Yirmi Sekizinci Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark
("Pemilik dari setiap kebun yang terletak di Barla seperti yang kita ketahui berada di kebun lembah ini.(*<ref>*Kebun Sulaiman yang melayani al-fakir ini selama delapan tahun dengan sangat setia. Bahasan ini ditulis di sana selama satu atau dua jamPenulis.</ref>)Hanya saja, setiap lebah, burung, dan pipit yang berada di Barla meski sudah cukup dengan segenggam makanan, mereka berkata, “Semua kebun dan taman Barla merupakan tempat rekreasi dan kunjunganku..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Ya Allah, masukkan kami ke dalam surga bersama orang-orang yang taat, dengan syafaat kekasih pilihan-Mu. Amin." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 8 değişikliği gösterilmiyor) | |||
63. satır: | 63. satır: | ||
Pemilik dari setiap kebun yang terletak di Barla seperti yang kita ketahui berada di kebun lembah ini.(*<ref>*Kebun Sulaiman yang melayani al-fakir ini selama delapan tahun dengan sangat setia. Bahasan ini ditulis di sana selama satu atau dua jamPenulis.</ref>)Hanya saja, setiap lebah, burung, dan pipit yang berada di Barla meski sudah cukup dengan segenggam makanan, mereka berkata, “Semua kebun dan taman Barla merupakan tempat rekreasi dan kunjunganku.” Dengan kata lain, mereka menganggap semua Barla berada dalam kekuasaannya tanpa menghalangi kepemilikan pihak lain yang bersamanya. | Pemilik dari setiap kebun yang terletak di Barla seperti yang kita ketahui berada di kebun lembah ini.(*<ref>*Kebun Sulaiman yang melayani al-fakir ini selama delapan tahun dengan sangat setia. Bahasan ini ditulis di sana selama satu atau dua jamPenulis.</ref>)Hanya saja, setiap lebah, burung, dan pipit yang berada di Barla meski sudah cukup dengan segenggam makanan, mereka berkata, “Semua kebun dan taman Barla merupakan tempat rekreasi dan kunjunganku.” Dengan kata lain, mereka menganggap semua Barla berada dalam kekuasaannya tanpa menghalangi kepemilikan pihak lain yang bersamanya. | ||
Demikian pula dengan manusia. Ia bisa berkata, “Penciptaku telah menyediakan untukku dunia ini seluruhnya sebagai istana, mataharinya sebagai lentera, bintangnya sebagai lampu, dan buminya sebagai pijakan dengan dihiasi permadani yang terhampar. Ia mengu- capkan hal tersebut dengan penuh syukur kepada Tuhan. Pernyataan tersebut tidak menafikan keikutsertaan makhluk lain yang bersaman- ya di dunia, bahkan keberadaan makhluk-makhluk tersebut justru menghiasi dan memperindah dunia. | |||
Oleh sebab itu, kalau manusia atau burung mengaku memiliki kekuasaan dalam wilayah yang besar lalu mendapat nikmat yang berlimpah di dunia yang sempit ini, maka sangat wajar jika ia mendapat karunia berupa kerajaan yang agung di mana jarak antara dua tingkatan sejauh lima ratus tahun perjalanan di negeri yang luas dan abadi. | |||
Kemudian kita juga menyaksikan dan mengetahui di dunia yang padat dan gelap ini keberadaan matahari pada banyak cermin di satu waktu yang bersamaan. Demikian pula dengan kehadiran jibril di seribu satu bintang, di hadapan arasy yang paling agung, di hadapan Nabi x, di hadapan ilahi pada saat yang bersamaan. Lalu, pertemuan Rasul x dengan umatnya yang bertakwa di hari kebangkitan pada saat yang bersamaan, terlihatnya para tokoh wali di sejumlah tempat pada waktu yang bersamaan, pelaksanaan dan penyaksian amal setahun yang ber- langsung hanya dalam satu menit dalam mimpi, keberadaan manusia dengan kalbu, ruh, dan imajinasinya di banyak tempat berikut pem- bentukan hubungan di antara masing-masingnya dalam waktu yang bersamaan, semua itu dapat diketahui dan disaksikan oleh manusia. | |||
Oleh sebab itu, tidak aneh jika penghuni surga yang tubuh mereka berada dalam ruh yang kuat dan ringan serta secepat khayalan berada dalam seratus ribu tempat serta menggauli seratus ribu bidadari, lalu menikmati seratus ribu jenis kenikmatan pada waktu yang bersamaan. Hal itu sesuai dengan kondisi surga yang abadi, bercahaya, tidak terbatas, luas, serta sangat sejalan dengan rahmat ilahi yang bersifat mutlak dan sesuai dengan berita yang dibawa oleh Rasulullah x. Ia adalah sebuah kebenaran dan hakikat yang nyata. Di samping itu, seluruh hakikat agung dan mulia tersebut tidak bisa diukur dengan akal kita yang terbatas. | |||
Ya, akal yang kecil dan terbatas ini tidak bisa menangkap berbagai substansi tersebut. | |||
Pasalnya, “neraca” ini tidak dapat menampung “beban” sebesar itu. | |||
Mahasuci Engkau. Tidak ada yang kami ketahui, kecuali yang Kau ajarkan pada kami. Engkau Maha Mengetahui | |||
dan Maha Bijaksana. | |||
Wahai Tuhan, jangan Kau hukum kami jika lupa atau alpa. | |||
Ya Allah, limpahkan salawat dan salam kepada kekasihMu yang dengan kecintaan dan salatnya, beliau membuka pintu surga sekaligus membantu umatnya untuk membuka surga tersebut lewat salat mereka. | |||
Ya Allah, masukkan kami ke dalam surga bersama orang-orang yang taat, dengan syafaat kekasih pilihan-Mu. Amin. | |||
< | <span id="CENNET_SÖZÜNE_KÜÇÜK_BİR_ZEYL"></span> | ||
== | ==LAMPIRAN SINGKAT== | ||
(Tentang Neraka) | |||
Sebagaimana iman berisi benih surga maknawi, maka kekufuran mengandung benih zaqqum neraka maknawi seperti yang telah kami sebutkan dalam “Kalimat Kedua dan Kedelapan”. | |||
Sebagaimana kekufuran merupakan benih neraka, maka neraka juga menjadi buah baginya. | |||
Sebagaimana kekufuran menjadi sebab masuk neraka, ia juga menjadi sebab keberadaan dan penciptaannya. Pasalnya, andaikan ada seorang penguasa kecil yang memiliki sedikit kemuliaan dan keagungan, lalu ditantang oleh seorang yang berakhlak buruk, “Engkau tidak mampu menghukumku dan tidak akan bisa melakukannya,” tentu ia akan membangun sebuah penjara yang dipe- runtukkan bagi orang celaka tadi untuk menjadi tempatnya, meski sebelumnya tidak ada penjara. | |||
Nah, orang kafir dengan sikapnya yang mengingkari keberadaan neraka, mendustakan Dzat yang memiliki kemuliaan dan keagungan mutlak. Ia malah menisbatkan kelemahan pada Dzat Yang Mahakuasa, menuduhNya berdusta dan tak berdaya. Dengan sikap kufurnya, ia menantang keperkasaanNya, serta mencela keagungannya lewat perbuatan maksiat. Tentu saja, andai tidak ada sebab bagi keberadaan nerakadan ini mustahilmaka Allah akan menciptakan neraka untuk orang kafir tadi yang kekufurannya telah sampai pada tingkat pengingkaran dan penisbatan kelemahan pada-Nya sedemikian rupa. | |||
Wahai Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan ini sia-sia. | |||
Jauhkan kami dari siksa neraka. | |||
------ | ------ | ||
<center> [[Yirmi Yedinci Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[Yirmi Dokuzuncu Söz]] </center> | <center> [[Yirmi Yedinci Söz/id|KALIMAT KEDUA PULUH TUJUH]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[Yirmi Dokuzuncu Söz/id|KALIMAT KEDUA PULUH SEMBILAN]] </center> | ||
------ | ------ | ||
10.24, 25 Kasım 2024 itibarı ile sayfanın şu anki hâli
Kalimat ini secara khusus berbicara tentang surga.
Ia menjelaskan dua kedudukan. Pertama, menjelaskan tentang se- jumlah karunia yang diberikan di surga. Kedua, yang ditulis dalam bahasa Arab, adalah rangkuman sekaligus pondasi dari “Kalimat Kesepuluh”. Di dalamnya terdapat pembuktian keberadaan surga lewat dua belas hakikat meyakinkan yang saling terkait. Karena itu, di sini kami tidak membahas tentang pembuktian keberadaan surga. Kami hanya akan membahas tanya jawab seputar sejumlah kondisi surga yang sering dikritisi. Insya Allah, uraian agung menge- nai hakikat besar tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
“Sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang sejumlah sungai mengalir di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buahbuahan dalam surga itu, mereka mengatakan, “Ini yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa. Untuk mereka terdapat istri-istri yang suci. Dan mereka kekal di dalamnya. (QS. al-Baqarah [2]: 25).
Berikut ini adalah sejumlah jawaban singkat atas berbagai pertanyaan seputar surga yang kekal.
Ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang surga lebih indah daripada surga itu sendiri, lebih cantik daripada bidadarinya, serta lebih nikmat dari mata air salsabilnya. Ayat-ayat yang jelas ini tidak membutuhkan uraian tambahan. Karena itu, kami hanya “menyediakan tangga” untuk mendekati ayat-ayat yang terang, azali, tinggi dan indah itu agar lebih mudah dipahami. Karenanya, kami menjelaskan sejumlah persoalan yang menjadi prototipe bunga-bunga surga al-Qur’an. Kami menerangkannya dalam lima rumusan dalam bentuk tanya jawab.Ya, surga mencakup seluruh jenis kenikmatan maknawi di sam- ping seluruh kenikmatan materi atau fisik.
Pertanyaan:Apa hubungan antara materi atau fisik yang bersifat singkat, cacat, mudah berubah, risau, dan menderita dengan alam keabadian dan surga? Jika ruh sudah cukup dengan berbagai kenikmatan yang ia rasakan di surga, mengapa ada kebangkitan fisik guna ikut merasakan kenikmatan yang sama?
Jawaban:Meski tanah bersifat padat dan gelap jika dibanding- kan dengan air, udara, dan cahaya, namun ia menjadi asal-muasal dari semua jenis ciptaan ilahi. Karena itu, secara maknawi ia memi- liki kedudukan tinggi dan mulia melebihi seluruh unsur yang ada. Demikian pula dengan diri manusia. Meskipun berupa benda padat, ia mengungguli semua perangkat halus manusia selama mengalami proses penyucian.Fisik juga merupakan cermin yang paling mencakup semua manifestasi nama-nama ilahi dan paling komprehensif. Perangkat yang memiliki kemampuan untuk mengukur dan menilai simpanan kekayaan rahmat ilahi yang ada di tubuh atau fisik.
Misalnya, andaikan indra pengecap yang terdapat di lisan tidak berisi sejumlah perang- kat untuk mengecap rezeki sebanyak semua makanan, tentu ia tidak akan bisa merasakan masing-masingnya, tidak akan bisa mengenali perbedaan yang terdapat di antara makanan tersebut, dan tidak bisa membedakan antara yang satu dan yang lainnya.Di samping itu, perangkat untuk mengenali, merasakan, mengecap, dan menangkap sebagian besar nama-nama ilahi yang tampak terdapat pada fisik.
Sejumlah potensi dan kemampuan untuk merasakan berbagai kenikmatan yang tak terhingga dengan jenisnya yang tak terbatas juga terdapat pada fisik.Jadi, dari sini dapat dipahami—sebagaimana telah kami buktikan dalam “Kalimat Kesebelas”—bahwa Pencipta alam, lewat keberadaan alam ini, hendak memperkenalkan seluruh perbendaharaan rahmat-Nya, mengajarkan manifestasi nama-nama-Nya, dan mem- persembahkan seluruh jenis nikmat dan karunia-Nya.
Hal itu lewat berbagai kejadian yang terdapat di alam, beragam aksi di dalamnya, serta lewat universalitas potensi manusia.Karena itu, harus ada telaga besar untuk menjadi wadah aliran entitas yang besar ini; harus ada galeri besar untuk memamerkan produk yang dibuat di pabrik alam; serta harus ada gudang abadi untuk menyimpan semua hasil cocok tanam di dunia.
Dengan kata lain, harus ada negeri kebahagiaan yang sampai batas tertentu menyerupai alam ini sekaligus menjaga semua pondasi fisik dan spritualitasnya. Sudah barang tentu, Sang Pencipta Yang Mahabijak, adil, dan penyayang memberikan sejumlah kenikmatan yang sesuai dengan perangkat fisik tersebut sebagai upah atas tugas yang telah ditunaikannya, ganjaran atas pengabdiannya, dan pahala atas ibadah khususnya.Jika tidak, maka yang muncul adalah kondisi yang sangat bertentangan dengan hikmah, keadilan, dan kasih sayang-Nya. Tentu hal ini tidak sejalan dan tidak sesuai dengan keindahan kasih sayang-Nya dan kesempurnaan keadilan-Nya. Mahasuci Allah dari semua itu.
Pertanyaan:Bagian-bagian tubuh makhluk hidup senantiasa dalam kondisi terbentuk dan terurai. Ia rentan terhadap kepunahan dan tidak abadi. Makan dan minum adalah untuk menjaga kelangsungan hidup manusia secara individual, sementara menggauli istri adalah untuk menjaga kelangsungan hidup manusia secara universal. Semua ini merupakan persoalan fundamental di alam ini. Adapun di alam abadi dan ukhrawi ia tidak lagi dibutuhkan. Kalau demikian, mengapa semua itu termasuk dalam kenikmatan surga yang agung?
Jawaban:Kerentanan fisik makhluk hidup terhadap kepunahan dan kematian di alam ini sejalan dengan keseimbangan antara yang masuk dan yang keluar (input dan output). Sejak masa kanak-kanak hingga usia matang “pemasukan” banyak, sementara “pengeluaran” sedikit. Setelah beranjak tua, pemasukan menurun dan pengeluaran bertambah sehingga keseimbangan menjadi hilang dan makhluk hi- dup tadi mengalami kematian.Adapun di alam abadi, semua partikel stabil. Ia tidak mengalami pembentukan dan penguraian. Dengan kata lain, keseimbangannya bersifat permanen. Keseimbangan antara “pemasukan” dan “pengeluaran” berlangsung secara konstan.(*[1])Tubuh menjadi abadi seiring dengan kesibukan pabrik kehidupan tubuh untuk dapat terus menik- mati berbagai kenikmatan yang ada.
Meskipun makanan, minuman, dan hubungan suamiistri bersumber dari kebutuhan yang terdapat di dunia dan diperlukan untuk melaksanakan tugas, di dalamnya juga diberikan sejumlah kenikmatan beragam yang mengalahkan semua kenikmatan lain sebagai imbalan yang dibayar kontan atas pelaksa- naan tugas yang ada.Jika makan dan menikah menjadi sumber kenikmatan yang menakjubkan dan beragam sampai sedemikian itu di dunia yang penuh derita ini, maka tentu kenikmatan tersebut akan mengambil wujud lain yang sangat mulia dan tinggi di negeri yang penuh kenikmatan dan kebahagiaan yang berupa surga.
Di samping itu, terdapat kenik- matan pahala ukhrawi sebagai imbalan atas kewajiban duniawi yang membuatnya semakin nikmat sebagai ganti dari kebutuhan duniawi di mana ia ditambah dengan kenikmatan lain. Semua itu menjadikan kenikmatan surga demikian indah dan terasa di mana ia mencakup semua jenis kenikmatan serta menjadi sumber dari berbagai jenis kenikmatan yang sesuai dengan surga dan keabadiannya. Pasalnya, ma- teri-materi tak bernyawa yang di dunia ini tidak memiliki perasaan dan mati, ketika berada di akhirat akan mejadi makhluk hidup yang memiliki perasaan. Hal ini sesuai dengan petunjuk al-Qur’an: “Kehidupan dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan. Akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya kalau mereka mengetahui.” (QS. al-Ankabut [29]: 64).Pohon yang terdapat di sana seperti pohon yang terdapat di sini. Ia memahami dan melaksanakan perintah. Batu-batuan di sana seperti batu-batuan yang terdapat di sini.Ia mematuhi apa yang diperintah- kan. Jika engkau berkata kepada pohon, “Berikan padaku buah ini!” ia akan segera memberimu. Jika engkau berkata kepada batu, “Marilah ke sini!” ia akan segera mendatangimu.
Ketika pohon dan batu mengambil sifat-sifat mulia semacam itu, sudah barang tentu minum, makan, dan nikah juga mengambil bentuk lain yang tinggi dan mulia dengan tetap menjaga hakikat fisiknya yang mengalahkan tingkatan duniawi- nya sesuai dengan ketinggian derajat surga atas dunia.
Pertanyaan:Seorang Arab badui mendatangi majelis Rasul x hanya sesaat, namun ia mendapatkan cinta Allah dan bisa bersama Rasul x di dalam surga seperti disebutkan dalam hadis, “Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.”(*[2])Bagaimana mungkin limpahan karunia tak terhingga yang didapat oleh Rasul x menyamai limpahan karunia yang diberikan kepada arab badui tadi?
Jawaban:Kami akan menjelaskan hakikat mulia ini dengan sebuah perumpamaan sebagai berikut. Seorang yang mulia menyiap- kan satu jamuan yang sangat mewah di sebuah taman yang indah. Ia menyiapkan satu galeri yang demikian indah dan menarik. Galeri tersebut berisi berbagai jenis makanan yang bisa dirasakan oleh indra pengecap, meliputi semua bentuk keindahan yang dapat dinikmati oleh indra penglihatan, dan mencakup semua hal menakjubkan yang mencengangkan daya imajinasi. Demikianlah ia menyediakan semua yang disenangi dan disukai oleh indra lahir dan batin.Sekarang dua orang sahabat sama-sama pergi ke tempat jamuan tersebut dan duduk berdampingan dalam satu meja di tempat yang khusus. Hanya saja, salah satu dari mereka memiliki indra pengecap yang lemah di mana hanya bisa merasakan sebagian kecil saja dari jamuan tersebut. Ia juga tidak bisa melihat banyak hal karena penglihatannya terbatas. Tidak bisa mencium berbagai aroma yang nikmat karena kehilangan indra penciuman. Tidak dapat memahami berbagai kondisi luar biasa karena tak mampu menangkap kreasi yang menak- jubkan. Dengan kata lain, ia tidak bisa mengambil manfaat dari keberadaan taman indah di atas, tidak bisa mengecap jamuan mewah itu kecuali hanya satu dari seribu. Bahkan dari jutaan yang terdapat di dalamnya. Hal itu sesuai dengan potensinya yang lemah. Adapun yang satunya lagi, seluruh indra lahir dan batinnya serta semua perangkat halusnya seperti akal, kalbu, dan perasaannya sempurna. Ia bisa merasakan semua bentuk kreasi yang terdapat pada galeri indah tersebut, serta semua keindahan dan hal menakjubkan di dalamnya. Ia bisa merasakan dan mengecap masing-masing darinya meskipun duduk di samping temannya.
Jika hal tersebut bisa terwujud di dunia yang membingungkan, menyakitkan, dan sempit ini di mana perbedaan antara kedua orang di atas seperti antara langit dan bumi, maka tidak aneh jika setiap orang akan mendapatkan bagiannya dari hidangan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang di negeri kebehagiaan dan kekal. Masing- masing akan merasakan apa yang tersedia di dalamnya sesuai dengan potensi yang dimilikinya meski bersama dengan orang yang ia cintai. Surga tidak menghalangi adanya kebersamaan meski kondisinya ber- beda. Sebab, delapan tingkatan surga masing-masingnya lebih tinggi dari yang lain. Hanya saja arasy Allah menjadi atap bagi semuanya.
(*[3])Andaikan sejumlah bangunan yang saling bersambung dibangun di sekitar gunung berbentuk kerucut, masing-masing akan lebih tinggi daripada yang lain laksana sejumlah lingkaran yang mengitari gunung. Lingkaran-lingkaran itu, yang satu tampak lebih tinggi daripada yang lain. Yang jelas, tidak ada yang saling menghalangi untuk melihat ma- tahari. Cahaya matahari tembus ke dalam seluruh rumah. Demikian pula dengan surga. Dalam batas tertentu, ia seperti perumpamaan di atas sebagaimana dipahami dari sejumlah hadis.
Pertanyaan:Terdapat sejumlah hadis yang maknanya kira-kira berbunyi, “Meski dibalut dengan tujuh puluh pakaian, sumsum betis wanita penghuni surga bisa terlihat.” Apa makna darinya dan apa maksudnya? Bagaimana ini bisa dianggap sebagai sebuah keindahan?”
Jawaban:Maknanya sangat indah. Bahkan keindahannya sungguh sangat memikat dan halus. Pasalnya, di dunia yang buruk dan berupa bangkai ini di mana sebagian besarnya merupakan kulit, keindahan yang ada cukup hanya terlihat oleh mata. Sementara, di surga di mana ia merupakan sesuatu yang indah, hidup, dan menakjubkan, serta seluruhnya berupa inti, tanpa ada kulit, maka seluruh indra manu- sia ingin mendapatkan berbagai bentuk cita rasa dan kenikmatannya dari jenis yang halus yang berupa bidadari serta wanita dunia yang keindahannya mengalahkan bidadari. Artinya, hadis Nabi x di atas menunjukkan bahwa mulai dari keindahan pakaian yang paling luar hingga sumsum betis yang berada di dalam tulang, semuanya dapat dinikmati oleh indra tertentu dan perangkat halus manusia.
Ya, hadis tersebut berbunyi, “Setiap pasangan memakai tujuh puluh pakaian yang betis sumsumnya dapat terlihat.” Ia menunjukkan bahwa pada bidadari terdapat seluruh macam perhiasan serta keinda- han fisik dan maknawi yang memuaskan perasaan, indra, cita rasa, dan berbagai perangkat halus manusia yang menyukai keindahan. Dengan kata lain, bidadari tersebut memakai tujuh puluh macam perhiasan surga di mana yang satu tidak menutupi yang lainnya. Bahkan perhi- asan yang mereka kenakan memperlihatkan semua tingkat keindahan beragam lewat fisik, diri, dan tubuh mereka lebih dari tujuh puluh kali lipat.
Lebih dari itu, semua perhiasan tersebut memperlihatkan hakikat petunjuk firman Allah yang berbunyi وَفٖيهَا مَا تَش۟تَهٖيهِ ال۟اَن۟فُسُ وَتَلَذُّ ال۟اَع۟يُنُ “Di dalam surga itu terdapat segala apa yang disenangi jiwa dan sedap (dipandang) mata.” (QS. az-Zukhruf [43]: 71.)
Selanjutnya, hadis itu juga menjelaskan bahwa sesudah makan dan minum penduduk surga tidak memiliki kotoran. Sebab, di dalam surga tidak terdapat unsur yang bersifat kulit atau sisa yang tidak dibutuhkan.Ya, kalau pohon di dunia yang rendah ini yang berada pada tingkatan makhluk hidup terendah tidak meninggalkan kotoran meski banyak mengonsumsi, maka tidak aneh kalau mereka yang berada di tingkatan tertinggi yaitu penduduk surga tidak memiliki kotoran.
Pertanyaan:Dalam sejumlah hadis disebutkan makna berikut ini: penduduk surga menikmati kerajaan seluas dunia berikut ratusan istana dan ratusan ribu bidadari. Lalu, apa kebutuhan satu orang terhadap karunia yang demikian banyak? Apa yang dituntut darinya? Bagaimana hal itu bisa terwujud? Apa makna dari hadis-hadis tersebut?
Jawaban:Kalau manusia hanya berupa benda mati, tumbuhan, perut, atau seperti tubuh hewan, serta jasad yang bersifat sementara, sederhana, terikat dan berat, tentu ia tidak akan memiliki banyak istana dan bidadari semacam itu. Hal itu tidak layak baginya.
Akan tetapi, manusia merupakan salah satu mukjizat ilahi yang menakjubkan. Andaikan diberi semua kerajaan dunia berikut kekayaan dan kenikmatan yang berada di dalamnya di dunia yang fana ini dan di usia yang singkat ini, tentu tidak akan memuaskan keinginannya. Sebab, terdapat banyak kebutuhan untuk sejumlah perangkat halus lainnya.
Sementara, ketika manusia berada di negeri kenikmatan abadi, yang di dalamnya ia memiliki potensi tak terbatas, ia dapat mengetuk pintu rahmat yang tak terhingga dengan lisan kebutuhannya yang tak terkira. Maka, sudah barang tentu kemampuannya meraih semua kebaikan ilahi seperti yang disebutkan dalam banyak hadis merupakan sesuatu yang rasional dan nyata.Hakikat ini akan kita lihat lewat perumpamaan berikut:
Pemilik dari setiap kebun yang terletak di Barla seperti yang kita ketahui berada di kebun lembah ini.(*[4])Hanya saja, setiap lebah, burung, dan pipit yang berada di Barla meski sudah cukup dengan segenggam makanan, mereka berkata, “Semua kebun dan taman Barla merupakan tempat rekreasi dan kunjunganku.” Dengan kata lain, mereka menganggap semua Barla berada dalam kekuasaannya tanpa menghalangi kepemilikan pihak lain yang bersamanya.
Demikian pula dengan manusia. Ia bisa berkata, “Penciptaku telah menyediakan untukku dunia ini seluruhnya sebagai istana, mataharinya sebagai lentera, bintangnya sebagai lampu, dan buminya sebagai pijakan dengan dihiasi permadani yang terhampar. Ia mengu- capkan hal tersebut dengan penuh syukur kepada Tuhan. Pernyataan tersebut tidak menafikan keikutsertaan makhluk lain yang bersaman- ya di dunia, bahkan keberadaan makhluk-makhluk tersebut justru menghiasi dan memperindah dunia.
Oleh sebab itu, kalau manusia atau burung mengaku memiliki kekuasaan dalam wilayah yang besar lalu mendapat nikmat yang berlimpah di dunia yang sempit ini, maka sangat wajar jika ia mendapat karunia berupa kerajaan yang agung di mana jarak antara dua tingkatan sejauh lima ratus tahun perjalanan di negeri yang luas dan abadi.
Kemudian kita juga menyaksikan dan mengetahui di dunia yang padat dan gelap ini keberadaan matahari pada banyak cermin di satu waktu yang bersamaan. Demikian pula dengan kehadiran jibril di seribu satu bintang, di hadapan arasy yang paling agung, di hadapan Nabi x, di hadapan ilahi pada saat yang bersamaan. Lalu, pertemuan Rasul x dengan umatnya yang bertakwa di hari kebangkitan pada saat yang bersamaan, terlihatnya para tokoh wali di sejumlah tempat pada waktu yang bersamaan, pelaksanaan dan penyaksian amal setahun yang ber- langsung hanya dalam satu menit dalam mimpi, keberadaan manusia dengan kalbu, ruh, dan imajinasinya di banyak tempat berikut pem- bentukan hubungan di antara masing-masingnya dalam waktu yang bersamaan, semua itu dapat diketahui dan disaksikan oleh manusia.
Oleh sebab itu, tidak aneh jika penghuni surga yang tubuh mereka berada dalam ruh yang kuat dan ringan serta secepat khayalan berada dalam seratus ribu tempat serta menggauli seratus ribu bidadari, lalu menikmati seratus ribu jenis kenikmatan pada waktu yang bersamaan. Hal itu sesuai dengan kondisi surga yang abadi, bercahaya, tidak terbatas, luas, serta sangat sejalan dengan rahmat ilahi yang bersifat mutlak dan sesuai dengan berita yang dibawa oleh Rasulullah x. Ia adalah sebuah kebenaran dan hakikat yang nyata. Di samping itu, seluruh hakikat agung dan mulia tersebut tidak bisa diukur dengan akal kita yang terbatas.
Ya, akal yang kecil dan terbatas ini tidak bisa menangkap berbagai substansi tersebut.
Pasalnya, “neraca” ini tidak dapat menampung “beban” sebesar itu.
Mahasuci Engkau. Tidak ada yang kami ketahui, kecuali yang Kau ajarkan pada kami. Engkau Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.
Wahai Tuhan, jangan Kau hukum kami jika lupa atau alpa.
Ya Allah, limpahkan salawat dan salam kepada kekasihMu yang dengan kecintaan dan salatnya, beliau membuka pintu surga sekaligus membantu umatnya untuk membuka surga tersebut lewat salat mereka.
Ya Allah, masukkan kami ke dalam surga bersama orang-orang yang taat, dengan syafaat kekasih pilihan-Mu. Amin.
LAMPIRAN SINGKAT
(Tentang Neraka)
Sebagaimana iman berisi benih surga maknawi, maka kekufuran mengandung benih zaqqum neraka maknawi seperti yang telah kami sebutkan dalam “Kalimat Kedua dan Kedelapan”.
Sebagaimana kekufuran merupakan benih neraka, maka neraka juga menjadi buah baginya.
Sebagaimana kekufuran menjadi sebab masuk neraka, ia juga menjadi sebab keberadaan dan penciptaannya. Pasalnya, andaikan ada seorang penguasa kecil yang memiliki sedikit kemuliaan dan keagungan, lalu ditantang oleh seorang yang berakhlak buruk, “Engkau tidak mampu menghukumku dan tidak akan bisa melakukannya,” tentu ia akan membangun sebuah penjara yang dipe- runtukkan bagi orang celaka tadi untuk menjadi tempatnya, meski sebelumnya tidak ada penjara.
Nah, orang kafir dengan sikapnya yang mengingkari keberadaan neraka, mendustakan Dzat yang memiliki kemuliaan dan keagungan mutlak. Ia malah menisbatkan kelemahan pada Dzat Yang Mahakuasa, menuduhNya berdusta dan tak berdaya. Dengan sikap kufurnya, ia menantang keperkasaanNya, serta mencela keagungannya lewat perbuatan maksiat. Tentu saja, andai tidak ada sebab bagi keberadaan nerakadan ini mustahilmaka Allah akan menciptakan neraka untuk orang kafir tadi yang kekufurannya telah sampai pada tingkat pengingkaran dan penisbatan kelemahan pada-Nya sedemikian rupa.
Wahai Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan ini sia-sia. Jauhkan kami dari siksa neraka.
- ↑ *Di dunia ini tubuh manusia dan binatang ibarat tempat jamuan, barak, atau seko- lah bagi partikel. Sejumlah partikel tak bernyawa masuk ke dalamnya lalu mendapatkan kelayakan untuk menjadi partikel alam abadi yang hidup. Kemudian ia keluar darinya. Adapun di akhirat, cahaya kehidupan di sana bersifat komprehensif yang mencakup segala sesuatu sebagaimana bunyi firman Allah اِنَّ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ لَهِىَ الْحَيَوَانُ “Negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya.” (QS. al-Ankabut [29]: 64). Karena itu, perjalanan dan pe- ngajaran tidak dibutuhkan untuk menjadi bercahaya. Partikel tetap dalam kondisi konstan dan permanenPenulis.
- ↑ *HR. al-Bukhârî, al-Adab 96; Muslim, al-Bir 165; at-Tirmidzi dalam az-Zuhd 50; ad-Dârimi, ar-Riqâq 71; Ahmad ibn Hambal, al-Musnad 1/392; ad-Dâruqutni, as-Sunan 1/131; Ibnu Abi Syaibah, al-Mushannaf 7/507.
- ↑ *“Surga memiliki seratus tingkatan. Jarak antara dua tingkatan seperti antara langit dan bumi. Surga Firdaus merupakan surga yang paling tinggi dan paling tengah. Di atasnya terdapat arasy Allah Yang Maha Pengasih...” (HR. Ibnu Majah).
- ↑ *Kebun Sulaiman yang melayani al-fakir ini selama delapan tahun dengan sangat setia. Bahasan ini ditulis di sana selama satu atau dua jamPenulis.