukuhkan bangunan Islam dan kaidah syariat. Oleh karena itu, al-Qur’an mem- berikan perhatian yang sangat serius terhadap sejumlah peristiwa de- ngan menerangkan bahwa urusan yang paling kecil dari sebuah peristi- wa khusus tidak lain berada di bawah tatapan rahmat-Nya serta dalam wilayah pengaturan dan kehendak-Nya. Di samping itu, al-Qur’an memperlihatkan sejumlah sunnah ilahi (sunnatullah) yang berlaku di alam serta sejumlah hukum yang bersifat universal dan komprehensif. Lebih dari itu, berbagai peristiwa tersebut—yang laksana benih di awal pembangunan Islam dan syariat—nantinya akan menghasilkan buah yang matang berupa sejumlah hukum dan pelajaran.
Tekrarı iktiza eden dua ve davet ve zikir ve tevhid kitabı dahi olduğunu bildirmek sırrıyla güzel, tatlı tekraratıyla bir tek cümlede ve bir tek kıssada ayrı ayrı çok manaları, ayrı ayrı muhatap tabakalarına tefhim etmekte ve cüz’î ve âdi bir hâdisede en cüz’î ve ehemmiyetsiz şeyler dahi nazar-ı merhametinde ve daire-i tedbir ve iradesinde bulunmasını bildirmek sırrıyla tesis-i İslâmiyette ve tedvin-i şeriatta sahabelerin cüz’î hâdiselerini dahi nazar-ı ehemmiyete almasında hem küllî düsturların bulunması hem umumî olan İslâmiyet’in ve şeriatın tesisinde o cüz’î hâdiseler, çekirdekler hükmünde çok ehemmiyetli meyveleri verdikleri cihetinde de bir nev-i i’cazını gösterir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ada sebuah kaidah baku yang berbunyi: “Kebutuhan yang terus berulang menuntut adanya pengulangan”. Oleh karena itu, al-Qur’an al- Karim menjawab sejumlah pertanyaan yang banyak berulang selama dua puluh tahun. Lewat jawabannya yang berulang-ulang, al-Qur’an membimbing berbagai kalangan yang berbeda. Ia mengulang-ulang sejumlah kalimat yang memiliki ribuan hasil. Ia juga mengulang se- jumlah petunjuk yang merupakan hasil dari berbagai dalil yang tak terhingga. Hal itu untuk menanamkan di dalam jiwa dan mengukuh- kan di dalam hati berbagai perubahan besar yang akan terjadi di alam berikut kehancuran yang akan dialaminya, serta bangunan akhirat— yang kekal dan menakjubkan sebagai ganti dari alam fana ini—yang akan menggantikannya.Selanjutnya, al-Qur’an mengulang kalimat dan ayat-ayat terse- but ketika menegaskan bahwa seluruh hal yang bersifat parsial dan universal mulai dari atom hingga bintang-gemintang berada di dalam genggaman dan kekuasaan Dzat Yang Mahaesa. Selain itu, al-Qur’an mengulang-ulang saat menjelaskan tentang murka Tuhan terhadap manusia yang berbuat zalim lantaran mengabaikan tujuan dari penciptaan. Perbuatan zalim itulah yang membuat alam, bumi, langit, dan seluruh unsur murka kepada pelakunya.
Evet, ihtiyacın tekerrürüyle, tekrarın lüzumu haysiyetiyle yirmi sene zarfında pek çok mükerrer suallere cevap olarak ayrı ayrı çok tabakalara ders veren ve koca kâinatı parça parça edip kıyamette şeklini değiştirerek dünyayı kaldırıp onun yerine azametli âhireti kuracak ve zerrattan yıldızlara kadar bütün cüz’iyat ve külliyatı, tek bir zatın elinde ve tasarrufunda bulunduğunu ispat edecek ve kâinatı ve arz ve semavatı ve anâsırı kızdıran ve hiddete getiren nev-i beşerin zulümlerine, kâinatın netice-i hilkati hesabına gazab-ı İlahî ve hiddet-i Rabbaniyeyi gösterecek hadsiz hârika ve nihayetsiz dehşetli ve geniş bir inkılabın tesisinde binler netice kuvvetinde bazı cümleleri ve hadsiz delillerin neticesi olan bir kısım âyetleri tekrar etmek; değil bir kusur, belki gayet kuvvetli bir i’caz ve gayet yüksek bir belâgat ve mukteza-yı hale gayet mutabık bir cezalettir ve fesahattir.
Oleh karena itu, pengulangan sejumlah kalimat dan ayat pada saat menjelaskan berbagai persoalan besar sama sekali tidak bisa di- anggap sebagai sebuah cacat dalam hal balagah. Tetapi ia justru me- rupakan bentuk mukjizat yang sangat menakjubkan, bentuk balagah yang sangat tinggi, dan kefasihan yang sangat sesuai dengan kondisi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebagai contoh: Kalimat بِس۟مِ اللّٰهِ الرَّح۟مٰنِ الرَّحٖيمِ  yang merupakan salah satu ayat al-Qur’an. Ia berulang sebanyak seratus empat belas kali dalam al-Qur’an karena ia merupakan persoalan besar yang mene- rangi alam serta menghubungkan bumi dan arasy dengan ikatan yang sangat kuat seperti yang disebutkan dalam “Cahaya Keempat Belas”. Setiap orang pasti sangat membutuhkan hakikat ini setiap saat. An- daikan hakikat agung ini diulang jutaan kali, kebutuhan terhadapnya akan tetap ada. Sebab, ia bukan merupakan kebutuhan harian seperti nasi, tetapi ia seperti udara dan cahaya yang sangat dibutuhkan dan selalu dirindukan setiap saat.
Mesela, bir tek âyet iken yüz on dört defa tekerrür eden بِس۟مِ اللّٰهِ الرَّح۟مٰنِ الرَّحٖيمِ    cümlesi, Risale-i Nur’un On Dördüncü Lem’a’sında beyan edildiği gibi arşı ferşle bağlayan ve kâinatı ışıklandıran ve her dakika herkes ona muhtaç olan öyle bir hakikattir ki milyonlar defa tekrar edilse yine ihtiyaç var. Değil yalnız ekmek gibi her gün, belki hava ve ziya gibi her dakika ona ihtiyaç ve iştiyak vardır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ayat lainnya yang berbunyi:“Dan Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Yang Maha Perkasa dan Maha Penyayang”.
Hem mesela, Sure-i   طٰسٓمٓ   de sekiz defa tekrar edilen şu اِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ ال۟عَزٖيزُ الرَّحٖيمُ   âyeti, o surede hikâye edilen peygamberlerin necatlarını ve kavimlerinin azaplarını, kâinatın netice-i hilkati hesabına ve rububiyet-i âmmenin namına o binler hakikat kuvvetinde olan âyeti tekrar ederek, izzet-i Rabbaniye o zalim kavimlerin azabını ve rahîmiyet-i İlahiye dahi enbiyanın necatlarını iktiza ettiğini ders vermek için binler defa tekrar olsa yine ihtiyaç ve iştiyak var ve i’cazlı, îcazlı bir ulvi belâgattır.
Ayat tersebut berulang sebanyak delapan kali dalam surah asy-Syu`arâ. Pengulangan ayat yang berisi ribuan hakikat tersebut dalam sebuah surah yang menyebutkan keselamatan para nabi dan siksa yang menimpa kaum mereka adalah untuk menjelaskan bahwa kezaliman yang dilakukan oleh kaum mereka mencederai tujuan penciptaan serta menentang keagungan rububiyah Allah yang bersifat mutlak. Maka, keperkasaan ilahi menghendaki adanya siksa bagi kaum yang zalim itu. Sebaliknya, rahmat ilahi menuntut keselamatan bagi para na- bi-Nya. Andaikan ayat itu diulang ribuan kali, kebutuhan terhadapnya tidak akan pernah pudar. Jadi, pengulangan di sini merupakan balagah tinggi yang mengandung kemukjizatan dan simplifikasi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitu pula ayat yang berbunyi:“Maka, nikmat Tuhan manakah yang kalian dustakan?!”Ayat di atas disebutkan berulang-ulang dalam surah ar-Rahmân.Lalu ayat berikut:
Hem mesela, Sure-i Rahman’da tekrar edilen فَبِاَىِّ اٰلَٓاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ    âyeti ile Sure-i Mürselât’ta وَي۟لٌ يَو۟مَئِذٍ لِل۟مُكَذِّبٖينَ    âyeti, cin ve nev-i beşerin, kâinatı kızdıran ve arz ve semavatı hiddete getiren ve hilkat-i âlemin neticelerini bozan ve haşmet-i saltanat-ı İlahiyeye karşı inkâr ve istihfafla mukabele eden küfür ve küfranlarını ve zulümlerini ve bütün mahlukatın hukuklarına tecavüzlerini, asırlara ve arz ve semavata tehditkârane haykıran bu iki âyet, böyle binler hakikatlerle alâkadar ve binler mesele kuvvetinde olan bir ders-i umumîde binler defa tekrar edilse yine lüzum var ve celalli bir i’caz ve cemalli bir îcaz-ı belâgattır.
“Celakalah pada hari itu kaum yang mendustakan”.
</div>
Ia diulang-ulang dalam surah al-Mursalât. Kedua ayat di atas menegaskan pada semua masa serta menjelaskan ke seluruh penjuru langit dan bumi bahwa sikap kufur jin dan manusia terhadap nikmat ilahi serta kezaliman mereka membangkitkan murka alam, menjadi- kan langit dan bumi marah, menodai hikmah dan tujuan penciptaan alam, melanggar hak seluruh makhluk, serta meremehkan dan meng- ingkari keagungan kekuasaan ilahi. Oleh karena itu, kedua ayat di atas terkait dengan ribuan hakikat serupa. Keduanya sangat penting, setara dengan ribuan persoalan. Andaikan ia diulang ribuan kali dalam pe- san umum yang mengarah kepada jin dan manusia, tentu kebutuhan terhadapnya tetap ada. Jadi, pengulangan di sini merupakan bentuk simplifikasi yang agung serta bentuk mukjizat balagah yang indah.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Contoh lain, kami berikan di seputar hikmah pengulangan da- lam munajat Nabi x yang disebutkan dalam hadis. Munajat nabi yang disebut al-Jausyan al-Kabîr merupakan munajat indah yang sesuai dengan hakikat al-Qur’an dan intisari darinya. Di dalamnya kita me- nemukan kalimat:Mahasuci Engkau wahai yang tiada Tuhan selain Engkau.Kami memohon keselamatan... keselamatan.
Hem mesela, Kur’an’ın hakiki ve tam bir nevi münâcatı ve Kur’an’dan çıkan bir çeşit hülâsası olan Cevşenü’l-Kebir namındaki münâcat-ı Peygamberîde yüz defa سُب۟حَانَكَ يَا لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اَن۟تَ ال۟اَمَانُ ال۟اَمَانُ خَلِّص۟نَا وَ اَجِر۟نَا وَ نَجِّنَا مِنَ النَّارِ cümlesi tekrarında tevhid gibi kâinatça en büyük hakikat ve tesbih ve takdis gibi mahlukatın rububiyete karşı üç muazzam vazifesinden en ehemmiyetli vazifesi ve şakavet-i ebediyeden kurtulmak gibi nev-i insanın en dehşetli meselesi ve ubudiyet ve acz-i beşerînin en lüzumlu neticesi bulunması cihetiyle binler defa tekrar edilse yine azdır.
Jauhkan kami dari neraka… Lindungi kami dari neraka… Selamatkan kami dari neraka.Kalimat tersebut berulang sebanyak seratus kali. Andaikan di- ulang sebanyak ribuan kali, ia tidak akan melahirkan rasa bosan. Se- bab, ia berisi hakikat paling agung di alam ini yang berupa tauhid; berisi tugas makhluk yang paling mulia terhadap rububiyah Tuhan, yaitu bertasbih, bertahmid, dan menyucikan-Nya; berisi persoalan yang amat menentukan bagi umat manusia; yaitu selamat dari neraka dan terbebas dari derita abadi; serta berisi tujuan ubudiyah dan ketidak- berdayaan manusia, yaitu doa.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitulah, kita melihat pengulangan dalam al-Qur’an tertuju pada pilar-pilar semacam itu. Bahkan al-Qur’an mengungkap hakikat tauhid, baik secara implisit maupun eksplisit, lebih dari dua puluh kali dalam satu halaman mushaf. Hal itu sesuai dengan tuntutan konteks, kebutuhan untuk memberikan pemahaman, dan retorika penjelasan. Maka, dengan pengulangan tersebut, al-Qur’an membangkitkan ke- rinduan untuk membaca secara berulang-ulang serta membuat ba- lagahnya lebih kuat tanpa melahirkan rasa jenuh dan bosan.
İşte –namaz tesbihatı gibi ibadetlerden bir kısmının tekrarı sünnet bulunan maddeler gibi– tekrarat-ı Kur’aniye, bu gibi metin esaslara bakıyor. Hattâ bazen bir sahifede iktiza-yı makam ve ihtiyac-ı ifham ve belâgat-ı beyan cihetiyle yirmi defa sarîhan ve zımnen tevhid hakikatini ifade eder. Değil usanç, belki kuvvet ve şevk ve halâvet verir. Risale-i Nur’da, tekrarat-ı Kur’aniye ne kadar yerinde ve münasip ve belâgatça makbul olduğu hüccetleriyle beyan edilmiş.
Sejumlah bagian dari Risalah Nur telah menjelaskan hikmah pengulangan dalam al-Qur’an. Ia menerangkan berbagai argumen- nya, menegaskan tingkat kesesuaian pengulangan yang ada dengan balagah, serta menetapkan tingkat keindahannya yang menakjubkan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun hikmah perbedaan antara surah Makkiyah dan Madani- yah dilihat dari sisi balagah, dari sisi kemukjizatan, dan dari sisi pen- jelasan secara rinci dan globalnya, maka ia adalah sebagai berikut:
'''Kur’an-ı Mu’cizü’l-Beyan’ın Mekkiye sureleriyle Medeniye sureleri belâgat noktasında ve i’caz cihetinde ve tafsil ve icmal vechinde birbirinden ayrı olmasının sırr-ı hikmeti şudur ki:'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Barisan pertama dari para penerima dan penentang al-Qur’an di Mekkah adalah kalangan musyrik Quraisy. Mereka buta huruf, tidak memiliki sebuah kitab. Maka, balagah menuntut sebuah gaya bahasa yang tinggi, kuat, global, dan meyakinkan, serta berisi pengulangan agar tertanam kuat dalam pemahaman. Oleh karena itu, sebagian be- sar surah Makkiyah membahas tentang rukun iman berikut sejumlah tingkatan tauhid dengan gaya bahasa yang sangat kuat dan tinggi serta sangat ringkas. Ia banyak mengulang masalah keimanan kepada Allah, awal penciptaan, tempat kembali, dan akhirat. Bahkan ia mengung- kapkan rukun iman tersebut dalam setiap halaman, ayat, kalimat, atau kata. Atau bahkan dalam sebuah huruf.Selain itu, al-Qur’an mengungkapkannya dengan cara menukar posisi kata atau kalimat (taqdîm dan ta’khîr), dalam bentuk ma’rifah (definit) dan nakirah (indefinit), serta dengan cara melesapkan dan menyebutkan (huruf, kata, atau kalimat). Ia menetapkan rukun iman dalam sejumlah kondisi dan bentuk balagah semacam itu yang mem- buat para ahli balagah terbelalak menyaksikan gaya bahasanya yang menakjubkan.
Mekke’de birinci safta muhatap ve muarızları, Kureyş müşrikleri ve ümmileri olduğundan belâgatça kuvvetli bir üslub-u âlî ve îcazlı, mukni, kanaat verici bir icmal ve tesbit için tekrar lâzım geldiğinden ekseriyetçe Mekkî sureleri erkân-ı imaniyeyi ve tevhidin mertebelerini gayet kuvvetli ve yüksek ve i’cazlı bir îcaz ile ifade ve tekrar ederek mebde ve meâdi, Allah’ı ve âhireti, değil yalnız bir sahifede, bir âyette, bir cümlede, bir kelimede belki bazen bir harfte ve takdim-tehir, tarif-tenkir ve hazf-zikir gibi heyetlerde öyle kuvvetli ispat eder ki ilm-i belâgatın dâhî imamları hayretle karşılamışlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Risalah Nur, terutama “Kalimat Kedua Puluh Lima” (al-Mu’jizât al-Qur’âniyyah) berikut sejumlah lampirannya telah menjelaskan kemukjizatan al-Qur’an dalam empat puluh aspek. Begitu pula pen- jelasan dalam buku Isyârât al-I’jâz fî Mazhân al-Îjâz yang berbahasa Arab di mana ia memberikan penjelasan indah tentang kemukjiza- tan al-Qur’an dilihat dari sisi sistematika antar ayatnya. Kedua risalah tersebut benar-benar menetapkan ketinggian gaya bahasanya yang is- timewa dan simplifikasinya yang menakjubkan.
Risale-i Nur ve bilhassa Kur’an’ın kırk vech-i i’cazını icmalen ispat eden Yirmi Beşinci Söz, zeylleriyle beraber ve nazımdaki vech-i i’cazı hârika bir tarzda beyan ve ispat eden Arabî Risale-i Nur’dan İşaratü’l-İ’caz tefsiri bilfiil göstermişler ki Mekkî sure ve âyetlerde en âlî bir üslub-u belâgat ve en yüksek bir i’caz-ı îcazî vardır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun ayat-ayat dan surah Madaniyah, barisan pertama dari para penerima dan penentangnya adalah kalangan Yahudi dan Nas- rani yang merupakan ahli kitab yang beriman kepada Allah. Sesuai dengan kaidah balagah, cara pemberian petunjuk, dan prinsip dak- wah, hal ini menuntut agar pesan yang ditujukan kepada mereka harus sesuai dengan kondisi mereka. Oleh karena itu, ia datang dengan gaya bahasa yang mudah dan jelas disertai penjelasan tentang sejumlah hal khusus di luar pokok-pokok keimanan. Sebab, hal-hal yang bersifat parsial dan khusus tersebut merupakan sumber hukum syariat, kaidah universal, serta hukum cabang yang merupakan objek perselisihan dalam bidang syariat dan hukum. Oleh karenanya, kita sering mene- mukan ayat-ayat Madaniyah sangat jelas dan mudah dengan gaya ba- hasa yang menakjubkan khas al-Qur’an. Namun penyebutan sebuah ikhtisar yang kuat, kesimpulan yang kukuh, dan argumen mematikan setelah sebuah peristiwa parsial menjadikan peristiwa tersebut sebagai kaidah universal yang bersifat umum. Lalu pengamalannya menjamin penguatan iman kepada Allah yang diwujudkan oleh penyebutan ba- gian penutup yang merangkum tauhid, iman, dan akhirat. Konteks yang jelas dan lugas itu bersinar oleh bagian penutup tadi.
Amma Medine sure ve âyetlerinin birinci safta muhatap ve muarızları ise Allah’ı tasdik eden Yahudi ve Nasâra gibi ehl-i kitap olduğundan mukteza-yı belâgat ve irşad ve mutabık-ı makam ve halin lüzumundan, sade ve vâzıh ve tafsilli bir üslupla ehl-i kitaba karşı dinin yüksek usûlünü ve imanın rükünlerini değil belki medar-ı ihtilaf olan şeriatın ve ahkâmın ve teferruatın ve küllî kanunların menşeleri ve sebepleri olan cüz’iyatın beyanı lâzım geldiğinden, o sure ve âyetlerde ekseriyetçe tafsil ve izah ve sade üslupla beyanat içinde Kur’an’a mahsus emsalsiz bir tarz-ı beyanla, birden o cüz’î teferruat hâdisesi içinde yüksek, kuvvetli bir fezleke, bir hâtime, bir hüccet ve o cüz’î hâdise-i şer’iyeyi küllîleştiren ve imtisalini iman-ı billah ile temin eden bir cümle-i tevhidiye ve esmaiye ve uhreviyeyi zikreder. O makamı nurlandırır, ulvileştirir, küllîleştirir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Risalah Nur telah menjelaskan dan menetapkan kepada para pembangkang sejauh mana ketinggian balagah, keistimewaan luar bi- asa, serta berbagai bentuk kefasihan yang cermat yang terdapat pada kesimpulan dan bagian penutup tadi, yaitu dalam sepuluh keistime- waan pada cahaya kedua dari obor kedua dari “Kalimat Kedua Puluh Lima” yang secara khusus berbicara tentang kemukjizatan al-Qur’an.Engkau bisa melihat ayat yang berbunyi:
Risale-i Nur, âyetlerin âhirlerinde ekseriyetle gelen اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَى۟ءٍ قَدٖيرٌ ۝ اِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَى۟ءٍ عَلٖيمٌ ۝ وَهُوَ ال۟عَزٖيزُ الرَّحٖيمُ ۝ وَهُوَ ال۟عَزٖيزُ ال۟حَكٖيمُ gibi tevhidi veya âhireti ifade eden fezlekeler ve hâtimelerde ne kadar yüksek bir belâgat ve meziyetler ve cezaletler ve nükteler bulunduğunu Yirmi Beşinci Söz’ün İkinci Şule’sinin İkinci Nur’unda o fezleke ve hâtimelerin pek çok nüktelerinden ve meziyetlerinden on tanesini beyan ederek o hülâsalarda bir mu’cize-i kübra bulunduğunu muannidlere de ispat etmiş.
“Sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu”
</div>
“Sungguh Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
“Dia Maha Perkasa dan Maha Bijaksana”
“Dia Maha Perkasa dan Maha Penyayang”


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ayat-ayat di atas dan ayat sejenis lainnya yang menerangkan tauhid dan mengingatkan pada akhirat di mana ia merupakan penutup sebagian besar ayat al-Qur’an, engkau bisa melihat bahwa saat men- jelaskan hukum syariat, masalah furû`iyah (cabang) dan hukum so- sial, al-Qur’an mengangkat pandangan mitra bicara kepada cakrawala yang bersifat universal dan mulia. Dengan bagian penutup tersebut, al-Qur’an mengganti gaya bahasa yang mudah dan jelas dengan gaya bahasa yang tinggi dan mulia. Seolah-olah ia memindahkan pem- baca dari pelajaran syariat kepada pelajaran tauhid. Jadi, jelas bahwa al-Qur’an merupakan kitab syariat, hukum, dan hikmah di samping sebagai kitab akidah dan iman, kitab zikir dan pikir, serta kitab doa dan dakwah.Demikianlah, engkau melihat bahwa terdapat bentuk kefasihan yang menakjubkan dan cemerlang dalam ayat-ayat Madaniyah yang berbeda dengan retorika ayat-ayat Makkiyah sesuai dengan kondisi dan maksud petunjuknya.
Evet Kur’an, o teferruat-ı şer’iye ve kavanin-i içtimaiyenin beyanı içinde birden muhatabın nazarını en yüksek ve küllî noktalara kaldırıp, sade üslubu bir ulvi üsluba ve şeriat dersinden tevhid dersine çevirerek Kur’an’ı hem bir kitab-ı şeriat ve ahkâm ve hikmet hem bir kitab-ı akide ve iman ve zikir ve fikir ve dua ve davet olduğunu gösterip her makamda çok makasıd-ı irşadiye ve Kur’aniyeyi ders vermesiyle Mekkiye âyetlerin tarz-ı belâgatlarından ayrı ve parlak, mu’cizane bir cezalet izhar eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Contoh semacam ini bisa dilihat dalam dua kata berikut: رَبُّكَ dan رَبُّ ال۟عَالَمٖينَ. Al-Qur’an mengajarkan ahadiyah lewat ungkapan pertama رَبُّكَ dan wâhidiyah lewat ungkapan kedua رَبُّ ال۟عَالَمٖينَ. Wâhi- diyah sendiri mencakup ahadiyah.
Bazen iki kelimede mesela    رَبُّ ال۟عَالَمٖينَ    ve    رَبُّكَ    de   رَبُّكَ   tabiriyle ehadiyeti ve   رَبُّ ال۟عَالَمٖينَ   ile vâhidiyeti bildirir. Ehadiyet içinde vâhidiyeti ifade eder. Hattâ bir cümlede, bir zerreyi bir göz bebeğinde gördüğü ve yerleştirdiği gibi güneşi dahi aynı âyetle, aynı çekiçle göğün göz bebeğinde yerleştirir ve göğe bir göz yapar.
Balagah semacam itu kadang juga bisa dilihat dalam sebuah kalimat. Dalam satu ayat misalnya, al-Qur’an memperlihatkan pe- ngetahuan-Nya yang menembus letak partikel di pupil mata serta letak matahari di jantung langit. Ia memperlihatkan qudrah-Nya yang komprehensif yang meletakkan sebuah perangkat persis di tempatnya dengan menjadikan matahari laksana mata bagi langit.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia pun menya- takan:“(Dia) menciptakan langit dan bumi...” (QS. al-Hadîd [57]: 4), kemudian:
Mesela    خَلَقَ السَّمٰوَاتِ وَ ال۟اَر۟ضَ    âyetinden sonra يُولِجُ الَّي۟لَ فِى النَّهَارِ وَ يُولِجُ النَّهَارَ فِى الَّي۟لِ    âyetinin akabinde وَ هُوَ عَلٖيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ   der. “Zemin ve göklerin haşmet-i hilkatinde kalbin dahi hatıratını bilir, idare eder.” der, tarzında bir beyanat cihetiyle o sade ve ümmiyet mertebesini ve avamın fehmini nazara alan o basit ve cüz’î muhavere, o tarz ile ulvi ve cazibedar ve umumî ve irşadkâr bir mükâlemeye döner.
“(Dia) memasukkan malam ke siang dan memasukkan siang ke malam...” (QS. al-Hadîd [57]: 6). Lalu:
</div>
“Dia Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dalam dada.” (QS. al-Hadîd [57]: 6).Dia menyudahi dengan pengetahuan-Nya yang menembus apa yang tersembunyi di dalam dada setelah menyebutkan keagungan penciptaan di langit dan bumi dan setelah menghamparkannya di ha- dapan makhluk. Dia menanamkan dalam benak bahwa Dia mengeta- hui bisikan hati lewat penyebutan keagungan-Nya dalam menciptakan langit dan bumi. Hal ini adalah satu bentuk penjelasan yang membawa gaya bahasa yang mudah dipahami oleh orang awam menuju petunjuk yang mulia, umum, dan menarik.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Pertanyaan:'''Pandangan yang dangkal dan hanya selintas tidak dapat melihat berbagai hakikat penting yang dihadirkan al-Qur’an. Ia tidak mengetahui jenis kesesuaian dan korelasi antara kesimpulan yang mengungkapkan tauhid yang mulia atau menghadirkan hukum yang universal dengan sebuah peristiwa parsial yang bersifat biasa. Oleh karena itu, sebagian orang menilai ada cacat dalam balagah al- Qur’an. Misalnya, tidak jelasnya korelasi balagah dalam penyebutan prinsip agung:“Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada Yang Maha mengetahui.” (QS. Yûsuf [12]: 76).
'''Ehemmiyetli Bir Sual:''' Bazen bir hakikat, sathî nazarlara görünmediğinden ve bazı makamlarda cüz’î ve âdi bir hâdiseden yüksek bir fezleke-i tevhidi veya küllî bir düsturu beyan etmekte münasebet bilinmediğinden bir kusur tevehhüm edilir. Mesela “Hazret-i Yusuf aleyhisselâm, kardeşini bir hile ile alması” içinde   وَفَو۟قَ كُلِّ ذٖى عِل۟مٍ عَلٖيمٌ   diye gayet yüksek bir düsturun zikri, belâgatça münasebeti görünmüyor. Bunun sırrı ve hikmeti nedir?
Ayat di atas disebutkan setelah peristiwa parsial yaitu upaya Yu- suf membuat saudaranya tinggal bersamanya lewat sebuah rekaya- sa cerdas. Apa rahasia di dalamnya dan apa hikmahnya?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Jawaban:'''Sebagian besar surah yang panjang dan sedang—di mana masing-masing laksana sebuah al-Qur’an—tidak hanya berisi dua atau tiga tema utama al-Qur’an (ketauhidan, kenabian, kebang- kitan, dan keadilan beserta ibadah). Namun masing-masing berisi seluruh esensi al-Qur’an dan keempat tema utama sekaligus. Dengan kata lain, al-Qur’an merupakan kitab zikir, iman, dan pemikiran di samping sebagai kitab syariat, hikmah, dan petunjuk. Jadi, setiap surah darinya berisi sejumlah kitab dan menunjukkan sejumlah pelajaran yang berbeda. Setiap kondisi dan konteksnya—bahkan setiap halaman—membuka ke hadapan manusia sejumlah pintu iman yang dapat merealisasikan sejumlah tema lain di mana al-Qur’an menyebutkan apa yang tertulis dalam kitab alam yang besar ini dan menerangkannya secara jelas. Sehingga ia tanamkan dalam jiwa seorang mukmin rububiyah Allah yang meliputi segala sesuatu sekaligus memperlihat- kan manifestasi-Nya yang terdapat di cakrawala dan jiwa. Oleh karena itu, korelasi yang tampak lemah menjadi landasan dari berbagai tema universal. Lalu sejumlah korelasi yang kuat menyusul korelasi yang tampak lemah tadi sehingga gaya bahasanya sesuai dengan konteks dan kondisi yang ada. Dengan begitu, tingkatan balagahnya menjadi tinggi.
'''Elcevap:''' Her biri birer küçük Kur’an olan ekser uzun sure ve mutavassıtlarda ve çok sahife ve makamlarda yalnız iki üç maksat değil belki Kur’an mahiyeti hem bir kitab-ı zikir ve iman ve fikir hem bir kitab-ı şeriat ve hikmet ve irşad gibi çok kitapları ve ayrı ayrı dersleri tazammun ederek rububiyet-i İlahiyenin her şeye ihatasını ve haşmetli tecelliyatını ifade etmek cihetiyle, kâinat kitab-ı kebirinin bir nevi kıraatı olan Kur’an, elbette her makamda, hattâ bazen bir sahifede çok maksatları takiben marifetullahtan ve tevhidin mertebelerinden ve iman hakikatlerinden ders verdiği haysiyetiyle, öbür makamda mesela, zâhirce zayıf bir münasebetle başka bir ders açar ve o zayıf münasebete çok kuvvetli münasebetler iltihak ederler. O makama gayet mutabık olur, mertebe-i belâgatı yükseklenir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Pertanyaan lain:'''Apa hikmah al-Qur’an mengetengahkan ribuan dalil untuk menetapkan urusan akhirat, dalam mengajarkan tauhid serta ketika membahas tentang pemberian ganjaran dan hukuman bagi manusia? Apa rahasia di balik upaya al-Qur’an mengarahkan perhatian kepada urusan tersebut secara eksplisit dan implisit pada setiap surah, bahkan pada setiap halaman mushaf dan pada setiap kondisi?
'''İkinci Bir Sual:''' Kur’an’da sarîhan ve zımnen ve işareten, âhiret ve tevhidi ve beşerin mükâfat ve mücazatını binler defa ispat edip nazara vermenin ve her surede her sahifede her makamda ders vermenin hikmeti nedir?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Jawabannya:''' Karena al-Qur’an mengingatkan manusia tentang perubahan terbesar yang terjadi dalam wilayah makhluk sepanjang se- jarah alam, yaitu akhirat. Al-Qur’an menunjukkan persoalan terbesar yang terkait dengannya sebagai pengemban amanat utama dan khali- fah di muka bumi, yaitu persoalan tauhid yang menjadi penentu nasib; meraih kebahagiaan abadi atau menuai kesengsaraan yang kekal. Pada waktu yang sama, al-Qur’an melenyapkan gelombang syubhat yangdatang secara terus-menerus serta menghantam bentuk pembangka- ngan dan pengingkaran yang paling hebat.Oleh karena itu, kalau al-Qur’an mengarahkan perhatian manu- sia untuk percaya kepada berbagai perubahan dahsyat tersebut dan membawa mereka untuk membenarkan urusan agung yang sangat penting itu... Ya, kalau al-Qur’an melakukan itu semua ribuan kali dan mengulangnya sebanyak jutaan kali, hal itu bukan merupakan pembo- rosan dalam hal balagah dan tidak membuat bosan. Bahkan kebutu- han untuk terus-menerus membacanya dalam al-Qur’an tidak pernah selesai. Sebab, tidak ada yang lebih penting di alam ini daripada uru- san tauhid dan akhirat.
'''Elcevap:''' Daire-i imkânda ve kâinatın sergüzeştine ait inkılablarda ve emanet-i kübrayı ve hilafet-i arziyeyi omuzuna alan nev-i beşerin şakavet ve saadet-i ebediyeye medar olan vazifesine dair en ehemmiyetli en büyük en dehşetli meselelerinden en azametlilerini ders vermek ve hadsiz şüpheleri izale etmek ve gayet şiddetli inkârları ve inatları kırmak cihetinde elbette o dehşetli inkılabları tasdik ettirmek ve o inkılablar azametinde büyük ve beşere en elzem ve en zarurî meseleleri teslim ettirmek için Kur’an, binler defa değil belki milyonlar defa onlara baktırsa yine israf değil ki milyonlar kere tekrar ile o bahisler Kur’an’da okunur, usanç vermez, ihtiyaç kesilmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Contoh, ayat yang berbunyi:“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, kelak kami akan masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selamanya...” (QS. an-Nisâ [4]: 57).Hakikat ayat di atas merupakan kabar gembira akan kebahagiaan abadi yang diumumkan kepada manusia malang yang menghadapi kematian setiap saat. Sehingga kabar gembira ini menyelamatkannya dari gambaran kematian sebagai sebuah kemusnahan abadi. Ia menye- lamatkannya berikut alam dan seluruh kekasihnya dari cengkeraman kefanaan. Bahkan, ia memberinya kekuasaan yang kekal dan kebaha- giaan abadi. Andaikan ayat ini diulang miliaran kali, tidaklah terma- suk pemborosan dan sama sekali tidak mencederai balagahnya.
Mesela اِنَّ الَّذٖينَ اٰمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُم۟ جَنَّاتٌ تَج۟رٖى مِن۟ تَح۟تِهَا ال۟اَن۟هَارُ … خَالِدٖينَ فٖيهَٓا اَبَدًا âyetinin gösterdiği müjde-i saadet-i ebediye hakikati, bîçare beşere her dakika kendini gösteren hakikat-i mevtin hem insanı hem dünyasını hem bütün ahbabını idam-ı ebedîsinden kurtarıp ebedî bir saltanatı kazandırdığından, milyarlar defa tekrar edilse ve kâinat kadar ehemmiyet verilse yine israf olmaz, kıymetten düşmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitulah, engkau melihat al-Qur’an, yang membahas berbagai urusan penting semacam itu dan berusaha meyakinkan manusia de- ngannya lewat pemberian sejumlah argumen kuat, menanamkan da- lam benak dan kalbu berbagai perubahan besar yang terjadi di alam. Ia menjadikannya lugas dan jelas bagi mereka seperti perubahan ru- mah dan bentuknya. Maka sudah tentu pengarahan perhatian, baik secara eksplisit, implisit, maupun simbolik kepada berbagai persoalan semacam itu sebanyak ribuan kali merupakan suatu hal yang sangat
İşte bu çeşit hadsiz kıymettar meseleleri ders veren ve kâinatı bir hane gibi değiştiren ve şeklini bozan dehşetli inkılabları tesis etmekte iknaya ve inandırmaya ve ispata çalışan Kur’an-ı Mu’cizü’l-Beyan elbette sarîhan ve zımnen ve işareten binler defa o meselelere nazar-ı dikkati celbetmek; değil israf belki ekmek, ilaç, hava, ziya gibi birer hâcet-i zaruriye hükmünde ihsanını tazelendirir.
mendesak.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bahkan, ia sama mendesaknya dengan kebutuhan manusia kepada nasi, udara, dan cahaya yang terus-menerus dibutuhkan.Contoh lain adalah ayat yang berbunyi:“Orang-orang yang kafir bagi mereka neraka jahanam...” (QS. Fâthir [35]: 36),“Orang-orang yang zalim bagi mereka siksa yang pedih...” (QS. Ibrâhîm [14]: 22).Hikmah pengulangan ayat di atas—juga ayat-ayat peringatan dan ancaman sejenisnya—serta bentuk redaksinya yang tegas dan keras adalah seperti yang telah kami tegaskan dalam Risalah Nur, yai- tu bahwa kekufuran manusia merupakan sikap yang sangat melanggar hak-hak alam dan sebagian besar makhluk. Hal inilah yang membang- kitkan kemarahan langit dan bumi serta membuat seluruh elemen alam murka kepada orang kafir sehingga menampar kaum yang zalim itu dengan badai dan sebagainya. Bahkan, neraka jahim pun sangat marah hingga nyaris pecah seperti yang disebutkan al-Qur’an:
Hem mesela   اِنَّ ال۟كَافِرٖينَ فٖى نَارِ جَهَنَّمَ   ve اَلظَّالِمٖينَ لَهُم۟ عَذَابٌ اَلٖيمٌ   gibi tehdit âyetlerini Kur’an gayet şiddetle ve hiddetle ve gayet kuvvet ve tekrarla zikretmesinin hikmeti ise –Risale-i Nur’da kat’î ispat edildiği gibi– beşerin küfrü, kâinatın ve ekser mahlukatın hukukuna öyle bir tecavüzdür ki semavatı ve arzı kızdırıyor ve anâsırı hiddete getirip tufanlar ile o zalimleri tokatlıyor. Ve اِذَٓا اُل۟قُوا فٖيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهٖيقًا وَهِىَ تَفُورُ ۝ تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ ال۟غَي۟ظِ  âyetinin sarahatiyle o zalim münkirlere cehennem, öyle öfkeleniyor ki hiddetinden parçalanmak derecesine geliyor.
“Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak. Nyaris (neraka) itu pecah lantaran marah...” (QS. al-Mulk [67]: 7-8).
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Andaikan Penguasa alam mengulang kejahatan besar (kekufu- ran) tersebut dalam berbagai urusan-Nya berikut segala akibatnya dengan gaya bahasa yang sangat keras sebanyak ribuan kali, juta- an kali, atau miliaran kali, ia sama sekali tidak berlebihan dan tidak mencederai balagah al-Qur’an. Hal itu karena dosa tersebut sangat be- sar dan sangat melampaui batas. Di samping itu, ia ditujukan untuk memperlihatkan hak-hak rakyat-Nya dan untuk menampakkan ke- burukan tak terhingga yang terdapat dalam sikap mereka yang kufur dan zalim. Jadi, ia tidak diulang lantaran hina dan kerdilnya manusia, namun karena besarnya pelanggaran dan kezaliman yang dilakukan oleh orang kafir.
İşte böyle bir cinayet-i âmmeye ve hadsiz bir tecavüze karşı beşerin küçüklük ve ehemmiyetsizliği noktasına değil belki zalimane cinayetinin azametine ve kâfirane tecavüzünün dehşetine karşı Sultan-ı Kâinat, kendi raiyetinin hukuklarının ehemmiyetini ve o münkirlerin küfür ve zulmündeki nihayetsiz çirkinliğini göstermek hikmetiyle fermanında gayet hiddet ve şiddetle o cinayeti ve cezasını değil bin defa, belki milyonlar ve milyarlar ile tekrar etse yine israf ve kusur değil ki bin seneden beri yüzer milyon insanlar her gün usanmadan kemal-i iştiyakla ve ihtiyaçla okurlar.
Selanjutnya, kita melihat bagaimana ratusan juta manusia, sejak lebih dari seribu tahun, membaca al-Qur’an dengan penuh antusias dan dengan perasaan amat butuh padanya tanpa pernah merasa bosan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, setiap waktu dan setiap hari merupakan saat sebuah alam berlalu dan sebuah pintu terbuka bagi alam yang baru. Oleh karena itu, pengulangan لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ‌ dengan rasa butuh padanya sebanyak ribuan kali adalah untuk menerangi seluruh alam yang berlalu dan menyi- narinya dengan cahaya iman. Ia membuat kalimat tauhid tersebut lak- sana lentera terang yang terdapat di langit putaran alam dan hari. Jika demikian keadaannya terkait dengan lâ ilâha illallâh, hal yang sama berlaku pada pembacaan al-Qur’an al-Karim. Ia menghapus kegelapan pekat yang menutupi banyaknya pentas yang berlalu dan alam yang terus terbaharui. Ia melenyapkan buruknya gambaran yang terpantul dalam cermin kehidupan. Ia menjadikan berbagai kondisi yang datang sebagai saksi yang menolongnya di hari kiamat, bukan saksi yang memberatkannya. Ia juga menaikkan derajatnya ke tingkatan pengetahuan akan besarnya balasan bagi perbuatan dosa. Ia membuatnya memahami nilai peringatan Sang Penguasa azali yang menghancurkan sikap keras kepala kaum yang zalim. Ia juga mendorongnya untuk berlepas dari kungkungan nafsu ammârah. Karena sejumlah hikmah inilah, al- Qur’an mengulang-ulang apa yang perlu diulang dalam bentuk yang penuh hikmah. Ia memperlihatkan bahwa ancaman al-Qur’an yang sangat banyak, dengan gaya bahasa yang tegas dan keras serta secara berulang-ulang merupakan sebuah hakikat yang agung. Setan yang sebelumnya menganggap hal itu tidak berguna menjadi takluk. Ia lari dari khayalannya yang menganggap hal itu sia-sia. Ya, siksa jahanam adalah balasan adil bagi kaum kafir yang tidak mau memperhatikan berbagai ancaman yang ada.
Evet, her gün her zaman, herkes için bir âlem gider, taze bir âlemin kapısı kendine açılmasından, o geçici her bir âlemini nurlandırmak için ihtiyaç ve iştiyakla   لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ‌   cümlesini binler defa tekrar ile o değişen perdelere ve âlemlere her birisine bir   لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ‌   ı lamba yaptığı gibi öyle de o kesretli, geçici perdeleri ve tazelenen seyyar kâinatları karanlıklandırmamak ve âyine-i hayatında in’ikas eden suretlerini çirkinleştirmemek ve lehinde şahit olabilen o misafir vaziyetleri aleyhine çevirmemek için o cinayetlerin cezalarını ve Padişah-ı Ezelî’nin şiddetli ve inatları kıran tehditlerini, her vakit Kur’an’ı okumakla tahattur edip nefsin tuğyanından kurtulmaya çalışmak hikmetiyle Kur’an, gayet mu’cizane tekrar eder ve bu derece kuvvet ve şiddet ve tekrarla tehdidat-ı Kur’aniyeyi hakikatsiz tevehhüm etmekten şeytan bile kaçar. Ve onları dinlemeyen münkirlere cehennem azabı ayn-ı adalettir, diye gösterir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Di antara yang sering diulang dalam al-Qur’an adalah kisah para nabi. Hikmah pengulangan kisah Musa , misalnya, di mana ia memiliki sejumlah hikmah dan pelajaran seperti yang dimiliki oleh tongkat Musa. Demikian pula dengan pengulangan kisah nabi yang lain adalah untuk menetapkan kerasulan Muhammad x. Hal itu dengan memperlihatkan kenabian seluruh nabi sebagai hujjah atas kebenaran risalah Muhammad x di mana ia tidak mungkin diingkari kecuali oleh orang yang mengingkari kenabian seluruh nabi. Jadi, penyebutan kenabian mereka menjadi dalil atas kerasulan beliau x.
Hem mesela, asâ-yı Musa gibi çok hikmetleri ve faydaları bulunan kıssa-i Musa’nın (as) ve sair enbiyanın kıssalarını çok tekrarında, risalet-i Ahmediyenin hakkaniyetine bütün enbiyanın nübüvvetlerini hüccet gösterip onların umumunu inkâr edemeyen, bu zatın risaletini hakikat noktasında inkâr edemez hikmetiyle ve herkes, her vakit bütün Kur’an’ı okumaya muktedir ve muvaffak olamadığından her bir uzun ve mutavassıt sureyi birer küçük Kur’an hükmüne getirmek için ehemmiyetli erkân-ı imaniye gibi o kıssaları tekrar etmesi; değil israf belki mu’cizane bir belâgattır ve hâdise-i Muhammediye bütün benî-Âdem’in en büyük hâdisesi ve kâinatın en azametli meselesi olduğunu ders vermektir.
Kemudian, banyak di antara manusia yang tidak setiap waktu mampu dan berkesempatan untuk membaca keseluruhan al-Qur’an. Namun mereka mencukupkan diri sesuai kemampuan. Dari sini, hik- mah menjadikan setiap surah yang panjang dan sedang ibarat minia- tur al-Qur’an sangat jelas. Jadi, pengulangan kisah di dalamnya seperti pengulangan rukun iman yang sangat penting. Artinya, pengulangan kisah merupakan tuntutan balagah, bukan sebuah pemborosan. Apala- gi ia berisi pengajaran bahwa peristiwa kemunculan Muhammad x merupakan peristiwa yang paling besar bagi umat manusia dan perso- alan yang paling agung di alam semesta.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, pemberian kedudukan tertinggi dan termulia kepada Rasul x dalam al-Qur’an dan penyambungan kalimat مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللّٰهِ‌—yang mengandung empat rukun iman—dengan kalimat لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ‌, yakni مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللّٰهِ‌لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ‌  menjadi bukti bahwa risalah Muhammad me- rupakan hakikat terbesar di alam ini, pribadi Muhammad x merupa- kan makhluk paling mulia, hakikat Muhammad yang mencerminkan sosok maknawi yang universal dari pribadi Muhammad x adalah lentera yang menerangi dunia dan akhirat, serta bahwa beliau layak mendapatkan kedudukan luar biasa tersebut, sebagaimana hal itu telah ditegaskan dalam sejumlah bagian Risalah Nur lewat berbagai argu- men yang kuat. Di sini kami hanya akan menyebutkan satu dari seribu argumen yang ada, yaitu sebagai berikut:
Evet, Kur’an’da Zat-ı Ahmediye’ye en büyük makam vermek ve dört erkân-ı imaniyeyi içine almakla    لَٓا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ‌   rüknüne denk tutulan مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللّٰهِ‌   ve risalet-i Muhammediye kâinatın en büyük hakikati ve Zat-ı Ahmediye, bütün mahlukatın en eşrefi ve hakikat-i Muhammediye tabir edilen küllî şahsiyet-i maneviyesi ve makam-ı kudsîsi, iki cihanın en parlak bir güneşi olduğuna ve bu hârika makama liyakatine pek çok hüccetleri ve emareleri, kat’î bir surette Risale-i Nur’da ispat edilmiş. Binden birisi şudur ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Semua amal kebaikan yang dilakukan oleh umat Muhammad x pada seluruh masa dituliskan pula pada lembaran kebaikan beliau. Hal ini sesuai dengan kaidah:
اَلسَّبَبُ كَال۟فَاعِلِ   düsturuyla, bütün ümmetinin bütün zamanlarda işlediği hasenatın bir misli onun defter-i hasenatına girmesi ve bütün kâinatın hakikatlerini, getirdiği nur ile nurlandırması, değil yalnız cin, ins, melek ve zîhayatı, belki kâinatı, semavat ve arzı minnettar eylemesi ve istidat lisanıyla nebatatın duaları ve ihtiyac-ı fıtrî diliyle hayvanatın duaları, gözümüz önünde bilfiil kabul olmasının şehadetiyle milyonlar, belki milyarlar fıtrî ve reddedilmez duaları makbul olan suleha-yı ümmeti her gün o zata salât ü selâm unvanıyla rahmet duaları ve manevî kazançlarını en evvel o zata bağışlamaları ve bütün ümmetçe okunan Kur’an’ın üç yüz bin harfinin her birisinde on sevaptan tâ yüz, tâ bin hasene ve meyve vermesinden yalnız kıraat-ı Kur’an cihetiyle defter-i a’maline hadsiz nurlar girmesi haysiyetiyle o zatın şahsiyet-i maneviyesi olan hakikat-i Muhammediye, istikbalde bir şecere-i tûba-i cennet hükmünde olacağını Allâmü’l-guyub bilmiş ve görmüş, o makama göre Kur’an’ında o azîm ehemmiyeti vermiş ve fermanında ona tebaiyetle ve sünnetine ittiba ile şefaatine mazhariyeti en ehemmiyetli bir mesele-i insaniye göstermiş ve o haşmetli şecere-i tûbanın bir çekirdeği olan şahsiyet-i beşeriyetini ve bidayetteki vaziyet-i insaniyesini ara sıra nazara almasıdır.
“Perantara sama seperti pelakunya”.
</div>
Pencerahan yang beliau berikan kepada semua hakikat alam dengan cahaya yang beliau bawa tidak hanya membuat jin, manusia, malaikat dan makhluk hidup rida dan senang. Namun juga membuat seluruh alam, langit dan bumi rida seraya membicarakan berbagai ke- baikan beliau. Jutaan doa yang dipanjatkan oleh orang-orang saleh dari umat beliau bersama miliaran doa fitri dan mustajab yang dipanjatkan oleh makhluk spiritual di mana ia tidak tertolak—dibuktikan oleh pengabulan secara nyata terhadap doa tanaman lewat lisan potensi dan doa hewan lewat lisan kebutuhan alamiahnya—serta doa rahmat lewat salawat dan salam untuk beliau, berbagai pahala dan hadiah kebaikan yang mereka berikan, semua itu pertama-tama dipersembahkan untuk beliau. Belum lagi berbagai pahala tak terhingga yang masuk ke dalam daftar amal kebaikannya lewat bacaan al-Quran umatnya di mana se- tiap huruf darinya—yang lebih dari 300 ribu huruf— mendatangkan sepuluh kebaikan dan sepuluh buah ukhrawi, bahkan seratus atau seri- bu kebaikan.Ya, Dzat Allâmul Ghuyûb telah mengetahui dan menyaksikan bahwa hakikat Muhammad yang merupakan sosok maknawi dari pribadi penuh berkah itu akan menjadi seperti pohon Tuba surga. Oleh karena itu, Allah memberinya, dalam al-Qur’an, kedudukan ting- gi yang layak beliau sandang. Allah menjelaskan dalam firman-Nya bahwa cara untuk mendapatkan syafa`atnya adalah dengan mengikuti sunnahnya yang mulia dan mendapatkan syafa`atnya merupakan per- soalan terbesar bagi manusia. Bahkan seringkali Allah melihat sejum- lah kondisi kemanusiaannya sebagai benih pohon Tuba surga.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, karena sejumlah hakikat al-Qur’an yang terulang memiliki kedudukan tinggi dan berisi banyak hikmah, fitrah yang se- hat menjadi saksi bahwa pengulangannya merupakan mukjizat mak- nawi yang sangat kuat dan luas. Kecuali bagi mereka yang kalbunya sakit dan nuraninya tidak sehat akibat wabah materialisme sehingga terkena kaidah yang terkenal:
İşte Kur’an’ın tekrar edilen hakikatleri bu kıymette olduğundan tekraratında kuvvetli ve geniş bir mu’cize-i maneviye bulunmasına fıtrat-ı selime şehadet eder. Meğer maddiyyunluk taunuyla maraz-ı kalbe ve vicdan hastalığına müptela ola.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kadang seseorang mengingkari cahaya matahari karena sakit mata Dan kadang mulut mengingkari segarnya air karena sakit yang diderita.(*<ref>*Syair tersebut karya Syarafuddin al-Bushairi dalam kasidah al Burdah:Terkadang mata mengingkari cahaya matahari karena sakit mata Lalu mulut mengingkari segarnya air karena sakit yang di derita.</ref>)
قَد۟ يُن۟كِرُ ال۟مَر۟ءُ ضَو۟ءَ الشَّم۟سِ مِن۟ رَمَدٍ وَ يُن۟كِرُ ال۟فَمُ طَع۟مَ ال۟مَاءِ مِن۟ سَقَمٍ  kaidesine dâhil olur.
</div>




<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="BU_ONUNCU_MESELEYE_BİR_HÂTİME_OLARAK_İKİ_HÂŞİYEDİR"></span>
=== BU ONUNCU MESELEYE BİR HÂTİME OLARAK İKİ HÂŞİYEDİR ===
===PENUTUP LAMPIRAN KEDUA (Dua Catatan)===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Catatan Pertama:'''
'''BİRİNCİSİ'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dua belas tahun yang lalu(*<ref>*Maksudnya 12 tahun sebelum penulisan risalah ini—Peny.</ref>)aku mendengar bahwa seorang zindik yang berhati busuk dan bermaksud buruk be- rani menerjemahkan al-Qur’an. Maka ia membuat tulisan berbahaya yang merendahkan kedudukannya dengan berusaha menerjemahkan- nya. Ia berkata, “Hendaknya al-Qur’an ini diterjemahkan agar kedudu- kannya terlihat?” yakni, agar orang-orang bisa melihat pengulangan al-Qur’an yang tidak penting, agar terjemahannya yang dibaca sebagai ganti darinya, dan berbagai pemikiran beracun lainnya.
Bundan on iki sene evvel işittim ki en dehşetli ve muannid bir zındık, Kur’an’a karşı suikastını tercümesiyle yapmaya başlamış ve demiş ki: “Kur’an tercüme edilsin, tâ ne mal olduğu bilinsin.” Yani lüzumsuz tekraratı herkes görsün ve tercümesi onun yerinde okunsun diye dehşetli bir plan çevirmiş.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Namun berkat karunia Allah, Risalah Nur berhasil melumpuhkan pemikiran tersebut dengan berbagai argumennya yang mematikan dan dengan penye- barannya yang luas di setiap tempat. Risalah Nur menegaskan bahwa al-Qur’an tidak mungkin diterjemahkan secara hakiki. Bahasa mana- pun di luar bahasa Arab tak mampu menjaga keistimewaan al-Qur’an al-Karim dan balagahnya yang halus. Sejumlah terjemahan biasa dan parsial yang dibuat oleh manusia tidak akan pernah bisa mengganti- kan ungkapan kalimat al-Qur’an yang bersifat universal dan menak- jubkan di mana setiap hurufnya berisi banyak kebaikan, dari sepuluh hingga seribu. Oleh karena itu, tidak mungkin terjemahannya yang dibaca sebagai ganti darinya.Hanya saja, kaum munafik yang belajar pada orang zindik itu berusaha sekuat tenaga di jalan setan untuk memadamkan cahaya al- Qur’an dengan mulut mereka seperti anak-anak yang bodoh. Namun karena aku tidak bertemu dengan siapa pun, aku tidak mengetahui kondisi yang ada. Aku hanya menduga bahwa apa yang kuutarakan tadi merupakan sebab yang membuat persoalan kesepuluh ini didik- tekan kepadaku, meskipun aku sedang dalam kondisi sulit.
Fakat Risale-i Nur’un cerh edilmez hüccetleri kat’î ispat etmiş ki Kur’an’ın hakiki tercümesi kabil değil ve lisan-ı nahvî olan lisan-ı Arabî yerinde Kur’an’ın meziyetlerini ve nüktelerini başka lisan muhafaza edemez ve her bir harfi, on adetten bine kadar sevap veren kelimat-ı Kur’aniyenin mu’cizane ve cem’iyetli tabirleri yerinde, beşerin âdi ve cüz’î tercümeleri tutamaz, onun yerinde camilerde okunmaz diye Risale-i Nur, her tarafta intişarıyla o dehşetli planı akîm bıraktı. Fakat o zındıktan ders alan münafıklar, yine şeytan hesabına Kur’an güneşini üflemekle söndürmeye, aptal çocuklar gibi ahmakane ve divanecesine çalışmaları hikmetiyle, bana gayet sıkı ve sıkıcı ve sıkıntılı bir halette bu Onuncu Mesele yazdırıldı tahmin ediyorum. Başkalarla görüşemediğim için hakikat-i hali bilemiyorum.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Catatan Kedua:'''
'''İKİNCİ HÂŞİYE'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Suatu hari aku duduk di lantai atas Hotel Şehir setelah dibebaskan dari penjara Denizli. Aku merenungkan pepoho- nan di sekitarku yang berada di taman rindang dan kebun yang indah. Ia tampak gembira lewat gerakannya yang menari-nari dan sangat memikat. Ia bergoyang dengan ranting dan dahannya. Lalu daunnya bergerak dengan sentuhan angin yang lembut. Ia tampak di hadapanku dalam kondisi paling indah dan bersinar seolah-olah sedang bertasbih kepada Allah dalam halakah zikir.Gerakan lembut tersebut menyentuh relung kalbuku yang sedang lara akibat berpisah dengan sejumlah kolega. Aku merasa pilu karena hidup sendiri. Tiba-tiba aku teringat musim gugur dan musim dingin di mana ketika itu dedaunannya akan berguguran dan keindahannya lenyap. Aku pun bersedih melihat pohon yang indah tadi. Demikian pula ketika melihat seluruh makhluk hidup yang tampak gembira. Kesedihan tersebut membuatku meneteskan air mata. Duka menerpa diriku akibat perpisahan di mana ia menutupi tirai alam yang tampak indah.
Denizli Hapsinden tahliyemizden sonra meşhur Şehir Otelinin yüksek katında oturmuştum. Karşımda güzel bahçelerde kesretli kavak ağaçları birer halka-i zikir tarzında gayet latîf, tatlı bir surette hem kendileri hem dalları hem yaprakları, havanın dokunmasıyla cezbekârane ve cazibedarane hareketle raksları, kardeşlerimin müfarakatlarından ve yalnız kaldığımdan hüzünlü ve gamlı kalbime ilişti. Birden güz ve kış mevsimi hatıra geldi ve bana bir gaflet bastı. Ben, o kemal-i neşe ile cilvelenen o nâzenin kavaklara ve zîhayatlara o kadar acıdım ki gözlerim yaşla doldu. Kâinatın süslü perdesi altındaki ademleri, firakları ihtar ve ihsasıyla kâinat dolusu firakların, zevallerin hüzünleri başıma toplandı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Saat dirundung kesedihan semacam itu, tiba-tiba cahaya yang dibawa oleh hakikat Muhammad x menolongku, sebagaimana ia juga menolong setiap mukmin lainnya. Cahaya tersebut mengganti kesedi- han dan kepiluan yang tak terhingga tadi dengan suka cita dan kegem- biraan tiada tara. Akupun merasa sangat senang dan sangat puas de- ngan hakikat Muhammad di mana salah satu limpahan cahayanya yang tak terbatas telah menolongku. Limpahan cahaya itu menyebar- kan pelipur lara ke seluruh jiwa dan ragaku.Gambarannya sebagai berikut:
Birden hakikat-i Muhammediyenin (asm) getirdiği nur, imdada yetişti. O hadsiz hüzünleri ve gamları, sürurlara çevirdi. Hattâ o nurun, herkes ve her ehl-i iman gibi benim hakkımda milyon feyzinden yalnız o vakitte, o vaziyete temas eden imdat ve tesellisi için Zat-ı Muhammediye’ye (asm) karşı ebediyen minnettar oldum. Şöyle ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pandangan lalai di atas memperli- hatkan dedaunan halus dan pepohonan rindang tersebut tidak memi- liki tugas dan misi. Ia tidak berguna dan tidak bermanfaat. Gerakan lembutnya tampak bukan sebagai bentuk rasa rindu dan senang. Akan tetapi karena takut adanya perpisahan. Terkutuklah pandangan lalai tersebut di mana ia telah melukai kerinduan untuk kekal, kecintaan pada kehidupan, ketertarikan pada keindahan, dan kasih sayang terha- dap sesama yang tertanam dalam diri ini. Ia mengubah dunia menjadi neraka maknawi serta mengubah akal menjadi organ yang menyiksa dan menyengsarakan.
Ol nazar-ı gaflet, o mübarek nâzeninleri; vazifesiz, neticesiz, bir mevsimde görünüp, hareketleri neşeden değil belki güya ademden ve firaktan titreyerek hiçliğe düştüklerini göstermekle, herkes gibi bendeki aşk-ı beka ve hubb-u mehasin ve muhabbet-i vücud ve şefkat-i cinsiye ve alâka-i hayatiyeye medar olan damarlarıma o derece dokundu ki böyle dünyayı bir manevî cehenneme ve aklı bir tazip âletine çevirdiği sırada, Muhammed aleyhissalâtü vesselâmın beşere hediye getirdiği nur perdeyi kaldırdı; idam, adem, hiçlik, vazifesizlik, abes, firak, fânilik yerinde o kavakların her birinin yaprakları adedince hikmetleri, manaları ve Risale-i Nur’da ispat edildiği gibi üç kısma ayrılan neticeleri ve vazifeleri var, diye gösterdi:
Ketika sedang menanggung penderitaan semacam itu, seketika cahaya yang dibawa oleh Muhammad x untuk menerangi umat ma- nusia menyingkap tirai yang ada sekaligus memperlihatkan berbagai hikmah, makna, tugas, dan peran yang sangat banyak yang jumlahnya sebanyak dedaunan pohon tadi.Risalah Nur menegaskan bahwa sejumlah tugas dan hikmah tersebut terbagi tiga:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pertama, yang mengarah kepada nama-nama indah Sang Pen- cipta Yang Mahaagung. Sebagaimana ketika seorang ahli mesin yang mahir membuat mesin menakjubkan, maka ia dipuji oleh semua orang dan karyanya diapresiasi sedemikian rupa dengan ucapan “Mâsya Allah, Bârakallah”. Mesin tersebut juga demikian. Ia menyanjung pen- ciptanya dengan lisân hâl (keadaannya). Yaitu dengan memperlihat- kan berbagai hasil yang dituju secara sempurna. Begitu pula semua makhluk hidup dan segala sesuatu merupakan mesin dan menyanjung Penciptanya dengan ucapan selamat.
'''Birinci kısım neticeleri:''' Sâni’-i Zülcelal’in esmasına bakar. Mesela, nasıl ki bir usta hârika bir makineyi yapsa onu takdir eden herkes o zata “Mâşâallah, bârekellah” deyip alkışlar. Öyle de o makine dahi ondan maksud neticeleri tam tamına göstermesiyle, lisan-ı haliyle ustasını tebrik eder, alkışlar. Her zîhayat ve her şey böyle bir makinedir, ustasını tebriklerle alkışlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kedua, yang mengarah pada pandangan makhluk hidup dan makhluk berkesadaran di mana ia menjadi objek perhatian dan re- nungan. Maka segala sesuatu laksana kitab makrifat dan pengeta- huan. Ia tidak meninggalkan alam ini—alam indrawi—kecuali setelah menanamkan sejumlah maknanya di benak makhluk berkesadaran, melekatkan gambarannya dalam ingatan mereka, serta kesan bentuk- nya dalam lembaran khayal yang ada pada catatan ilmu gaib. Artinya, ia tidak keluar dari alam indrawi menuju alam gaib, kecuali setelah masuk ke dalam banyak wilayah wujud dan mendapatkan bentuk wu- jud yang bersifat maknawi, gaib, dan ilmiah.
'''İkinci kısım hikmetleri ise:''' Zîhayatın ve zîşuurun nazarlarına bakar. Onlara şirin bir mütalaagâh, birer kitab-ı marifet olur. Manalarını zîşuurun zihinlerinde ve suretlerini kuvve-i hâfızalarında ve elvah-ı misaliyede ve âlem-i gaybın defterlerinde daire-i vücudda bırakıp sonra âlem-i şehadeti terk eder, âlem-i gayba çekilir. Demek, surî bir vücudu bırakır, manevî ve gaybî ve ilmî çok vücudları kazanır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, selama Allah ada dan selama ilmu-Nya meliputi segala se- suatu, maka dalam dunia mukmin pada hakikatnya tidak ada istilah tiada, ketiadaan, kesia-siaan, lenyap, dan fana. Sebaliknya, dunia orang kafir penuh dengan ketiadaan, perpisahan, kesia-siaan, dan kefanaan. Hakikat ini diperjelas oleh ungkapan terkenal berikut ini:“Siapa yang memiliki Allah, ia memiliki segala sesuatu, sementara yang tidak memiliki Allah,
Evet, madem Allah var ve ilmi ihata eder. Elbette adem, idam, hiçlik, mahv, fena; hakikat noktasında ehl-i imanın dünyasında yoktur ve kâfir münkirlerin dünyaları ademle, firakla, hiçlikle, fânilikle doludur. İşte bu hakikati, umumun lisanında gezen bu gelen darb-ı mesel ders verip der: “Kimin için Allah var, ona her şey var ve kimin için yoksa her şey ona yoktur, hiçtir.
ia tidak memiliki apa-apa”.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kesimpulan: Sebagaimana iman menyelamatkan manusia dari kemusnahan abadi saat mati, ia juga menyelamatkan dunia pribadi- nya dari gelapnya ketiadaan dan kesia-siaan. Sebaliknya, kekufuran—terutama kekufuran mutlak—akan memusnahkan manusia, serta memusnahkan dunianya dengan kematian. Ia akan melemparkannya ke dalam kegelapan neraka maknawi dengan mengubah berbagai ke- nikmatan hidupnya menjadi derita dan petaka.Hendaknya telinga orang-orang yang lebih mencintai dunia ke- timbang akhirat menyimak dan mencari obat untuknya jika mereka benar. Atau, hendaknya mereka masuk ke dalam wilayah iman dan membebaskan diri dari kerugian yang nyata.
Elhasıl, nasıl ki iman, ölüm vaktinde insanı idam-ı ebedîden kurtarıyor; öyle de herkesin hususi dünyasını dahi idamdan ve hiçlik karanlıklarından kurtarıyor. Ve küfür ise hususan küfr-ü mutlak olsa hem o insanı hem hususi dünyasını ölümle idam edip manevî cehennem zulmetlerine atar. Hayatının lezzetlerini acı zehirlere çevirir. Hayat-ı dünyeviyeyi âhiretine tercih edenlerin kulakları çınlasın. Gelsinler, buna ya bir çare bulsunlar veya imana girsinler. Bu dehşetli hasarattan kurtulsunlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dari saudaramu yang mengharap doamu sekaligus merindukanmu:
Duanıza çok muhtaç ve size çok müştak kardeşiniz
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Said Nursî'''
'''Said Nursî'''
</div>




<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
------
------
<center> [[Yirmi Dördüncü Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[Yirmi Altıncı Söz]] </center>
<center> [[Yirmi Dördüncü Söz/id|KALIMAT KEDUA PULUH EMPAT]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[Yirmi Altıncı Söz/id|KALIMAT KEDUA PULUH ENAM]] </center>
------
------
</div>