İçeriğe atla

Lemaat/id: Revizyonlar arasındaki fark

6.468 bayt kaldırıldı ,  11 Aralık 2024
"Ia bertanya untuk memunculkan keraguan dengan sikap sombong dan angkuh. Serta dalam kondisi sulit di mana negaranya mengekang kita." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Kesungguhannya di rumahnya menunjukkan kesombongan, sementara sikap lunaknya menunjukkan ketawadukan." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Ia bertanya untuk memunculkan keraguan dengan sikap sombong dan angkuh. Serta dalam kondisi sulit di mana negaranya mengekang kita." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
 
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 237 değişikliği gösterilmiyor)
1.173. satır: 1.173. satır:
Ia tidak kalah secara substansial dan tidak sela- manya kalah. Sebab, pada akhirnya yang menang adalah kebenaran.Adapun kekuatan, ia memiliki bagian dari kebenaran. Di dalamnya terdapat rahasia “keunggulan” yang tersimpan di dalam dirinya.'''Poin Kedua'''
Ia tidak kalah secara substansial dan tidak sela- manya kalah. Sebab, pada akhirnya yang menang adalah kebenaran.Adapun kekuatan, ia memiliki bagian dari kebenaran. Di dalamnya terdapat rahasia “keunggulan” yang tersimpan di dalam dirinya.'''Poin Kedua'''


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sifat seorang muslim seharusnya islami, namun dalam kenyataan tidak demikian dan tidak selalu demikian.
Her müslimin her vasfı müslim olmak vâcib iken haricen her dem vaki, sabit değildir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebaliknya, sifat orang kafir tidak seluruhnya berisi kekufuran dan tidak semuanya bersumber dari kekufurannya.
Öyle de her kâfirin her vasfı kâfir olmak, küfründen neş’et etmek yine lâzım değildir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hal yang sama berlaku pada sifat orang fasik. Tidak seluruhnya harus berupa kefasikan dan bersumber dari kefasikannya.
Her fâsıkın her vasfı fâsık olmak, fıskından neş’et etmek, öyle de her dem sabit değildir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jadi, sifat islami yang dimiliki oleh orang kafir bisa mengalahkan sifat tidak baik yang dimilik seorang muslim. Dengan sarana yang be- nar ini orang kafir tadi bisa mengalahkan sang muslim yang memiliki sifat tidak baik.
Demek bir kâfirin müslim olan bir vasfı, müslimdeki lâmeşru vasfına galip olur. Bi’l-vasıta, o kâfir dahi ona galiptir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selanjutnya, hak hidup di dunia berlaku secara umum dan mencakup semua kalangan. Kekufuran bukan penghalang untuk mendapatkan hak hidup yang merupakan manifestasi dari rahmat yang bersifat umum dan berisi rahasia hikmah dalam penciptaan.
Hem dünyada, hayatın hakkı şâmil ve âmmdır. O rahmet-i âmmenin bir cilve-i manidar, onun bir sırr-ı hikmeti var; küfür mani değildir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Poin Ketiga''' Allah memiliki dua manifestasi yang terlihat pada makhluk.
Üçüncü nokta şudur: O Zat-ı Zülcelal’in iki vasf-ı kemalden iki şer’i tecelli, vasf-ı iradeden gelen meşietle takdirdir,
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Keduanya merupakan manifestasi syar’i yang bersumber dari dua sifat dan sekian sifat kesempurnaan-Nya.
O da şer’-i tekvinî. Vasf-ı kelâmdan gelen şeriat-ı meşhure. Teşriî evamire karşı itaat, isyan
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pertama: Syariat alamiah (takwiniyah) yang berupa kehendak dan takdir ilahi yang bersumber dari sifat “Iradah Ilahiyah”.
Nasıl olur. Öyle de tekvinî evamire itaat ve isyan olur. Birincisi galiba dâr-ı uhrada görür
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kedua: Syariat kalamiah yang dikenal bersama di mana ia bersumber dari sifat “Kalam Rabbani”.
Mücazatı, sevabı. İkincisi ağleba dâr-ı dünyada çeker, mükâfat ve ikabı. Mesela, nasıl sabrın mükâfatı zaferdir;
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebagaimana perintah syariat kalamiah ditaati dan dilanggar, hal yang sama berlaku pada syariat alamiah.
Ataletin mücazatı sefalet. Öyle de sa’yin sevabı olur servet. Sebatta da galebedir mükâfat. Zehirin ikabı bir maraz, panzehirin sevabı bir sıhhattir.
Biasanya balasan bagi kondisi pertama (yang taat dan membangkang kepada syariat kalamiah) terdapat di negeri akhirat. Sementara hukuman dan ganjaran bagi kondisi kedua (yang taat dan membangkang pada syariat alamiah) terdapat di dunia.Sebagaimana balasan kesabaran berupa kemenangan, maka ba- lasan bagi pengangguran adalah kehinaan.Balasan kerja keras adalah kekayaan, dan balasan bagi keteguhan adalah kemenangan.
</div>
Sebagaimana buah dari racun berupa penyakit, maka hasil dari terapi dan obat adalah kesembuhan dan kesehatan.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kadangkala kedua syariat tersebut berkumpul dalam suatu hal.Jadi, masing-masing memiliki sisinya sendiri.
Bazen iki şeriat evamiri, bir şeyde beraber müctemidir. Her birine bir cihet… Demek tekvinî emre itaat ki bir haktır.
Mematuhi syariat alamiah yang merupakan sebuah kebenaran— karena berarti mematuhi ketentuan ilahi—maka kepatuhan tersebut bisa mengalahkan pembangkangan terhadapnya.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebab, sikap membangkang termasuk dalam kebatilan dan menjadi bagian darinya.
İtaat galip olur, o emrin isyanına ki bir tavr-ı bâtıldır. Bir bâtıla vesile olmuş olursa bir hak, vaktâ ki galip olsa
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Maka, apabila kebenaran menjadi sarana kebatilan, ia akan mengalahkan kebatilan yang menjadi sarana kebenaran.
Bir bâtıla ki olmuş o da vesile-i hak. Bi’l-vasıta bir hakkın bir bâtıla mağluptur. Fakat bizzat değildir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kesimpulannya: kebenaran bisa kalah oleh kebatilan. Namun tidak kalah secara substansial, tetapi kalah dalam hal sarana. Jadi, “kebenaran pasti unggul” maksudnya unggul dalam hal substansi. Sebab, hasil akhir akan diperoleh di akhirat; bukan terbatas di dunia. Karena itu, mengaitkan diri dengan cara-cara yang benar merupakan sebuah keniscayaan.
Demek   اَل۟حَقُّ يَع۟لُو   bizzat demektir. Hem âkıbet muraddır, kayd-ı haysiyet maksuddur. Dördüncü nokta şudur:
'''Poin Keempat'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selama kebenaran tersimpan dalam bingkai kekuatan (yakni tidak keluar menuju bingkai perbuatan yang terlihat jelas) atau tercam- pur dengan yang lain, atau dipalsukan, serta ia membutuhkan penying- kapan kebenaran dan pembekalan dengan kekuatan lain, maka pada kondisi semacam itu untuk sementara waktu ia dikuasai oleh kebatilan hingga kebenaran menjadi bersih dari segala noda sebagai hasil dari proses pertarungan.
Bir hak bi’l-kuvve kalmış, yahut kuvvetsiz kalmış, ya mahluttur hem mahşuş. Ona da bir inkişaf, ya bir taze kuvvet vermek lâzım gelmiştir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Iapun menjadi baik dan nilai dari kebenaran yang demikian berharga akan tampak.
Mühezzeb ve müzehheb yapmak için muvakkat bâtıl ona musallat, tâ ki sebike-i hak ne miktar lüzum vardır
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ketika kebatilan menang di dunia—pada tempat dan waktu tertentu—maka sebenarnya ia menang dalam sebuah perang; bukan pada seluruh perang. Sebab “hasil akhir untuk kaum bertakwa” merupakan muara yang menjadi tempat kembali kebenaran.
Tâ mahz ve hâlis çıksın. Mebâdide, dünyada bâtıl etse galebe fakat kazanmaz harbi. “Âkıbetü’l-müttakin” ona vurur bir darbe!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, bahkan secara umum kebatilan kalah. Dalam “kebenaran pasti unggul” terdapat rahasia mendalam yang mengantar ke- batilan menuju hukuman dunia dan akhirat. Ia mengarah kepadanya. Begitulah, kebenaran mendapatkan kemenangan betapapun secara lahir ia tampak kalah.
İşte bâtıl mağluptur.   اَل۟حَقُّ يَع۟لُو   sırrı onu çarpar ikaba, işte hak da galiptir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
***
<nowiki>*</nowiki>  *  *
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
==Hukum Sosial==
== Bir kısım desatir-i içtimaiye ==
Jika engkau menghendaki hukum yang berlaku di masyarakat, ia adalah sebagai berikut:
İçtimaî heyette düsturları istersen: Müsavatsız adalet, önce adalet değil. Temasülse tezadın mühim bir sebebidir.
Keadilan yang tidak egaliter pada hakikatnya bukan keadilan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kemiripan adalah sebab penting adanya oposisi, sementara kesesuaian adalah landasan kondisi yang saling menopang.Sumber kesombongan adalah upaya memerlihatkan kekerdilan jiwa, serta sumber ketertipuan adalah lemahnya kalbu.Kelemahan menjadi sumber perpecahan.
Tenasüpse tesanüdün esası. Sıgar-ı nefistir tekebbürün menbaı. Zaaf-ı kalptir gururun madeni. Olmuş acz, muhalefet menşei. Meraksa ilme hocadır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Rasa ingin tahu adalah guru pengetahuan. Kebutuhan adalah induk inovasi.Kesempitan merupakan pengajar kebodohan.Kesempitan juga menjadi sumber kebodohan, sementara sumber kesempitan itu sendiri adalah keputusasaan dan buruk sangka.Kesesatan merupakan bentuk kesesatan berpikir. Kegelapan meliputi kalbu.
İhtiyaçtır terakkinin üstadı. Sıkıntıdır muallime-i sefahet. Demek, sefahetin menbaı sıkıntı olmuş. Sıkıntı ise madeni: Yeisle sû-i zandır,
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Boros terjadi pada urusan fisik atau jasmani.
Dalalet-i fikrîdir, zulümat-ı kalbîdir, israf-ı cesedîdir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
==Wanita Keluar Rumah Menyesatkan Umat Manusia==
== Kadınlar yuvalarından çıkıp beşeri yoldan çıkarmış, yuvalarına dönmeli ==
Jika laki-laki bodoh menyerupai wanita dengan kegilaan,  
اِذَا تَاَنَّثَ الرِّجَالُ السُّفَهَاءُ بِال۟هَوَسَاتِ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
maka wanita durhaka menyerupai laki-laki karena kelancangan.(*<ref>*Bagian ini adalah landasan dari risalah Hijab yang dijadikan oleh pengadilan sebagai bahan tuntutan untuk menghukum penulisnya. Namun sebenarnya ia menghukum dirinya sendiri dan menghukum sang hakim untuk selamanya sekaligus menjadi hujjah atas mereka—Penulis.</ref>)
اِذًا تَرَجَّلَ النِّسَاءُ النَّاشِزَاتُ بِال۟وَقَاحَات    (*<ref>* Tesettür Risalesi’nin esasıdır. Yirmi sene sonra müellifinin mahkûmiyetine sebep gösteren bir mahkeme, kendini ve hâkimlerini ebedî mahkûm ve mahcup eylemiş.</ref>)
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Peradaban yang bodoh ini telah membuat para wanita keluar dari tempat mereka, menjadikan kehormatan mereka direndahkan, dan menjadi alat kesenangan murahan.
Mimsiz medeniyet, taife-i nisayı yuvalardan uçurmuş, hürmetleri de kırmış, mebzul metaı yapmış. Şer’-i İslâm onları
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sementara syariat Islam mengajak wanita untuk kembali ke rumah sebagai bentuk kasih sayang atas mereka.
Rahmeten davet eder eski yuvalarına. Hürmetleri orada, rahatları evlerde, hayat-ı ailede. Temizlik ziynetleri.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kehormatan dan kemuliaan mereka terdapat di dalamnya. Kelapangan mereka terdapat di rumah. Serta kehidupan mereka tegak dengan senantiasa bersama keluarga.
Haşmetleri, hüsn-ü hulk; lütf-u cemali, ismet; hüsn-ü kemali, şefkat; eğlencesi, evladı. Bunca esbab-ı ifsad, demir-sebat kararı
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kesucian adalah perhiasan mereka, akhlak adalah kehormatan mereka, menjaga kehormatan adalah wujud keindahan mereka, kasih sayang adalah tanda kesempurnaan mereka, serta anak-anak adalah tempat senda gurau mereka.
Lâzımdır tâ dayansın. Bir meclis-i ihvanda güzel karı girdikçe riya ile rekabet, hased ile hodgâmlık debretir damarları!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Yang membuat bisa bertahan dari semua faktor perusak adalah kehendak yang sangat kuat.
Yatmış olan hevesat, birdenbire uyanır. Taife-i nisada serbestî inkişafı, sebep olmuş beşerde ahlâk-ı seyyienin birdenbire inkişafı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Setiap kali para wanita cantik berada di tempat pertemuan yang didominasi oleh para lelaki, mereka akan membangkitkan keinginan pamer, persaingan, kedengkian, dan sikap ego sehingga hawa nafsu yang tadinya tidur menjadi terbangun.Jika para wanita menyingkap dirinya secara bebas, hal itu akan menjadi sebab rusaknya akhlak.Foto yang merupakan jenazah-jenazah kecil dan mayat tersenyum sangat berbahaya bagi jiwa manusia saat ini. Bahkan pengaruhnya sangat menakutkan.(*<ref>*Sebagaimana melihat bangkai wanita dengan pandangan syahwat merupakan bukti kerendahan jiwa, maka melihat gambar wanita cantik, yang sudah mati dan perlu dikasihani, dengan tatapan syahwat melenyapkan perasaan jiwa yang mulia—Penulis.</ref>)
Şu medeni beşerin hırçınlaşmış ruhunda, şu suretler denilen küçük cenazelerin, mütebessim meyyitlerin rolleri pek azîmdir hem müthiştir tesiri. (**<ref>** Nasıl meyyite bir karıya nefsanî nazarla bakmak, nefsin dehşetle alçaklığını gösterir. Öyle de rahmete muhtaç bir bîçare meyyitenin güzel tasvirine müştehiyane bir nazarla bakmak, ruhun hissiyat-ı ulviyesini söndürür.</ref>)
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Patung dan gambar yang dilarang oleh agama bisa merupakan bentuk kezaliman yang membatu, riya yang mewujud, hawa nafsu yang mengeras, atau misteri yang menarik perhatian jiwa yang buruk.
Memnû heykel, suretler: Ya zulm-ü mütehaccir ya mütecessid riya ya müncemid hevestir. Ya tılsımdır, celbeder o habîs ervahları.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
==Kewenangan Qudrah Menolak adanya Perantara==
<nowiki>*</nowiki>  *  *
Matahari laksana partikel bagi qudrah Yang Mahakuasa dan Mahaagung.
== Tasarruf-u kudretin vüs’ati, vesait ve muînleri reddeder ==
O Kadîr-i Zülcelal, tasarruf-u kudreti tevessü-ü tesiri noktasında oluyor şemsimiz zerre-misal
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wilayah cakupan qudrah-Nya yang agung pada satu spesies saja demikian luas.
Nev-i vâhidde olan tasarruf-u azîmi mesafesi vâsidir. İki zerre beyninde cazibeyi ele al
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ambillah gaya tarik di antara dua partikel lalu letakkanlah ia di dekat gaya tarik yang terdapat di pusat matahari dan di bima sakti.
Git de tâ Şemsü’ş-şümus ve Kehkeşan beynindeki cazibenin yanında koy. Yükü bir kar danesi bir melek, şemsi ele almış bir şems-misal
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tariklah malaikat yang membawa bulir embun bersama malaikat yang menyerupai matahari di mana ia membawa matahari.
Meleğin yanına getir. İğne kadar bir balığı, balina balığı da yan yana bırak. O Kadîr-i Ezelî-i Zülcelal
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Letakkan ikan yang paling kecil—sekecil jarum—di sisi paus yang besar. Setelah itu, bayangkan keluasan manifestasi wujud Dzat Yang Mahakuasa dan agung berikut kreasi-Nya yang sempurna pada entitas yang paling ke- cil dan paling besar.
Tecelli-i vâsii, asgardan tâ ekbere itkan-ı mükemmeli birden tasavvura al. Cazibe ve nevamis, vesail-i pür-seyyal
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ketika itulah engkau bisa mengetahui bahwa gaya tarik dan seluruh hukum alam merupakan sarana dan perintah-Nya. Ia hanya nama dan lambang bagi manifestasi qudrah dan hikmah-Nya.
Gibi örfî emirler; tecelli-i kudrete, tasarruf-u hikmete birer isim olması, odur yalnız meal.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah penjelasannya. Renungkan masalah di atas, tentu engkau akan memahami bahwa sebab hakiki, perantara tertentu serta sejumlah sekutu merupakan sesuatu yang batil, bersifat imajiner, dan mustahil dalam pandangan qudrah-Nya yang mulia.
Başka meali olmaz, beraber de bir düşün; bileceksin bizzarure ki esbab-ı hakiki, vesait-i zîmisal,
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kehidupan merupakan wujud yang sempurna. Karena kedudu- kannya sangat mulia, maka yang menjadi pertanyaan, “Mengapa bumi dan alam kita ini tunduk serta taat laksana hewan?”
Muînler hem şerikler birer emr-i bâtıldır, birer hayal-i muhal, o kudret nazarında; hayat vücuda kemal,
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Allah memiliki hewan terbang semacam itu yang tersebar di angkasa luas. Ia menyebarkan keagungan, keindahan, kebesaran dan kehormatan-Nya.
Makamı büyük, mühimdir; buna binaen derim: Küremiz, âlemimiz neden mutî, musahhar olmasın hayvan-misal?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dialah yang menata dan menjalankannya di kebun ciptaan.
O Sultan-ı ezel’in bu tarz hayvan tuyûru kesretle münteşirdir şu meydan-ı fezada, muhteşem ve pür-cemal.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Senandung yang dikeluarkan oleh berbagai entitas dan sejumlah gerakan yang dilakukan burung, semuanya merupakan tasbih dan bentuk pengabdian terhadap Tuhan Yang Tak Bermula dan Sang Mahabijak yang kekal.
Bostan-ı hilkatinde salmış da döndürüyor. Onlardaki nağamat, bunlardaki harekât; tesbihattır o akval,
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bumi kita ini sangat mirip dengan hewan. Pasalnya, ia memerlihatkan jejak-jejak kehidupan. Andaikan ia kecil seperti telur—sebuah pengandaian yang tidak mungkin—tentu ia menjadi seperti hewan kecil.
İbadettir o ahval, Kadîm-i Lemyezel’e, Hakîm-i Lâyezal’e. Küremiz hayvana pek benziyor, âsâr-ı hayat gösteriyor. Eğer yumurta kadar küçülse bi’l-farzı’l-muhal,
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebaliknya, andaikan hewan yang kecil laksana bola bumi tentu ia akan serupa dengannya. Andaikan alam ini kecil seperti manusia lalu bintang-gemintangnya berubah menjadi seperti atom, barangkali ia akan seperti hewan yang memiliki perasaan. Akal menemukan ruang bagi semua kemungkinan di atas.
Minimini bir hayvan olması pek muhtemel. Yuvarlak bir huveyne, küre kadar büyüse o da böyle olması pek karib bir ihtimal.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jadi, alam adalah entitas yang beribadah dan bertasbih dengan seluruh pilarnya.
Âlemimiz insan kadar küçülse; yıldızları, zerreler suretine dönerse bir zîşuur hayvana dönmesi caiz olur, akıl da bulur mecal.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Setiap pilar merupakan makhuk yang tunduk dan taat kepada Sang Pencipta Yang Mahakuasa dan Maha Tak Bermula.
Demek, âlem erkânlarıyla birer âbid-i müsebbih, birer mutî musahhar Hâlık-ı Lemyezel’e, Kadîr-i Lâyezal’e.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sesuatu yang besar secara kuantitas belum tentu besar secara kualitas. Nyatanya jam yang berukuran kecil lebih indah dan detail daripada yang berukuran seperti Hagia Sophia.
Kemmen büyük olması, keyfen büyük olması her vakit lâzım gelmez; zira daha cezaletlidir saat-i hardal-misal,
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena itu, penciptaan lalat lebih menakjubkan daripada penciptaan gajah.
Bir saatten ki timsali Ayasofî kadardır. Bir sineğin hilkati hayret-fezadır filden, o mahluk-u bîfasal.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Andaikan al-Qur’an ditulis dengan pena qudrah lewat permata istimewa di atas bagian yang unik, maka kehalusan lembarannya me- nyamai kreasi al-Qur’an yang ditulis dengan tinta bintang di lembaran langit. Keduanya sama-sama fasih dan menakjubkan.
Ger kalem-i kudretle bir cüz-ü fert üstüne esîrin cevahir-i ferdiyle yazılsa bir Kur’an ki sıgar-ı sahife nisbeti, bir kibr-i sanat-meal
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kreasi Pencipta azali yang demikian indah dan sempurna terhampar di semua sisi. Kesatuan yang utuh dalam kesempurnaanya menegaskan manifestasi tauhid.
Sahife-i semada yıldızlarla yazılan bir Kur’an-ı Kerîm’e cezaletle müsavi. Nakkaş-ı Ezelî’nin sanatı her tarafta pür-cemal ve pür-kemal.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Camkan penjelasan yang terang ini!
Her tarafta böyledir. Derece-i kemalde kalemdeki ittihat, tevhidi ilan eder. Bu kelâm-ı pür-meal, iyi bir dikkate al!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
* * *
<nowiki>*</nowiki>  *  *
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
==Malaikat adalah Bangsa yang Diperintah untuk Melaksanakan Syariah Alamiah==
== Melâike bir ümmettir, şeriat-ı fıtriye ile memurdur ==
Syariat ilahi ada dua. Keduanya datang dari dua sifat ilahi. Sementara yang menjadi mitra bicara adalah dua manusia yang mendapat tugas untuk mengemban keduanya.
Şeriat-ı İlahî ikidir. Hem iki sıfattan gelmiş, iki insan muhatap hem de mükellef olmuş. Sıfat-ı iradeden gelen şer’-i tekvinî
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pertama: syariat penciptaan (Syariah Alamiah) yang bersumber dari sifat kehendak ilahi. Ia merupakan syariat dan kehendak Tuhan yang menata seluruh keadaan alam berikut geraknya yang sudah ditetapkan di mana secara keliru ia disebut dengan hukum alam.
İnsan-ı ekber olan âlemin ahvalini hem de harekâtını ki ihtiyarî değil, tanzim eden şer’dir. O meşiet-i Rabbanî
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kedua, syariat yang bersumber dari kalam ilahi (Syariah Kalamiah). Syariat ini menata seluruh perbuatan manusia yang bersifat sukarela (ikhtiyari).
Yanlış bir ıstılahla tabiat da denilir. Sıfat-ı kelâmından gelen şeriat ise âlem-i asgar olan insanın ef’alini,
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kadangkala kedua syariat tersebut bertemu.
Ki ihtiyarî olmuş, tanzim eden şer’dir. İki şer’ bir yerde bazen eder içtima. Melâike-i İlahî, bir ümmet-i azîme hem bir cünd-ü Sübhanî
Malaikat merupakan bangsa yang besar, pasukan Allah, pengemban syariat pertama (syariah alamiah) sekaligus sebagai pemerannya.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebagian mereka adalah hamba yang bertasbih, sementara sebagian lagi larut dalam ibadah dan dekat dengan arasy yang agung.
Birinci şer’a olmuş hamele-i mümtesil, amele-i mümessil. Hem onlardan bir kısmı ibad-ı müsebbihtir. Bir kısmı da müstağrak, arşın mukarrebîni.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
***
<nowiki>*</nowiki>  *  *
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
==Semakin Halus Materi, Semakin Memancarkan Kehidupan==
== Madde, rikkat peyda ettikçe hayat, şiddet peyda eder ==
Kehidupan adalah landasan eksistensi dan pondasi wujud. Sementara materi mengikuti dan tegak dengan kehidupan tersebut.
Hayat asıl, esastır; madde ona tabidir hem de onunla kaimdir. Bir hurdebînî huveyn havass-ı hamsesiyle, insanın havassını
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jika engkau membandingkan kelima indra manusia dengan hewan mikro, tentu engkau akan memahami betapa manusia jauh lebih besar. Namun indranya kalah.
Muvazene edersen görürsün, insan ondan ne derece büyükse havassı o derece onunkinden aşağı. O huveyne işitir kardeşinin sesini.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebab, hewan kecil tadi bisa mendengar suara suadara-saudaranya dan melihat makanannya. Andaikan ia be- sar seperti manusia, tentu indranya memiliki kemampuan yang mencengangkan. Kehidupannya menebarkan kilau cahaya, dan pengliha- tannya laksana cahaya langit yang menandingi kilat.
Hem de görür rızkını. Ger insan kadar büyüse havassı hayret-feza, hayatı şule-feşan, rü’yeti de berk-âsâ bir nur-u âsumanî.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Manusia sendiri bukan entitas yang memiliki kehidupan yang tersusun dari sejumlah benda mati. Namun ia adalah sel besar yang tersusun dari ratusan juta sel hidup.
İnsan, bir kitle-i mevattan bir zîhayat değildir. Belki de milyarlarla zîhayat hüceyratından mürekkeb ve zîhayat bir hücre-i insanî.
Manusia bagaikan pola يٰسٓ yang memuat tulisan surah Yasin. Mahaagung Allah, Sebaik-baik Pencipta.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
اِنَّ ال۟اِن۟سَانَ كَصُورَةِ ( يٰسٓ ) كُتِبَت۟ فٖيهَا سُورَةُ ( يٰسٓ )  
اِنَّ ال۟اِن۟سَانَ كَصُورَةِ ( يٰسٓ ) كُتِبَت۟ فٖيهَا سُورَةُ ( يٰسٓ )
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَح۟سَنُ ال۟خَالِقٖينَ
فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَح۟سَنُ ال۟خَالِقٖينَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
==Filsafat Materialisme adalah Wabah Maknawi==
== Maddiyyunluk, bir taun-u manevîdir ==
Filsafat materialisme merupakan wabah maknawi di mana ia seperti demam yang bisa menyebabkan kebinasaan bagi umat manusia,(*<ref>*Mengarah kepada Perang Dunia Pertama—Penulis.</ref>)serta mendatangkan murka ilahi.
Maddiyyunluk bir taun-u manevî, beşere de tutturdu şu müthiş bir sıtmayı. (*<ref>* Eski Harb-i Umumî’ye işaret eder.</ref>) Hem de âni çarptırdı bir gazab-ı İlahî. Telkin hem de taklit,
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ketika potensi pembangkangan meningkat lewat sikap taklid, maka semakin luas pula penyebaran wabah tersebut.
Tenkide kabiliyet-i tevessüü nisbeten, o taun da ediyor tevessü ve intişar. Telkini fenden almış, medeniyetten taklit.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Keterpikatan manusia terhadap sains dan kesenangannya mengikuti peradaban modern telah memberinya ruang kebebasan, sikap taklid dan pembangkangan. Dari kesombongannya muncul kesesatan.
Hürriyet, tenkit vermiş, gururundan dalalet çıkmış.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
***
<nowiki>*</nowiki>  *  *
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
==Tidak ada yang tidak Bekerja di Alam
== Vücudda atalet yok. İşsiz adam, vücudda adem hesabına işler. ==
Yang tidak Bekerja Sebenarnya Berjalan menuju Ketiadaan==
En bedbaht, sıkıntılı, muzdarip; işsiz olan adamdır. Zira ki atalet: Vücud içinde adem, hayat içinde mevttir.
Manusia yang paling celaka, resah, dan menderita adalah yang tidak bekerja. Sebab, menganggur berarti “ketiadaan atau kenihilan” dalam bingkai wujud, atau kematian yang dibungkus dengan kehidupan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun “bekerja dan berusaha” merupakan bentuk kehidupan wujud dan kesadaran hidup.
Sa’y ise: Vücudun hayatı hem hayatın yakazasıdır elbet!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
***
<nowiki>*</nowiki>  *  *
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
==Riba adalah Bahaya Total bagi Islam==
== Riba, İslâm’a zarar-ı mutlaktır ==
Riba melahirkan kemalasan dan memadamkan semangat kerja. Pintu-pintu riba berikut sejumlah sarananya (bank-bank konvensional) membawa keuntungan bagi manusia terburuk yaitu orang- orang kafir;
Riba atalet verir, şevk-i sa’yi söndürür. Ribanın kapıları hem de onun kapları olan bu bankaların her
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
kepada kalangan paling jahat di antara mereka yaitu kaum yang zalim; serta kepada kalangan yang paling jelek yaitu yang terbodoh dari mereka.
Dem nef’i ise beşerin en fena kısmınadır, onlar da gâvurlardır. Gâvurlardaki nef’i en fena kısmınadır, onlar da zalimler. Her
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bahaya riba bagi dunia Islam adalah mutlak. Sementara syariat tidak melihat kesejahteraan seluruh umat manusia pada setiap saat.
Dem zalimlerdeki nef’i en fena kısmınadır, onlar da sefihlerdir. Âlem-i İslâm’a bir zarar-ı mutlaktır. Mutlak beşer her
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebab, orang kafir yang memerangi Islam; diri dan darah mereka tidak layak mendapat perlindungan.
Dem refahı, nazar-ı şer’îde yoktur; zira harbî bir gâvur hürmetsiz, ismetsizdir; demi hederdir her
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
De………m.
De………m.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
***
<nowiki>*</nowiki>  *  *
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
==Al-Qur’an Melindungi Dirinya Sendiri dan Menerapkan Hukumnya==
(*<ref>(* Otuz beş sene evvel yazılan bu makam, bu sene yazılmış tarzını gösteriyor. Demek, ramazan bereketiyle yazdırılmış bir nevi ihbar-ı gaybîdir.)</ref>)Kur’an, kendi kendini himaye edip hâkimiyetini idame eder
(*<ref>*Kajian yang telah ditulis 35 tahun lalu ini seolah-olah baru ditulis sekarang. Ia merupakan petunjuk tentang kondisi masa depan yang didiktekan oleh keberkahan bulan Ramadhan—Penulis.</ref>)
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Aku menyaksikan seseorang yang mengalami keputusasaan dan merasa pesimis. Ia berkata, “Saat ini ulama sudah langka. Kualitasnya juga sangat menurun. Kami khawatir pada satu saat agama ini akan padam.
Bir zatı gördüm ki yeis ile müptela, bedbinlikle hasta idi. Dedi: Ulema azaldı, kemiyet keyfiyeti. Korkarız dinimiz sönecek de bir zaman
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Mendengar hal tersebut akupun menjawab, “Sebagaimana cahaya alam dan keimanan kita tidak mungkin padam, demikian pula Islam akan terus bersinar setiap masa selama menara agama, tempat ibadah, dan rambu-rambu syariat tidak padam.
Dedim: Nasıl kâinat söndürülmezse iman-ı İslâmî de sönemez. Öyle de zeminin yüzünde çakılmış mismarlar hükmünde her an
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Semua itu merupakan syiar Islam laksana pasak bumi yang kokoh.
Olan İslâmî şeair, dinî minarat, İlahî maâbid, şer’î maâlim itfa olmazsa İslâmiyet parlayacak an be-an!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Setiap tempat ibadah secara alami menjadi guru yang mengajarkan berbagai sunnah-Nya. Setiap rambu syariat menjadi ustadz yang mengajarkan agama lewat kondisi lahiriahnya tanpa salah dan keliru.
Her bir mabed bir muallim olmuş tabıyla tabâyie ders verir. Her maâlim dahi birer üstad olmuştur; onun lisan-ı hali eder telkin-i dinî, hatasız hem bînisyan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Setiap syiar Islam juga menjadi sosok alim yang bijak yang mengajarkan spirit Islam serta menerangkannya di hadapan mata yang melihatnya sepanjang zaman.
Her bir şeair bir hoca-i dânâdır, ruh-u İslâm’ı daim enzara ders veriyor. Mürur-u a’sar ile sebeb-i istimrar-ı zaman.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bahkan spirit Islam seakan-akan terwujud dalam berbagai syiarnya. Seolah-olah kemurnian Islam tertancap kuat di tempat ibadahnya sebagai sandaran iman.
Güya tecessüm etmiş envar-ı İslâmiyet, şeairi içinde. Güya tasallüb etmiş zülâl-i İslâmiyet, maâbidi içinde. Birer sütun-u iman.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hukum Islam telah terwujud dalam berbagai rambunya. Seakan-akan rukun Islam tertanam dalam berbagai dunia- nya. Setiap pilar penyangga yang berasal dari berlian menghubungkan bumi dengan langit;
Güya tecessüd etmiş ahkâm-ı İslâmiyet, maâlimi içinde. Güya tahaccür etmiş erkân-ı İslâmiyet, avâlimi içinde. Birer sütun-u elmas. Onunla murtabıttır zemin ile âsuman.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
terutama al-Qur’an al-Karim, sang khatib yang memiliki kemampuan menerangkan yang luar biasa, memberikan pe- san azali di seluruh dunia Islam. Tidak ada satu sisi dan satu sudutpun kecuali telah mendengar dan menerima petunjuknya.
Lâsiyyema bu Kur’an-ı hatib-i mu’ciz-beyan; daima tekrar eder bir hutbe-i ezelî, aktar-ı İslâmîde kalmamış hiç de bir köy hem dahi hiçbir mekân;
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sehingga penjagaan al-Qur’an menjadi sebuah kedudukan mulia yang berisi rahasia ayat, “Dan Kami yang menjaganya.” (QS. al-Hijr [15]: 9). Membacanya terhitung sebagai ibadah bagi manusia dan jin.
Nutkunu dinlemesin, talimi işitmesin.  اِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ  sırrıyla hâfızlıktır pek de büyük bir rütbe. Tilavet ise ibadet-i ins ü cânn.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia berisi pengajaran dan berisi peringatan tentang sejumlah hal yang bersifat aksiomatis. Pasalnya, seiring dengan berjalannya waktu sejumlah teori berubah menjadi perkara aksiomatis.
Onun içinde talim hem müsellematı tezkir. Tekerrür-ü zamanla nazariyat, kalbolur müsellemata hem döner bedihiyata. İstemez daha beyan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kemudian ia menjadi kenyataan yang tak terbantahkan sehingga tidak lagi membutuhkan penjelasan.
Zaruriyat-ı dinî, nazariyattan çıkıp zaruriyat olmuştur. Tezkir ise kâfidir. İhtar ise vâfidir. Şâfîdir her dem Kur’an.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Segala hal yang bersifat pasti dalam agama keluar dari kerangka teoritis. Karena itu, mengingatkan kepadanya sudah cukup memadai. Al-Qur’an sudah mencakup setiap waktu dan zaman. Sebab, di dalam- nya terdapat peringatan.
İhtara hem tezkire, şu intibah-ı İslâm hem içtimaî yakaza her birine veriyor: Umuma ait olan delail ve hem mizan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kesadaran dan kebangkitan sosial umat Islam memberikan kepada setiap individu sejumlah dalil yang ditujukan untuk masyarakat secara umum seraya menetapkan standar untuk mereka.
Madem içtimaî hayat İslâm’da başlamıştır, her birinin imanı kendine mahsus olan delile münhasıran değil, müstenid vicdan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Keimanan setiap orang tidak terbatas pada dalil yang dimiliknya, namun juga mencakup sebab-sebab tak terbatas yang terdapat dalam kalbu jamaah.
Belki cemaatin kalbinde gayr-ı mahdud esbaba dahi eder istinad. Hattâ cây-ı dikkattir: Bir mezheb-i zaîfi, mürur ettikçe zaman,
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jika menolak aliran yang lemah saja sulit dilakukan seiring dengan perkembangan zaman, apalagi dengan Islam yang demikian dominan sepanjang zaman di mana ia bersandar kepada dua landasan agung: wahyu ilahi dan fitrah yang sehat.
İptali müşkül olur. Nerede kaldı ki İslâm, vahiy ile fıtrat gibi iki metin esasa hem istinad etmiştir hem bu kadar a’sarda nâfizane hükümran!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Islam telah merasuk dan mengakar di setengah bumi lewat dasar-dasarnya yang kokoh serta jejaknya yang cemerlang. Ia mengalir di dalamnya laksana ruh fitri. Bagaimana mungkin ia tertutupi oleh gerhana, sementara gerhana itu sendiri menjauh darinya.
Râsih esaslarıyla, bâhir eserleriyle kürenin yarısıyla iltiham peyda etmiş, bir ruh-u fıtrî olmuş; nasıl küsufa girer, küsuftan çıkmış el-ân!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hanya saja sayangnya, sebagian orang kafir yang bodoh berusa- ha menerjang pilar-pilar istana yang megah ini setiap kali kesempatan terbuka bagi mereka.
Fakat maatteessüf, bazı zevzek kefere, safsatalı adamlar şu kasr-ı âlînin metin esaslarına ilişir buldukça imkân.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Namun hal itu tidak mungkin dilakukan. Pilar-pilar tersebut tidak pernah goyah.
Onları deprettirir. Esaslara ilişilmez, onlarla oynanılmaz, sussun şimdi dinsizlik! İflas etti o teres. Bestir tecrübe-i küfran ve yalan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ateisme dan kekufuran saat ini terdiam dan para mucikari pun telah gagal.Tidakkah upaya untuk menentang dan mengobarkan dusta sudah cukup.Tempat ini sebagai tempat berbagai disiplin ilmu (universitas) telah menjadi benteng utama dunia Islam dalam menghadapi kekufuran.
Bu âlem-i İslâm’ın âlem-i küfre karşı en ileri karakolu şu dârülfünun idi. Lâkayt ve gafletlikle hasm-ı tabiat-yılan
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Namun sikap tidak peduli, lalai, dan permusuhan sebagai tabiat ular yang menentang fitrah telah membuka celah sehingga menjadi sasaran serangan ateisme dan membuat keyakinan umat goyah.
Gediği açtı cephenin arkasında, dinsizlik hücum etti, millet epey sarsıldı. En ileri karakol, İslâmiyet ruhuyla tenevvür etmiş cenan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Maka dari itu, benteng-benteng yang disinari dengan spirit Islam tersebut harus lebih kokoh dan lebih memiliki perhatian. Demikianlah seharusnya. Jika tidak kuat, maka ia bisa hancur. Kaum muslim tidak boleh tertipu.
En mütesallib olmalı, en müteyakkız olmalı yahut o dâr olmamalı, İslâm’ı aldatmamalı. İmanın yeri kalptir, dimağ ise oluyor ma’kes-i nur-u iman.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kalbu adalah pusat iman, sementara otak adalah cermin cahayanya. Ia bisa memperlihatkan kesungguhan sekaligus menyapu berbagai syubhat dan noda ilusi. Jika syubhat yang terdapat dalam otak tidak masuk ke dalam kalbu, ia tidak akan merusak keimanan jiwa.
Bazen de mücahiddir, bazen süpürgecidir. Dimağda vesveseler hem pek çok ihtimaller kalp içine girmese sarsılmaz iman, vicdan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Namun jika iman terdapat di otak—seperti anggapan sebagian orang—maka berbagai kemungkinan dan keraguan itu bisa menjadi musuh utama spirit iman yang merupakan haqqul yaqin.
Yoksa bazıların zannınca iman dimağda olsa ruh-u iman olan hakkalyakîne, ihtimalat-ı kesîre olur birer hasm-ı bîeman.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kalbu dan nurani adalah wadah iman. Intuisi dan ilham merupakan bukti iman. Indra keenam merupakan jalan iman.Pikiran dan otak adalah penjaga iman.
Kalp ile vicdan, mahall-i iman. Hads ile ilham, delil-i iman. Bir hiss-i sâdis, tarîk-i iman. Fikr ile dimağ, bekçi-i iman.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
***
<nowiki>*</nowiki>  *  *
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kebutuhan untuk mengingatkan sejumlah perkara aksiomatis lebih besar daripada mengajarkan hal-hal yang bersifat teoritis.Berbagai kepastian agama serta hal yang bersifat aksiomatis telah tertanam dalam kalbu.
== Talim-i nazariyattan ziyade, tezkir-i müsellemata ihtiyaç var ==
Zaruriyat-ı dinî, müsellemat-ı şer’î; kulûblerde hasıldır, ihtar ile huzuru, tezkir ile şuuru.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tujuan tercapai dengan sekadar menyadarkan untuk yakin dan mengingatkan kembali. Ungkapan bahasa Arab dalam hal ini bisa memberikan penyadaran dalam bentuk yang paling baik.
Matlub da hasıl olur. İbare-i Arabî (*<ref>* On sene sonra gelen bir hâdiseyi hissetmiş, mukabeleye çalışmış.</ref>) daha ulvi ediyor tezkiri hem ihtarı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karenanya, khutbah Jumat dengan bahasa Arab sudah mencukupi dan memadai untuk mengingatkan sejumlah hal yang bersifat pasti dan aksiomatis. Sementara mengajarkan masalah teoritis bukanlah tujuan khutbah.
Onun için cumada hutbe-i Arabiye; zaruriyatı ihtar, müsellematı tezkir, maalkifaye olur onun tarz-ı tezkiri.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Di samping itu, ungkapan bahasa Arab mencerminkan syiar persatuan Islam dalam relung jiwa Islam yang menolak perpecahan.
Nazariyatı talim onda maksud değildir. Hem İslâm’ın vahdanî simasında şu Arabî ibare bir nakş-ı vahdettir, kabul etmez teksiri.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hadis berkata kepada Ayat, “Mustahil Menyaingimu.”
<nowiki>*</nowiki>  *  *
Jika engkau membandingkan antara hadis dan ayat, pasti tampak jelas bahwa manusia yang paling fasih (sekaligus penyampai wahyu ilahi) juga tidak mampu menandingi kefasihan ayat al-Qur’an. Hadis tidak bisa menyerupainya.
== Hadîs der âyete: Sana yetişmek muhal! ==
Hadîs ile âyeti muvazene edersen, bilbedahe görürsün; beşerin en beliği, vahyin de mübelliği, o dahi bâliğ olmaz
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dengan kata lain, perkataan yang bersumber dari lisan kenabian tidak selalu merupakan perkataan Nabi x.
Belâgat-ı âyete. O da ona benzemez. Demek ki lisan-ı Ahmedîden gelen her bir kelâm her dem onun olamaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
***
<nowiki>*</nowiki>  *  *
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
==Penjelasan Singkat tentang Kemukjizatan Al-Qur’an==
== Îcaz ile beyan i’caz-ı Kur’an ==
Pada masa lalu aku melihat diriku dalam mimpi sedang berada di bawah gunung Ararat. Secara tiba-tiba gunung itu meletus. Ia melemparkan sejumlah batu karang sebesar gunung ke seluruh penjuru. Maka bumi bergetar.
Bir zaman rüyada gördüm ki Ağrı Dağı altındayım. Birden o dağ patladı, dağ gibi taşları âleme dağıttı, sarstı cihanı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tiba-tiba seseorang berdiri di sampingku. Ia berkata, “Terangsecara singkat berbagai bentuk kemukjizatan al-Qur’an yang kau ketahui secara umum.”
Füc’eten bir adam yanımda peyda oldu. Dedi ki: Îcaz ile beyan et, icmal ile îcaz et, bildiğin enva-ı i’caz-ı Kur’an’ı!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Akupun merenungkan tafsir dari mimpi tersebut, sementara aku masih berada di dalamnya.
Daha rüyada iken tabirini düşündüm, dedim: Şuradaki infilak, beşerde bir inkılaba misal. İnkılabda ise elbet hüda-yı Furkanî,
Menurutku, letusan yang terjadi di sini adalah perumpamaan dari transformasi yang terjadi pada umat manusia, sehingga petunjuk al-Qur’an sudah pasti akan memimpin dan mengendalikan transformasi itu.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada suatu hari kemukjizatannya akan terlihat jelas.
Her tarafta yükselip hem de hâkim olacak. İ’cazının beyanı, zamanı da gelecek! O sâile cevaben dedim: İ’caz-ı Kur’anî,
Akupun memberikan penjelasan pada si penanya di atas dengan berkata sebagai berikut:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kemukjizatan al-Qur’an terwujud pada tujuh sumber universal dan tersusun dari tujuh unsur.'''Sumber Pertama'''Keindahan bahasanya yang bersumber dari kefasihan lafal.
Yedi menabi-i külliyeden tecelli hem yedi anâsırdan terekküp eder. '''Birinci Menba:''' Lafzın fesahatinden selaset-i lisanı;
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kecemerlangan penjelasannya berasal dari keapikan susunannya, retorika maknanya, keindahan pengertiannya, keajaiban kandungannya, dan keanehan gaya bahasanya.
Nazmın cezaletinden, mana belâgatından, mefhumların bedaatinden, mazmunların beraatından, üslupların garabetinden birden tevellüd eden bârika-i beyanı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia melahirkan ukiran penjelasan yang menakjubkan, kreasi bahasa yang indah, berupa gabungan dari semuanya dalam bentuk kemukjizatan yang tidak membosankan ketika terus diulang-ulang.
Onlarla oldu mümtezic, mizac-ı i’cazında acib bir nakş-ı beyan, garib bir sanat-ı lisanî. Tekrarı hiçbir zaman usandırmaz insanı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Unsur Kedua'''
'''İkinci Unsur ise:''' Umûr-u kevniyede gaybî olan esasat, İlahî hakaikten gaybî olan esrardan, gaybî-yi âsumanî.
Pemberitaan langit tentang berbagai persoalan tersembunyi di seputar hakikat alam dan rahasia hakikat ilahi yang bersifat gaib.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Di antara urusan gaib yang terlipat di masa lalu, dan di antara berbagai kondisi yang tersembunyi di masa depan, lahirlah khazanah pengetahuan gaib.
Mazide kaybolan gaybî olan umûrdan, müstakbelde müstetir kalmış olan ahvalden birden tazammun eden bir ilmü’l-guyub hızanı,
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia merupakan lisan alam gaib yang berbicara dengan alam nyata tentang rukun-rukun iman. Ia menjelaskan hal tersebut dengan sejumlah simbol. Yang menjadi tujuan adalah manusia. Semua ini merupakan bentuk kilau mukjizat yang bercahaya.
Âlemü’l-guyub lisanı, şehadet âlemiyle konuşuyor erkânı, rumuz ile beyanı, hedef nev-i insanî, i’cazın bir lem’a-i nurani…
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Sumber Ketiga'''
'''Üçüncü Menba ise:''' Beş cihetle hârika bir câmiiyet vardır. Lafzında, manasında, ahkâmda hem ilminde, makasıdın mizanı.
Al-Qur’an memiliki komprehensivitas yang menakjubkan ditinjau dari lima sisi: lafal, makna, hukum, pengetahuan, dan tujuannya.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dari sisi lafal, ia mengandung sejumlah kemungkinan yang luas dan banyak sisi di mana setiap sisi mengandung retorika yang indah, ilmu bahasa Arab yang benar, dan sejalan dengan rahasia penetapan syariat.
'''Lafzı''' tazammun eder pek vâsi ihtimalat hem vücuh-u kesîre ki her biri nazar-ı belâgatta müstahsen, Arabiyece sahih, sırr-ı teşriî lâyık görüyor ânı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ditinjau dari sisi makna, penjelasannya yang menakjubkan mencakup berbagai aliran para wali, cita rasa kalangan arif, mazhab para salik, pendekatan para ahli kalam, dan metode para ahli hikmah.
'''Manasında:''' Meşarib-i evliya, ezvak-ı ârifîni, mezahib-i sâlikîn, turuk-u mütekellimîn, menahic-i hükema, o i’caz-ı beyanı
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bahkan ia mencakup semuanya. Petunjuk-petunjuknya bersifat komprehensif dan maknanya demikian luas. Wilayah ini sangat luas jika masuk lewat celah tersebut.
Birden ihata etmiş hem de tazammun etmiş. Delâletinde vüs’at, manasında genişlik. Bu pencere ile baksan, görürsün ne geniştir meydanı!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dilihat dari penyerapan hukumnya, syariat yang menakjubkan ini terambil darinya.
'''Ahkâmdaki istiab:''' Şu hârika şeriat ondan olmuş istinbat. Saadet-i dâreynin bütün desatirini, bütün esbab-ı emni,
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Gaya penjelasannya mengandung seluruh hukum kebahagiaan dunia akhirat, faktor kedamaian dan ketenangan, ikatan sosial masyarakat, sarana pendidikan, dan hakikat seluruh kondisi.
İçtimaî hayatın bütün revabıtını, vesail-i terbiye, hakaik-i ahvali birden tazammun etmiş onun tarz-ı beyanı…
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dilihat dari integralitas ilmunya, kandungan surat-suratnya berisi berbagai pengetahuan alam, pengetahuan ilahiyah, sejumlah ting- katan, petunjuk, simbol dan isyarat.
'''İlmindeki istiğrak:''' Hem ulûm-u kevniye hem ulûm-u İlahî, onda meratib-i delâlat, rumuz ile işarat, sureler surlarında cem’etmiştir cinanı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dilihat dari tujuan dan maksudnya, ia sangat memerhatikan keseimbangan dan keselarasan seluruh kaidah fitrah serta kesatuan tujuan sehingga keseimbangannya terjaga.
'''Makasıd ve gayatta:''' Muvazenet, ıttırad, fıtrat desatirine mutabakat, ittihat; tamam müraat etmiş, hıfzeylemiş mizanı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitulah, komprehensivitas yang cemerlang tampak dalam lafalnya yang mencakup, maknanya yang luas, hukum yang integral, pengetahuan yang menyeluruh, serta sejumlah tujuannya yang selaras.
İşte lafzın ihatasında, mananın vüs’atinde, hükmün istiabında, ilmin istiğrakında, muvazene-i gayatta câmiiyet-i pür-şanı!..
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Unsur Keempat''' Limpahan cahayanya sesuai dengan tingkat pemahaman setiap masa, tingkatan adab setiap golongan, serta sejalan dengan potensi dan derajat penerimaannya.
Dördüncü Unsur ise: Her asrın derece-i fehmine, edebî rütbesine hem her asırdaki tabakata, derece-i istidat, rütbe-i kabiliyet nisbetinde ediyor bir ifaza-i nurani.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pintunya selalu terbuka untuk setiap era dan setiap golongan. Sehingga kalam ilahi tersebut seolah-olah turun pada setiap tempat dan setiap waktu.
Her asra, her asırdaki her tabakaya kapısı küşade. Güya her demde, her yerde taze nâzil oluyor o kelâm-ı Rahmanî.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Semakin hari, al-Qur’an justru semakin berseri dan petunjuknya semakin jelas. Pesan ilahi itu menyingkap tirai alam dan tabir sebab.
İhtiyarlandıkça zaman, Kur’an da gençleşiyor. Rumuzu hem tavazzuh eder, tabiat ve esbabın perdesini de yırtar o hitab-ı Yezdanî.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia memancarkan cahaya tauhid lewat setiap ayat pada setiap waktu. Ia mengangkat panji kesaksian tauhid atas sesuatu yang gaib.Ketinggian pesannya menarik perhatian manusia serta menga- jaknya untuk merenung.
Nur-u tevhidi, her dem her âyetten fışkırır. Şehadet perdesini gayb üstünde kaldırır. Ulviyet-i hitabı dikkate davet eder, o nazar-ı insanı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pasalnya, ia adalah lisan gaib yang berbicara dengan alam nyata (kasat mata).Dari sini dapat disimpulkan bahwa kesegarannya yang luar biasa sangat komprehensif dan mencakup segala hal.
Ki o lisan-ı gaybdır; şehadet âlemiyle bizzat odur konuşur. Şu unsurdan bu çıkar hârika tazeliği bir ihata-i ummanî!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Keindahannya menjadikan al-Qur’an disenangi jin dan manusia. Hal itu terwujud lewat turunnya wahyu ilahi kepada akal manusia agar dekat dengan akal. Ia juga beragam seberagam cara turunnya.
Te’nis-i ezhan için akl-ı beşere karşı İlahî tenezzülat. Tenzil’in üslubunda tenevvüü munisliğidir mahbub-u ins ü cânı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Sumber Kelima'''Informasi dan beritanya terwujud dalam bentuk indah penuh makna.
'''Beşinci Menba ise:''' Nakil ve hikâyatında, ihbar-ı sadıkada esasî noktalardan hazır müşahit gibi bir üslub-u bedî-i pür-maânî
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia menginformasikan sejumlah hal mendasar dari berbagai berita yang benar laksana saksi yang hadir menyaksikannya. Ia menginformasikan dengan cara tersebut untuk menyadarkan manusia.
Naklederek, beşeri onunla ikaz eder. Menkulatı şunlardır: İhbar-ı evvelîni, ahval-i âhirîni, esrar-ı cehennem ve cinanı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Berita yang disampaikannya meliputi berita tentang generasi pertama dan kondisi generasi akhir, rahasia surga dan neraka, hakikat alam gaib, rahasia alam nyata, rahasia ilahiyah, serta sejumlah ikatan alam.
Hakaik-i gaybiye hem esrar-ı şehadet, serair-i İlahî, revabıt-ı kevnîye dair hikâyatıdır hikâyet-i ayânî
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Berbagai berita tersebut seolah menyaksikan secara langsung sehingga tidak bisa didustakan oleh realita yang ada dan tidak bisa diingkari oleh logika. Bahkan ia tidak bisa dibantah meski tidak bisa dipahami.
Ki ne vaki reddeylemiş, ne mantık tekzip etmiş. Mantık kabul etmezse red de bile edemez. Semavî kitapların ki matmah-ı cihanî.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia menjadi inspirasi orang yang mengetahui kitab-kitab samawi. Pasalnya, ia menginformasikan berbagai berita tentangnya seraya membenarkannya dalam bentuk yang sangat selaras serta meluruskan sejumlah tema yang diperselisihkan.Datangnya berbagai persoalan informatif semacam itu dari seorang yang buta huruf sungguh merupakan mukjizat masa kini.
İttifakî noktalarda musaddıkane nakleder. İhtilafî yerlerinde musahhihane bahseder. Böyle naklî umûrlar bir “Ümmi”den sudûru hârika-i zamanî…
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Unsur Keenam'''
'''Altıncı Unsur ise:''' Mutazammın ve müessis olmuş din-i İslâm’a. İslâmiyet misline ne mazi muktedirdir, ne müstakbel muktedir; araştırsan zaman ile mekânı!..
Ia membangun dan mengandung ajaran agama Islam. Anda tidak akan menemukan ajaran seperti Islam di setiap zaman dan tempat, baik di masa lalu ataupun di masa mendatang. Ia adalah tali Allah yang kokoh. Ia menggenggam bumi agar tidak terlepas.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia menatanya dalam putaran tahun dan hari. Kedudukan dan bobotnya demikian jelas di atas bumi. Ia juga mengarahkan agar tidak terjadi penyimpangan dan penyelewengan.
Arzımızı senevî, yevmî dairesinde şu hayt-ı semavîdir; tutmuş da döndürüyor. Küreye ağır basmış hem dahi ona binmiş. Bırakmıyor isyanı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Sumber Ketujuh'''
'''Yedinci Menba ise:''' Şu altı menbadan çıkan envar-ı sitte, birden eder imtizaç. Ondan çıkar bir hüsün, bundan gelir bir hads, vasıta-i nurani.
Enam cahaya yang tercurah dari keenam sumber di atas saling bercampur. Ia mengeluarkan kilau yang sangat indah dan melahirkan intuisi yang merupakan sarana bercahaya.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Yang muncul darinya adalah cita rasa. Dengannya kemukjizatan al-Qur’an bisa ditangkap.Lisan kita tidak mampu menjelaskannya dan akal kita tidak berdaya untuk menuturkannya.Bintang-gemintang langit bisa dilihat tetapi tidak bisa disentuh.
Şundan çıkan bir zevktir; zevk-i i’caz bilinir, tabirine lisanımız yetişmez. Fikir dahi kāsırdır, görünür de tutulmaz o nücum-u âsumanî.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sepanjang tiga belas abad, para musuh al-Qur’an membawa spirit penentangan.Sementara di kalangan wali dan pecintanya, ia justru melahirkan spirit peledanan dan kerinduan.Ini saja sudah merupakan bukti kemukjizatan.
On üç asır müddette meylü’t-tahaddî varmış Kur’an’ın a’dasında, şevk-i taklit uyanmış Kur’an’ın ahbabında. İşte i’cazın bir bürhanı…
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jika dari dua keinginan tersebut dituliskan jutaan kitab berbahasa Arab, lalu jutaan kitab tersebut dikomparasikan dengan al-Qur’an, tentu semua orang yang melihat dan mendengar,
Şu iki meyl-i şeditle yazılmıştır meydanda, milyonlarla kütüb-ü Arabiye, gelmiştir kütüphane-i vücuda. Onlar ile Tenzil’i düşerse bir mizanı
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
bahkan sebagian besar manusia, apalagi yang cerdas dan pandai, akan berkata, “Semua kitab ini karya manusia, sementara al-Qur’an bersifat samawi.”
Muvazene edilse, değil dânâ-i bîmüdânî, hattâ en âmî adam, göz kulakla diyecek: Bunlar ise insanî, şu ise âsumanî!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Akan lahir sebuah ketetapan bahwa semua kitab itu tidak bisa menyerupai al-Qur’an dan tidak akan mampu mencapai tujuannya sama sekali. Hal itu bisa jadi karena al-Qur’an lebih rendah, namun hal ini jelas batil dan keliru.
Hem de hükmedecek: Şu bunlara benzemez, rütbesinde olamaz. Öyle ise ya umumdan aşağı; bu ise bilbedahe malûm olmuş butlanı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kalau demikian, ia mengungguli semuanya.
Öyle ise umumun fevkindedir. Mazmunları o kadar zamanda, kapı açık, beşere vakfedilmiş; kendine davet etmiş ervah ile ezhanı!
Ia telah membuka pintu bagi umat manusia serta menyebarkan kandungannya di hadapan mereka sepanjang waktu yang lama ini.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia mengajak semua jiwa dan pikiran untuk mengkajinya. Namun demikian tidak ada yang mampu menentangnya. Masa ujian telah selesai.Al-Qur’an tidak bisa dibandingkan dan diserupakan dengan seluruh kitab yang lain.
Beşer onda tasarruf, kendine de mal etmiş. Onun mazmunları ile yine Kur’an’a karşı çıkmamış, hiçbir zaman çıkamaz; geçti zaman-ı imtihanı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia turun dalam jangka waktu dua puluh sekian tahun secara berangsur-angsur sesuai hikmah ilahi karena sejumlah kepentingan, karena sebab nuzulnya yang juga beragam, sebagai jawaban untuk persoalan yang beragam, sebagai penjelasan atas berbagai peristiwa hukum yang berbeda-beda,
Sair kitaplara benzemez, onlara makîs olmaz; zira yirmi sene zarfında müneccemen hâcetlere nisbeten nüzulü; müteferrik mütekatı’, bir hikmet-i Rabbanî.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
dalam kurun waktu turunnya yang tidak sama, dalam kondisi penerimaan yang bervariasi, untuk sejumlah pemahaman manusia yang berbeda-beda, serta untuk tujuan dan petunjuk yang tidak sama.
Esbab-ı nüzulü muhtelif, mütebayin. Bir maddede es’ile mütekerrir, mütefavit. Hâdisat-ı ahkâmı müteaddid, mütegayir. Muhtelif, mütefarık nüzulünün ezmanı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Meskipun demikian, ia memerlihatkan kesempurnaan kefasihan, ketepatan, kesesuaian, dan keterpaduan penjelasan, jawaban dan pesannya, di samping ilmu bayan dan maknanya.
Hâlât-ı telakkisi mütenevvi, mütehalif. Aksam-ı muhatabı müteaddid, mütebaid. Gayat-ı irşadında mütederric, mütefavit. Şu esaslara müstenid binaı hem beyanı,
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Al-Qur’an berisi keistimewaan yang tidak ditemukan dalam perkataan lainnya.
Cevabı hem hitabı. Bununla da beraber selaset ve selâmet, tenasüp ve tesanüd, kemalini göstermiş; işte onun şahidi: Fenn-i beyan maânî.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebab, ketika mendengar perkataan seseorang, di balik itu engkau melihat penuturnya sehingga gaya bahasa menjadi cerminan manusia.
Kur’an’da bir hâssa var; başka kelâmda yoktur. Bir kelâmı işitsen, asıl sahib-i kelâmı arkasında görürsün, ya içinde bulursun. Üslup: Âyine-i insanî.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
1.814. satır: 1.515. satır:
</div>
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kitab Isyârât al-I’jâz telah menerangkan salah satu dari empat puluh jenis kemukjizatan. Seratus halaman penjelasan masih belum bisa menjelaskan satu saja darinya.
Zira o kırk enva-ı i’cazından yalnız bir tekini ki cezalet-i nazmıdır; İşaratü’l-İ’caz’da sıkışmadı tibyanı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Justru aku yang menginginkan penjelasan darimu. Tuhan telah memberimu limpahan ilham spiritual.
Yüz sahife tefsirim ona kâfi gelmedi. Senin gibi ruhanî ilhamları ziyade. Ben istiyorum senden tafsil ile beyanı!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
***
<nowiki>*</nowiki>  *  *
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="اُولَاش۟مَاز۟_دَس۟تِ_أَدَبِ_غَر۟بِ_هَوَس۟بَارِ_هَوَاكَارِ_دَهَادَار۟"></span>
== اُولَاش۟مَاز۟ دَس۟تِ أَدَبِ غَر۟بِ هَوَس۟بَارِ هَوَاكَارِ دَهَادَار۟ ==
Karya Sastra Barat yang Dipenuhi Nafsu, Ambisi, dan Tipu Daya Tidak Bisa Menjangkau
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kedudukan Sastra Al-Qur’an yang Kekal yang Dipenuhi Cahaya, Petunjuk dan Obat.
دَأ۟بِ أَدَب۟ أَبَد۟ مُدَّت۟ قُر۟اٰنِ ضِيَابَارِ شِفَاكَارِ هُدَادَار۟
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kondisi yang menghendaki cita rasa tinggi untuk para insan kamil tidak membuat senang para pemilik nafsu kekanak-kanakan dan pemilik tabiat rendahan.
Kâmilîn insanların zevk-i maâlîsini hoşnut eden bir halet, çocukça bir hevese, sefihçe bir tabiat sahibine hoş gelmez,
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Atas dasar itu, cita rasa yang rendah tenggelam dalam kubangan keinginan nafsu sama sekali tidak bisa menikmati dan mengenal cita rasa spiritual.
Onları eğlendirmez. Bu hikmete binaen, bir zevk-i süflî, sefih hem nefsî ve şehvanî içinde tam beslenmiş, zevk-i ruhîyi bilmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Maka sastra modern yang bersumber dari sastra Eropa tidak mampu melihat berbagai kandungan al-Qur’an yang istimewa dan karakternya yang tinggi, bahkan tidak dapat mengecapnya.
Avrupa’dan tereşşuh etmiş şu hazır edebiyat romanvari nazarla, Kur’an’da olan letaif-i ulviyet, mezaya-yı haşmeti göremez hem tadamaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena itu, ia tidak bisa menjadikan standarnya sebagai ukuran.Sastra (adab) berkisar dalam tiga wilayah:
Kendindeki miheki ona ayar edemez. Edebiyatta vardır üç meydan-ı cevelan; onlar içinde gezer, haricine çıkamaz:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wilayah semangat dan kemuliaan jiwa, wilayah keindahan dan kerinduan, serta wilayah penggambaran hakikat dan realita.Dalam wilayah semangat, sastra asing tidak menyuarakan kebenaran.
Ya aşkla hüsündür, ya hamaset ve şehamet, ya tasvir-i hakikat. İşte yabani edepse hamaset noktasında hakperestliği etmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia justru mengajarkan rasa bangga terhadap kekuatan yang dimiliki dengan mengagungkannya dalam bentuk yang lalim dan melampaui batas.Dalam wilayah keindahan dan kerinduan, sastra asing tidak mengenal kerinduan dan cinta hakiki.
Belki zalim nev-i beşerin gaddarlıklarını alkışlamakla kuvvet-perestlik hissini telkin eder. Hüsün ve aşk noktasında, aşk-ı hakiki bilmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Namun, ia menanamkan kerinduan syahwati yang demikian melekat dalam jiwa. Dalam wilayah penggambaran hakikat dan realita, sastra asing tidak melihat entitas sebagai kreasi ilahi dan tidak memandangnya sebagai celupan-Nya.
Şehvet-engiz bir zevki nefislere de zerkeder. Tasvir-i hakikat maddesinde, kâinata sanat-ı İlahî suretinde bakmaz,
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Namun ia membatasi perhatiannya pada sisi alam materi dan menggambarkan hakikat dalam bingkainya tanpa bisa melepaskan diri darinya.
Bir sıbga-i Rahmanî suretinde göremez. Belki tabiat noktasında tutar, tasvir ediyor hem ondan da çıkamaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena itu, ajarannya untuk merindukan alam dan menuhankan materi hingga kecintaan padanya mengakar dalam kalbu tidak membuat manusia mampu selamat darinya dengan mudah.
Onun için telkini aşk-ı tabiat olur. Madde-perestlik hissi, kalbe de yerleştirir, ondan ucuzca kendini kurtaramaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lalu sastra yang berhias kebodohan itu sama sekali tidak bisa melenyapkan kerisauan ruh yang bersumber dari kesesatan. Justru ia mengembangkan dan membesarkannya.
Yine ondan gelen, dalaletten neş’et eden ruhun ızdırabatına o edepsizlenmiş edep müsekkin hem münevvim; hakiki fayda vermez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dalam anggapannya ia telah menemukan solusi. Seolah-olah obat satu-satunya yang merupakan riwayatnya adalah:
Tek bir ilacı bulmuş, o da romanlarıymış. Kitap gibi bir hayy-ı meyyit, sinema gibi bir müteharrik emvat! Meyyit hayat veremez.
- Terdapat dalam kitabnya; benda hidup yang mati itu.
</div>
- Dalam bioskop; benda mati yang bergerak.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
- Dalam teater di mana sejumlah bayangan bangkit di dalamnya dan keluar dengan cepat dari kubur luas masa lalu. Itulah berbagai bentuk riwayatnya.
Hem tiyatro gibi tenasühvari, mazi denilen geniş kabrin hortlakları gibi şu üç nevi romanlarıyla hiç de utanmaz.
Mana mungkin benda mati menghembuskan kehidupan?!
</div>
Tanpa rasa malu, sastra asing meletakkan lisan dusta dalam mulut manusia.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia memasang mata yang fasik pada wajahnya. Serta memakaikan dunia sebagai busana penari murahan.
Beşerin ağzına yalancı bir dil koymuş hem insanın yüzüne fâsık bir göz takmış, dünyaya bir âlüfte fistanını giydirmiş, hüsn-ü mücerred tanımaz.
Lalu dari mana sastra tersebut akan mengetahui kebaikan?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bahkan andaikan ia ingin memerlihatkan matahari kepada pem- baca, ia akan mengingatkannya dengan artis pirang yang cantik.
Güneşi gösterirse sarı saçlı, güzel bir aktrisi kārie ihtar eder. Zâhiren der: “Sefahet fenadır, insanlara yakışmaz.”
Secara lahiriah ia berkata, “Kebodohan memberikan akibat bu- ruk yang tidak layak bagi manusia.”
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kemudian ia mengungkap sejum- lah dampaknya yang berbahaya. Hanya saja, ia menggambarkannya secara menarik dan menggiurkan serta membuat akal kehilangan kendali.
Netice-i muzırrayı gösterir. Halbuki sefahete öyle müşevvikane bir tasviri yapar ki ağız suyu akıtır, akıl hâkim kalamaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pasalnya, ia tenggelam dalam gelora syahwat hingga tak sadar dibawa kemana.
İştihayı kabartır, hevesi tehyic eder, his daha söz dinlemez. Kur’an’daki edepse hevayı karıştırmaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun sastra al-Qur’an, ia tidak menggerakkan dan membangkitkan orang yang hawa nafsunya tenang.
Hakperestlik hissi, hüsn-ü mücerred aşkı, cemal-perestlik zevki, hakikat-perestlik şevki verir hem de aldatmaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Namun memberikan kepada manusia hasrat menyuarakan dan mencintai kebenaran, kesenangan pada kebaikan, kerinduan pada keindahan, serta keinginan untuk mencintai hakikat kebenaran. Ia tidak pernah tertipu.
Kâinata tabiat cihetinde bakmıyor; belki bir sanat-ı İlahî, bir sıbga-i Rahmanî noktasında bahseder, akılları şaşırtmaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia tidak melihat entitas sebagai materi. Namun mengingatnya sebagai kreasi ilahi, celupan Rabbani, tanpa membingungkan akal. Ia diktekan cahaya makrifat tentang Sang Pencipta serta menerangkan tanda-tanda kekuasaan-Nya dalam segala hal.Kedua sastra tersebut melahirkan kesedihan yang memberikan efek tertentu. Akan tetapi keduanya tidak sama.
Marifet-i Sâni’in nurunu telkin eder. Her şeyde âyetini gösterir. Her ikisi rikkatli birer hüzün de veriyor fakat birbirine benzemez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Yang dilahirkan oleh sastra Barat adalah kesedihan yang merisaukan, yang bersumber dari kehilangan para kekasih dan pelindung. Sastra Barat tidak mampu memberikan kesedihan yang mulia.
Avrupazade edepse fakdü’l-ahbaptan, sahipsizlikten neş’et eden gamlı bir hüznü veriyor, ulvi hüznü veremez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pasalnya, perasaan yang dilahirkan terilhami dari alam materi yang buta, kekuatan yang tak melihat yang penuh dengan derita dan kegalauan. Akhirnya alam hanya berisi nestapa.
Zira sağır tabiat hem de bir kör kuvvetten mülhemane aldığı bir hiss-i hüzn-ü gamdar. Âlemi bir vahşetzar tanır, başka çeşit göstermez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia melemparkan manusia di tengah orang-orang asing tanpa ada yang melindungi. Maka, ia pun senantiasa berada dalam ratapan dan duka cita. Seluruh harapan pun di hadapannya menjadi sirna.
O surette gösterir hem de mahzunu tutar, sahipsiz de olarak yabaniler içinde koyar, hiçbir ümit bırakmaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Perasaan yang penuh dengan kesedihan dan derita ini menguasai diri manusia sehingga mengantarnya pada kesesatan, kekufuran, dan pengingkaran sang Khalik. Akhirnya, sulit baginya untuk kembali kepada kebenaran. Bahkan bisa jadi ia tidak kembali lagi selamanya.
Kendine verdiği şu hissî heyecanla gitgide ilhada kadar gider, tatile kadar yol verir, dönmesi müşkül olur, belki daha dönemez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun sastra Al-Qur’an memberikan kesedihan yang mulia. Yaitu kesedihan sang perindu, bukan kesedihan sang yatim. Kesedihan tersebut bersumber dari perpisahan dengan para kekasih, bukan akibat kehilangan mereka.
Kur’an’ın edebi ise öyle bir hüznü verir ki âşıkane hüzündür, yetimane değildir. Firaku’l-ahbaptan gelir, fakdü’l-ahbaptan gelmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia melihat entitas sebagai kreasi ilahi di mana ia mengasihi dan melihat, bukan materi yang buta.
Kâinatta nazarı, kör tabiat yerine şuurlu hem rahmetli bir sanat-ı İlahî onun medar-ı bahsi, tabiattan bahsetmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia juga memperlihatkan qudrah ilahi yang penuh hikmah dan berhias perhatian yang komprehensif sebagai ganti dari kekuatan buta.
Kör kuvvetin yerine inayetli, hikmetli bir kudret-i İlahî ona medar-ı beyan. Onun için kâinat, vahşetzar suret giymez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia juga tidak membungkus entitas dengan gambaran duka cita yang memilukan. Namun di hadapan yang melihatnya ia berubah seperti kumpulan orang yang saling mencinta.
Belki muhatab-ı mahzunun nazarında oluyor bir cemiyet-i ahbap. Her tarafta tecavüb, her canibde tahabbüb; ona sıkıntı vermez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebab, pada setiap sisi terdapat respon positif, cinta dan keakraban; bukan kekeruhan dan kegalauan. Inilah kondisi kesedihan sang perindu.Di tengah-tengah majelis tersebut manusia mendapatkan perasaan mulia; bukan kesedihan yang menyesakkan dada.
Her köşede istînas, o cemiyet içinde mahzunu vaz’ediyor bir hüzn-ü müştakane, bir hiss-i ulvi verir, gamlı bir hüznü vermez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kedua sastra tersebut memberikan kerinduan dan kegembiraan. Kerinduan yang diberikan oleh sastra asing adalah kerinduan yang merangsang nafsu dan menghamparkan kegilaan tanpa membuat jiwa senang dan gembira.
İkisi birer şevki de verir: O yabani edebin verdiği bir şevk ile nefis düşer heyecana, heves olur münbasit; ruha ferah veremez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebaliknya, kerinduan yang dihembus- kan oleh al-Qur’an adalah kerinduan yang menggetarkan jiwa hingga naik menuju sejumlah kemuliaan.
Kur’an’ın şevki ise: Ruh düşer heyecana, şevk-i maâlî verir. İşte bu sırra binaen, şeriat-ı Ahmediye (asm) lehviyatı istemez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Atas dasar itu, syariah yang menakjubkan ini melarang kesiasiaan dan seluruh hal yang melenakan. Ia mengharamkan sejumlah sarananya serta membolehkan yang lain.
Bazı âlât-ı lehvi tahrim edip, bir kısmı helâl diye izin verip… Demek, hüzn-ü Kur’anî veya şevk-i Tenzilî veren âlet, zarar vermez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Artinya, alat atau perangkat yang melahirkan kesedihan dan kerinduan qurani tidaklah berbahaya. Ia diharamkan manakala melahirkan nestapa dan membangkitkan kerinduan syahwati.Kondisi ini bisa berubah tergantung orangnya. Sebab, respon orang berbeda-beda.
Eğer hüzn-ü yetimî veya şevk-i nefsanî verse âlet haramdır. Değişir eşhasa göre herkes birbirine benzemez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
***
<nowiki>*</nowiki>  *  *
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
==Dahan Memberikan Buah atas nama Rahmat Ilahi==
== Dallar semeratı rahmet namına takdim ediyor ==
Dahan pohon penciptaan mempersembahkan buah nikmat seraya mengantarkannya ke tangan makhluk hidup di seluruh penjuru alam.
Şecere-i hilkatin dalları her tarafta semerat-ı niamı zîruhun ellerine zâhiren uzatıyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bahkan ia memberikan buah tersebut kepadamu lewat dahan-dahan itu dari tangan rahmat dan qudrah-Nya.
Hakikatte bir yed-i rahmet, bir dest-i kudrettir ki o semeratı, o dalları içinde sizlere uzatıyor.
Maka, balaslah rahmat tersebut dengan rasa syukur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Muliakan tangan qudrah tersebut dengan senantiasa mengingat karunia-Nya.
O yed-i rahmeti, siz de şükür ile öpünüz. O dest-i kudreti de minnetle takdis ediniz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
***
<nowiki>*</nowiki>  *  *
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
===Penjelasan tentang Tiga Jalan yang Disebutkan dalam Penutup Surat al-Fatihah===
== Fatiha’nın âhirinde işaret olunan üç yolun beyanı ==
Wahai saudaraku, wahai yang dadanya penuh dengan harapan yang bersinar! Genggam khayalanmu dan mari bersamaku. Kita sekarang berada di tanah yang luas. Kita melihat berbagai hal di sekitar kita tanpa ada satupun yang melihat kita.
Ey birader-i pür emel! Hayalini ele al, benimle beraber gel. İşte bir zemindeyiz, etrafına bakarız; kimse de görmez bizi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Namun mendung yang hitam pekat dilemparkan pada kita. Ia jatuh di atas gunung yang tinggi sehingga menutupi wajah bumi kita dengan kegelapan.
Çadır direkleri hükmünde yüksek dağlar üstünde karanlıklı bir bulut tabakası atılmış hem o dahi kaplatmış zeminimizin yüzü.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bahkan ia seperti atap yang tebal. Hanya saja, ia adalah atap yang memperlihatkan matahari dari sisi yang lain.
Müncemid bir sakf olmuş fakat alt yüzü açıkmış, o yüz güneş görürmüş. İşte bulut altındayız, sıkıyor zulmet bizi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kita yang berada di bawah mendung yang tebal itu nyaris tak mampu menghadapi sempitnya kegelapan itu. Kita dicekik oleh kegalauan dan ketiadaan udara mematikan.
Sıkıntı da boğuyor, havasızlık öldürür. Şimdi bize '''üç yol''' var: Bir âlem-i ziyadar, bir kere seyrettimdi bu zemin-i mecazî.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dalam kondisi sempit dan tercekik itu, tiba-tiba terbuka tiga jalan di hadapan kita yang mengantar menuju alam bersinar. Kita pernah mendatangi dan menyaksikannya sebelumnya. Maka kitapun menyusuri ketiga jalan itu satu persatu.Jalan pertama: sebagian besar manusia melewatinya. Ia adalah wisata di sekitar alam. Wisata tersebut menarik kita kepadanya.
Evet, bir kere buraya da gelmişim, üçünde ayrı ayrı gitmişim. '''Birinci yolu budur:''' Ekseri burdan gider; o da devr-i âlemdir, seyahate çeker bizi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kita berada di dalamnya dengan berjalan kaki. Kita dihadapkan pada lautan pasir di padang yang luas ini. Lihat bagaimana ia marah kepada kita. Ia demikian marah dan membuat kita gelisah.
İşte biz de yoldayız, böyle yayan gideriz. Bak şu sahranın kum deryalarına, nasıl hiddet saçıyor, tehdit ediyor bizi!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lihatlah gelombang laut yang laksana gunung itu. Ia murka kepada kita. Sekarang kita berada di sisi lain. Alhamdulillah kita bisa bernafas lega. Kita melihat
Bak şu deryanın dağvari emvacına! O da bize kızıyor. İşte elhamdülillah öteki yüze çıktık, görürüz güneş yüzü.
wajah matahari yang bersinar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Akan tetapi, tidak ada satupun yang mampu mengukur berbagai derita yang kita rasakan. Hanya saja, sangat disayangkan kita kembali lagi ke bumi yang merisaukan di mana ia ditutupi oleh mendung yang gelap. Kita sangat membutuhkan alam yang bersinar yang membuka basirah (mata hati) kita.
Fakat çektiğimiz zahmeti ancak da biz biliriz. Of! Tekrar buraya döndük şu zemin-i vahşetzar, bulut damı zulmettar. Bize lâzım, revnaktar eder kalpteki gözü
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jika engkau memiliki keberanian luar biasa, sertai diriku di jalan yang penuh bahaya ini. Kita akan melintasinya dengan gagah berani. Ia adalah:
Bir âlem-i ziyadar. Fevkalâde eğer bir cesaretin var; gireriz de beraber, bu yol-u pür-hatarkâr. '''İkinci yolumuzu:'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jalan kedua: Kita menembus tabiat alam. Kita tembus ia agar kita bisa sampai ke sisi lain. Kita melalui berbagai terowongan alamiah yang terdapat di bumi dalam kondisi takut. Pada suatu saat aku pernah menyaksikan jalan ini dan melaluinya dengan rasa takut dan gundah.
Tabiat-ı arzı deleriz, o tarafa geçeriz. Ya fıtrî bir tünelden titreyerek gideriz. Bir vakitte bu yolda seyrettim de geçtim bînaz ve pür-niyazî.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Namun di tanganku terdapat alat dan perangkat yang bisa meluluhkan tanah alam materi sekaligus menembus dan melapangkan jalan. Perangkat tersebut diberikan oleh al-Qur’an di jalan ketiga.
Fakat o zaman tabiatın zemini eritecek, yırtacak bir madde var idi elimde. Üçüncü yolun o delil-i mu’cizi
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai saudaraku, jangan tinggalkan diriku. Ikuti aku dan jangan pernah takut. Lihatlah di depanmu terdapat sejumlah goa seperti te- rowongan bawah tanah. Ia menantikan kita dan akan melapangkan jalan kita menuju sisi lain.
Kur’an onu bana vermişti. Kardeşim, arkamı da bırakma, hiç de korkma! Bak hâ şurada tünelvari mağaralar, tahte’l-arz akıntılar beklerler ikimizi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jangan takut dengan kerasnya alam. Sebab, di balik wajah masam dan dingin terdapat wajah di mana pemiliknya tersenyum. Materi al- Qur’an tersebut adalah materi yang memancarkan kilau seperti radium.
Bizi geçirecekler. Tabiat da şu müthiş cümudiyeleri de seni hiç korkutmasın. Zira bu abus çehresi altında merhametli sahibinin tebessümlü yüzü.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kabar gembira wahai saudaraku. Kita telah keluar menuju alam yang bersinar. Lihatlah bumi yang indah ini dan langit yang indah.
Radyumvari o madde-i Kur’anî ışığıyla sezmiştim. İşte gözüne aydın! Ziyadar âleme çıktık, bak şu zemin-i pür-nâzı
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tidakkah engkau mau mengangkat kepala untuk menyaksikan hal ini yang menutup seluruh permukaan langit.
Bu feza-yı latîf, şirin. Yahu başını kaldır! Bak semavata ser çekmiş, bulutları da yırtmış, aşağıda bırakmış. Davet ediyor bizi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia adalah al-Qur’an al- Karim; Pohon Tuba surga. Ia membentangkan dahan-dahannya ke seluruh penjuru alam. Yang harus kita lakukan hanyalah bergantung kepada ranting yang bergelayutan. Ia berada di dekat kita untuk mengantar kita menuju ke sana.
Şu şecere-i tûba, meğer o Kur’an imiş. Dalları her tarafa uzanmış. Tedelli eden bu dala biz de asılmalıyız, oraya alsın bizi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Yaitu menuju pohon samawi yang tinggi.
O şecere-i semavî, bir timsali zeminde olmuş şer’-i enveri. Demek, zahmet çekmeden o yol ile çıkardık bu âlem-i ziyaya, sıkmadan zahmet bizi.
Syariat yang mulia adalah miniatur dari pohon penuh berkah itu. Kita mampu mencapai alam yang bersinar itu lewat jalan tersebut, jalan syariat, tanpa ada kesulitan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hanya saja kita salah jalan. Marilah kita kembali ke tempat semula untuk meniti jalan yang lurus tersebut. Lihat, ia adalah:Jalan ketiga: Sang da’i agung berdiri tegak di atas puncak yang tinggi.
Madem yanlış etmişiz; eski yere döneriz, doğru yolu buluruz. Bak, '''üçüncü yolumuz''': Şu dağlar üstünde durmuş olan şehbazi
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia menyeru dengan berkata, “Marilah menuju alam cahaya!” Ia mensyaratkan doa dan salat. Ia tidak lain sang penyeru agung, Muhammad x.
Hem de bütün cihana okuyor bir ezanı. Bak müezzin-i a’zama, Muhammedü’l-Hâşimî (asm) davet eder insanı âlem-i nur-u envere. İlzam eder niyaz ile namazı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lihatlah gunung itu. Gunung petunjuk. Ia menembus awan dan langit. Lihatlah gunung syariat yang menjulang. Ia memperindah dan menghias wajah bumi kita.
Bulutları da yırtmış, bak bu hüda dağlarına. Semavata ser çekmiş, bak şeriat cibaline. Nasıl müzeyyen etmiş zeminimizin yüzü gözü.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kita harus terbang dengan penuh tekad untuk melihat cahaya di sana dan melihat kilau keindahan.
İşte çıkmalıyız buradan himmet tayyaresiyle. Ziya, nesîm orada; nur u cemal orada. İşte buradadır Uhud-u Tevhid, o cebel-i azizi.
Ya, di sini terdapat Uhud Tauhid; gunung yang dicinta dan mulia.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Di sana juga terdapat gunung Judi Islam; gunung yang paling tinggi; gunung keselamatan dan kedamaian.
İşte şuradadır Cûdi-i İslâmiyet, o cebel-i selâmet. İşte Cebelü’l-Kamer olan Kur’an-ı Ezher, zülâl-i Nil akıyor o muhteşem menbadan. İç o âb-ı lezizi!..
Ini adalah gunung Qamar (Qumr); al-Qur’an yang bersinar. Darinya mengalir air Nil yang segar. Minumlah air segar dan salsabil itu dengan penuh nikmat.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Maha mulia Allah; Pencipta yang paling baik.
فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَح۟سَنُ ال۟خَالِقٖينَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Akhirnya kami ucapkan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
وَ اٰخِرُ دَع۟وٰينَا اَنِ ال۟حَم۟دُ لِلّٰهِ رَبِّ ال۟عَالَمٖينَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai saudaraku, sekarang lemparkan khayalan tersebut dan pergunakan akalmu.Jalan yang pertama dan kedua adalah jalan “Orang-orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.” Keduanya berisi banyak bahaya. Keduanya selalu dalam kondisi musim dingin tanpa ada musim semi. Bahkan barangkali hanya satu dari seratus orang yang melewati jalan itu yang selamat, seperti Plato dan Socrates.
Ey arkadaş! Şimdi hayali baştan çıkar, aklı kafaya geçir. Evvelki iki yolun, mağdub ve dâllîn yolu; hatarları pek çoktur, kıştır daim güz yazı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun jalan ketiga adalah jalan yang lapang dan singkat. Sebab, ia lurus dan istikamah. Orang yang lemah atau yang kuat sama saja, semuanya bisa melewatinya. Jalan yang paling baik dan paling selamat adalah ketika Allah memberimu mati syahid dan kemuliaan jihad.
Yüzde biri kurtulur; Eflatun, Sokrat gibi. Üçüncü yol, sehildir hem karib-i müstakimdir. Zayıf, kavî müsavi. Herkes o yoldan gider. En rahatı budur ki şehit olmak ya gazi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sekarang kita berada di ambang hasil. Kelicikan meniti dua jalan pertama.Sementara petunjuk al-Qur’an; jalan yang lurus, adalah jalan ketiga. Itulah yang mengantar kita ke sana.
İşte neticeye gireriz. Evet, deha-yı fennî: Evvelki iki yoldur ona meslek ve mezhep. Fakat hüda-yı Kur’anî: Üçüncü yoldur, onun sırat-ı müstakimi îsal eder o bizi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya Allah, tunjukkan kami ke jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang kau beri nikmat.
اَللّٰهُمَّ اِه۟دِنَا الصِّرَاطَ ال۟مُس۟تَقٖيمَ صِرَاطَ الَّذٖينَ اَن۟عَم۟تَ عَلَي۟هِم۟
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bukan jalan orang yang dimurka dan bukan pula jalan orang yang sesat. Amin.
غَي۟رِ ال۟مَغ۟ضُوبِ عَلَي۟هِم۟ وَ لَاالضَّٓالّٖينَ  اٰمٖينَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
***
<nowiki>*</nowiki>  *  *
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
==Seluruh Derita terdapat dalam Kesesatan dan Semua Nikmat terdapat dalam Iman== (Hakikat Agung yang Memakai Busana Khayalan)
== Hakiki bütün elem dalalette, bütün lezzet imandadır ==
'''Hayal libasını giymiş muazzam bir hakikat'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai sahabat yang cerdas, jika engkau ingin melihat perbedaan yang jelas antara “jalan yang lurus”; jalan yang bersinar itu, dengan jalan orang yang Allah murkai dan jalan orang yang sesat;
Ey yoldaş-ı hüşdar! Sırat-ı müstakimin o meslek-i nurani, mağdub ve dâllînin o tarîk-i zulmanî, tam farklarını görmek eğer istersen ey aziz,
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
jalan yang gelap tersebut, marilah ambil ilusimu dan naiki khayalanmu. Kita akan pergi bersama-sama menuju gelapnya ketiadaan; kuburan besar yang penuh orang mati. Dzat Mahakuasa yang Mahaagung telah mengelu- arkan kita dari kegelapan tersebut lewat tangan qudrah-Nya serta menaikkan kita kepada wujud ini.
Gel vehmini ele al, hayal üstüne de bin, şimdi seninle gideriz zulümat-ı ademe. O mezar-ı ekberi, o şehr-i pür-emvatı bir ziyaret ederiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dia menghadirkan kita ke dunia yang kosong dari kenikmatan hakiki.
Bir Kadîr-i Ezelî, kendi dest-i kudretle bu zulümat kıtadan bizi tuttu çıkardı, bu vücuda bindirdi, gönderdi şu dünyaya; şu şehr-i bîlezaiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sekarang kita telah datang ke alam ini; alam wujud, sebuah padang yang luas. Mata kita telah terbuka. Kita melihat enam penjuru arah. Kita luruskan pandangan kita ke depan.
İşte şimdi biz geldik şu âlem-i vücuda, o sahra-yı hēile. Gözümüz de açıldı, şeş cihette biz baktık; evvel istîtafkârane önümüze bakarız.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tiba-tiba sejumlah bencana dan derita hendak menyambar kita laksana musuh. Kitapun menjadi takut kepadanya dan mundur.
Lâkin beliyyeler, elemler önümüzde düşmanlar gibi tehacüm eder. Ondan korktuk, çekindik. Sağa sola, anâsır-ı tabâyia bakarız, ondan meded bekleriz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lalu kita melihat ke sisi kanan dan kiri seraya meminta belas kasih dari sejumlah unsur dan alam. Namun mereka berhati kesat, tidak memiliki kasih sayang. Mereka memperlihatkan giginya menatap kita dengan tatapan jahat.
Lâkin biz görüyoruz ki onların kalpleri kasiyye, merhametsiz. Dişlerini bilerler, hiddetli de bakarlar; ne naz dinler, ne niyaz!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Mereka tidak bisa mendengar seruan dan tidak melunak ketika terus diminta. Maka, kitapun mengangkat penglihatan kita ke atas untuk meminta bantuan dari benda-benda langit.Akan tetapi, kita melihat mereka demikian menakutkan dan sedang memberikan ancaman.
Muztar adamlar gibi meyusane nazarı yukarıya kaldırdık. Hem istimdadkârane ecram-ı ulviyeye bakarız, pek dehşetli tehditkâr da görürüz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pasalnya, mereka laksana bom yang meluncur dengan sangat cepat menembus angkasa tanpa ada benturan.
Güya birer gülle bomba olmuşlar, yuvalardan çıkmışlar. Hem etraf-ı fezada pek süratli geçerler, her nasılsa ki onlar birbirine dokunmaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Andaikan mereka salah jalan dan menyimpang, tentu akan membelah jantung alam, alam nyata. Wal’iyâdzu billah. Bukankah urusannya diserahkan kepada proses kebetulan. Apakah ada kebaikan yang berasal darinya.
Ger birisi yolunu kazara bir şaşırtsa, el-iyazü billah, şu âlem-i şehadet ödü de patlayacak. Tesadüfe bağlıdır, bundan dahi hayır gelmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kitapun mengalihkan perhatian dari arah ini dengan rasa putus asa. Kita berada dalam kondisi sangat bingung. Kita tundukkan kepala kita seraya melihat ke dalam diri guna melihat isinya.
Meyusane nazarı o cihetten çevirdik, elîm hayrete düştük. Başımız da eğildi, sinemizde saklandık, nefsimize bakarız. Mütalaa ederiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Seketika kita men- dengar ribuan teriakan rasa butuh dan rintihan kepapaan. Semuanya bersumber dari diri yang lemah ini. Akhirnya, saat membutuhkan pelipur lara kita malah berada dalam kegalauan. Jadi, arah ini juga tidak memberikan manfaat.
İşte işitiyoruz: Zavallı nefsimizden binlerle hâcetlerin sayhaları geliyor. Binlerle fâkatlerin enînleri çıkıyor. Teselliyi beklerken tevahhuş ediyoruz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lalu kita pergi ke dalam jiwa. Kita mencari sebuah obat. Akan tetapi, sungguh sangat disayangkan, di sana tidak ada obat. Padahal obat harus ada. Sebab ribuan harapan, keinginan, serta ribuan perasaan berbaur membentang ke sisi-sisi alam.
Ondan da hayır gelmedi. Pek ilticakârane vicdanımıza girdik; içine bakıyoruz, bir çareyi bekleriz. Eyvah! Yine bulmayız, biz meded vermeliyiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Semuanya mendatangi kita dalam kondisi ketakutan. Kita lemah tak mampu memberikan pertolongan.
Zira onda görünür binlerle emelleri, galeyanlı arzular, heyecanlı hissiyat, kâinata uzanmış. Her birinden titreriz, hiç yardım edemeyiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Berbagai harapan berbaur dalam diri manusia hingga sisi-sisinya membentang dari alam azali menuju keaba- dian. Bahkan andai ia melumat seluruh dunia, tetap takkan pernah kenyang.
O âmâl sıkışmışlar vücud adem içinde; bir tarafı ezele, bir tarafı ebede uzanıp gidiyorlar. Öyle vüs’atleri var, ger dünyayı yutarsa o vicdan da tok olmaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitulah kemanapun kita mengarah, ujian dan bencana selalu menghadang. Itulah jalan orang yang sesat dan dimurkai. Sebab, pandangan mereka mengarah kepada proses kebetulan dan kesesatan.
İşte bu elîm yolda nereye bir baş vurduk, onda bir bela bulduk. Zira mağdub ve dâllîn yolları böyle olur. Tesadüf ve dalalet, o yolda nazar-endaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kalau kita mengikuti pandangan tersebut, kita akan jatuh ke dalam kondisi yang sama. Kita akan melupakan waktu yang ditentukan oleh Sang Pencipta berikut kebangkitan, awal dan tempat kembali.
O nazarı biz taktık, bu hale böyle düştük. Şimdi dahi halimiz ki mebde ve meâdi hem Sâni’ ve hem haşri muvakkat unutmuşuz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hal itu lebih menyakitkan jiwa ketimbang neraka Jahanam dan lebih membakar. Apa yang kita peroleh dari keenam arah di atas hanyalah kondisi yang tersusun dari ketakutan, keterkejutan, kelemahan, kerisauan, disertai keputusasaan.
Cehennemden beterdir, ondan daha muhriktir, ruhumuzu eziyor. Zira o şeş cihetten ki onlara baş vurduk. Öyle halet almışız.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Itulah yang melukai jiwa. Maka, marilah kita berusaha menolak dan menghadapinya.
Ki yapılmış o halet hem havf ile dehşetten hem acz ile ra’şetten hem kalak ve vahşetten hem yütm ve hem yeisten mürekkeb vicdansûz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pertama-tama kita mulai dengan melihat kemampuan kita.
Şimdi her cihete mukabil bir cepheyi alırız, def’ine çalışırız. '''Evvel''', kudretimize müracaat ederiz, vâ-esefâ görürüz
Sungguh sangat menyedihkan! Ia sangat lemah dan papa.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kemudian kita berusaha memenuhi berbagai kebutuhan diri yang sedang dahaga.
Ki âcize, zaîfe. '''Sâniyen:''' Nefiste olan hâcatın susmasına teveccüh ediyoruz. Vâ-esefâ durmayıp bağırırlar, görürüz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia terus berteriak, namun tidak ada yang mau mendengar dan menolong untuk memenuhi berbagai harapan yang ia minta.
'''Sâlisen:''' İstimdadkârane, bir halâskârı için bağırır, çağırırız, ne kimse işitiyor, ne cevabı veriyor. Biz de zannediyoruz:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kita mengira seluruh yang berada di sekitar kita sebagai musuh. Semuanya asing. Kita tidak merasa bersahabat dan dekat. Tidak ada yang membuat diri menjadi tenang. Tak ada kesenangan dan kenik- matan hakiki.
Her bir şey bize düşman, her bir şey bizden garib. Hiçbir şey kalbimize bir teselli vermiyor; hiç emniyet bahşetmez, hakiki zevki vermez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Setelah itu, setiap kali melihat berbagai benda langit, jiwa ini dipenuhi rasa takut, gelisah dan resah. Akal juga dipenuhi sejumlah ilusi dan keraguan.
'''Râbian:''' Biz ecram-ı ulviyeye baktıkça onlar nazara verir bir havf ile dehşeti. Hem vicdanın müz’ici bir tevahhuş geliyor: Akılsûz, evhamsâz!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai saudaraku, inilah jalan kesesatan. Itulah esensinya. Kita telah melihat gelap kekufuran yang demikian pekat di dalamnya.Sekarang marilah wahai saudaraku kita kembali kepada ketiadaan.
İşte ey birader! Bu dalaletin yolu, mahiyeti şöyledir. Küfürdeki zulmeti, bu yolda tamam gördük. Şimdi de gel kardeşim, o ademe döneriz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lalu kita kembali darinya. Jalan kita saat ini adalah jalan yang lurus (shirath al-mustaqim). Petunjuk kita adalah pertolongan ilahi. Serta pemimpin kita adalah al-Qur’an al-Karim.
Tekrar yine geliriz. Bu kere tarîkımız sırat-ı müstakimdir hem imanın yoludur. Delil ve imamımız, inayet ve Kur’an’dır, şehbaz-ı edvar-pervaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, ketika kita menginginkan Tuhan Yang Maha Pemurah, qudrah-Nya mengeluarkan kita dari ketiadaan sebagai bentuk rahmat dan karunia dari-Nya.
İşte Sultan-ı ezel’in rahmet ve inayeti, vaktâ bizi istedi, kudret bizi çıkardı, lütfen bizi bindirdi kanun-u meşiete: Etvar üstünde perdaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia menaikkan kita kepada hukum kehendak ilahi serta menjalankan kita di atas berbagai fase dan tingkatan. Dia Yang Maha Belas kasih membawa kita dan memberikan kepada kita pakaian wujud.
Şimdi bizi getirdi, şefkat ile giydirdi şu hil’at-ı vücudu, emanet rütbesini bize tevcih eyledi. Nişanı niyaz ve namaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dia memuliakan kita dengan kedudukan amanah yang tandanya berupa salat dan doa. Seluruh tingkatan dan fase menjadi salah satu titik kelemahan dalam perjalanan panjang kita ini. Takdir dan ketentuan telah menuliskan berbagai urusannya di atas dahi kita untuk memberikan kemu- dahan.
Şu edvar ve etvarın, bu uzun yolumuzda birer menzil-i nazdır. Yolumuzda teshilat içindir ki kaderden bir emirname vermiş, sahifede cephemiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Di manapun kita berada sebagai tamu, kita disambut dengan sangat hangat. Kita serahkan apa yang ada pada kita dan sekaligus kita terima aset mereka.
Her nereye geliriz, herhangi taifeye misafir oluyoruz, pek uhuvvetkârane istikbal görüyoruz. Malımızdan veririz, mallarından alırız.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, bisnis mengalir dengan penuh cinta dan kesetaraan. Mereka menjamu dan memberikan berbagai hadiah kepada kita. Begitulah kita berjalan di atas jalan ini sehingga sampai ke pintu dunia. Dari sana kita mendengar berbagai suara.
Ticaret muhabbeti, onlar bizi beslerler, hediyelerle süslerler hem de teşyi ederler. Gele gele işte geldik, dünya kapısındayız, işitiyoruz âvâz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sekarang kita telah mendatangi dan memasukinya. Kaki telah menginjak alam nyata, galeri Tuhan Yang Maha Pemurah, pameran kreasi-Nya, tempat keriuhan manusia. Kita masuk dalam kondisi tidak mengetahui seluruh yang terdapat di sekitar kita.
Bak girdik şu zemine, ayağımızı bastık şehadet âlemine: Şehrâyine-i Rahman, gürültühane-i insan. Hiçbir şey bilmeyiz, delil ve imamımız
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Petunjuk dan pemimpin kita hanya kehendak ilahi. Sementara wakilnya berupa mata kita yang halus.
Meşiet-i Rahman’dır. Vekil-i delilimiz, nâzenin gözlerimiz. Gözlerimizi açtık, dünya içine saldık. Hatırına gelir mi evvelki gelişimiz?
Saat ini mata kita telah terbuka. Kita arahkan ia kepada berbagai penjuru dunia. Ingatkah ia pada saat kita pertama kali datang ke sini?!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Saat kita dulu yatim dan asing di antara musuh yang jumlahnya tak terhitung tanpa ada yang menolong dan melindungi.Adapun sekarang cahaya iman menjadi titik sandaran kita. Ia adalah pilar yang kokoh dalam menghadapi musuh.
Garib, yetim olmuştuk; düşmanlarımız çoktu, bilmezdik hâmimizi. Şimdi nur-u iman ile o düşmanlara karşı bir rükn-ü metînimiz
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, iman kepada Allah merupakan cahaya kehidupan, sinar jiwa, dan ruh arwah kita. Kalbu ini demikian percaya kepada Allah tanpa peduli kepada musuh. Bahkan kita tidak memosisikannya sebagai musuh.
İstinadî noktamız hem himayetkârımız def’eder düşmanları. O iman-ı billahtır ki ziya-yı ruhumuz hem nur-u hayatımız hem de ruh-u ruhumuz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada jalan pertama, kita masuk ke dalam jiwa dan perasaan. Kita mendengar ribuan teriakan dan permintaan tolong. Maka, kita merasa takut dengan ujian yang menimpa. Pasalnya, berbagai harapan, keinginan, perasaan dan potensi mengharapkan keabadian.
İşte kalbimiz rahat, düşmanları aldırmaz, belki düşman tanımaz. Evvelki yolumuzda, vaktâ vicdana girdik; işittik ondan binlerle feryad u fîzar ve âvâz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kita tidak tahu bagaimana cara memenuhinya. Kebodohan berasal dari kita, sementara teriakan bersumber dari mereka.
Ondan belaya düştük. Zira âmâl, arzular, istidat ve hissiyat; daim ebedi ister. Onun yolunu bilmezdik, bizden yol bilmemezlik, onda fîzar ve niyaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Namun sekarang alhamdulillah, kita telah menemukan titik sandaran yang menghidupkan harapan dan potensi. Ia mengarahkannya ke jalan keabadian.
Fakat elhamdülillah, şimdi gelişimizde bulduk nokta-i istimdad, ki daim hayat verir o istidat, âmâle; tâ ebedü’l-âbâda onları eder pervaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Darinya semua potensi dan harapan meminum air kehidupan. Masing-masing berupaya menyempurnakan diri.
Onlara yol gösterir, o noktadan istidat hem istimdad ediyor hem âb-ı hayatı içer hem kemaline koşuyor; o nokta-i istimdad, o şevk-engiz remz ü naz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Titik yang dirindukan itu (titik sandaran) adalah poros iman kedua. Yaitu iman kepada kebangkitan. Kebahagiaan yang kekal merupakan mutiara darinya. Petunjuk iman berupa al-Qur’an dan jiwa sebagai rahasia insani.
İkinci kutb-u iman ki tasdik-i haşirdir. Saadet-i ebedî, o sadefin cevheri. İman bürhanı, Kur’an. Vicdan-ı insanî bir râz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai saudaraku, angkat kepalamu! Arahkan pandangan ke alam. Ajaklah mereka berbicara. Sebelumnya di jalan pertama ia tampak liar dan meresahkan. Namun sekarang ia tersenyum dan menebarkan kegembiraan.
Şimdi başını kaldır, şu kâinata bir bak, onun ile bir konuş. Evvelki yolumuzda pek müthiş görünürdü. Şimdi de mütebessim her tarafa gülüyor, nâzenînane niyaz ve âvâz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bukankah mata kita seperti lebah yang terbang menuju seluruh sisi di kebun alam ini. Seluruh bunga di semua tempat mulai mekar seraya menghembuskan aroma semerbak. Di setiap sisi terdapat pelipur lara. Semuanya berisi cinta.
Görmez misin gözümüz arı-misal olmuştur, her tarafa uçuyor. Kâinat bostanıdır, her tarafta çiçekler, her çiçek de veriyor ona bir âb-ı leziz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia menyerap semua persembahan yang baik dan meneteskan bukti kesaksian; madu di atas madu. Setiap kali penglihatan kita menatap gerakan bintang dan matahari, ia menisbatkannya kepada tangan hikmah Sang Khalik.
Hem ünsiyet, teselli, tahabbübü veriyor. O da alır, getirir; şehd-i şehadet yapar. Balda bir bal akıtır, o esrarengiz şehbaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Maka, ia memberikan pelajaran dan wujud rahmat sehingga seolah-olah matahari berbicara kepada kita dengan berkata:
Harekât-ı ecrama ya nücum ya şümusa nazarımız kondukça ellerine verirler Hâlık’ın hikmetini. Hem mâye-i ibreti hem cilve-i rahmeti alır ediyor pervaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Wahai saudara-saudaraku, jangan takut dan risau denganku. Selamat datang kuucapkan kepada kalian. Kalian adalah bagian dari keluarga. Kalian pemilik rumah ini. Aku hanya diperintah untuk menerangi kalian.
Güya şu güneş bizlerle konuşuyor, der: “Ey kardeşlerimiz! Tevahhuşla sıkılmayınız, ehlen sehlen merhaba, hoş teşrif ettiniz. Menzil sizin, ben bir mumdar-ı şehnaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sama dengan kalian, aku juga merupakan pelayan taat yang ditugaskan oleh Dzat Yang Mahaesa dan Kekal untuk menerangi kalian lewat rahmat dan karunia-Nya. Aku harus memberikan cahaya dan kehangatan, sementara kalian harus berdoa dan melaksanakan salat.
Ben de sizin gibiyim fakat safi, isyansız, mutî bir hizmetkârım. O Zat-ı Ehad-i Samed ki mahz-ı rahmetiyle hizmetinize beni musahhar-ı pür-nur etmiş. Benden hararet, ziya; sizden namaz ve niyaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai fulan, tidakkah engkau melihat bulan, bintang, dan lautan. Dengan lisan khususnya, semuanya memberikan sambutan seraya berkata, ‘Marilah, selamat datang bagi kalian.’”
Yahu, bakın kamere! Yıldızlarla denizler her biri de kendine mahsus birer lisanla: “Ehlen sehlen merhaba!” derler. “Hoş geldiniz, bizi tanımaz mısınız?”
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai saudaraku, lihatlah dengan perspektif tolong-menolong. Perhatikan lewat seluruh bentuk keteraturan. Semuanya berkata, “Kami juga pelayan yang mendapat tugas. Kami adalah cermin rahmat Tuhan. Kami tidak pernah bosan dalam bekerja. Karena itu, jangan merasa tidak nyaman dengan kami!
Sırr-ı teavünle bak, remz-i nizamla dinle. Her birisi söylüyor: “Biz de birer hizmetkâr, rahmet-i Zülcelal’in birer âyinedarıyız; hiç de üzülmeyiniz, bizden sıkılmayınız.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jangan kalian takut dengan suara gempa dan berbagai peristiwa. Semuanya adalah alunan zikir, tasbih dan tahlil doa.
Zelzele na’raları, hâdisat sayhaları sizi hiç korkutmasın, vesvese de vermesin. Zira onlar içinde bir zemzeme-i ezkâr, bir demdeme-i tesbih, velvele-i naz u niyaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, Dzat yang mengirim kalian ke sini adalah Dzat Maha Agung dan indah yang menggenggam kendali mereka. Mata iman membaca tanda-tanda rahmat Tuhan pada wajahnya.
Sizi bize gönderen o Zat-ı Zülcelal, ellerinde tutmuştur bunların dizginlerini. İman gözü okuyor yüzlerinde âyet-i rahmet, her biri birer âvâz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai mukmin, wahai pemilik kalbu yang terjaga! Biarkan mata kita istirahat. Sebagai gantinya kita serahkan telinga kita untuk beriman. Dari dunia kita dengarkan sejumlah irama yang memikat.
Ey mü’min-i kalbi hüşyar! Şimdi gözlerimiz bir parça dinlensinler, onların bedeline hassas kulağımızı imanın mübarek eline teslim ederiz, dünyaya göndeririz. Dinlesin leziz bir saz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sejumlah suara yang terus meninggi di jalan kita sebelumnya di mana kita mengiranya sebagai suara ratapan umum dan berita kematian, ternyata di jalan ini merupakan zikir, tasbih, tahmid dan syukur.
Evvelki yolumuzda bir matem-i umumî hem vaveylâ-yı mevtî zannolunan o sesler, şimdi yolumuzda birer nevaz u namaz, birer âvâz u niyaz, birer tesbihe âğâz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Deru angin, suara petir, dan desir ombak adalah tasbih yang mulia. Sementara gemuruh hujan dan kicau burung merupakan tahlil rahmat Tuhan.
Dinle, havadaki demdeme, kuşlardaki civcive, yağmurdaki zemzeme, denizdeki gamgama, ra’dlardaki rakraka, taşlardaki tıktıka birer manidar nevaz…
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Semuanya adalah kiasan yang mengarah kepada sebuah hakikat. Ya, bunyi segala sesuatu merupakan gema wujudnya. Ia hendak berkata, “Aku ini ada.
Terennümat-ı hava, naarat-ı ra’diye, nağamat-ı emvac, birer zikr-i azamet. Yağmurun hezecatı, kuşların seceatı birer tesbih-i rahmet, hakikate bir mecaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitulah semua entitas bersama-sama berujar, “Wahai manusia yang lalai, jangan menganggap kami sebagai benda tak bernyawa.
Eşyada olan asvat, birer savt-ı vücuddur: Ben de varım derler. O kâinat-ı sâkit, birden söze başlıyor: “Bizi camid zannetme, ey insan-ı boşboğaz!”
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Burung berkicau dalam merasakan nikmat atau turunnya rahmat. Burung mencicit dengan suara yang memikat lewat mulut yang kecil untuk menyambut turunnya rahmat yang dipersembahkan. Ya, nikmat turun kepadanya dan rasa syukur menjaganya.
Tuyûrları söylettirir ya bir lezzet-i nimet ya bir nüzul-ü rahmet. Ayrı ayrı seslerle, küçük âğâzlarıyla rahmeti alkışlarlar, nimet üstünde iner, şükür ile eder pervaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Secara simbolis ia berkata, “Wahai entitas, wahai saudara-saudaraku, betapa kondisi kita sangat menyenangkan. Kita ditumbuhkan dalam suasana penuh kasih sayang. Kami rela dengan kondisi yang kami rasakan.” Begitulah ia mendendangkan nyanyiannya dengan paruhnya yang halus sehingga mengubah seluruh entitas menjadi sebuah musik yang indah.
Remzen onlar derler: “Ey kâinat kardeşler! Ne güzeldir halimiz, şefkatle perverdeyiz, halimizden memnunuz.” Sivri dimdikleriyle fezaya saçıyorlar birer âvâz-ı pür-naz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Cahaya iman itulah yang mendengar gema zikir dan alunan tasbih di mana ia tidak terjadi secara kebetulan dan begitu saja.
Güya bütün kâinat ulvi bir musikîdir, iman nuru işitir ezkâr ve tesbihleri. Zira hikmet reddeder tesadüf vücudunu, nizam ise tard eder ittifak-ı evhamsâz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai teman, kita sekarang meninggalkan alam imajiner ini. Kita berada di depan gerbang akal dan masuk ke wilayahnya untuk mengukur semua urusan dengan timbangannya agar bisa membedakan berbagai jalan yang beragam tadi.
Ey yoldaş! Şimdi şu âlem-i misalîden çıkarız, hayalî vehimden ineriz, akıl meydanında dururuz, mizana çekeriz, ederiz yolları ber-endaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jalan kita yang pertama adalah jalan orang yang dimurkai dan orang yang sesat. Ia benar-benar membuat jiwa terasa pedih dan tersiksa. Rasa pedih itu memenuhi semua sisi.
Evvelki elîm yolumuz mağdub ve dâllîn yolu, o yol verir vicdana, tâ en derin yerine hem bir hiss-i elîmi hem bir şedit elemi. Şuur onu gösterir. Şuura zıt olmuşuz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Maka, kitapun menipu diri agar bisa selamat dari kondisi tersebut. Kita berusaha membuatnya tenang, tidur dan lupa. Jika tidak, kita tidak mampu menghadapi berbagai teriakan dan ratapan yang tanpa henti.
Hem kurtulmak için de muztar ve hem muhtacız; ya o teskin edilsin ya ihsas da olmasın; yoksa dayanamayız, feryad u fîzar dinlenmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hawa nafsu menumpulkan perasaan dan syahwat menghendaki permainan guna menipu jiwa dan membuatnya terlupa sehingga tidak merasa sakit.
Hüda ise şifadır; heva, iptal-i histir. Bu da teselli ister, bu da tegafül ister, bu da meşgale ister, bu da eğlence ister. Hevesat-ı sihirbaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebab perasaan tersebut membakar jiwa sehingga nyaris tak mampu berteriak akibat pedihnya derita. Pedihnya keputusasaan memang sangat sulit diatasi.
Tâ vicdanı aldatsın, ruhu tenvim edilsin, tâ elem hissolmasın. Yoksa o elem-i elîm, vicdanı ihrak eder; fîzara dayanılmaz, elem-i yeis çekilmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pasalnya, setiap kali jiwa dan perasaan ini jauh dari jalan yang lurus, kondisinya bertambah parah. Bahkan setiap kenikmatan meninggalkan jejak kepedihan.
Demek, sırat-ı müstakimden ne kadar uzak düşse o derece nisbeten şu halet tesir eder, vicdanı bağırttırır. Her lezzetin içinde elemi var, birer iz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Gemerlap peradaban yang bercampur dengan syahwat dan hawa nafsu sama sekali tidak berguna. Ia hanyalah balsam yang rusak dan racun yang menghipnotis kesusahan di mana ia melahirkan kesesatan.
Demek heves, heva, eğlence, sefahetten memzuç olan şaşaa-i medeni, bu dalaletten gelen şu müthiş sıkıntıya bir yalancı merhem, uyutucu zehirbaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena itu, wahai sahabat, kita telah merasa lapang di jalan kedua yang bercahaya ini. Ia merupakan sumber kenikmatan dan kehidupan. Bahkan di dalamnya seluruh derita berubah menjadi nikmat. Begitulah yang kita ketahui.
Ey aziz arkadaşım! İkinci yolumuzda, o nurani tarîkte bir haleti hissettik; o haletle oluyor hayat, maden-i lezzet. Âlâm, olur lezaiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia memberikan ketenangan ke dalam ruh—sesuai dengan kadar kekuatan iman. Tubuh juga merasa nikmat dengan kenikmatan yang dirasakan oleh ruh. Sementara ruh sendiri merasa nyaman dengan kenikmatan yang didapat oleh jiwa dan perasaan.
Onunla bunu bildik ki mütefavit derecede, kuvvet-i iman nisbetinde ruha bir halet verir. Ceset ruhla mültezdir, ruh vicdanla mütelezziz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dalam jiwa terdapat kebahagiaan yang segera. Ia merupakan surga firdaus maknawi yang bercampur dalam relung kalbu. Proses tafakkur meneteskannya kepada manusia. Sementara perasaan adalah sesuatu yang memperlihatkannya.
Bir saadet-i âcile, vicdanda mündericdir; bir firdevs-i manevî, kalbinde mündemicdir. Düşünmekse deşmektir, şuur ise şiar-ı râz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sekarang kita mengetahui bahwa nikmat semakin bertambah, neraka kehidupan berubah menjadi cahaya, serta musim dinginnya berubah menjadi musim panas sesuai dengan kadar keterjagaan kalbu, gerakan kesadaran jiwa, dan perasaan ruh.
Şimdi ne kadar kalp ikaz edilirse, vicdan tahrik edilse, ruha ihsas verilse lezzet ziyade olur hem de döner ateşi nur, şitası yaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitulah, pintu-pintu surga terbuka lebar dalam jiwa, dan dunia pun berubah menjadi surga yang luas yang menjadi tempat ruh bertamasya. Bahkan ia terbang mengalahkan burung dengan sayap salat dan doa.
Vicdanda firdevslerin kapıları açılır, dünya olur bir cennet. İçinde ruhlarımız, eder pervaz u perdaz, olur şehbaz u şehnaz, yelpez namaz u niyaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kutitipkan dirimu kepada Allah wahai sahabat. Marilah kita saling mendoakan. Sekarang kita berpisah dan sampai berjumpa lagi.
Ey aziz yoldaşım! Şimdi Allah’a ısmarladık. Gel, beraber bir dua ederiz, sonra da buluşmak üzere ayrılırız…
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya Allah, tunjukkan kami jalan yang lurus.
اَللّٰهُمَّ اِه۟دِنَا الصِّرَاطَ ال۟مُس۟تَقٖيمَ  اٰمٖينَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
==Jawaban yang Ditujukan kepada Gereja Anglikan==
== Anglikan Kilisesine Cevap ==
Suatu hari seorang pastur yang memendam kedengkian, sang politikus penipu, dan musuh utama Islam bertanya tentang empat hal.
Bir zaman bîaman İslâm’ın düşmanı, siyasî bir dessas, yüksekte kendini göstermek isteyen vesvas bir papaz, desise niyetiyle hem inkâr suretinde
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia meminta jawaban tentangnya dalam enam ratus kata.
Hem de boğazımızı pençesiyle sıktığı bir zaman-ı elîmde pek şematetkârane bir istifham ile dört şey sordu bizden.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia bertanya untuk memunculkan keraguan dengan sikap sombong dan angkuh. Serta dalam kondisi sulit di mana negaranya mengekang kita.
Altı yüz kelime istedi. Şematetine karşı yüzüne “Tuh!” demek, desisesine karşı küsmekle sükût etmek, inkârına karşı da
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena itu, jawaban yang selayaknya diberikan adalah, “Semoga engkau celaka!” disertai sikap diam kepadanya karena marah atas makarnya di samping perlu memberikan jawaban mematikan yang laksana palu baginya dalam menghadapi pengingkarannya. Aku tidak memosisikannya sebagai lawan bicaraku. Namun jawaban-jawaban kami ha- nya diberikan kepada orang yang mau mendengar dan mencari kebenaran, yaitu sebagai berikut:
Tokmak gibi bir cevab-ı müskit vermek lâzımdı. Onu muhatap etmem. Bir hakperest adama böyle cevabımız var. O dedi '''birincide:'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada pertanyaan pertama ia berkata, “Apa agama Muhammad?” Kukatakan, “Ia adalah al-Qur’an al-Karim. Tujuan utamanya adalah mengokohkan enam rukun iman dan menanamkan lima rukun Islam.”
“Muhammed aleyhissalâtü vesselâm dini nedir?” Dedim: “İşte Kur’an’dır. Erkân-ı sitte-i iman, erkân-ı hamse-i İslâm, esas maksad-ı Kur’an.” Der '''ikincisinde:'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada pertanyaan kedua ia berkata, “Apa yang beliau persembahkan untuk pemikiran dan kehidupan?” “Beliau mempersembahkan tauhid untuk pemikiran dan sikap yang lurus (istikamah) dalam kehidupan.
“Fikir ve hayata ne vermiş?” Dedim: “Fikre tevhid, hayata istikamet. Buna dair şahidim:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dalilnya adalah firman Allah, “Katakanlah, ‘Dia Allah Yang Mahaesa.’” (QS. al-Ikhlas [112]: 1) dan “Istikamahlah sebagaimana yang diperintahkan padamu!” (QS. Hud [11]: 112).
فَاس۟تَقِم۟ كَمَٓا اُمِر۟تَ  قُل۟ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada pertanyaan ketiga ia berkata, “Bagaimana beliau bisa menangani berbagai konflik yang terjadi saat ini?” “Dengan mengharamkan riba dan mewajibkan zakat.” Dalilnya adalah firman Allah,
Der '''üçüncüsünde:''' “Mezahim-i hazıra nasıl tedavi eder?” Derim: “Hurmet-i riba hem vücub-u zekâtla. Buna dair şahidim:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. al-Baqarah [2]: 275)
يَم۟حَقُ اللّٰهُ الرِّبٰوا   da.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Allah memusnahkan riba.” (QS. al-Baqarah [2]: 276). “Tegakkan salat dan tunaikan zakat.” (QS. al-Baqarah [2]: 43).
وَاَحَلَّ اللّٰهُ ال۟بَي۟عَ وَحَرَّمَ الرِّبٰوا  وَاَقٖيمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada pertanyaan keempat ia berkata,
Der '''dördüncüsünde:'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Bagaimana beliau melihat berbagai ketimpangan yang terjadi pada umat manusia?” “Bekerja adalah landasan utamanya. Serta upaya agar aset kekayaan manusia tidak terkumpul pada orang-orang zalim.
“İhtilal-i beşere ne nazarla bakıyor?” Derim: “Sa’y, asıl esastır. Servet-i insaniye, zalimlerde toplanmaz, saklanmaz ellerinde.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dalilnya,
Buna dair şahidim:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Manusia mendapatkan apa yang ia usahakan.” (QS. an-Najm [53]: 39),
لَي۟سَ لِل۟اِن۟سَانِ اِلَّا مَا سَعٰى  وَالَّذٖينَ يَك۟نِزُونَ الذَّهَبَ وَال۟فِضَّةَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak mau menginfakkannya di jalan Allah, berikanlah kepada mereka kabar buruk berupa siksa yang pedih.” (QS. at-Taubah [9]: 34).
وَلَا يُن۟فِقُونَهَا فٖى سَبٖيلِ اللّٰهِ فَبَشِّر۟هُم۟ بِعَذَابٍ اَلٖيمٍ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
2.459. satır: 1.855. satır:




<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
------
------
<center> [[Otuz Üçüncü Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[Konferans]] </center>
<center> [[Otuz Üçüncü Söz/id|KALIMAT KETIGA PULUH TIGA]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[Konferans/id|MATERI SEMINAR]] </center>
------
------
</div>