İçeriğe atla

Yirmi Dokuzuncu Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

"------ <center> KALIMAT KEDUA PULUH DELAPAN ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KETIGA PULUH </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Kesimpulannya, setiap kali manusia berpindah dari satu fase kepada fase yang lain, ia mengalami banyak perubahan yang rapi dan menakjubkan. Misalnya, dari nutfah menuju alaqah (segumpal darah), dari alaqah menuju mudgah (segumpal daging), dari mudgah menuju tulang dan kemudian daging. Selanjutnya dari sana ia menuju kepada makhluk yang baru. Dengan kata lain, perubahannya kepada bentuk manusia mengikuti sejumlah rambu yang cermat. Setiap fase darinya mem..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("------ <center> KALIMAT KEDUA PULUH DELAPAN ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KETIGA PULUH </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
 
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 79 değişikliği gösterilmiyor)
337. satır: 337. satır:
Kesimpulannya, setiap kali manusia berpindah dari satu fase kepada fase yang lain, ia mengalami banyak perubahan yang rapi dan menakjubkan. Misalnya, dari nutfah menuju alaqah (segumpal darah), dari alaqah menuju mudgah (segumpal daging), dari mudgah menuju tulang dan kemudian daging. Selanjutnya dari sana ia menuju kepada makhluk yang baru. Dengan kata lain, perubahannya kepada bentuk manusia mengikuti sejumlah rambu yang cermat. Setiap fase darinya memiliki hukum khusus, sistem tertentu, dan gerakan baku di mana ia menyingkap cahaya tujuan, iradah, pilihan, dan hikmah Tuhan.
Kesimpulannya, setiap kali manusia berpindah dari satu fase kepada fase yang lain, ia mengalami banyak perubahan yang rapi dan menakjubkan. Misalnya, dari nutfah menuju alaqah (segumpal darah), dari alaqah menuju mudgah (segumpal daging), dari mudgah menuju tulang dan kemudian daging. Selanjutnya dari sana ia menuju kepada makhluk yang baru. Dengan kata lain, perubahannya kepada bentuk manusia mengikuti sejumlah rambu yang cermat. Setiap fase darinya memiliki hukum khusus, sistem tertentu, dan gerakan baku di mana ia menyingkap cahaya tujuan, iradah, pilihan, dan hikmah Tuhan.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lewat cara yang sama, Pencipta Yang Mahabijak mengganti fisik ini pada setiap tahun sebagaimana mengganti baju. Karenanya, fisik membutuhkan konstruksi baru agar bisa berubah dan tetap hidup. Ia membutuhkan sejumlah partikel yang aktif dan baru untuk menggantikan bagian-bagian yang telah terurai. Nah, sebagaimana selsel tubuh hancur dengan hukum ilahi yang rapi, ia juga membutuhkan materi lembut dengan nama Dzat Pemberi rezeki agar terbangun kem- bali lewat hukum ilahi yang cermat. Dzat Pemberi rezeki hakiki lewat hukum yang khusus membagikan dan mendistribusikan kepada setiap organ tubuh berbagai materi yang dibutuhkannya.
İşte şu tarzda o vücudu yapan Sâni’-i Hakîm, her sene bir libas gibi o vücudu değiştirir. O vücudun değiştirilmesi ve bekası için inhilal eden eczaların yerini dolduracak, çalışacak yeni zerrelerin gelmesi için bir terkibe muhtaçtır. İşte o beden hüceyreleri, muntazam bir kanun-u İlahî ile yıkıldığından yine muntazam bir kanun-u Rabbanî ile tamir etmek için rızık namıyla bir madde-i latîfeyi ister ki o beden uzuvlarının ayrı ayrı hâcetleri nisbetinde Rezzak-ı Hakiki, bir kanun-u mahsus ile taksim ve tevzi ediyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sekarang, lihatlah sejumlah fase perkembangan dari materi halus yang dikirim oleh Dzat Pemberi rezeki yang mahabijak. Engkau bisa menyaksikan bagaimana partikel-partikel materi tersebut seperti rombongan yang tersebar di udara, di bumi, dan di air. Sementara ia tersebar di berbagai tempat, di sisi lain ia dapat dimobilisasi dan dikumpulkan dengan cara khusus pula. Satu dengan yang lainnya bisa berkumpul dalam satu tatanan yang sangat rapi. Hal ini menyiratkan bahwa ia merupakan gerakan yang terarah.
Şimdi o Rezzak-ı Hakîm’in gönderdiği o madde-i latîfenin etvarına bak, göreceksin ki o maddenin zerratı bir kafile gibi küre-i havada, toprakta, suda dağılmış iken birden hareket emrini almışlar gibi bir hareket-i kasdîyi işmam eden bir keyfiyet ile toplanıyorlar. Güya onlardan her bir zerre, bir vazife ile bir muayyen mekâna gitmek için memurdur gibi gayet muntazam toplanıyorlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tingkah lakunya menjelaskan bahwa Pelaku yang memiliki iradah menggiring partikel-partikel itu dengan hukumnya yang bersifat khusus dari alam makhluk mati menuju alam makhluk hidup. Di sini setelah masuk ke dalam tubuh tertentu sebagai rezeki baginya, ia berjalan sesuai dengan aturan tertentu dan gerakan yang baku. Setelah dimatangkan di empat dapur, dijalankan pada empat bentuk transformasi yang menakjubkan, dibersihkan dengan empat tingkatan, iapun dipersiapkan untuk didistribuksikan menuju seluruh penjuru tubuh dan berbagai organnya sesuai kebutuhan di bawah pengawasan Tuhan Pemberi rezeki hakiki. Apabila dengan kacamata hikmah engkau memperhatikan partikel manapun darinya, engkau akan melihat bahwa Dzat yang telah menggiring dan menjalankannya sudah pasti menggiring dengan penglihatan penuh, rapi, disertai pendengaran dan pengetahuan yang komprehensif. Tidak mungkin unsur kebetu- lan, alam yang tuli, serta sebab yang dungu masuk ke dalamnya.
Hem gidişatından görünüyor ki bir Fâil-i Muhtar’ın bir kanun-u mahsusu ile sevk edilip, cemadat âleminden mevalide, yani zîhayat âlemine girerler. Sonra nizamat-ı muayyene ve harekât-ı muttaride ile ve desatir-i mahsusa ile rızık olarak bir bedene girip; o beden içinde dört matbahta pişirildikten sonra ve dört inkılabat-ı acibeyi geçirdikten sonra ve dört süzgeçten süzüldükten sonra bedenin aktarına yayılarak bütün muhtaç olan azaların muhtelif, ayrı ayrı derece-i ihtiyaçlarına göre Rezzak-ı Hakiki’nin inayetiyle ve muntazam kanunları ile inkısam ederler.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pasalnya, ketika setiap partikel masuk ke fase manapun, mulai dari keberadaannya sebagai elemen di lingkungan luar hingga ke dalam sel tubuh yang kecil, seolaholah ia bekerja sesuai dengan kehendak hukum tertentu pada setiap fasenya. Ketika masuk, ia masuk dengan teratur. Serta ketika berjalan pada setiap tingkatannya, ia berjalan dengan langkah-langkah yang teratur sehingga tampak jelas bahwa perintah Dzat Yang Mahabijak yang menggiringnya.
İşte o zerrattan hangi zerreye bir nazar-ı hikmetle baksan göreceksin ki basîrane, muntazamane, semîane, alîmane sevk olunan o zerreye, kör ittifak, kanunsuz tesadüf, sağır tabiat, şuursuz esbab, hiç ona karışamaz. Çünkü her birisi unsur-u muhitten tut, tâ beden hüceyresine kadar hangi tavra girmiş ise o tavrın kavanin-i muayyenesi ile güya ihtiyaren amel ediyor, muntazaman giriyor. Hangi tabakaya sefer etmiş ise öyle muntazam adım atıyor ki bilbedahe bir Sâik-i Hakîm’in emriyle gidiyor gibi görünüyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah semua terjadi dengan sangat rapi. Setiap kali partikel berjalan dari satu fase ke fase yang lain, dan dari satu tingkatan kepada tingkatan yang lain, ia tidak keluar dari tujuan hingga sampai kepada posisi yang telah ditentukan untuknya lewat perintah ilahi. Misalnya pupil mata Taufik.(*<ref>*Ia adalah salah seorang murid Said Nursi generasi pertama dan salah seorang penulis Risalah Nur.</ref>)Di sana ia berhenti untuk melaksanakan tugasnya dan menunaikan pekerjaan yang diamanahkan padanya.
İşte böyle muntazam tavırdan tavıra, tabakadan tabakaya gitgide hedef ve maksadından ayrılmayarak tâ makam-ı lâyıkına, mesela, Tevfik’in göz bebeğine emr-i Rabbanî ile girer, oturur, çalışır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jadi, manifestasi rububiyah dalam persoalan rezeki menerangkan bahwa partikel-partikel tersebut sejak awal sudah jelas dan mendapat perintah. Ia bertanggung jawab atas sebuah tugas. Ia juga dipersiapkan untuk sampai kepada berbagai posisi yang diperuntukkan baginya. Seolah-olah telah tertulis pada setiap partikel apa yang menjadi tugasnya. Yakni, ia akan menjadi rezeki bagi sel tertentu. Tatanan menakjubkan ini menunjukkan bahwa nama setiap manusia telah tertulis rezekinya sebagaimana ia tertulis lewat pena takdir.
İşte bu halde, yani erzaktaki tecelli-i rububiyet gösteriyor ki iptida o zerreler muayyen idiler, muvazzaf idiler, o makamlar için namzet idiler. Güya her birisinin alnında ve cephesinde “Filan hüceyrenin rızkı olacak.” yazılı gibi bir intizamın vücudu, her adamın alnında kalem-i kader ile rızkı yazılı olduğuna ve rızkı üstünde isminin yazılı olmasına işaret eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Mungkinkah Tuhan Yang Maha Pengasih yang memiliki kekua- saan mutlak dan hikmah yang menyeluruh tidak membangkitkannya lagi? Atau Dia tak berdaya untuk melakukannya? Padahal, Dia adalah penguasa langit dan bumi di mana semua berada dalam genggaman tangan-Nya. Mulai dari partikel hingga galaksi. Dia yang mengendalikan semuanya dalam sebuah tatanan yang rapi dan neraca yang cermat. Mahasuci Allah dari apa yang mereka katakan.
Acaba mümkün müdür ki bu derece nihayetsiz bir kudret ve muhit bir hikmet ile rububiyet eden ve zerrattan tâ seyyarata kadar bütün mevcudatı kabza-i tasarrufunda tutmuş ve intizam ve mizan dairesinde döndüren Sâni’-i Zülcelal “neş’e-i uhra”yı yapmasın veya yapamasın!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karenanya, banyak ayat al-Qur’an yang mengarahkan perhatian manusia kepada penciptaan pertama yang penuh hikmah sebagai perumpamaan bagi kebangkitan kedua pada hari kiamat. Hal itu agar persoalan kebangkitan mudah diterima oleh pikiran manusia. Misalnya, ayat yang berbunyi:“Katakanlah, “Yang menghidupkannya adalah Dzat yang telah menciptakannya pertama kali…” (QS. Yâsîn [36]: 79).Artinya, Dzat yang telah menciptakanmudi mana sebelumnya engkau tidak adadalam bentuk yang penuh hikmah adalah Dzat yang akan menghidupkanmu di akhirat.
İşte çok âyât-ı Kur’aniye, şu hikmetli “neş’e-i ûlâ”yı nazar-ı beşere vaz’ediyor. Haşir ve kıyametteki “neş’e-i uhra”yı ona temsil ederek istib’adı izale eder. Der:    قُل۟ يُح۟يٖيهَا الَّذٖٓى اَن۟شَاَهَٓا اَوَّلَ مَرَّةٍ    Yani “Sizi hiçten bu derece hikmetli bir surette kim inşa etmiş ise odur ki sizi âhirette diriltecektir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali. Menghidupkan kembali adalah lebih mudah bagi-Nya.” (QS. ar-Rûm [30]: 27).Artinya, proses mengembalikan dan menghidupkan kalian kembali di akhirat adalah lebih mudah daripada proses penciptaan kalian di dunia. Pasalnya, ketika pasukan tersebar ke mana-mana untuk ber- istirahat, mereka bisa dikembalikan ke tempatnya semula di bawah panji kelompoknya hanya dengan satu tiupan trompet militer sehingga mereka terkumpul di satu tempat. Hal ini jauh lebih mudah daripada membentuk satu kelompok pasukan baru.
Hem der ki:     وَهُوَ الَّذٖى يَب۟دَؤُا ال۟خَل۟قَ ثُمَّ يُعٖيدُهُ وَهُوَ اَه۟وَنُ عَلَي۟هِ   Yani “Sizin haşirde iadeniz, dirilmeniz, dünyadaki hilkatinizden daha kolay, daha rahattır.” Nasıl ki bir taburun askerleri, istirahat için dağılsa, sonra bir boru ile çağrılsa kolay bir surette tabur bayrağı altında toplanmaları; yeniden bir tabur teşkil etmekten çok kolay ve çok rahattır. Öyle de bir bedende birbiriyle imtizaç ile ünsiyet ve münasebet peyda eden zerrat-ı esasiye, Hazret-i İsrafil aleyhisselâmın Sûr’u ile Hâlık-ı Zülcelal’in emrine “Lebbeyk!” demeleri ve toplanmaları; aklen birinci icaddan daha kolay, daha mümkündür.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Berkumpulnya partikel tidak mesti semuanya, tetapi cukup partikel utama yang merupakan benih bagi tubuh yang dalam hadis Nabi x disebut “tulang ekor”. Itulah bagian utama dan partikel pokok yang memadai untuk menjadi dasar kebangkitan di akhirat. Tuhan Yang Mahabijak membentuk kembali tubuh manusia di atas landasan terse- but.
Hem bütün zerrelerin toplanmaları belki lâzım değil. Nüveler ve tohumlar hükmünde olan ve hadîste “Acbü’z-zeneb” tabir edilen ecza-i esasiye ve zerrat-ı asliye, ikinci neş’e için kâfi bir esastır, temeldir. Sâni’-i Hakîm, beden-i insanîyi onların üstünde bina eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun analogi keadilan yang disebutkan oleh ayat al-Qur’an وَ مَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِل۟عَبٖيدِ ‘Tuhanmu tidak pernah berbuat zalim kepada para hamba”, secara ringkas adalah sebagai berikut:
Üçüncü âyet olan   وَ مَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِل۟عَبٖيدِ   gibi âyetlerin işaret ettikleri kıyas-ı adlînin hülâsası şudur ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kita sering melihat bagaimana kaum yang zalim dan fasik meng- habiskan kehidupan mereka dalam kondisi yang sangat makmur dan lapang. Sementara, kaum yang mendapat penganiayaan dan kaum yang taat menghabiskan hidup dalam kondisi sulit. Dari sana kematian datang untuk mengumpulkan kedua golongan tadi tanpa ada perbedaan. Andaikan akhir yang diinginkan dari kezaliman itu tidak terwujud di dunia, berarti akan ada pertemuan di akhirat di antara keduanya agar yang pertama mendapatkan balasannya dan yang kedua mendapat imbalan. Sebab, Dzat yang jauh dari sifat zalim di mana Dia Mahaadil dan bijak lewat kesaksian seluruh alam, sifat adil dan bijak-Nya tidak mungkin bisa menerima kezaliman yang ada. Jadi, akhir yang dituju sudah jelas.
Âlemde çok görüyoruz ki: Zalim, fâcir, gaddar insanlar gayet refah ve rahatla ve mazlum ve mütedeyyin adamlar gayet zahmet ve zillet ile ömür geçiriyorlar. Sonra ölüm gelir, ikisini müsavi kılar. Eğer şu müsavat nihayetsiz ise bir nihayeti yoksa zulüm görünür. Halbuki zulümden tenezzühü, kâinatın şehadetiyle sabit olan adalet ve hikmet-i İlahiye, bu zulmü hiçbir cihetle kabul etmediğinden bilbedahe bir mecma-ı âheri iktiza ederler ki birinci, cezasını; ikinci, mükâfatını görsün. Tâ şu intizamsız, perişan beşer, istidadına münasip tecziye ve mükâfat görüp adalet-i mahzaya medar ve hikmet-i Rabbaniyeye mazhar ve hikmetli mevcudat-ı âlemin bir büyük kardeşi olabilsin.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, dunia yang singkat ini tidak memadai untuk memperlihatkan dan membuahkan berbagai potensi yang tersimpan dalam ruh manu- sia. Manusia harus dikirim ke alam yang lain. Ya, substansi manusia sangat agung. Karena itu, ia menjadi simbol keabadian. Esensinya sangat tinggi dan mulia. Tidak aneh kalau kejahatan yang dilakukannya juga bernilai besar; tidak seperti entitas lain. Tatanannya halus dan menakjubkan. Akhir perjalanannya pasti tertata, tidak akan dibiarkan begitu saja. Ia juga tidak akan fana dan lari menuju ketiadaan.'''Neraka membuka mulutnya lebar-lebar menantikannya. Surga juga membentangkan tangan untuk mendekapnya.'''Sengaja kami membahasnya secara ringkas di sini karena hakikat ketiga dari “Kalimat Kesepuluh” telah menerangkannya dengan sangat jelas.
Evet şu dâr-ı dünya, beşerin ruhunda mündemic olan hadsiz istidatların sümbüllenmesine müsait değildir. Demek, başka âleme gönderilecektir. Evet, insanın cevheri büyüktür. Öyle ise ebede namzettir. Mahiyeti âliyedir, öyle ise cinayeti dahi azîmdir. Sair mevcudata benzemez. İntizamı da mühimdir. İntizamsız olamaz, mühmel kalamaz, abes edilmez, fena-yı mutlak ile mahkûm olamaz, adem-i sırfa kaçamaz. Ona cehennem ağzını açmış, bekliyor. Cennet ise âğuş-u nazdaranesini açmış, gözlüyor. Onuncu Söz’ün Üçüncü Hakikati bu ikinci misalimizi gayet güzel gösterdiğinden burada kısa kesiyoruz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah kami menyebutkan dua ayat di atas sebagai contoh. Engkau bisa menganalogikan dan menelaah hal serupa pada ayat-ayat lain yang berisi petunjuk rasional yang amat banyak.Itulah sepuluh poros atau sumber yang melahirkan intuisi yang benar dan bukti meyakinkan atas adanya kebangkitan. Sebagaima- na intuisi dan petunjuk yang kuat bisa menjadi dalil yang kokoh atas keberadaan kiamat dan kebangkitan fisik, demikian pula dengan na- ma-nama ilahi yang mulia: al-Hakîm (Mahabijak), ar-Rahîm (Yang Maha Penyayang), al-Hafîdz (Yang Maha Memelihara), al-Âdil (Yang Mahaadil). Sebagian besar nama Allah menuntut keberadaan kiamat dan kebahagiaan yang kekal. Ia menjadi dalil bahwa kiamat pasti terwujud. Hal ini seperti yang telah kami uraikan pada “Kalimat Kesepuluh”.
İşte misal için şu iki âyet-i kerîme gibi pek çok berahin-i latîfe-i akliyeyi tazammun eden sair âyetleri dahi kıyas eyle, tetebbu et. İşte menabi-i aşere ve on medar; bir hads-i kat’î, bir bürhan-ı kātı’ı intac ediyorlar ve o pek esaslı hads ve o pek kuvvetli bürhan, haşir ve kıyamete dâî ve muktezînin vücuduna kat’iyen delâlet ettikleri gibi; Sâni’-i Zülcelal’in dahi –Onuncu Söz’de kat’iyen ispat edildiği üzere– Hakîm, Rahîm, Hafîz, Âdil gibi ekser esma-i hüsnası, haşir ve kıyametin gelmesini ve saadet-i ebediyenin vücudunu iktiza ederler ve saadet-i ebediyenin tahakkukuna kat’î delâlet ederler.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karenanya, konsekuensi akan adanya kebangkitan dan kiamat bagi kami sangat jelas dan kuat sehingga ia tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya.
Demek, haşir ve kıyamete muktezî o derece kuvvetlidir ki hiçbir şek ve şüpheye medar olamaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="ÜÇÜNCÜ_ESAS"></span>
=== ÜÇÜNCÜ ESAS ===
===Landasan Ketiga===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, sebagaimana tidak ada keraguan terkait dengan keniscayaan kebangkitan,  
'''Fâil, muktedirdir.'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
demikian pula tidak ada keraguan terhadap kekuasaan mutlak Tuhan yang menciptakan kebangkitan. Tidak ada kelemahan pada qudrah-Nya. Bagi-Nya sama saja antara yang besar dan yang kecil. Bagi-Nya sama saja antara menciptakan musim semi secara utuh dan menciptakan setangkai bunga.Ya, Dzat Yang Mahakuasa yang keagungan dan qudrah-Nya diakui oleh alam lewat lisan matahari dan bintangnya, bahkan dengan lisan partikel berikut apa yang terdapat di dalamnya, layakkah sebuah ilusi dan bisikan mengingkari kekuasaan mutlak tersebut da- lam membangkitkan makhluk?
Evet, nasıl haşrin muktezîsi, şüphesiz mevcuddur. Haşri yapacak zat da nihayet derecede muktedirdir. Onun kudretinde noksan yoktur. En büyük ve en küçük şeyler, ona nisbeten birdirler. Bir baharı halk etmek, bir çiçek kadar kolaydır. Evet, bir Kadîr ki şu âlem; bütün güneşleri, yıldızları, avâlimi, zerratı, cevahiri nihayetsiz lisanlarla onun azametine ve kudretine şehadet eder. Hiçbir vehim ve vesvesenin hakkı var mıdır ki haşr-i cismanîyi o kudretten istib’ad etsin.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dzat Yang Mahakuasa dan Mahamulia menciptakan sejumlah alam baru secara rapi pada setiap musim di alam yang besar ini. Bahkan pada setiap tahun Dia menciptakan dunia baru yang tertata rapi. Bahkan pada setiap hari Dia menciptakan alam baru yang rapi. Jadi, secara terus-menerus Dia menciptakan berbagai alam, dunia, dan entitas yang saling berganti dengan penuh hikmah di atas permukaan langit dan bumi di mana di atas bentangan waktu Dia menyebarkan dan menggantungkan sejumlah alam yang rapi sebanyak musim dan tahun serta sebanyak hari. Dia yang menghias kebun musim semi yang agung dan luas dengan ratusan ribu lukisan kebangkitan seperti menghias setangkai bunga. Keindahan kreasi-Nya dan kesempurnaan hikmah-Nya itu terlihat jelas oleh kita. Nah, adakah yang berani bertanya kepada Dzat Yang Mahakuasa dan mulia tersebut, “Bagaimana kiamat bisa terjadi? Atau, Bagaimana dunia di- gantikan dengan akhirat?”
Evet, bilmüşahede bir Kadîr-i Zülcelal şu âlem içinde, her asırda birer yeni ve muntazam dünyayı halk eden, hattâ her senede birer yeni seyyar, muntazam kâinatı icad eden, hattâ her günde birer yeni muntazam âlem yapan; daima şu semavat ve arz yüzünde ve birbiri arkasında geçici dünyaları, kâinatları kemal-i hikmet ile halk eden, değiştiren ve asırlar ve seneler, belki günler adedince muntazam âlemleri zaman ipine asan ve onunla azamet-i kudretini gösteren ve yüz bin çeşit haşrin nakışlarıyla tezyin ettiği koca bahar çiçeğini küre-i arzın başına bir tek çiçek gibi takan ve onunla kemal-i hikmetini, cemal-i sanatını izhar eden bir zat, “Nasıl kıyameti getirecek, nasıl bu dünyayı âhiretle değiştirecek?” denilir mi?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Allah berfirman:“Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membang- kitkan) satu jiwa saja. (QS. Luqmân [31]: 28).
Şu Kadîr’in kemal-i kudretini ve hiçbir şey ona ağır gelmediğini ve en büyük şey en küçük şey gibi onun kudretine ağır gelmediğini ve hadsiz efrad, bir tek fert gibi o kudrete kolay geldiğini, şu âyet-i kerîme ilan ediyor:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ayat di atas menginformasikan bahwa hal itu tidaklah sulit bagi Dzat Yang Mahakuasa. Segala sesuatu, baik yang paling besar maupun yang paling kecil sangatlah mudah bagiNya. Komunitas yang besar dengan jumlahnya yang tak terhingga sama seperti satu individu bagi-Nya.
مَا خَل۟قُكُم۟ وَلَا بَع۟ثُكُم۟ اِلَّا كَنَف۟سٍ وَاحِدَةٍ   
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kami telah menjelaskan hakikat ayat ini dalam Penutup “Kalimat Kesepuluh” secara global, juga pada Setitik Cahaya makrifatullah, dan pada “Surat Kedua Puluh”. Di sini kami akan menjelaskannya secara ringkas dalam tiga persoalan:
Şu âyetin hakikatini Onuncu Söz’ün Hâtimesi’nde icmalen ve Nokta Risalesi’nde ve Yirminci Mektup’ta izahen beyan etmişiz. Şu makam münasebetiyle üç mesele suretinde bir parça izah ederiz:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
1. Kekuasaan ilahi melekat pada diri-Nya, sehingga tidak mungkin bercampur dengan kelemahan.
İşte kudret-i İlahiye zatiyedir. Öyle ise acz tahallül edemez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
2. Ia terpaut dengan sisi batin sesuatu, sehingga tidak ada rintangan apapun yang masuk ke dalamnya.
Hem melekûtiyet-i eşyaya taalluk eder. Öyle ise mevani tedahül edemez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
3. Relasinya sesuai hukum yang Dia tetapkan. Karenanya, hal yang bersifat parsial sama dengan yang bersifat universal.
Hem nisbeti kanunîdir. Öyle ise cüz, külle müsavi gelir ve cüz’î, küllî hükmüne geçer.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kami akan menerangkan ketiga persoalan di atas sebagai berikut:
İşte şu '''üç mesele'''yi ispat edeceğiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Persoalan Pertama,'''
'''Birinci Mesele'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
kekuasaan ilahi yang azali adalah milik Dzat-Nya yang suci. Dengan kata lain, ia terkait dengan Dzat-Nya se- hingga tidak mungkin terpisah darinya.  
''Kudret-i ezeliye, Zat-ı Akdes-i İlahiye’nin lâzıme-i zaruriye-i zatiyesidir.''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena itu, otomatis kelemahan yang merupakan lawan dari kekuasaan tidak mungkin masuk ke dalam Dzat-Nya yang berhias dengan qudrah. Sebab, jika tidak, berarti akan terkumpul dua hal yang saling berlawanan. Ini mustahil.Karena kelemahan tidak mungkin menghampiri Dzat-Nya, tentu saja ia juga tidak mungkin bisa masuk ke dalam qudrah-Nya yang menyatu dengan dzat. Karena itu, qudrah Allah tidak memiliki tingkatan, sebab keberadaan tingkatan pada segala sesuatu terwujud karena keberadaan lawannya bersamanya. Misalnya, tingkatan hawa panas yang terwujud karena masuknya hawa dingin, juga tingkatan kebaikan yang terwujud karena masuknya keburukan. Demikian seterusnya.
Yani, bizzarure zatın lâzımesidir. Hiçbir cihet-i infikâki olamaz. Öyle ise kudretin zıddı olan acz, o kudreti istilzam eden zata bilbedahe ârız olamaz. Çünkü o halde cem’-i zıddeyn lâzım gelir. Madem acz, zata ârız olamaz; bilbedahe o zatın lâzımı olan kudrete tahallül edemez. Madem acz, kudretin içine giremez; bilbedahe o kudret-i zatiyede meratib olamaz. Çünkü her şeyin vücud meratibi, o şeyin zıtlarının tedahülü iledir. Mesela, hararetteki meratib, bürudetin tahallülü iledir; hüsündeki derecat, kubhun tedahülü iledir ve hâkeza kıyas et…
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun dalam hal yang bersifat mungkin, karena tidak ada keharusan yang bersifat esensial dan hakiki, maka unsur lawan atau kebalikan bisa saling masuk sehingga muncul sejumlah tingkatan dan perbedaan yang melahirkan sejumlah perubahan. Nah, karena tidak ada tingkatan dalam qudrah ilahi, semua yang ditetapkan adalah satu bagi qudrah tersebut. Sama saja baginya antara yang sangat besar dan yang sangat kecil. Sama saja baginya antara bintang dan partikel. Sama saja baginya antara kebangkitan semua manusia dan kebangkitan satu jiwa. Demikian pula antara penciptaan musim semi dan setangkai bunga di mana hal itu sangat mudah bagi qudrah-Nya.Andaikan proses penciptaan disandarkan kepada sebab-sebab materi di luar kekuasaan Allah yang bersifat mutlak, tentu menghidupkan setangkai bunga sangat sulit seperti menghidupkan musim semi.
Fakat mümkinatta, hakiki ve tabiî lüzum-u zatî olmadığından mümkinatta zıtlar birbirine girebilmiş. Mertebeler tevellüd ederek ihtilafat ile tagayyürat-ı âlem neş’et etmiştir. Mademki kudret-i ezeliyede meratib olamaz. Öyle ise makdûrat dahi bizzarure kudrete nisbeti bir olur. En büyük en küçüğe müsavi ve zerreler, yıldızlara emsal olur. Bütün haşr-i beşer, bir tek nefsin ihyası gibi bir baharın icadı, bir tek çiçeğin sun’u gibi o kudrete kolay gelir. Eğer esbaba isnad edilse o vakit bir tek çiçek, bir bahar kadar ağır olur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kami telah menjelaskan dengan berbagai argumen yang meyakinkan pada catatan kaki alinea terakhir dari tingkatan keempat Allahu Akbar pada kedudukan kedua “Kalimat” ini, juga pada “Kalimat Kedua Puluh Dua”, serta pada “Surat Kedua Puluh” dan lanjutannya. Disebutkan di sana bahwa ketika penciptaan segala sesuatu dikembalikan kepada Dzat Yang Mahaesa, maka penciptaan semuanya menjadi mudah seperti penciptaan satu entitas. Sebaliknya, jika penciptaan satu entitas dikembalikan kepada sebab-sebab materi, ia akan menjadi sangat sulit dan rumit seperti penciptaan semuanya.
Şu Söz’ün İkinci Makamı’nın Dördüncü “Allahu ekber” mertebesinin âhir fıkrasının hâşiyesinde hem Yirmi İkinci Söz’de hem Yirminci Mektup’ta ve zeylinde ispat edilmiş ki: Hilkat-i eşya Vâhid-i Ehad’e verilse bütün eşya, bir şey gibi kolay olur. Eğer esbaba verilse bir şey, bütün eşya kadar külfetli, ağır olur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Persoalan Kedua,'''
'''İkinci Mesele ki'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
qudrah ilahi sangat terkait dengan sisi batin segala sesuatu.
''Kudret, melekûtiyet-i eşyaya taalluk eder.''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, segala sesuatu di alam ini memiliki dua sisi seperti cermin: pertama, sisi lahir di mana ia ibarat sisi cermin yang berwarna, dan yang kedua adalah sisi batin di mana ia ibarat cermin yang bening (transparan).
Evet, kâinatın âyine gibi iki yüzü var. Biri, mülk ciheti ki âyinenin renkli yüzüne benzer. Diğeri, melekûtiyet ciheti ki âyinenin parlak yüzüne benzer.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Nah, sisi lahir merupakan wilayah putaran segala se- suatu yang saling berlawanan serta tempat datangnya kebaikan, keburukan, yang kecil, yang besar, yang sulit, yang mudah, dan seterusnya. Karena itu, Allah Sang Pencipta Yang Mahabijak meletakkan berbagai sebab lahiri sebagai tabir bagi berbagai aktivitas qudrah-Nya agar sentuhan kekuasaan qudrah-Nya yang penuh hikmah tidak terlihat pada hal-hal parsial di mana bagi akal kita yang terbatas yang hanya melihat sisi lahir, ia tampak hina dan tidak pantas. Pasalnya, keagungan dan kemuliaan-Nya menuntut hal tersebut. Hanya saja, Allah tidak mem- beri pengaruh hakiki kepada sebab-sebab dan sarana tadi karena ke- esaan-Nya mengharuskan demikian.
Mülk ciheti ise zıtların cevelangâhıdır. Güzel çirkin, hayır şer, küçük büyük, ağır kolay gibi emirlerin mahall-i vürûdudur. İşte şunun içindir ki Sâni’-i Zülcelal esbab-ı zâhiriyeyi, tasarrufat-ı kudretine perde etmiştir. Tâ dest-i kudret, zâhir akla göre hasis ve nâ-lâyık emirlerle bizzat mübaşereti görünmesin. Çünkü azamet ve izzet, öyle ister. Fakat o vesait ve esbaba hakiki tesir vermemiştir. Çünkü vahdet-i ehadiyet öyle ister.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun sisi batin sesuatu (malakut) ia transparan, bening, dan suci pada segala sesuatu. Tidak bercampur dengan berbagai warna atau hiasan. Sisi ini mengarah kepada Penciptanya tanpa perantara. Di dalamnya tidak ada hubungan sebab akibat dan hal-hal yang menghalangi. Di dalamnya partikel menjadi saudara kandung matahari.
Melekûtiyet ciheti ise her şeyde parlaktır, temizdir. Teşahhusatın renkleri, muzahrefatları, ona karışmaz. O cihet, vasıtasız kendi Hâlık’ına müteveccihtir. Onda terettüb-ü esbab, teselsül-ü ilel yoktur. Ona illiyet, ma’luliyet giremez. Eğri büğrüsü yoktur. Maniler müdahale edemezler. Zerre, şemse kardeş olur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kesimpulannya, qudrah Allah bersifat murni, bukan hasil kons- truksi. Ia bersifat mutlak, tidak terbatas. Selain itu, ia bersifat esensial. Adapun objek keterpautannya dengan berbagai hal adalah tanpa perantara dan bening, tidak keruh, serta tanpa hijab. Karena itu, sesuatu yang besar atau yang kecil, kelompok atau individu, yang bersifat universal atau yang parsial tidak ada perbedaan dalam wilayah qudrah- Nya.
'''Elhasıl:''' O kudret hem basittir hem nâmütenahîdir hem zatîdir. Mahall-i taalluk-u kudret ise hem vasıtasız hem lekesiz hem isyansızdır. Öyle ise o kudretin dairesinde büyük küçüğe karşı tekebbürü yok. Cemaat ferde karşı rüçhanı olamaz. Küll cüze nisbeten, kudrete karşı fazla nazlanamaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Persoalan Ketiga,'''
'''Üçüncü Mesele ki'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
relasi qudrah-Nya sejalan dengan hukum yang berlaku.  
''Kudretin nisbeti kanunîdir.''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Yakni, ia melihat yang sedikit dan yang banyak, serta yang kecil dan yang besar dengan pandangan yang sama. Persoalan yang masih samar ini akan kami perjelas dengan sejumlah contoh.
Yani çoğa aza, büyüğe küçüğe bir bakar. Şu mesele-i gamızayı birkaç temsil ile zihne takrib edeceğiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kehalusan, keberhadapan, keseimbangan, keteraturan, keabstrakan, dan kepatuhan, masing-masing merupakan satu kondisi di alam ini yang membuat sesuatu yang banyak menjadi sama dengan yang sedikit, serta yang besar menjadi sama dengan yang kecil.
İşte kâinatta “şeffafiyet”, “mukabele”, “muvazene”, “intizam”, “tecerrüd”, “itaat” birer emirdir ki çoğu aza, büyüğü küçüğe müsavi kılar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Contoh pertama:'''Kehalusan'''
'''Birinci Temsil:''' '''Şeffafiyet sırrı'''”nı gösterir. Mesela, şemsin feyz-i tecellisi olan timsali ve aksi, denizin yüzünde ve denizin her bir katresinde aynı hüviyeti gösterir. Eğer küre-i arz, perdesiz güneşe karşı muhtelif cam parçalarından mürekkeb olsa; şemsin aksi, her bir parçada ve bütün zemin yüzünde müzahametsiz, tecezzisiz, tenakussuz bir olur. Eğer faraza şems, fâil-i muhtar olsa idi ve feyz-i ziyasını, timsal-i aksini iradesiyle verse idi bütün zemin yüzüne verdiği feyzi, bir zerreye verdiği feyizden daha ağır olamazdı.
Wujud cahaya matahari memperlihatkan identitasnya sendiri di atas permukaan laut atau di atas setiap tetesan air laut. Andaikan bola bumi tersusun dari serpihan kaca yang bening dan berbeda-beda di mana ia menghadap ke matahari tanpa ada penghalang, tentu cahaya matahari yang tampak di atas setiap petak permukaan bumi dan di atas seluruh muka bumi akan serupa dan sama tanpa saling bercampur, terpisah, dan berkurang. Jika kita asumsikan matahari sebagai pelaku yang berkehendak dan kita anggap ia sendiri menyinari bumi, tentu menyinari seluruh bumi tidak lebih sulit daripada menyinari satu pertikel.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Contoh kedua: Keberhadapan
'''İkinci Temsil:''' “'''Mukabele sırrı'''”dır. Mesela, zîhayat fertlerden (yani insanlardan) terekküp eden bir daire-i azîmenin nokta-i merkeziyesindeki ferdin elinde bir mum ve daire-i muhitteki fertlerin ellerinde de birer âyine farz edilse; nokta-i merkeziyenin muhit âyinelerine verdiği feyiz ve cilve-i akis, müzahametsiz, tecezzisiz, tenakussuz, nisbeti birdir.
Anggaplah ada satu lingkaran manusia yang masing-masing memegang cermin. Pada pusat lingkaran terdapat seseorang yang memegang lilin yang sedang menyala. Maka, cahaya yang memancar dari titik pusat tersebut ke berbagai cermin dalam satu lingkaran itu adalah sama, tidak kurang, tidak bercampur dan tidak tercerai-berai.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Contoh ketiga:'''Keseimbangan'''
'''Üçüncü Temsil:''' '''Muvazene sırrı'''”dır. Mesela, hakiki ve hassas ve çok büyük bir mizan bulunsa; iki gözünde iki güneş veya iki yıldız veya iki dağ veya iki yumurta veya iki zerre herhangisi bulunursa bulunsun, sarf olunacak aynı kuvvet ile o hassas azîm terazinin bir gözü göğe, biri zemine inebilir.
Jika ada timbangan yang besar dan akurat di mana pada kedua sisinya terdapat dua matahari, atau dua bintang, atau dua gunung, atau dua telur, atau dua partikel, maka upaya yang dikerahkan untuk bisa mengangkat salah satu sisinya menuju langit dan menjatuhkan lainnya ke bumi adalah sama.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Contoh keempat:'''Keteraturan (Sistematis)'''
'''Dördüncü Temsil:''' '''İntizam sırrı'''”dır. Mesela, en azîm bir gemi, en küçük bir oyuncak gibi çevrilebilir.
Kapal yang paling besar dapat dikendalikan seperti mainan anak-anak karena teratur menurut sistem (sistematis).
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Contoh kelima:'''Keabstrakan'''
'''Beşinci Temsil:''' '''Tecerrüd sırrı'''”dır. Mesela, teşahhusattan mücerred bir mahiyet, bütün cüz’iyatına en küçüğünden en büyüğüne tenakus etmeden, tecezzi etmeden bir bakar, girer. Teşahhusat-ı zâhiriye cihetindeki hususiyetler, müdahale edip şaşırtmaz. O mahiyet-i mücerredenin nazarını tağyir etmez. Mesela, iğne gibi bir balık, balina balığı gibi o mahiyet-i mücerredeye mâliktir. Bir mikrop, bir gergedan gibi mahiyet-i hayvaniyeyi taşıyor.
Mikroba misalnya sama seperti badak, ia memiliki esensi dan karakter binatang. Ikan yang sangat kecil juga memiliki karakter dan esensi abstrak tersebut seperti paus yang besar. Pasalnya, esensi abstrak dari suatu bentuk dan fisik itu masuk ke dalam semua bagian tubuh dari yang paling kecil hingga yang paling besar. Ia mengarah kepadanya tanpa berkurang dan terpisah. Karakter dan sifat lahiriah tubuh tidak bisa merusak, mengintervensi, dan mengubah esensi dan karakter abstrak tadi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Contoh keenam:'''Kepatuhan'''
'''Altıncı Temsil:''' '''İtaat sırrı'''”nı gösterir. Mesela, bir kumandan “Arş!” emri ile bir neferi tahrik ettiği gibi aynı emir ile bir orduyu tahrik eder.
Pemimpin pasukan sebagaimana dengan perintahnya bisa menggerakkan satu prajurit, ia juga bisa menggerakkan semua pasukan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Maka, hakikat rahasia kepatuhan dari segala sesuatu yang terdapat di alam merupakan titik kesempurnaan. Ia memiliki kecenderungan kepadanya. Kecenderungan yang berlipat ganda melahirkan rasa butuh. Rasa butuh yang meningkat berubah menjadi rasa rindu. Rasa rindu yang meningkat membentuk ketertarikan. Nah, ketertarikan, kerinduan, rasa butuh dan kecenderungan, semuanya merupakan benih untuk melaksanakan perintah penciptaan ilahi dilihat dari sisi esensinya.Kesempurnaan mutlak dari substansi makhluk yang bersifat mungkin adalah wujud mutlak. Akan tetapi, kesempurnaan yang khusus terkait dengannya adalah wujud khusus baginya di mana ia mengeluarkan potensi fitrinya dari fase kekuatan menuju fase perbua- tan.
Şu temsil-i itaat sırrının hakikati şudur ki: Kâinatta, bi’t-tecrübe her şeyin bir nokta-i kemali vardır. O şeyin, o noktaya bir meyli vardır. Muzaaf meyil, ihtiyaç olur. Muzaaf ihtiyaç, iştiyak olur. Muzaaf iştiyak, incizab olur. Ve incizab, iştiyak, ihtiyaç, meyil; Cenab-ı Hakk’ın evamir-i tekviniyesinin, mahiyet-i eşya tarafından birer habbe ve nüve-i imtisalidirler. Mümkinat mahiyetlerinin mutlak kemali, mutlak vücuddur. Hususi kemali, istidatlarını kuvveden fiile çıkaran ona mahsus bir vücuddur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kepatuhan entitas terhadap perintah ilahi, “kun”, seperti kepatu- han satu benih yang laksana seorang prajurit. Ketika makhluk melak- sanakan dan patuh terhadap perintah ilahi, kun yang bersumber dari kehendak ilahi menyatu dengan kecenderungan, rasa rindu, dan butuh tadi. Masing-masing menjadi salah satu manifestasi kehendak-Nya. Bahkan lewat kecenderungannya yang halus, ketika air melaksanakan perintah untuk membeku, rahasia kekuatan taat terlihat lewat kemampuannya menghancurkan besi.
İşte bütün kâinatın “Kün” emrine itaati, bir tek nefer hükmünde olan bir zerrenin itaati gibidir. İrade-i ezeliyeden gelen “Kün” emr-i ezelîsine mümkinatın itaati ve imtisalinde, yine iradenin tecellisi olan meyil ve ihtiyaç ve şevk ve incizab; birden, beraber mündemicdir. Latîf su, nazik bir meyille incimad emrini aldığı vakit demiri parçalaması, itaat sırrının kuvvetini gösterir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jika keenam contoh di atas terlihat pada kekuatan dan perbuatan makhluk padahal ia bersifat cacat, terbatas, lemah, dan tidak memiliki pengaruh hakiki, maka segala sesuatu seharusnya memiliki kedudukan yang sama di hadapan qudrah ilahi yang tampak lewat jejak keagungan-Nya di mana ia tidak terbatas dan azali. Qudrah itulah yang menghadirkan semua entitas dari tiada dan membuat semua akal tercengang. Jadi, tidak ada sesuatupun yang sulit bagi qudrah-Nya.Kita juga tidak boleh lupa bahwa kekuasaan ilahi yang demikian agung sebenarnya tidak bisa diukur dengan neraca kita yang lemah. Akan tetapi, ia disebutkan hanya untuk mendekatkan pada pemaha- man dan guna menghilangkan keraguan.
Şu altı temsil hem nâkıs hem mütenahî hem zayıf hem tesir-i hakikisi yok olan mümkinat kuvvetinde ve fiilinde bilmüşahede görünse, elbette hem gayr-ı mütenahî hem ezelî hem ebedî hem bütün kâinatı adem-i sırftan icad eden ve bütün ukûlü hayrette bırakan hem âsâr-ı azametiyle tecelli eden kudret-i ezeliyeye nisbeten şüphesiz her şey müsavidir. Hiçbir şey ona ağır gelmez (Gaflet olunmaya). Şu altı sırrın küçük mizanlarıyla o kudret tartılmaz ve münasebete giremez. Yalnız fehme takrib ve istib’adı izale için zikredilir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kesimpulan dari landasan ketiga adalah
'''Üçüncü Esas’ın netice ve hülâsası'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
bahwa selama qudrah ilahi yang bersifat mutlak tidaklah terhingga; ia melekat pada Dzat-Nya yang suci, dan bahwa sisi batin dari segala sesuatu mengarah pada- nya tanpa hijab; ia juga seimbang dengan melihat bahwa kedua sisinya sama; tatanan alami yang merupakan syariat fitrah terbesar taat pada hukum-hukum dan rambu Allah; selanjutnya sisi malakut (batin) itu murni dan bersih dari berbagai rintangan dan beragam karakter; kare- na itu, entitas yang paling besar sama dengan yang paling kecil di ha- dapan qudrah kekuasaan Allah. Tidak mungkin ada yang menyerang atau membangkang darinya.
Madem kudret-i ezeliye gayr-ı mütenahîdir. Hem Zat-ı Akdes’e lâzıme-i zaruriyedir. Hem her şeyin lekesiz, perdesiz melekûtiyet ciheti, ona müteveccihtir. Hem ona mukabildir. Hem tesavi-i tarafeynden ibaret olan imkân itibarıyla muvazenettedir. Hem şeriat-ı fıtriye-i kübra olan nizam-ı fıtrata ve kavanin-i âdetullaha mutîdir. Hem manilerden ve ayrı ayrı hususiyetlerden melekûtiyet ciheti mücerred ve safidir. Elbette en büyük şey, en küçük şey gibi o kudrete ziyade nazlanmaz, mukavemet etmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Proses menghidupkan seluruh makhluk hidup pada hari kebangkitan sangat mudah sama seperti menghidupkan seekor lalat di musim semi. Karena itu, Allah berfirman:“Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. (QS. Luqmân [31]: 28).Ayat tersebut adalah benar dan tepat; tidak berlebihan sama sekali.Demikianlah, terbukti bahwa Pelaku yang sedang kita bicarakan Mahakuasa dan tidak ada yang dapat merintangi-Nya.
Öyle ise haşirde bütün zevi’l-ervahın ihyası, bir sineğin baharda ihyasından daha ziyade kudrete ağır olmaz. Öyle ise مَا خَل۟قُكُم۟ وَلَا بَع۟ثُكُم۟ اِلَّا كَنَف۟سٍ وَاحِدَةٍ   fermanı mübalağasızdır, doğrudur, haktır. Öyle ise müddeamız olan “Fâil muktedirdir, o cihette hiçbir mani yoktur.” kat’î bir surette tahakkuk etti.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="DÖRDÜNCÜ_ESAS"></span>
=== DÖRDÜNCÜ ESAS ===
===Landasan Keempat===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebagaimana terdapat tuntutan dan alasan yang membenarkan adanya kiamat dan kebangkitan, di mana Pelaku yang mendatangkan kebangkitan tersebut Mahakuasa, maka dunia ini juga memiliki potensi terwujudnya kiamat dan kebangkitan. Pernyataan kami ini mengandung empat persoalan:
Nasıl kıyamet ve haşre muktezî var ve haşri getirecek fâil dahi muktedirdir. Öyle de '''şu dünyanın kıyamet ve haşre kabiliyeti vardır.''' İşte şu mahal kabildir olan müddeamızda dört mesele vardır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pertama, kematian alam adalah suatu hal yang mungkin terjadi.
'''Birincisi:''' Şu âlem-i dünyanın imkân-ı mevtidir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kedua, terjadinya kematian alam secara nyata.
'''İkincisi:''' O mevtin vukuudur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ketiga, membangun dunia yang hancur dalam bentuk akhirat adalah suatu hal yang mungkin terjadi.
'''Üçüncüsü:''' O harap olmuş, ölmüş dünyanın, âhiret suretinde tamir ve dirilmesinin imkânıdır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Keempat, terjadinya pembangunan dunia secara nyata.
'''Dördüncüsü:''' O mümkün olan tamir ve ihyanın vuku bulmasıdır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Persoalan Pertama:'''
'''Birinci Mesele'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kematian alam yang mungkin terjadi.  
''Şu kâinatın mevti, mümkündür.''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Alam ini sangat mungkin mati dan hancur. Pasalnya, jika sesuatu masuk ke dalam hukum penyempurnaan, maka dalam setiap kondisi terdapat proses tumbuh dan berkembang. Hal itu berarti ia memiliki usia alami pada setiap keadaan. Memiliki usia alami berarti memiliki ajal alami. Ini berarti segala sesuatu tidak mungkin lolos dari kematian. Hal ini terbukti lewat investigasi induktif.
Çünkü bir şey kanun-u tekâmülde dâhil ise o şeyde alâküllihal neşv ü nema vardır. Neşv ü nema ve büyümek varsa ona alâküllihal bir ömr-ü fıtrî vardır. Ömr-ü fıtrîsi var ise alâküllihal bir ecel-i fıtrîsi vardır. Gayet geniş bir istikra ve tetebbu ile sabittir ki öyle şeyler mevtin pençesinden kendini kurtaramaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, sebagaimana manusia yang merupakan alam kecil (mikrokos- mos) pasti akan hancur, demikian pula dengan alam semesta yang merupakan manusia besar tidak bisa terlepas dari kematian. Ia pasti akan mati lalu kemudian dibangkitkan, atau tidur dan dibangunkan saat fajar kebangkitan.
Evet, nasıl ki insan küçük bir âlemdir, yıkılmaktan kurtulamaz. Âlem dahi büyük bir insandır, o dahi ölümün pençesinden kurtulamaz. O da ölecek, sonra dirilecek veya yatıp sonra subh-u haşirle gözünü açacaktır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebagaimana pohon merupakan salinan miniatur alam yang pasti hancur, demikian pula dengan rangkaian entitas yang bercabang dari pohon penciptaan. Ia tidak mungkin selamat dari kebinasaan untuk kemudian dibangun dan diperbaharui.
Hem nasıl ki kâinatın bir nüsha-i musağğarası olan bir şecere-i zîhayat, tahrip ve inhilalden başını kurtaramaz. Öyle de şecere-i hilkatten teşaub etmiş olan silsile-i kâinat tamir ve tecdid için tahripten, dağılmaktan kendini kurtaramaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jika sebelum ajal alaminya—dan dengan izin ilahi—tidak terjadi peristiwa yang menghancurkan atau penyakit eksternal terhadap dunia, atau Sang Pencipta tidak merusak tatanan, maka lewat perhitungan ilmiah sudah pasti akan datang hari di mana gema berikut terdengar berulang-ulang:
Eğer dünyanın ecel-i fıtrîsinden evvel irade-i ezeliyenin izni ile haricî bir maraz veya muharrib bir hâdise başına gelmezse ve onun Sâni’-i Hakîm’i dahi ecel-i fıtrîden evvel onu bozmazsa, herhalde hattâ fennî bir hesap ile bir gün gelecek ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Apabila matahari digulung. Apabila bintang-bintang berjatuhan. Dan apabila gunung-gunung dihancurkan.” (QS. at-Takwîr [81]: 1-3).“Apabila langit terbelah. Apabila bintang-bintang jatuh berserakan. Dan apabila lautan meluap.” (QS. al-Infithâr [82]: 1-3). Ketika itulah makna dan rahasia dari ayat-ayat tersebut tampak dengan izin Dzat Yang Mahakuasa. Dunia yang merupakan manusia besar akan mulai mengalami sakarat, terengah-engah, dan kemudian berteriak dengan suara menggema yang mengisi angkasa. Setelah itu, ia mati lalu dibangkitkan dengan perintah ilahi.
اِذَا الشَّم۟سُ كُوِّرَت۟ ۝ وَاِذَا النُّجُومُ ان۟كَدَرَت۟ ۝ وَاِذَا ال۟جِبَالُ سُيِّرَت۟ ۝ اِذَا السَّمَٓاءُ ان۟فَطَرَت۟ ۝ وَاِذَا ال۟كَوَاكِبُ ان۟تَثَرَت۟ ۝ وَاِذَا ال۟بِحَارُ فُجِّرَت۟ manaları ve sırları, Kadîr-i Ezelî’nin izni ile tezahür edip, o dünya olan büyük insan sekerata başlayıp acib bir hırıltı ile ve müthiş bir savt ile fezayı çınlatıp dolduracak, bağırıp ölecek; sonra emr-i İlahî ile dirilecektir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Persoalan Simbolik yang Mendalam
'''İnce Remizli Bir Mesele'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebagaimana air membeku dengan membahayakan dirinya, batu es mencair dengan membahayakan dirinya, inti menguat dengan membahayakan kulitnya, lafadz mengeras dengan membahayakan makna, ruh melemah lantaran jasad menguat, jasad juga melemah lantaran ruh menguat, demikian pula dengan alam dunia ini.
Nasıl ki su, kendi zararına olarak incimad eder. Buz, buzun zararına temeyyu eder. Lüb, kışrın zararına kuvvetleşir. Lafız, mana zararına kalınlaşır. Ruh, ceset hesabına zayıflaşır. Ceset, ruh hesabına inceleşir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ketika roda kehidupan bekerja, dunia yang padat ini menjadi halus lantaran ditujukan untuk akhirat yang merupakan alam halus.Lewat aktivitasnya yang mencengangkan, qudrah yang mencipta menyebarkan cahaya kehidupan kepada seluruh bagian makhluk yang mati, tak bernyawa, tebal, dan padam. Ia melarutkan, melembutkan, dan menerangi bagian-bagian tersebut dengan cahaya kehidupan itu agar hakikatnya menguat dan siap untuk alam halus yang menakjub- kan, yaitu akhirat.
Öyle de âlem-i kesif olan dünya, âlem-i latîf olan âhiret hesabına, hayat makinesinin işlemesiyle şeffaflaşır, latîfleşir. Kudret-i Fâtıra, gayet hayret verici bir faaliyetle kesif, camid, sönmüş, ölmüş eczalarda nur-u hayatı serpmesi, bir remz-i kudrettir ki âlem-i latîf hesabına şu âlem-i kesifi nur-u hayat ile eritiyor, yandırıyor, ışıklandırıyor, hakikatini kuvvetleştiriyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, meskipun hakikat yang ada lemah, namun ia tidak akan pernah mati dan tidak akan terhapus seperti gambar. Akan tetapi, ia berjalan pada berbagai bentuk dan gambaran yang berbeda-beda. Semakin lama iapun semakin besar dan semakin tampak. Berbeda dengan kulit dan bentuk yang bertambah kurus, terurai, dan baru kembali untuk muncul dengan pakaian indah yang baru yang sesuai dengan sendi-sendi hakikat yang permanen, berkembang, dan besar.Jadi, hakikat dan bentuk lahir berbanding terbalik dalam hal bertambah dan berkurang. Dengan kata lain, ketika bentuknya keras, maka hakikatnya halus. Ketika bentuknya melemah, hakikatnya menguat. Ini adalah hukum yang mencakup segala sesuatu yang masuk ke dalam hukum kesempurnaan.
Evet, hakikat ne kadar zayıf ise de ölmez, suret gibi mahvolmaz. Belki teşahhuslarda, suretlerde seyr ü sefer eder. Hakikat büyür, inkişaf eder, gittikçe genişlenir. Kışır ve suret ise eskileşir, inceleşir, parçalanır. Sabit ve büyümüş hakikatin kametine yakışmak için daha güzel olarak tazeleşir. Ziyade ve noksan noktasında hakikatle suret, makûsen mütenasiptirler. Yani suret kalınlaştıkça hakikat inceleşir. Suret inceleştikçe hakikat o nisbette kuvvet bulur. İşte şu kanun, kanun-u tekâmüle dâhil olan bütün eşyaya şâmildir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Akan datang saatnya di mana alam indrawi ini, yang merupakan bentuk dan kulit dari hakikat alam semesta, menjadi hancur. Dari sana ia akan muncul kembali dalam bentuk yang lebih indah.
Demek, herhalde bir zaman gelecek ki kâinat hakikat-i uzmasının kışır ve sureti olan âlem-i şehadet, Fâtır-ı Zülcelal’in izniyle parçalanacak. Sonra daha güzel bir surette tazelenecektir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ketika itulah hikmah ayat berikut menjadi terwujud:“Pada hari ketika bumi digantikan dengan bumi yang lain...” (QS. Ibrâhim [14]: 48).
يَو۟مَ تُبَدَّلُ ال۟اَر۟ضُ غَي۟رَ ال۟اَر۟ضِ   sırrı tahakkuk edecektir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kematian dan kehancuran dunia adalah suatu hal yang mungkin terjadi dan tidak ada keraguan sama sekali.
'''Elhasıl:''' Dünyanın mevti mümkün hem hiç şüphe getirmez ki mümkündür.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Persoalan Kedua:'''
'''İkinci Mesele'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kematian dunia secara nyata.  
''Mevt-i dünyanın vuku bulmasıdır.''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dalilnya adalah kesepakatan seluruh agama samawi, kesaksian semua fitrah yang sehat, berbagai perubahan entitas, dan kematian sejumlah alam yang memiliki kehidupan sepanjang masa di negeri jamuan ini, semua itu menjadi isyarat dan petunjuk atas kematian dunia ini.
Şu meseleye delil: Bütün Edyan-ı Semaviyenin icmaıdır ve bütün fıtrat-ı selimenin şehadetidir ve şu kâinatın bütün tahavvülat ve tebeddülat ve tagayyüratının işaretidir. Hem asırlar, seneler adedince zîhayat dünyaların ve seyyar âlemlerin, şu dünya misafirhanesinde mevtleriyle, asıl dünyanın da onlar gibi ölmesine şehadetleridir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Engkau bisa membayangkan sakaratnya dunia seperti yang dijelaskan oleh sejumlah ayat al-Qur’an. Perhatikan sejumlah bagian di alam ini di mana yang satu dan lainnya saling terkait dengan satu tatanan yang sangat tinggi, teliti, dan kokoh lewat sebuah ikatan halus dan samar. Ia demikian rapi di mana ketika satu entitas menerima perintah “jadilah” atau “tinggalkan orbitmu!maka seluruh alam akan mengalami sakarat. Bintang gemintang akan saling berbenturan serta akan menggelegar seperti suara jutaan meriam. Ia melempar bumi kita ini dan bahkan yang lebih besar darinya di angkasa luas. Lalu gunung beterbangan dan laut meluap sehingga bumi menjadi rata.
Şu dünyanın sekeratını, âyât-ı Kur’aniyenin işaret ettiği surette tahayyül etmek istersen bak: Şu kâinatın eczaları, dakik, ulvi bir nizam ile birbirine bağlanmış. Hafî, nazik, latîf bir rabıta ile tutunmuş ve o derece bir intizam içindedir ki eğer ecram-ı ulviyeden tek bir cirm “Kün” emrine veya “Mihverinden çık.” hitabına mazhar olunca şu dünya sekerata başlar. Yıldızlar çarpışacak, ecramlar dalgalanacak, nihayetsiz feza-yı âlemde milyonlar gülleleri, küreler gibi büyük topların müthiş sadâları gibi vaveylâya başlar. Birbirine çarpışarak, kıvılcımlar saçarak, dağlar uçarak, denizler yanarak yeryüzü düzlenecek.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah Dzat Yang Mahakuasa menggerakkan dan menggoyang alam dengan kematian tersebut serta mencampurnya dengan sakarat sehingga terjadi pemilahan antara satu entitas dan yang lainnya. Neraka berikut isinya akan dipisahkan dan dinyalakan. Sementara, surga menjadi tampak di mana seluruh kelembutannya dikumpulkan dari berbagai unsurnya yang sesuai dengannya, dan muncullah alam akhirat sebagai wujud yang abadi.
İşte şu mevt ve sekerat ile Kadîr-i Ezelî kâinatı çalkalar; kâinatı tasfiye edip cehennem ve cehennemin maddeleri bir tarafa, cennet ve cennetin mevadd-ı münasibeleri başka tarafa çekilir, âlem-i âhiret tezahür eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Persoalan Ketiga:'''
'''Üçüncü Mesele'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kebangkitan alam yang mungkin terjadi.  
''Ölecek âlemin dirilmesi mümkündür.''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya pada landasan kedua bahwa tidak ada cacat sama sekali pada qudrah ilahi, bahwa bukti atas keberadaan akhirat sangat kuat, dan bahwa persoalan ini termasuk yang mungkin terjadi. Jika persoalan yang mungkin terjadi memiliki alasan dan bukti yang kuat, serta bahwa pelakunya Mahakuasa, maka jangan hanya melihat sebatas kondisinya yang mungkin terjadi, tetapi ia adalah suatu hal yang pasti terjadi.
Çünkü İkinci Esas’ta ispat edildiği gibi; kudrette noksan yoktur. Muktezî ise gayet kuvvetlidir. Mesele ise mümkinattandır. Mümkün bir meselenin gayet kuvvetli bir muktezîsi var ise fâilin kudretinde noksaniyet yok ise ona mümkün değil belki vaki suretiyle bakılabilir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Persoalan Simbolis'''
'''Remizli Bir Nükte'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jika kita melihat alam dengan tadabbur dan perenungan, kita bisa menyaksikan bahwa di dalamnya terdapat dua unsur yang membentang ke seluruh sisinya lewat akar-akar yang menjalar, seperti kebaikan dan keburukan, manfaat dan bahaya, sempurna dan cacat, terang dan gelap, petunjuk dan kesesatan, cahaya dan api, iman dan kekufuran, ketaatan dan pembangkangan, serta rasa takut dan harap. Semua hal yang saling berlawanan tersebut berbenturan berikut hasil dan buahnya di mana ia memperlihatkan berbagai perubahan secara terusmenerus seakanakan ia sedang bersiap-siap menuju alam lain. Jadi, hasil dan akhir dari kedua unsur yang saling berlawanan terse- but akan sampai kepada keabadian dan di sana masing-masing akan terpisah. Ketika itu, keduanya tampak dalam bentuk surga dan neraka. Nah, karena alam keabadian akan dibangun dari alam fana ini, maka unsur-unsur fundamental bagi alam ini pasti akan digiring dan dikirim menuju keabadian.
Şu kâinata dikkat edilse görünüyor ki: İçinde iki unsur var ki her tarafa uzanmış, kök atmış. Hayır şer, güzel çirkin, nef’ zarar, kemal noksan, ziya zulmet, hidayet dalalet, nur nâr, iman küfür, taat isyan, havf muhabbet gibi âsârlarıyla, meyveleriyle şu kâinatta ezdad birbiriyle çarpışıyor. Daima tagayyür ve tebeddülata mazhar oluyor. Başka bir âlemin mahsulatının tezgâhı hükmünde çarkları dönüyor. Elbette o iki unsurun birbirine zıt olan dalları ve neticeleri, ebede gidecek; temerküz edip birbirinden ayrılacak. O vakit, cennet-cehennem suretinde tezahür edecektir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, surga dan neraka merupakan buah dari ranting pohon penciptaan yang terbentang menuju keabadian. Keduanya adalah hasil dari rangkaian alam. Keduanya merupakan tempat penyimpanan uru- san ilahi. Keduanya juga merupakan telaga ombak seluruh makhluk yang berjalan menuju keabadian. Keduanya adalah salah satu manifestasi kelembutan dan keperkasaan.Ketika tangan qudrah Allah menggerakkan dan menggoyang alam ini secara keras, kedua telaga tadi penuh dengan bahan dan un- sur yang sesuai dengan keduanya.
Madem âlem-i beka, şu âlem-i fenadan yapılacaktır. Elbette anâsır-ı esasiyesi, bekaya ve ebede gidecektir. Evet cennet-cehennem, şecere-i hilkatten ebed tarafına uzanıp eğilerek giden dalının iki meyvesidir ve şu silsile-i kâinatın iki neticesidir ve şu seyl-i şuunatın iki mahzenidir ve ebede karşı cereyan eden ve dalgalanan mevcudatın iki havuzudur ve lütuf ve kahrın iki tecelligâhıdır ki dest-i kudret, bir hareket-i şedide ile kâinatı çalkaladığı vakit, o iki havuz münasip maddelerle dolacaktır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
'''Şu Remizli Nükte’nin sırrı şudur ki:'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sesuai dengan kebijaksanaan dan perhatian-Nya yang abadi, Dzat Yang Mahabijak menciptakan alam ini agar menjadi tempat ujian, ajang kompetisi, cermin bagi nama-nama-Nya yang mulia, serta lembaran pena qudrah dan qadar-Nya.Ujian dan cobaan merupakan sebab pertumbuhan dan perkembangan. Tumbuh kembang menjadi sebab tersingkapnya berbagai potensi alami. Potensi tersebut menyingkap sebab terlihatnya kemampuan. Kemampuan adalah sebab munculnya berbagai hakikat yang bersifat relatif. Sedangkan, hakikat tersebut menjadi sebab untuk memperlihatkan sejumlah manifestasi goresan nama-nama-Nya yang mulia milik Tuhan Pencipta Yang Mahaagung serta untuk mengubah alam menjadi tulisan ilahi.
Hakîm-i Ezelî inayet-i sermediye ve hikmet-i ezeliyenin iktizasıyla, şu dünyayı tecrübeye mahal ve imtihana meydan ve esma-i hüsnasına âyine ve kalem-i kader ve kudretine sahife olmak için yaratmış. Ve tecrübe ve imtihan ise neşv ü nemaya sebeptir. O neşv ü nema ise istidatların inkişafına sebeptir. O inkişaf ise kabiliyetlerin tezahürüne sebeptir. O kabiliyetlerin tezahürü ise hakaik-i nisbiyenin zuhuruna sebeptir. Hakaik-i nisbiyenin zuhuru ise Sâni’-i Zülcelal’in esma-i hüsnasının nukuş-u tecelliyatını göstermesine ve kâinatı mektubat-ı Samedaniye suretine çevirmesine sebeptir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, rahasia taklif dan hikmah ujian mengarah kepada pembersihan substansi ruh yang tinggi di mana ia ibarat berlian dari berbagai materi ruh yang rendah yang seperti arang.
İşte şu sırr-ı imtihan ve sırr-ı teklif iledir ki ervah-ı âliyenin elmas gibi cevherleri, ervah-ı safilenin kömür gibi maddelerinden tasaffi eder, ayrılır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lewat rahasia ini dan lewat berbagai hikmah tersembunyi yang tidak kita ketahui, Dzat Yang mahabijak dan Mahakuasa menghadirkan alam dengan bentuknya yang seperti ini, dan Dia menghendaki perubahannya sesuai dengan hikmah yang ada. Agar perubahan terse- but terwujud, Dia mencampur unsur-unsur yang berlawanan dan menjadikannya saling berhadapan. Yang berbahaya dicampur dengan yang bermanfaat. Yang buruk masuk ke dalam yang baik. Yang jelek berkumpul dengan yang indah. Demikianlah, tangan kekuasaan mengaduk semuanya serta menjadikan alam mengikuti hukum perubahan dan tatanan menuju proses kesempurnaan.
İşte bu mezkûr sırlar gibi daha bilmediğimiz çok ince, âlî hikmetler için âlemi bu surette irade ettiğinden şu âlemin tagayyür ve tahavvülünü dahi o hikmetler için irade etti. Tahavvül ve tagayyür için zıtları birbirine hikmetle karıştırdı ve karşı karşıya getirdi. Zararları menfaatlere mezcederek, şerleri hayırlara idhal ederek, çirkinlikleri güzelliklerle cem’ederek, hamur gibi yoğurarak şu kâinatı tebeddül ve tagayyür kanununa ve tahavvül ve tekâmül düsturuna tabi kıldı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selanjutnya, ketika majelis ujian ditutup dan waktunya berakhir, lalu Asmaul Husna memperlihatkan berbagai hikmah di baliknya, pena qadar menyempurnakan catatannya, qudrah melengkapi ukiran kreasi-Nya, seluruh entitas menunaikan tugasnya, semua makhluk menyelesaikan perannya, segala sesuatu mengeskpresikan makna dan maksudnya, dunia menumbuhkan tanaman akhirat, bumi menyingkap semua tanda-tanda kekuasaan ilahi dan kreasi-Nya yang luar biasa, serta alam fana ini menetapkan lembaran pemandangan yang kekal di atas pita zaman, ketika itulah hikmah abadi dan perhatian Tuhan menuntut agar hakikat hasil ujian tersebut terlihat.
Vaktâ ki meclis-i imtihan kapandı. Tecrübe vakti bitti. Esma-i hüsna hükmünü icra etti. Kalem-i kader, mektubatını tamamıyla yazdı. Kudret, nukuş-u sanatını tekmil etti. Mevcudat, vezaifini îfa etti. Mahlukat, hizmetlerini bitirdi. Her şey, manasını ifade etti. Dünya, âhiret fidanlarını yetiştirdi. Zemin, Sâni’-i Kadîr’in bütün mu’cizat-ı kudretini, umum havârık-ı sanatını teşhir edip gösterdi. Şu âlem-i fena, sermedî manzaraları teşkil eden levhaları zaman şeridine taktı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikian pula dengan hakikat manifestasi Asmaul Husna, catatan pena qadar, model dasar kreasi-Nya, manfaat dan tujuan dari berbagai tugas entitas, balasan pengabdian makhluk, makna rangkaian kata yang diberitakan oleh kitab alam, kemunculan bulir dari benih potensi alami, pembu- kaan pintu pengadilan terbesar, pertunjukan pemandangan yang telah direkam di dunia, ketersingkapan tabir sebab lahiri, dan kepatuhan segala sesuatu kepada perintah Penciptanya secara langsung.Ketika iradah-Nya hendak memperlihatkan berbagai hakikat tersebut guna menyelamatkan entitas dari transformasi perubahan dan kondisi fana, serta agar berbagai unsur yang saling berlawanan tadi terpisah, sudah pasti Allah akan menegakkan kiamat. Dia akan menyeleksi semua persoalan guna memperlihatkan hasil yang ada.
O Sâni’-i Zülcelal’in hikmet-i sermediyesi ve inayet-i ezeliyesi; o imtihan neticelerini, o tecrübenin neticelerini, o esma-i hüsnanın tecellilerinin hakikatlerini, o kalem-i kader mektubatının hakaikini, o numune-misal nukuş-u sanatının asıllarını, o vezaif-i mevcudatın faydalarını, gayelerini, o hidemat-ı mahlukatın ücretlerini ve o kelimat-ı kitab-ı kâinatın ifade ettikleri manaların hakikatlerini ve istidat çekirdeklerinin sümbüllenmesini ve bir mahkeme-i kübra açmasını ve dünyadan alınmış misalî manzaraların göstermesini ve esbab-ı zâhiriyenin perdesini yırtmasını ve her şey doğrudan doğruya Hâlık-ı Zülcelal’ine teslim etmesi gibi hakikatleri iktiza etti. Ve o mezkûr hakikatleri iktiza ettiği için kâinatı dağdağa-i tagayyür ve fenadan, tahavvül ve zevalden kurtarmak ve ebedîleştirmek için o zıtların tasfiyesini istedi ve tagayyürün esbabını ve ihtilafatın maddelerini tefrik etmek istedi. Elbette kıyameti koparacak ve o neticeler için tasfiye edecek.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada akhirnya neraka akan mengambil bentuk abadi yang buruk di mana ia mengancam orang-orang yang masuk ke dalamnya dengan berkata:“Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wa- hai orang-orang yang berbuat jahat.” (QS. Yâsîn [36]: 59).Sebaliknya, surga tampil dengan keindahannya yang kekal. Para penjaganya berkata kepada penghuni surga:“Kesejahteraan terlimpah atas kalian. Berbahagialah kalian! Ma- sukilah surga ini dengan kekal di dalamnya.” (QS. az-Zumar [39]: 73).
İşte şu tasfiyenin neticesinde cehennem ebedî ve dehşetli bir suret alıp, taifeleri   وَام۟تَازُوا ال۟يَو۟مَ اَيُّهَا ال۟مُج۟رِمُونَ   tehdidine mazhar olacak. Cennet ebedî, haşmetli bir suret giyerek ehil ve ashabı سَلَامٌ عَلَي۟كُم۟ طِب۟تُم۟ فَاد۟خُلُوهَا خَالِدٖينَ   hitabına mazhar olacak. Yirmi Sekizinci Söz’ün Birinci Makamı’nın İkinci Suali’nde ispat edildiği gibi Hakîm-i Ezelî, şu iki hanenin sekenelerine, kudret-i kâmilesiyle ebedî ve sabit bir vücud verir ki hiç inhilal ve tagayyüre ve ihtiyarlığa ve inkıraza maruz kalmazlar. Çünkü inkıraza sebebiyet veren tagayyürün esbabı bulunmaz.
Dengan qudrah-Nya yang sempurna, Dat Yang Mahakuasa dan Mahabijak akan menganugerahkan kepada penghuni kedua tempat kekal itu wujud permanen yang kekal abadi. Ia tidak mengalami perubahan dan kehancuran. Di sana tidak terdapat sebab-sebab perubahan yang mengarah kepada kehancuran sebagaimana hal ini telah dijelaskan pada pertanyaan kedua, kedudukan pertama dari “Kalimat Kedua Puluh Delapan”.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Persoalan Keempat:'''
'''Dördüncü Mesele'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Terjadinya pembangunan dunia secara nyata.  
''Şu mümkün, vaki olacaktır.''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kebangkitan pasti akan terjadi. Ya, setelah dunia hancur dan binasa, akhirat akan dibangkitkan. Sang Pencipta Yang Mahakuasa yang telah membangunnya pertama kali akan memakmurkan akhirat dengan bentuk yang lebih indah daripada yang pertama setelah ia hancur. Dia akan menjadikannya sebagai salah satu tempat singgah akhirat. Dalil yang paling menunjukkan tentang hal ini pertama-tama adalah al-Qur’an dengan seluruh ayatnya yang mengandung ribuan bukti rasional. Diikuti dengan kitab-kitab suci lainnya, yang dalam persoalan ini, sejalan dengan al-Qur’an. Sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan ilahi serta semua nama-Nya yang mulia secara tegas menunjukkan adanya kebangkitan. Demikian pula dengan semua perintah Tuhan yang diwahyukan kepada seluruh nabi dan rasul di mana dengan itu Dia menjanjikan keberadaan kiamat. Karena telah berjanji, tentu Dia akan memenuhi janji-Nya. Engkau bisa merujuk kembali hakikat kedelapan dari “Kalimat Kesepuluh”. Petunjuk lainnya adalah semua informasi yang diberikan Nabi x terkait dengan terjadinya kebangkitan di mana semua nabi, rasul, serta para wali dan kaum shiddîqîn dalam hal ini sejalan dengan beliau. Belum lagi semua ayat penciptaan di alam ini memberitahukan kepada kita tentang terjadinya kebangkitan.
Evet dünya, öldükten sonra âhiret olarak diriltilecektir. Dünya harap edildikten sonra, o dünyayı yapan zat, yine daha güzel bir surette onu tamir edecek, âhiretten bir menzil yapacaktır. Şuna delil başta Kur’an-ı Kerîm binler berahin-i akliyeyi tazammun eden umum âyâtıyla ve bütün kütüb-ü semaviye bunda müttefik bulunduğu gibi; Zat-ı Zülcelal’in evsaf-ı celaliyesi ve evsaf-ı cemaliyesi ve esma-i hüsnası, bunun vukuuna kat’î surette delâlet ederler ve enbiyaya gönderdiği bütün semavî fermanları ile kıyameti ve haşrin icadını vaad etmiş. İşte madem vaad etmiş, elbette yapacaktır. Onuncu Söz’ün Sekizinci Hakikati’ne müracaat et. Hem başta Muhammed-i Arabî aleyhissalâtü vesselâmın bin mu’cizatının kuvvetiyle, bütün enbiya ve mürselînin ve evliya ve sıddıkînin, vukuunda müttefik olup haber verdikleri gibi; şu kâinat bütün âyât-ı tekviniyesiyle, vukuundan haber veriyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kesimpulannya, semua hakikat “Kalimat Kesepuluh” serta seluruh petunjuk dalam risalah “Lâ Siyyamâ,” yang terdapat pada kedudukan kedua dari “Kalimat Kedua Puluh Delapan” yang ditulis dengan bahasa Arab dalam buku al-Matsnawi, keduanya memperli- hatkan secara meyakinkan—laksana terbitnya matahari setelah terbenam—bahwa matahari hakikat akan bersinar dalam bentuk kehidupan ukhrawi setelah terbenamnya kehidupan dunia.
'''Elhasıl:''' Onuncu Söz bütün hakaikiyle, Yirmi Sekizinci Söz İkinci Makamı’nda Lâsiyyemalardaki bütün berahiniyle, gurûb etmiş güneşin sabahleyin yeniden tulû edeceği derecesinde bir kat’iyetle göstermiştir ki: Hayat-ı dünyeviyenin gurûbundan sonra şems-i hakikat, hayat-ı uhreviye suretinde çıkacaktır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, semua yang telah kami jelaskan dari awal pada landasan keempat ini tidak lain merupakan kelanjutan dari nama al-Hakîm (Yang Mahabijak) sekaligus hasil dari limpahan makna al- Qur’an agar kalbu bisa menerima dan diri ini siap tunduk.
İşte baştan buraya kadar beyanatımız, ism-i Hakîm’den istimdad ve feyz-i Kur’an’dan istifade suretinde kalbi kabule, nefsi teslime, aklı iknaya ihzar için dört esas söyledik. Fakat biz neyiz ki buna dair söz söyleyeceğiz. Asıl şu dünyanın sahibi, şu kâinatın Hâlık’ı, şu mevcudatın Mâlik’i ne söylüyor; onu dinlemeliyiz. Mülk sahibi söz söylerken başkalarının ne haddi var ki fuzuliyane karışsın.
Sebetulnya kita tidak pantas untuk membicarakan persoalan ini. Kita harus mendengar apa yang dikatakan oleh pemilik hakiki dunia, pencipta alam, dan pemilik entitas ini. Ketika pemilik kerajaan berbicara, siapa yang berani berbicara selain-Nya.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div class="mw-translate-fuzzy">
İşte o Sâni’-i Hakîm, dünya mescidinde ve arz mektebinde, asırlar arkasında oturan taifelerin umum saflarına hitaben îrad ettiği hutbe-i ezeliyesinde, kâinatı zelzeleye veren
Tuhan Sang Pencipta Yang Maha Bijak mengarahkan kalam azali-Nya ke seluruh barisan entitas di ruangan masjid dunia dan sekolah bumi yang terus ada sepanjang masa. Dia yang mengguncang alam seluruhnya.“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat, lalu bumi mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)-nya, dan manusia bertanya, “Mengapa bumi (menjadi begini)?” pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam supaya diperlihatkan ke- pada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah sekalipun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarah sekalipun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. az-Zal- zalah [99]: 1-8).Ia mengutarakan satu ucapan yang membuat gembira semua makhluk dan melahirkan rasa rindu:
اِذَا زُل۟زِلَتِ ال۟اَر۟ضُ زِل۟زَالَهَا ۝ وَاَخ۟رَجَتِ ال۟اَر۟ضُ اَث۟قَالَهَا ۝ وَ قَالَ ال۟اِن۟سَانُ مَالَهَا ۝ يَو۟مَئِذٍ تُحَدِّثُ اَخ۟بَارَهَا ۝ بِاَنَّ رَبَّكَ اَو۟حٰى لَهَا ۝ يَو۟مَئِذٍ يَص۟دُرُ النَّاسُ اَش۟تَاتًا لِيُرَو۟ا اَع۟مَالَهُم۟ ۝ فَمَن۟ يَع۟مَل۟ مِث۟قَالَ ذَرَّةٍ خَي۟رًا يَرَهُ ۝ وَمَن۟ يَع۟مَل۟ مِث۟قَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Sampaikanlah kabar gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka disediakan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surge, mereka berkata, “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa. Dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci. Dan mereka kekal di dalamnya.” (QS. al-Baqarah [2]: 25).Kita harus mendengar dan memperhatikan perkataan tersebut yang bersumber dari Sang Pemilik kerajaan serta Pemelihara dunia dan akhirat. Kita ucapkan, “Kami beriman dan percaya.
ve bütün mahlukatı neşelendiren, şevke getiren
وَبَشِّرِ الَّذٖينَ اٰمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ اَنَّ لَهُم۟ جَنَّاتٍ تَج۟رٖى مِن۟ تَح۟تِهَا ال۟اَن۟هَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِن۟هَا مِن۟ ثَمَرَةٍ رِز۟قًا قَالُوا هٰذَا الَّذٖى رُزِق۟نَا مِن۟ قَب۟لُ وَاُتُوا بِهٖ مُتَشَابِهًا وَلَهُم۟ فٖيهَٓا اَز۟وَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُم۟ فٖيهَا خَالِدُونَ
gibi binler fermanları, Mâlikü’l-mülk’ten, Sahib-i Dünya ve Âhiret’ten dinlemeliyiz. “Âmennâ ve Saddaknâ” demeliyiz.
</div>
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Mahasuci Engkau. Kami tidak memiliki pengetahuan kecuali yang Kau ajarkan pada kami. Engkau Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai Tuhan, jangan Kau hukum kami jika lupa atau alpa.
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذ۟نَٓا اِن۟ نَسٖينَٓا اَو۟ اَخ۟طَا۟نَا
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Ya Allah, limpahkan salawat kepada junjungan kami, Muhammad, dan kepada keluarga junjungan kami, Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan salawat kepada junjungan kami, Ibrahim, dan kepada keluarga junjungan kami, Ibrahim.Engkau Maha Terpuji dan Mahaagung.”
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّي۟تَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِب۟رَاهٖيمَ وَ عَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِب۟رَاهٖيمَ اِنَّكَ حَمٖيدٌ مَجٖيدٌ
</div>




<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
------
------
<center> [[Yirmi Sekizinci Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[Otuzuncu Söz]] </center>
<center> [[Yirmi Sekizinci Söz/id|KALIMAT KEDUA PULUH DELAPAN]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[Otuzuncu Söz/id|KALIMAT KETIGA PULUH]] </center>
------
------
</div>