83.519
düzenleme
("Kesungguhannya di rumahnya menunjukkan kesombongan, sementara sikap lunaknya menunjukkan ketawadukan." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Ia bertanya untuk memunculkan keraguan dengan sikap sombong dan angkuh. Serta dalam kondisi sulit di mana negaranya mengekang kita." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 237 değişikliği gösterilmiyor) | |||
1.173. satır: | 1.173. satır: | ||
Ia tidak kalah secara substansial dan tidak sela- manya kalah. Sebab, pada akhirnya yang menang adalah kebenaran.Adapun kekuatan, ia memiliki bagian dari kebenaran. Di dalamnya terdapat rahasia “keunggulan” yang tersimpan di dalam dirinya.'''Poin Kedua''' | Ia tidak kalah secara substansial dan tidak sela- manya kalah. Sebab, pada akhirnya yang menang adalah kebenaran.Adapun kekuatan, ia memiliki bagian dari kebenaran. Di dalamnya terdapat rahasia “keunggulan” yang tersimpan di dalam dirinya.'''Poin Kedua''' | ||
Sifat seorang muslim seharusnya islami, namun dalam kenyataan tidak demikian dan tidak selalu demikian. | |||
Sebaliknya, sifat orang kafir tidak seluruhnya berisi kekufuran dan tidak semuanya bersumber dari kekufurannya. | |||
Hal yang sama berlaku pada sifat orang fasik. Tidak seluruhnya harus berupa kefasikan dan bersumber dari kefasikannya. | |||
Jadi, sifat islami yang dimiliki oleh orang kafir bisa mengalahkan sifat tidak baik yang dimilik seorang muslim. Dengan sarana yang be- nar ini orang kafir tadi bisa mengalahkan sang muslim yang memiliki sifat tidak baik. | |||
Selanjutnya, hak hidup di dunia berlaku secara umum dan mencakup semua kalangan. Kekufuran bukan penghalang untuk mendapatkan hak hidup yang merupakan manifestasi dari rahmat yang bersifat umum dan berisi rahasia hikmah dalam penciptaan. | |||
'''Poin Ketiga''' Allah memiliki dua manifestasi yang terlihat pada makhluk. | |||
Keduanya merupakan manifestasi syar’i yang bersumber dari dua sifat dan sekian sifat kesempurnaan-Nya. | |||
Pertama: Syariat alamiah (takwiniyah) yang berupa kehendak dan takdir ilahi yang bersumber dari sifat “Iradah Ilahiyah”. | |||
Kedua: Syariat kalamiah yang dikenal bersama di mana ia bersumber dari sifat “Kalam Rabbani”. | |||
Sebagaimana perintah syariat kalamiah ditaati dan dilanggar, hal yang sama berlaku pada syariat alamiah. | |||
Biasanya balasan bagi kondisi pertama (yang taat dan membangkang kepada syariat kalamiah) terdapat di negeri akhirat. Sementara hukuman dan ganjaran bagi kondisi kedua (yang taat dan membangkang pada syariat alamiah) terdapat di dunia.Sebagaimana balasan kesabaran berupa kemenangan, maka ba- lasan bagi pengangguran adalah kehinaan.Balasan kerja keras adalah kekayaan, dan balasan bagi keteguhan adalah kemenangan. | |||
Sebagaimana buah dari racun berupa penyakit, maka hasil dari terapi dan obat adalah kesembuhan dan kesehatan. | |||
Kadangkala kedua syariat tersebut berkumpul dalam suatu hal.Jadi, masing-masing memiliki sisinya sendiri. | |||
Mematuhi syariat alamiah yang merupakan sebuah kebenaran— karena berarti mematuhi ketentuan ilahi—maka kepatuhan tersebut bisa mengalahkan pembangkangan terhadapnya. | |||
Sebab, sikap membangkang termasuk dalam kebatilan dan menjadi bagian darinya. | |||
Maka, apabila kebenaran menjadi sarana kebatilan, ia akan mengalahkan kebatilan yang menjadi sarana kebenaran. | |||
Kesimpulannya: kebenaran bisa kalah oleh kebatilan. Namun tidak kalah secara substansial, tetapi kalah dalam hal sarana. Jadi, “kebenaran pasti unggul” maksudnya unggul dalam hal substansi. Sebab, hasil akhir akan diperoleh di akhirat; bukan terbatas di dunia. Karena itu, mengaitkan diri dengan cara-cara yang benar merupakan sebuah keniscayaan. | |||
'''Poin Keempat''' | |||
Selama kebenaran tersimpan dalam bingkai kekuatan (yakni tidak keluar menuju bingkai perbuatan yang terlihat jelas) atau tercam- pur dengan yang lain, atau dipalsukan, serta ia membutuhkan penying- kapan kebenaran dan pembekalan dengan kekuatan lain, maka pada kondisi semacam itu untuk sementara waktu ia dikuasai oleh kebatilan hingga kebenaran menjadi bersih dari segala noda sebagai hasil dari proses pertarungan. | |||
Iapun menjadi baik dan nilai dari kebenaran yang demikian berharga akan tampak. | |||
Ketika kebatilan menang di dunia—pada tempat dan waktu tertentu—maka sebenarnya ia menang dalam sebuah perang; bukan pada seluruh perang. Sebab “hasil akhir untuk kaum bertakwa” merupakan muara yang menjadi tempat kembali kebenaran. | |||
Demikianlah, bahkan secara umum kebatilan kalah. Dalam “kebenaran pasti unggul” terdapat rahasia mendalam yang mengantar ke- batilan menuju hukuman dunia dan akhirat. Ia mengarah kepadanya. Begitulah, kebenaran mendapatkan kemenangan betapapun secara lahir ia tampak kalah. | |||
*** | |||
==Hukum Sosial== | |||
Jika engkau menghendaki hukum yang berlaku di masyarakat, ia adalah sebagai berikut: | |||
Keadilan yang tidak egaliter pada hakikatnya bukan keadilan. | |||
Kemiripan adalah sebab penting adanya oposisi, sementara kesesuaian adalah landasan kondisi yang saling menopang.Sumber kesombongan adalah upaya memerlihatkan kekerdilan jiwa, serta sumber ketertipuan adalah lemahnya kalbu.Kelemahan menjadi sumber perpecahan. | |||
Rasa ingin tahu adalah guru pengetahuan. Kebutuhan adalah induk inovasi.Kesempitan merupakan pengajar kebodohan.Kesempitan juga menjadi sumber kebodohan, sementara sumber kesempitan itu sendiri adalah keputusasaan dan buruk sangka.Kesesatan merupakan bentuk kesesatan berpikir. Kegelapan meliputi kalbu. | |||
Boros terjadi pada urusan fisik atau jasmani. | |||
==Wanita Keluar Rumah Menyesatkan Umat Manusia== | |||
Jika laki-laki bodoh menyerupai wanita dengan kegilaan, | |||
maka wanita durhaka menyerupai laki-laki karena kelancangan.(*<ref>*Bagian ini adalah landasan dari risalah Hijab yang dijadikan oleh pengadilan sebagai bahan tuntutan untuk menghukum penulisnya. Namun sebenarnya ia menghukum dirinya sendiri dan menghukum sang hakim untuk selamanya sekaligus menjadi hujjah atas mereka—Penulis.</ref>) | |||
Peradaban yang bodoh ini telah membuat para wanita keluar dari tempat mereka, menjadikan kehormatan mereka direndahkan, dan menjadi alat kesenangan murahan. | |||
Sementara syariat Islam mengajak wanita untuk kembali ke rumah sebagai bentuk kasih sayang atas mereka. | |||
Kehormatan dan kemuliaan mereka terdapat di dalamnya. Kelapangan mereka terdapat di rumah. Serta kehidupan mereka tegak dengan senantiasa bersama keluarga. | |||
Kesucian adalah perhiasan mereka, akhlak adalah kehormatan mereka, menjaga kehormatan adalah wujud keindahan mereka, kasih sayang adalah tanda kesempurnaan mereka, serta anak-anak adalah tempat senda gurau mereka. | |||
Yang membuat bisa bertahan dari semua faktor perusak adalah kehendak yang sangat kuat. | |||
Setiap kali para wanita cantik berada di tempat pertemuan yang didominasi oleh para lelaki, mereka akan membangkitkan keinginan pamer, persaingan, kedengkian, dan sikap ego sehingga hawa nafsu yang tadinya tidur menjadi terbangun.Jika para wanita menyingkap dirinya secara bebas, hal itu akan menjadi sebab rusaknya akhlak.Foto yang merupakan jenazah-jenazah kecil dan mayat tersenyum sangat berbahaya bagi jiwa manusia saat ini. Bahkan pengaruhnya sangat menakutkan.(*<ref>*Sebagaimana melihat bangkai wanita dengan pandangan syahwat merupakan bukti kerendahan jiwa, maka melihat gambar wanita cantik, yang sudah mati dan perlu dikasihani, dengan tatapan syahwat melenyapkan perasaan jiwa yang mulia—Penulis.</ref>) | |||
Patung dan gambar yang dilarang oleh agama bisa merupakan bentuk kezaliman yang membatu, riya yang mewujud, hawa nafsu yang mengeras, atau misteri yang menarik perhatian jiwa yang buruk. | |||
==Kewenangan Qudrah Menolak adanya Perantara== | |||
Matahari laksana partikel bagi qudrah Yang Mahakuasa dan Mahaagung. | |||
Wilayah cakupan qudrah-Nya yang agung pada satu spesies saja demikian luas. | |||
Ambillah gaya tarik di antara dua partikel lalu letakkanlah ia di dekat gaya tarik yang terdapat di pusat matahari dan di bima sakti. | |||
Tariklah malaikat yang membawa bulir embun bersama malaikat yang menyerupai matahari di mana ia membawa matahari. | |||
Letakkan ikan yang paling kecil—sekecil jarum—di sisi paus yang besar. Setelah itu, bayangkan keluasan manifestasi wujud Dzat Yang Mahakuasa dan agung berikut kreasi-Nya yang sempurna pada entitas yang paling ke- cil dan paling besar. | |||
Ketika itulah engkau bisa mengetahui bahwa gaya tarik dan seluruh hukum alam merupakan sarana dan perintah-Nya. Ia hanya nama dan lambang bagi manifestasi qudrah dan hikmah-Nya. | |||
Demikianlah penjelasannya. Renungkan masalah di atas, tentu engkau akan memahami bahwa sebab hakiki, perantara tertentu serta sejumlah sekutu merupakan sesuatu yang batil, bersifat imajiner, dan mustahil dalam pandangan qudrah-Nya yang mulia. | |||
Kehidupan merupakan wujud yang sempurna. Karena kedudu- kannya sangat mulia, maka yang menjadi pertanyaan, “Mengapa bumi dan alam kita ini tunduk serta taat laksana hewan?” | |||
Allah memiliki hewan terbang semacam itu yang tersebar di angkasa luas. Ia menyebarkan keagungan, keindahan, kebesaran dan kehormatan-Nya. | |||
Dialah yang menata dan menjalankannya di kebun ciptaan. | |||
Senandung yang dikeluarkan oleh berbagai entitas dan sejumlah gerakan yang dilakukan burung, semuanya merupakan tasbih dan bentuk pengabdian terhadap Tuhan Yang Tak Bermula dan Sang Mahabijak yang kekal. | |||
Bumi kita ini sangat mirip dengan hewan. Pasalnya, ia memerlihatkan jejak-jejak kehidupan. Andaikan ia kecil seperti telur—sebuah pengandaian yang tidak mungkin—tentu ia menjadi seperti hewan kecil. | |||
Sebaliknya, andaikan hewan yang kecil laksana bola bumi tentu ia akan serupa dengannya. Andaikan alam ini kecil seperti manusia lalu bintang-gemintangnya berubah menjadi seperti atom, barangkali ia akan seperti hewan yang memiliki perasaan. Akal menemukan ruang bagi semua kemungkinan di atas. | |||
Jadi, alam adalah entitas yang beribadah dan bertasbih dengan seluruh pilarnya. | |||
Setiap pilar merupakan makhuk yang tunduk dan taat kepada Sang Pencipta Yang Mahakuasa dan Maha Tak Bermula. | |||
Sesuatu yang besar secara kuantitas belum tentu besar secara kualitas. Nyatanya jam yang berukuran kecil lebih indah dan detail daripada yang berukuran seperti Hagia Sophia. | |||
Karena itu, penciptaan lalat lebih menakjubkan daripada penciptaan gajah. | |||
Andaikan al-Qur’an ditulis dengan pena qudrah lewat permata istimewa di atas bagian yang unik, maka kehalusan lembarannya me- nyamai kreasi al-Qur’an yang ditulis dengan tinta bintang di lembaran langit. Keduanya sama-sama fasih dan menakjubkan. | |||
Kreasi Pencipta azali yang demikian indah dan sempurna terhampar di semua sisi. Kesatuan yang utuh dalam kesempurnaanya menegaskan manifestasi tauhid. | |||
Camkan penjelasan yang terang ini! | |||
* * * | |||
==Malaikat adalah Bangsa yang Diperintah untuk Melaksanakan Syariah Alamiah== | |||
Syariat ilahi ada dua. Keduanya datang dari dua sifat ilahi. Sementara yang menjadi mitra bicara adalah dua manusia yang mendapat tugas untuk mengemban keduanya. | |||
Pertama: syariat penciptaan (Syariah Alamiah) yang bersumber dari sifat kehendak ilahi. Ia merupakan syariat dan kehendak Tuhan yang menata seluruh keadaan alam berikut geraknya yang sudah ditetapkan di mana secara keliru ia disebut dengan hukum alam. | |||
Kedua, syariat yang bersumber dari kalam ilahi (Syariah Kalamiah). Syariat ini menata seluruh perbuatan manusia yang bersifat sukarela (ikhtiyari). | |||
Kadangkala kedua syariat tersebut bertemu. | |||
Malaikat merupakan bangsa yang besar, pasukan Allah, pengemban syariat pertama (syariah alamiah) sekaligus sebagai pemerannya. | |||
Sebagian mereka adalah hamba yang bertasbih, sementara sebagian lagi larut dalam ibadah dan dekat dengan arasy yang agung. | |||
*** | |||
==Semakin Halus Materi, Semakin Memancarkan Kehidupan== | |||
Kehidupan adalah landasan eksistensi dan pondasi wujud. Sementara materi mengikuti dan tegak dengan kehidupan tersebut. | |||
Jika engkau membandingkan kelima indra manusia dengan hewan mikro, tentu engkau akan memahami betapa manusia jauh lebih besar. Namun indranya kalah. | |||
Sebab, hewan kecil tadi bisa mendengar suara suadara-saudaranya dan melihat makanannya. Andaikan ia be- sar seperti manusia, tentu indranya memiliki kemampuan yang mencengangkan. Kehidupannya menebarkan kilau cahaya, dan pengliha- tannya laksana cahaya langit yang menandingi kilat. | |||
Manusia sendiri bukan entitas yang memiliki kehidupan yang tersusun dari sejumlah benda mati. Namun ia adalah sel besar yang tersusun dari ratusan juta sel hidup. | |||
Manusia bagaikan pola يٰسٓ yang memuat tulisan surah Yasin. Mahaagung Allah, Sebaik-baik Pencipta. | |||
اِنَّ ال۟اِن۟سَانَ كَصُورَةِ ( يٰسٓ ) كُتِبَت۟ فٖيهَا سُورَةُ ( يٰسٓ ) | |||
اِنَّ ال۟اِن۟سَانَ كَصُورَةِ ( يٰسٓ ) كُتِبَت۟ فٖيهَا سُورَةُ ( يٰسٓ ) | |||
فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَح۟سَنُ ال۟خَالِقٖينَ | فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَح۟سَنُ ال۟خَالِقٖينَ | ||
==Filsafat Materialisme adalah Wabah Maknawi== | |||
Filsafat materialisme merupakan wabah maknawi di mana ia seperti demam yang bisa menyebabkan kebinasaan bagi umat manusia,(*<ref>*Mengarah kepada Perang Dunia Pertama—Penulis.</ref>)serta mendatangkan murka ilahi. | |||
Ketika potensi pembangkangan meningkat lewat sikap taklid, maka semakin luas pula penyebaran wabah tersebut. | |||
Keterpikatan manusia terhadap sains dan kesenangannya mengikuti peradaban modern telah memberinya ruang kebebasan, sikap taklid dan pembangkangan. Dari kesombongannya muncul kesesatan. | |||
*** | |||
==Tidak ada yang tidak Bekerja di Alam | |||
Yang tidak Bekerja Sebenarnya Berjalan menuju Ketiadaan== | |||
Manusia yang paling celaka, resah, dan menderita adalah yang tidak bekerja. Sebab, menganggur berarti “ketiadaan atau kenihilan” dalam bingkai wujud, atau kematian yang dibungkus dengan kehidupan. | |||
Adapun “bekerja dan berusaha” merupakan bentuk kehidupan wujud dan kesadaran hidup. | |||
*** | |||
==Riba adalah Bahaya Total bagi Islam== | |||
== Riba | Riba melahirkan kemalasan dan memadamkan semangat kerja. Pintu-pintu riba berikut sejumlah sarananya (bank-bank konvensional) membawa keuntungan bagi manusia terburuk yaitu orang- orang kafir; | ||
Riba | |||
kepada kalangan paling jahat di antara mereka yaitu kaum yang zalim; serta kepada kalangan yang paling jelek yaitu yang terbodoh dari mereka. | |||
Bahaya riba bagi dunia Islam adalah mutlak. Sementara syariat tidak melihat kesejahteraan seluruh umat manusia pada setiap saat. | |||
Sebab, orang kafir yang memerangi Islam; diri dan darah mereka tidak layak mendapat perlindungan. | |||
De………m. | De………m. | ||
*** | |||
==Al-Qur’an Melindungi Dirinya Sendiri dan Menerapkan Hukumnya== | |||
(*<ref> | (*<ref>*Kajian yang telah ditulis 35 tahun lalu ini seolah-olah baru ditulis sekarang. Ia merupakan petunjuk tentang kondisi masa depan yang didiktekan oleh keberkahan bulan Ramadhan—Penulis.</ref>) | ||
Aku menyaksikan seseorang yang mengalami keputusasaan dan merasa pesimis. Ia berkata, “Saat ini ulama sudah langka. Kualitasnya juga sangat menurun. Kami khawatir pada satu saat agama ini akan padam.” | |||
Mendengar hal tersebut akupun menjawab, “Sebagaimana cahaya alam dan keimanan kita tidak mungkin padam, demikian pula Islam akan terus bersinar setiap masa selama menara agama, tempat ibadah, dan rambu-rambu syariat tidak padam. | |||
Semua itu merupakan syiar Islam laksana pasak bumi yang kokoh. | |||
Setiap tempat ibadah secara alami menjadi guru yang mengajarkan berbagai sunnah-Nya. Setiap rambu syariat menjadi ustadz yang mengajarkan agama lewat kondisi lahiriahnya tanpa salah dan keliru. | |||
Setiap syiar Islam juga menjadi sosok alim yang bijak yang mengajarkan spirit Islam serta menerangkannya di hadapan mata yang melihatnya sepanjang zaman. | |||
Bahkan spirit Islam seakan-akan terwujud dalam berbagai syiarnya. Seolah-olah kemurnian Islam tertancap kuat di tempat ibadahnya sebagai sandaran iman. | |||
Hukum Islam telah terwujud dalam berbagai rambunya. Seakan-akan rukun Islam tertanam dalam berbagai dunia- nya. Setiap pilar penyangga yang berasal dari berlian menghubungkan bumi dengan langit; | |||
terutama al-Qur’an al-Karim, sang khatib yang memiliki kemampuan menerangkan yang luar biasa, memberikan pe- san azali di seluruh dunia Islam. Tidak ada satu sisi dan satu sudutpun kecuali telah mendengar dan menerima petunjuknya. | |||
Sehingga penjagaan al-Qur’an menjadi sebuah kedudukan mulia yang berisi rahasia ayat, “Dan Kami yang menjaganya.” (QS. al-Hijr [15]: 9). Membacanya terhitung sebagai ibadah bagi manusia dan jin. | |||
Ia berisi pengajaran dan berisi peringatan tentang sejumlah hal yang bersifat aksiomatis. Pasalnya, seiring dengan berjalannya waktu sejumlah teori berubah menjadi perkara aksiomatis. | |||
Kemudian ia menjadi kenyataan yang tak terbantahkan sehingga tidak lagi membutuhkan penjelasan. | |||
Segala hal yang bersifat pasti dalam agama keluar dari kerangka teoritis. Karena itu, mengingatkan kepadanya sudah cukup memadai. Al-Qur’an sudah mencakup setiap waktu dan zaman. Sebab, di dalam- nya terdapat peringatan. | |||
Kesadaran dan kebangkitan sosial umat Islam memberikan kepada setiap individu sejumlah dalil yang ditujukan untuk masyarakat secara umum seraya menetapkan standar untuk mereka. | |||
Keimanan setiap orang tidak terbatas pada dalil yang dimiliknya, namun juga mencakup sebab-sebab tak terbatas yang terdapat dalam kalbu jamaah. | |||
Jika menolak aliran yang lemah saja sulit dilakukan seiring dengan perkembangan zaman, apalagi dengan Islam yang demikian dominan sepanjang zaman di mana ia bersandar kepada dua landasan agung: wahyu ilahi dan fitrah yang sehat. | |||
Islam telah merasuk dan mengakar di setengah bumi lewat dasar-dasarnya yang kokoh serta jejaknya yang cemerlang. Ia mengalir di dalamnya laksana ruh fitri. Bagaimana mungkin ia tertutupi oleh gerhana, sementara gerhana itu sendiri menjauh darinya. | |||
Hanya saja sayangnya, sebagian orang kafir yang bodoh berusa- ha menerjang pilar-pilar istana yang megah ini setiap kali kesempatan terbuka bagi mereka. | |||
Namun hal itu tidak mungkin dilakukan. Pilar-pilar tersebut tidak pernah goyah. | |||
Ateisme dan kekufuran saat ini terdiam dan para mucikari pun telah gagal.Tidakkah upaya untuk menentang dan mengobarkan dusta sudah cukup.Tempat ini sebagai tempat berbagai disiplin ilmu (universitas) telah menjadi benteng utama dunia Islam dalam menghadapi kekufuran. | |||
Namun sikap tidak peduli, lalai, dan permusuhan sebagai tabiat ular yang menentang fitrah telah membuka celah sehingga menjadi sasaran serangan ateisme dan membuat keyakinan umat goyah. | |||
Maka dari itu, benteng-benteng yang disinari dengan spirit Islam tersebut harus lebih kokoh dan lebih memiliki perhatian. Demikianlah seharusnya. Jika tidak kuat, maka ia bisa hancur. Kaum muslim tidak boleh tertipu. | |||
Kalbu adalah pusat iman, sementara otak adalah cermin cahayanya. Ia bisa memperlihatkan kesungguhan sekaligus menyapu berbagai syubhat dan noda ilusi. Jika syubhat yang terdapat dalam otak tidak masuk ke dalam kalbu, ia tidak akan merusak keimanan jiwa. | |||
Namun jika iman terdapat di otak—seperti anggapan sebagian orang—maka berbagai kemungkinan dan keraguan itu bisa menjadi musuh utama spirit iman yang merupakan haqqul yaqin. | |||
Kalbu dan nurani adalah wadah iman. Intuisi dan ilham merupakan bukti iman. Indra keenam merupakan jalan iman.Pikiran dan otak adalah penjaga iman. | |||
*** | |||
Kebutuhan untuk mengingatkan sejumlah perkara aksiomatis lebih besar daripada mengajarkan hal-hal yang bersifat teoritis.Berbagai kepastian agama serta hal yang bersifat aksiomatis telah tertanam dalam kalbu. | |||
Tujuan tercapai dengan sekadar menyadarkan untuk yakin dan mengingatkan kembali. Ungkapan bahasa Arab dalam hal ini bisa memberikan penyadaran dalam bentuk yang paling baik. | |||
Karenanya, khutbah Jumat dengan bahasa Arab sudah mencukupi dan memadai untuk mengingatkan sejumlah hal yang bersifat pasti dan aksiomatis. Sementara mengajarkan masalah teoritis bukanlah tujuan khutbah. | |||
Di samping itu, ungkapan bahasa Arab mencerminkan syiar persatuan Islam dalam relung jiwa Islam yang menolak perpecahan. | |||
Hadis berkata kepada Ayat, “Mustahil Menyaingimu.” | |||
Jika engkau membandingkan antara hadis dan ayat, pasti tampak jelas bahwa manusia yang paling fasih (sekaligus penyampai wahyu ilahi) juga tidak mampu menandingi kefasihan ayat al-Qur’an. Hadis tidak bisa menyerupainya. | |||
Dengan kata lain, perkataan yang bersumber dari lisan kenabian tidak selalu merupakan perkataan Nabi x. | |||
*** | |||
==Penjelasan Singkat tentang Kemukjizatan Al-Qur’an== | |||
== | Pada masa lalu aku melihat diriku dalam mimpi sedang berada di bawah gunung Ararat. Secara tiba-tiba gunung itu meletus. Ia melemparkan sejumlah batu karang sebesar gunung ke seluruh penjuru. Maka bumi bergetar. | ||
Tiba-tiba seseorang berdiri di sampingku. Ia berkata, “Terangsecara singkat berbagai bentuk kemukjizatan al-Qur’an yang kau ketahui secara umum.” | |||
Akupun merenungkan tafsir dari mimpi tersebut, sementara aku masih berada di dalamnya. | |||
Menurutku, letusan yang terjadi di sini adalah perumpamaan dari transformasi yang terjadi pada umat manusia, sehingga petunjuk al-Qur’an sudah pasti akan memimpin dan mengendalikan transformasi itu. | |||
Pada suatu hari kemukjizatannya akan terlihat jelas. | |||
Akupun memberikan penjelasan pada si penanya di atas dengan berkata sebagai berikut: | |||
Kemukjizatan al-Qur’an terwujud pada tujuh sumber universal dan tersusun dari tujuh unsur.'''Sumber Pertama'''Keindahan bahasanya yang bersumber dari kefasihan lafal. | |||
Kecemerlangan penjelasannya berasal dari keapikan susunannya, retorika maknanya, keindahan pengertiannya, keajaiban kandungannya, dan keanehan gaya bahasanya. | |||
Ia melahirkan ukiran penjelasan yang menakjubkan, kreasi bahasa yang indah, berupa gabungan dari semuanya dalam bentuk kemukjizatan yang tidak membosankan ketika terus diulang-ulang. | |||
'''Unsur Kedua''' | |||
''' | Pemberitaan langit tentang berbagai persoalan tersembunyi di seputar hakikat alam dan rahasia hakikat ilahi yang bersifat gaib. | ||
Di antara urusan gaib yang terlipat di masa lalu, dan di antara berbagai kondisi yang tersembunyi di masa depan, lahirlah khazanah pengetahuan gaib. | |||
Ia merupakan lisan alam gaib yang berbicara dengan alam nyata tentang rukun-rukun iman. Ia menjelaskan hal tersebut dengan sejumlah simbol. Yang menjadi tujuan adalah manusia. Semua ini merupakan bentuk kilau mukjizat yang bercahaya. | |||
'''Sumber Ketiga''' | |||
''' | Al-Qur’an memiliki komprehensivitas yang menakjubkan ditinjau dari lima sisi: lafal, makna, hukum, pengetahuan, dan tujuannya. | ||
Dari sisi lafal, ia mengandung sejumlah kemungkinan yang luas dan banyak sisi di mana setiap sisi mengandung retorika yang indah, ilmu bahasa Arab yang benar, dan sejalan dengan rahasia penetapan syariat. | |||
Ditinjau dari sisi makna, penjelasannya yang menakjubkan mencakup berbagai aliran para wali, cita rasa kalangan arif, mazhab para salik, pendekatan para ahli kalam, dan metode para ahli hikmah. | |||
Bahkan ia mencakup semuanya. Petunjuk-petunjuknya bersifat komprehensif dan maknanya demikian luas. Wilayah ini sangat luas jika masuk lewat celah tersebut. | |||
Dilihat dari penyerapan hukumnya, syariat yang menakjubkan ini terambil darinya. | |||
Gaya penjelasannya mengandung seluruh hukum kebahagiaan dunia akhirat, faktor kedamaian dan ketenangan, ikatan sosial masyarakat, sarana pendidikan, dan hakikat seluruh kondisi. | |||
Dilihat dari integralitas ilmunya, kandungan surat-suratnya berisi berbagai pengetahuan alam, pengetahuan ilahiyah, sejumlah ting- katan, petunjuk, simbol dan isyarat. | |||
Dilihat dari tujuan dan maksudnya, ia sangat memerhatikan keseimbangan dan keselarasan seluruh kaidah fitrah serta kesatuan tujuan sehingga keseimbangannya terjaga. | |||
Begitulah, komprehensivitas yang cemerlang tampak dalam lafalnya yang mencakup, maknanya yang luas, hukum yang integral, pengetahuan yang menyeluruh, serta sejumlah tujuannya yang selaras. | |||
'''Unsur Keempat''' Limpahan cahayanya sesuai dengan tingkat pemahaman setiap masa, tingkatan adab setiap golongan, serta sejalan dengan potensi dan derajat penerimaannya. | |||
Pintunya selalu terbuka untuk setiap era dan setiap golongan. Sehingga kalam ilahi tersebut seolah-olah turun pada setiap tempat dan setiap waktu. | |||
Semakin hari, al-Qur’an justru semakin berseri dan petunjuknya semakin jelas. Pesan ilahi itu menyingkap tirai alam dan tabir sebab. | |||
Ia memancarkan cahaya tauhid lewat setiap ayat pada setiap waktu. Ia mengangkat panji kesaksian tauhid atas sesuatu yang gaib.Ketinggian pesannya menarik perhatian manusia serta menga- jaknya untuk merenung. | |||
Pasalnya, ia adalah lisan gaib yang berbicara dengan alam nyata (kasat mata).Dari sini dapat disimpulkan bahwa kesegarannya yang luar biasa sangat komprehensif dan mencakup segala hal. | |||
Keindahannya menjadikan al-Qur’an disenangi jin dan manusia. Hal itu terwujud lewat turunnya wahyu ilahi kepada akal manusia agar dekat dengan akal. Ia juga beragam seberagam cara turunnya. | |||
'''Sumber Kelima'''Informasi dan beritanya terwujud dalam bentuk indah penuh makna. | |||
''' | |||
Ia menginformasikan sejumlah hal mendasar dari berbagai berita yang benar laksana saksi yang hadir menyaksikannya. Ia menginformasikan dengan cara tersebut untuk menyadarkan manusia. | |||
Berita yang disampaikannya meliputi berita tentang generasi pertama dan kondisi generasi akhir, rahasia surga dan neraka, hakikat alam gaib, rahasia alam nyata, rahasia ilahiyah, serta sejumlah ikatan alam. | |||
Berbagai berita tersebut seolah menyaksikan secara langsung sehingga tidak bisa didustakan oleh realita yang ada dan tidak bisa diingkari oleh logika. Bahkan ia tidak bisa dibantah meski tidak bisa dipahami. | |||
Ia menjadi inspirasi orang yang mengetahui kitab-kitab samawi. Pasalnya, ia menginformasikan berbagai berita tentangnya seraya membenarkannya dalam bentuk yang sangat selaras serta meluruskan sejumlah tema yang diperselisihkan.Datangnya berbagai persoalan informatif semacam itu dari seorang yang buta huruf sungguh merupakan mukjizat masa kini. | |||
'''Unsur Keenam''' | |||
''' | Ia membangun dan mengandung ajaran agama Islam. Anda tidak akan menemukan ajaran seperti Islam di setiap zaman dan tempat, baik di masa lalu ataupun di masa mendatang. Ia adalah tali Allah yang kokoh. Ia menggenggam bumi agar tidak terlepas. | ||
Ia menatanya dalam putaran tahun dan hari. Kedudukan dan bobotnya demikian jelas di atas bumi. Ia juga mengarahkan agar tidak terjadi penyimpangan dan penyelewengan. | |||
'''Sumber Ketujuh''' | |||
''' | Enam cahaya yang tercurah dari keenam sumber di atas saling bercampur. Ia mengeluarkan kilau yang sangat indah dan melahirkan intuisi yang merupakan sarana bercahaya. | ||
Yang muncul darinya adalah cita rasa. Dengannya kemukjizatan al-Qur’an bisa ditangkap.Lisan kita tidak mampu menjelaskannya dan akal kita tidak berdaya untuk menuturkannya.Bintang-gemintang langit bisa dilihat tetapi tidak bisa disentuh. | |||
Sepanjang tiga belas abad, para musuh al-Qur’an membawa spirit penentangan.Sementara di kalangan wali dan pecintanya, ia justru melahirkan spirit peledanan dan kerinduan.Ini saja sudah merupakan bukti kemukjizatan. | |||
Jika dari dua keinginan tersebut dituliskan jutaan kitab berbahasa Arab, lalu jutaan kitab tersebut dikomparasikan dengan al-Qur’an, tentu semua orang yang melihat dan mendengar, | |||
bahkan sebagian besar manusia, apalagi yang cerdas dan pandai, akan berkata, “Semua kitab ini karya manusia, sementara al-Qur’an bersifat samawi.” | |||
Akan lahir sebuah ketetapan bahwa semua kitab itu tidak bisa menyerupai al-Qur’an dan tidak akan mampu mencapai tujuannya sama sekali. Hal itu bisa jadi karena al-Qur’an lebih rendah, namun hal ini jelas batil dan keliru. | |||
Kalau demikian, ia mengungguli semuanya. | |||
Ia telah membuka pintu bagi umat manusia serta menyebarkan kandungannya di hadapan mereka sepanjang waktu yang lama ini. | |||
Ia mengajak semua jiwa dan pikiran untuk mengkajinya. Namun demikian tidak ada yang mampu menentangnya. Masa ujian telah selesai.Al-Qur’an tidak bisa dibandingkan dan diserupakan dengan seluruh kitab yang lain. | |||
Ia turun dalam jangka waktu dua puluh sekian tahun secara berangsur-angsur sesuai hikmah ilahi karena sejumlah kepentingan, karena sebab nuzulnya yang juga beragam, sebagai jawaban untuk persoalan yang beragam, sebagai penjelasan atas berbagai peristiwa hukum yang berbeda-beda, | |||
dalam kurun waktu turunnya yang tidak sama, dalam kondisi penerimaan yang bervariasi, untuk sejumlah pemahaman manusia yang berbeda-beda, serta untuk tujuan dan petunjuk yang tidak sama. | |||
Meskipun demikian, ia memerlihatkan kesempurnaan kefasihan, ketepatan, kesesuaian, dan keterpaduan penjelasan, jawaban dan pesannya, di samping ilmu bayan dan maknanya. | |||
Al-Qur’an berisi keistimewaan yang tidak ditemukan dalam perkataan lainnya. | |||
Sebab, ketika mendengar perkataan seseorang, di balik itu engkau melihat penuturnya sehingga gaya bahasa menjadi cerminan manusia. | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | ||
1.814. satır: | 1.515. satır: | ||
</div> | </div> | ||
Kitab Isyârât al-I’jâz telah menerangkan salah satu dari empat puluh jenis kemukjizatan. Seratus halaman penjelasan masih belum bisa menjelaskan satu saja darinya. | |||
Justru aku yang menginginkan penjelasan darimu. Tuhan telah memberimu limpahan ilham spiritual. | |||
*** | |||
< | <span id="اُولَاش۟مَاز۟_دَس۟تِ_أَدَبِ_غَر۟بِ_هَوَس۟بَارِ_هَوَاكَارِ_دَهَادَار۟"></span> | ||
Karya Sastra Barat yang Dipenuhi Nafsu, Ambisi, dan Tipu Daya Tidak Bisa Menjangkau | |||
</ | |||
Kedudukan Sastra Al-Qur’an yang Kekal yang Dipenuhi Cahaya, Petunjuk dan Obat. | |||
Kondisi yang menghendaki cita rasa tinggi untuk para insan kamil tidak membuat senang para pemilik nafsu kekanak-kanakan dan pemilik tabiat rendahan. | |||
Atas dasar itu, cita rasa yang rendah tenggelam dalam kubangan keinginan nafsu sama sekali tidak bisa menikmati dan mengenal cita rasa spiritual. | |||
Maka sastra modern yang bersumber dari sastra Eropa tidak mampu melihat berbagai kandungan al-Qur’an yang istimewa dan karakternya yang tinggi, bahkan tidak dapat mengecapnya. | |||
Karena itu, ia tidak bisa menjadikan standarnya sebagai ukuran.Sastra (adab) berkisar dalam tiga wilayah: | |||
Wilayah semangat dan kemuliaan jiwa, wilayah keindahan dan kerinduan, serta wilayah penggambaran hakikat dan realita.Dalam wilayah semangat, sastra asing tidak menyuarakan kebenaran. | |||
Ia justru mengajarkan rasa bangga terhadap kekuatan yang dimiliki dengan mengagungkannya dalam bentuk yang lalim dan melampaui batas.Dalam wilayah keindahan dan kerinduan, sastra asing tidak mengenal kerinduan dan cinta hakiki. | |||
Namun, ia menanamkan kerinduan syahwati yang demikian melekat dalam jiwa. Dalam wilayah penggambaran hakikat dan realita, sastra asing tidak melihat entitas sebagai kreasi ilahi dan tidak memandangnya sebagai celupan-Nya. | |||
Namun ia membatasi perhatiannya pada sisi alam materi dan menggambarkan hakikat dalam bingkainya tanpa bisa melepaskan diri darinya. | |||
Karena itu, ajarannya untuk merindukan alam dan menuhankan materi hingga kecintaan padanya mengakar dalam kalbu tidak membuat manusia mampu selamat darinya dengan mudah. | |||
Lalu sastra yang berhias kebodohan itu sama sekali tidak bisa melenyapkan kerisauan ruh yang bersumber dari kesesatan. Justru ia mengembangkan dan membesarkannya. | |||
Dalam anggapannya ia telah menemukan solusi. Seolah-olah obat satu-satunya yang merupakan riwayatnya adalah: | |||
- Terdapat dalam kitabnya; benda hidup yang mati itu. | |||
- Dalam bioskop; benda mati yang bergerak. | |||
- Dalam teater di mana sejumlah bayangan bangkit di dalamnya dan keluar dengan cepat dari kubur luas masa lalu. Itulah berbagai bentuk riwayatnya. | |||
Mana mungkin benda mati menghembuskan kehidupan?! | |||
Tanpa rasa malu, sastra asing meletakkan lisan dusta dalam mulut manusia. | |||
Ia memasang mata yang fasik pada wajahnya. Serta memakaikan dunia sebagai busana penari murahan. | |||
Lalu dari mana sastra tersebut akan mengetahui kebaikan? | |||
Bahkan andaikan ia ingin memerlihatkan matahari kepada pem- baca, ia akan mengingatkannya dengan artis pirang yang cantik. | |||
Secara lahiriah ia berkata, “Kebodohan memberikan akibat bu- ruk yang tidak layak bagi manusia.” | |||
Kemudian ia mengungkap sejum- lah dampaknya yang berbahaya. Hanya saja, ia menggambarkannya secara menarik dan menggiurkan serta membuat akal kehilangan kendali. | |||
Pasalnya, ia tenggelam dalam gelora syahwat hingga tak sadar dibawa kemana. | |||
Adapun sastra al-Qur’an, ia tidak menggerakkan dan membangkitkan orang yang hawa nafsunya tenang. | |||
Namun memberikan kepada manusia hasrat menyuarakan dan mencintai kebenaran, kesenangan pada kebaikan, kerinduan pada keindahan, serta keinginan untuk mencintai hakikat kebenaran. Ia tidak pernah tertipu. | |||
Ia tidak melihat entitas sebagai materi. Namun mengingatnya sebagai kreasi ilahi, celupan Rabbani, tanpa membingungkan akal. Ia diktekan cahaya makrifat tentang Sang Pencipta serta menerangkan tanda-tanda kekuasaan-Nya dalam segala hal.Kedua sastra tersebut melahirkan kesedihan yang memberikan efek tertentu. Akan tetapi keduanya tidak sama. | |||
Yang dilahirkan oleh sastra Barat adalah kesedihan yang merisaukan, yang bersumber dari kehilangan para kekasih dan pelindung. Sastra Barat tidak mampu memberikan kesedihan yang mulia. | |||
Pasalnya, perasaan yang dilahirkan terilhami dari alam materi yang buta, kekuatan yang tak melihat yang penuh dengan derita dan kegalauan. Akhirnya alam hanya berisi nestapa. | |||
Ia melemparkan manusia di tengah orang-orang asing tanpa ada yang melindungi. Maka, ia pun senantiasa berada dalam ratapan dan duka cita. Seluruh harapan pun di hadapannya menjadi sirna. | |||
Perasaan yang penuh dengan kesedihan dan derita ini menguasai diri manusia sehingga mengantarnya pada kesesatan, kekufuran, dan pengingkaran sang Khalik. Akhirnya, sulit baginya untuk kembali kepada kebenaran. Bahkan bisa jadi ia tidak kembali lagi selamanya. | |||
Adapun sastra Al-Qur’an memberikan kesedihan yang mulia. Yaitu kesedihan sang perindu, bukan kesedihan sang yatim. Kesedihan tersebut bersumber dari perpisahan dengan para kekasih, bukan akibat kehilangan mereka. | |||
Ia melihat entitas sebagai kreasi ilahi di mana ia mengasihi dan melihat, bukan materi yang buta. | |||
Ia juga memperlihatkan qudrah ilahi yang penuh hikmah dan berhias perhatian yang komprehensif sebagai ganti dari kekuatan buta. | |||
Ia juga tidak membungkus entitas dengan gambaran duka cita yang memilukan. Namun di hadapan yang melihatnya ia berubah seperti kumpulan orang yang saling mencinta. | |||
Sebab, pada setiap sisi terdapat respon positif, cinta dan keakraban; bukan kekeruhan dan kegalauan. Inilah kondisi kesedihan sang perindu.Di tengah-tengah majelis tersebut manusia mendapatkan perasaan mulia; bukan kesedihan yang menyesakkan dada. | |||
Kedua sastra tersebut memberikan kerinduan dan kegembiraan. Kerinduan yang diberikan oleh sastra asing adalah kerinduan yang merangsang nafsu dan menghamparkan kegilaan tanpa membuat jiwa senang dan gembira. | |||
Sebaliknya, kerinduan yang dihembus- kan oleh al-Qur’an adalah kerinduan yang menggetarkan jiwa hingga naik menuju sejumlah kemuliaan. | |||
Atas dasar itu, syariah yang menakjubkan ini melarang kesiasiaan dan seluruh hal yang melenakan. Ia mengharamkan sejumlah sarananya serta membolehkan yang lain. | |||
Artinya, alat atau perangkat yang melahirkan kesedihan dan kerinduan qurani tidaklah berbahaya. Ia diharamkan manakala melahirkan nestapa dan membangkitkan kerinduan syahwati.Kondisi ini bisa berubah tergantung orangnya. Sebab, respon orang berbeda-beda. | |||
*** | |||
==Dahan Memberikan Buah atas nama Rahmat Ilahi== | |||
Dahan pohon penciptaan mempersembahkan buah nikmat seraya mengantarkannya ke tangan makhluk hidup di seluruh penjuru alam. | |||
Bahkan ia memberikan buah tersebut kepadamu lewat dahan-dahan itu dari tangan rahmat dan qudrah-Nya. | |||
Maka, balaslah rahmat tersebut dengan rasa syukur. | |||
Muliakan tangan qudrah tersebut dengan senantiasa mengingat karunia-Nya. | |||
*** | |||
===Penjelasan tentang Tiga Jalan yang Disebutkan dalam Penutup Surat al-Fatihah=== | |||
Wahai saudaraku, wahai yang dadanya penuh dengan harapan yang bersinar! Genggam khayalanmu dan mari bersamaku. Kita sekarang berada di tanah yang luas. Kita melihat berbagai hal di sekitar kita tanpa ada satupun yang melihat kita. | |||
Namun mendung yang hitam pekat dilemparkan pada kita. Ia jatuh di atas gunung yang tinggi sehingga menutupi wajah bumi kita dengan kegelapan. | |||
Bahkan ia seperti atap yang tebal. Hanya saja, ia adalah atap yang memperlihatkan matahari dari sisi yang lain. | |||
Kita yang berada di bawah mendung yang tebal itu nyaris tak mampu menghadapi sempitnya kegelapan itu. Kita dicekik oleh kegalauan dan ketiadaan udara mematikan. | |||
Dalam kondisi sempit dan tercekik itu, tiba-tiba terbuka tiga jalan di hadapan kita yang mengantar menuju alam bersinar. Kita pernah mendatangi dan menyaksikannya sebelumnya. Maka kitapun menyusuri ketiga jalan itu satu persatu.Jalan pertama: sebagian besar manusia melewatinya. Ia adalah wisata di sekitar alam. Wisata tersebut menarik kita kepadanya. | |||
Kita berada di dalamnya dengan berjalan kaki. Kita dihadapkan pada lautan pasir di padang yang luas ini. Lihat bagaimana ia marah kepada kita. Ia demikian marah dan membuat kita gelisah. | |||
Lihatlah gelombang laut yang laksana gunung itu. Ia murka kepada kita. Sekarang kita berada di sisi lain. Alhamdulillah kita bisa bernafas lega. Kita melihat | |||
wajah matahari yang bersinar. | |||
Akan tetapi, tidak ada satupun yang mampu mengukur berbagai derita yang kita rasakan. Hanya saja, sangat disayangkan kita kembali lagi ke bumi yang merisaukan di mana ia ditutupi oleh mendung yang gelap. Kita sangat membutuhkan alam yang bersinar yang membuka basirah (mata hati) kita. | |||
Jika engkau memiliki keberanian luar biasa, sertai diriku di jalan yang penuh bahaya ini. Kita akan melintasinya dengan gagah berani. Ia adalah: | |||
Jalan kedua: Kita menembus tabiat alam. Kita tembus ia agar kita bisa sampai ke sisi lain. Kita melalui berbagai terowongan alamiah yang terdapat di bumi dalam kondisi takut. Pada suatu saat aku pernah menyaksikan jalan ini dan melaluinya dengan rasa takut dan gundah. | |||
Namun di tanganku terdapat alat dan perangkat yang bisa meluluhkan tanah alam materi sekaligus menembus dan melapangkan jalan. Perangkat tersebut diberikan oleh al-Qur’an di jalan ketiga. | |||
Wahai saudaraku, jangan tinggalkan diriku. Ikuti aku dan jangan pernah takut. Lihatlah di depanmu terdapat sejumlah goa seperti te- rowongan bawah tanah. Ia menantikan kita dan akan melapangkan jalan kita menuju sisi lain. | |||
Jangan takut dengan kerasnya alam. Sebab, di balik wajah masam dan dingin terdapat wajah di mana pemiliknya tersenyum. Materi al- Qur’an tersebut adalah materi yang memancarkan kilau seperti radium. | |||
Kabar gembira wahai saudaraku. Kita telah keluar menuju alam yang bersinar. Lihatlah bumi yang indah ini dan langit yang indah. | |||
Tidakkah engkau mau mengangkat kepala untuk menyaksikan hal ini yang menutup seluruh permukaan langit. | |||
Ia adalah al-Qur’an al- Karim; Pohon Tuba surga. Ia membentangkan dahan-dahannya ke seluruh penjuru alam. Yang harus kita lakukan hanyalah bergantung kepada ranting yang bergelayutan. Ia berada di dekat kita untuk mengantar kita menuju ke sana. | |||
Yaitu menuju pohon samawi yang tinggi. | |||
Syariat yang mulia adalah miniatur dari pohon penuh berkah itu. Kita mampu mencapai alam yang bersinar itu lewat jalan tersebut, jalan syariat, tanpa ada kesulitan. | |||
Hanya saja kita salah jalan. Marilah kita kembali ke tempat semula untuk meniti jalan yang lurus tersebut. Lihat, ia adalah:Jalan ketiga: Sang da’i agung berdiri tegak di atas puncak yang tinggi. | |||
Ia menyeru dengan berkata, “Marilah menuju alam cahaya!” Ia mensyaratkan doa dan salat. Ia tidak lain sang penyeru agung, Muhammad x. | |||
Lihatlah gunung itu. Gunung petunjuk. Ia menembus awan dan langit. Lihatlah gunung syariat yang menjulang. Ia memperindah dan menghias wajah bumi kita. | |||
Kita harus terbang dengan penuh tekad untuk melihat cahaya di sana dan melihat kilau keindahan. | |||
Ya, di sini terdapat Uhud Tauhid; gunung yang dicinta dan mulia. | |||
Di sana juga terdapat gunung Judi Islam; gunung yang paling tinggi; gunung keselamatan dan kedamaian. | |||
Ini adalah gunung Qamar (Qumr); al-Qur’an yang bersinar. Darinya mengalir air Nil yang segar. Minumlah air segar dan salsabil itu dengan penuh nikmat. | |||
Maha mulia Allah; Pencipta yang paling baik. | |||
Akhirnya kami ucapkan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. | |||
Wahai saudaraku, sekarang lemparkan khayalan tersebut dan pergunakan akalmu.Jalan yang pertama dan kedua adalah jalan “Orang-orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.” Keduanya berisi banyak bahaya. Keduanya selalu dalam kondisi musim dingin tanpa ada musim semi. Bahkan barangkali hanya satu dari seratus orang yang melewati jalan itu yang selamat, seperti Plato dan Socrates. | |||
Adapun jalan ketiga adalah jalan yang lapang dan singkat. Sebab, ia lurus dan istikamah. Orang yang lemah atau yang kuat sama saja, semuanya bisa melewatinya. Jalan yang paling baik dan paling selamat adalah ketika Allah memberimu mati syahid dan kemuliaan jihad. | |||
Sekarang kita berada di ambang hasil. Kelicikan meniti dua jalan pertama.Sementara petunjuk al-Qur’an; jalan yang lurus, adalah jalan ketiga. Itulah yang mengantar kita ke sana. | |||
Ya Allah, tunjukkan kami ke jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang kau beri nikmat. | |||
Bukan jalan orang yang dimurka dan bukan pula jalan orang yang sesat. Amin. | |||
*** | |||
==Seluruh Derita terdapat dalam Kesesatan dan Semua Nikmat terdapat dalam Iman== (Hakikat Agung yang Memakai Busana Khayalan) | |||
= | |||
Wahai sahabat yang cerdas, jika engkau ingin melihat perbedaan yang jelas antara “jalan yang lurus”; jalan yang bersinar itu, dengan jalan orang yang Allah murkai dan jalan orang yang sesat; | |||
jalan yang gelap tersebut, marilah ambil ilusimu dan naiki khayalanmu. Kita akan pergi bersama-sama menuju gelapnya ketiadaan; kuburan besar yang penuh orang mati. Dzat Mahakuasa yang Mahaagung telah mengelu- arkan kita dari kegelapan tersebut lewat tangan qudrah-Nya serta menaikkan kita kepada wujud ini. | |||
Dia menghadirkan kita ke dunia yang kosong dari kenikmatan hakiki. | |||
Sekarang kita telah datang ke alam ini; alam wujud, sebuah padang yang luas. Mata kita telah terbuka. Kita melihat enam penjuru arah. Kita luruskan pandangan kita ke depan. | |||
Tiba-tiba sejumlah bencana dan derita hendak menyambar kita laksana musuh. Kitapun menjadi takut kepadanya dan mundur. | |||
Lalu kita melihat ke sisi kanan dan kiri seraya meminta belas kasih dari sejumlah unsur dan alam. Namun mereka berhati kesat, tidak memiliki kasih sayang. Mereka memperlihatkan giginya menatap kita dengan tatapan jahat. | |||
Mereka tidak bisa mendengar seruan dan tidak melunak ketika terus diminta. Maka, kitapun mengangkat penglihatan kita ke atas untuk meminta bantuan dari benda-benda langit.Akan tetapi, kita melihat mereka demikian menakutkan dan sedang memberikan ancaman. | |||
Pasalnya, mereka laksana bom yang meluncur dengan sangat cepat menembus angkasa tanpa ada benturan. | |||
Andaikan mereka salah jalan dan menyimpang, tentu akan membelah jantung alam, alam nyata. Wal’iyâdzu billah. Bukankah urusannya diserahkan kepada proses kebetulan. Apakah ada kebaikan yang berasal darinya. | |||
Kitapun mengalihkan perhatian dari arah ini dengan rasa putus asa. Kita berada dalam kondisi sangat bingung. Kita tundukkan kepala kita seraya melihat ke dalam diri guna melihat isinya. | |||
Seketika kita men- dengar ribuan teriakan rasa butuh dan rintihan kepapaan. Semuanya bersumber dari diri yang lemah ini. Akhirnya, saat membutuhkan pelipur lara kita malah berada dalam kegalauan. Jadi, arah ini juga tidak memberikan manfaat. | |||
Lalu kita pergi ke dalam jiwa. Kita mencari sebuah obat. Akan tetapi, sungguh sangat disayangkan, di sana tidak ada obat. Padahal obat harus ada. Sebab ribuan harapan, keinginan, serta ribuan perasaan berbaur membentang ke sisi-sisi alam. | |||
Semuanya mendatangi kita dalam kondisi ketakutan. Kita lemah tak mampu memberikan pertolongan. | |||
Berbagai harapan berbaur dalam diri manusia hingga sisi-sisinya membentang dari alam azali menuju keaba- dian. Bahkan andai ia melumat seluruh dunia, tetap takkan pernah kenyang. | |||
Begitulah kemanapun kita mengarah, ujian dan bencana selalu menghadang. Itulah jalan orang yang sesat dan dimurkai. Sebab, pandangan mereka mengarah kepada proses kebetulan dan kesesatan. | |||
Kalau kita mengikuti pandangan tersebut, kita akan jatuh ke dalam kondisi yang sama. Kita akan melupakan waktu yang ditentukan oleh Sang Pencipta berikut kebangkitan, awal dan tempat kembali. | |||
Hal itu lebih menyakitkan jiwa ketimbang neraka Jahanam dan lebih membakar. Apa yang kita peroleh dari keenam arah di atas hanyalah kondisi yang tersusun dari ketakutan, keterkejutan, kelemahan, kerisauan, disertai keputusasaan. | |||
Itulah yang melukai jiwa. Maka, marilah kita berusaha menolak dan menghadapinya. | |||
Pertama-tama kita mulai dengan melihat kemampuan kita. | |||
Sungguh sangat menyedihkan! Ia sangat lemah dan papa. | |||
Kemudian kita berusaha memenuhi berbagai kebutuhan diri yang sedang dahaga. | |||
Ia terus berteriak, namun tidak ada yang mau mendengar dan menolong untuk memenuhi berbagai harapan yang ia minta. | |||
Kita mengira seluruh yang berada di sekitar kita sebagai musuh. Semuanya asing. Kita tidak merasa bersahabat dan dekat. Tidak ada yang membuat diri menjadi tenang. Tak ada kesenangan dan kenik- matan hakiki. | |||
Setelah itu, setiap kali melihat berbagai benda langit, jiwa ini dipenuhi rasa takut, gelisah dan resah. Akal juga dipenuhi sejumlah ilusi dan keraguan. | |||
Wahai saudaraku, inilah jalan kesesatan. Itulah esensinya. Kita telah melihat gelap kekufuran yang demikian pekat di dalamnya.Sekarang marilah wahai saudaraku kita kembali kepada ketiadaan. | |||
Lalu kita kembali darinya. Jalan kita saat ini adalah jalan yang lurus (shirath al-mustaqim). Petunjuk kita adalah pertolongan ilahi. Serta pemimpin kita adalah al-Qur’an al-Karim. | |||
Ya, ketika kita menginginkan Tuhan Yang Maha Pemurah, qudrah-Nya mengeluarkan kita dari ketiadaan sebagai bentuk rahmat dan karunia dari-Nya. | |||
Ia menaikkan kita kepada hukum kehendak ilahi serta menjalankan kita di atas berbagai fase dan tingkatan. Dia Yang Maha Belas kasih membawa kita dan memberikan kepada kita pakaian wujud. | |||
Dia memuliakan kita dengan kedudukan amanah yang tandanya berupa salat dan doa. Seluruh tingkatan dan fase menjadi salah satu titik kelemahan dalam perjalanan panjang kita ini. Takdir dan ketentuan telah menuliskan berbagai urusannya di atas dahi kita untuk memberikan kemu- dahan. | |||
Di manapun kita berada sebagai tamu, kita disambut dengan sangat hangat. Kita serahkan apa yang ada pada kita dan sekaligus kita terima aset mereka. | |||
Demikianlah, bisnis mengalir dengan penuh cinta dan kesetaraan. Mereka menjamu dan memberikan berbagai hadiah kepada kita. Begitulah kita berjalan di atas jalan ini sehingga sampai ke pintu dunia. Dari sana kita mendengar berbagai suara. | |||
Sekarang kita telah mendatangi dan memasukinya. Kaki telah menginjak alam nyata, galeri Tuhan Yang Maha Pemurah, pameran kreasi-Nya, tempat keriuhan manusia. Kita masuk dalam kondisi tidak mengetahui seluruh yang terdapat di sekitar kita. | |||
Petunjuk dan pemimpin kita hanya kehendak ilahi. Sementara wakilnya berupa mata kita yang halus. | |||
Saat ini mata kita telah terbuka. Kita arahkan ia kepada berbagai penjuru dunia. Ingatkah ia pada saat kita pertama kali datang ke sini?! | |||
Saat kita dulu yatim dan asing di antara musuh yang jumlahnya tak terhitung tanpa ada yang menolong dan melindungi.Adapun sekarang cahaya iman menjadi titik sandaran kita. Ia adalah pilar yang kokoh dalam menghadapi musuh. | |||
Ya, iman kepada Allah merupakan cahaya kehidupan, sinar jiwa, dan ruh arwah kita. Kalbu ini demikian percaya kepada Allah tanpa peduli kepada musuh. Bahkan kita tidak memosisikannya sebagai musuh. | |||
Pada jalan pertama, kita masuk ke dalam jiwa dan perasaan. Kita mendengar ribuan teriakan dan permintaan tolong. Maka, kita merasa takut dengan ujian yang menimpa. Pasalnya, berbagai harapan, keinginan, perasaan dan potensi mengharapkan keabadian. | |||
Kita tidak tahu bagaimana cara memenuhinya. Kebodohan berasal dari kita, sementara teriakan bersumber dari mereka. | |||
Namun sekarang alhamdulillah, kita telah menemukan titik sandaran yang menghidupkan harapan dan potensi. Ia mengarahkannya ke jalan keabadian. | |||
Darinya semua potensi dan harapan meminum air kehidupan. Masing-masing berupaya menyempurnakan diri. | |||
Titik yang dirindukan itu (titik sandaran) adalah poros iman kedua. Yaitu iman kepada kebangkitan. Kebahagiaan yang kekal merupakan mutiara darinya. Petunjuk iman berupa al-Qur’an dan jiwa sebagai rahasia insani. | |||
Wahai saudaraku, angkat kepalamu! Arahkan pandangan ke alam. Ajaklah mereka berbicara. Sebelumnya di jalan pertama ia tampak liar dan meresahkan. Namun sekarang ia tersenyum dan menebarkan kegembiraan. | |||
Bukankah mata kita seperti lebah yang terbang menuju seluruh sisi di kebun alam ini. Seluruh bunga di semua tempat mulai mekar seraya menghembuskan aroma semerbak. Di setiap sisi terdapat pelipur lara. Semuanya berisi cinta. | |||
Ia menyerap semua persembahan yang baik dan meneteskan bukti kesaksian; madu di atas madu. Setiap kali penglihatan kita menatap gerakan bintang dan matahari, ia menisbatkannya kepada tangan hikmah Sang Khalik. | |||
Maka, ia memberikan pelajaran dan wujud rahmat sehingga seolah-olah matahari berbicara kepada kita dengan berkata: | |||
“Wahai saudara-saudaraku, jangan takut dan risau denganku. Selamat datang kuucapkan kepada kalian. Kalian adalah bagian dari keluarga. Kalian pemilik rumah ini. Aku hanya diperintah untuk menerangi kalian. | |||
Sama dengan kalian, aku juga merupakan pelayan taat yang ditugaskan oleh Dzat Yang Mahaesa dan Kekal untuk menerangi kalian lewat rahmat dan karunia-Nya. Aku harus memberikan cahaya dan kehangatan, sementara kalian harus berdoa dan melaksanakan salat. | |||
Wahai fulan, tidakkah engkau melihat bulan, bintang, dan lautan. Dengan lisan khususnya, semuanya memberikan sambutan seraya berkata, ‘Marilah, selamat datang bagi kalian.’” | |||
Wahai saudaraku, lihatlah dengan perspektif tolong-menolong. Perhatikan lewat seluruh bentuk keteraturan. Semuanya berkata, “Kami juga pelayan yang mendapat tugas. Kami adalah cermin rahmat Tuhan. Kami tidak pernah bosan dalam bekerja. Karena itu, jangan merasa tidak nyaman dengan kami!” | |||
Jangan kalian takut dengan suara gempa dan berbagai peristiwa. Semuanya adalah alunan zikir, tasbih dan tahlil doa. | |||
Ya, Dzat yang mengirim kalian ke sini adalah Dzat Maha Agung dan indah yang menggenggam kendali mereka. Mata iman membaca tanda-tanda rahmat Tuhan pada wajahnya. | |||
Wahai mukmin, wahai pemilik kalbu yang terjaga! Biarkan mata kita istirahat. Sebagai gantinya kita serahkan telinga kita untuk beriman. Dari dunia kita dengarkan sejumlah irama yang memikat. | |||
Sejumlah suara yang terus meninggi di jalan kita sebelumnya di mana kita mengiranya sebagai suara ratapan umum dan berita kematian, ternyata di jalan ini merupakan zikir, tasbih, tahmid dan syukur. | |||
Deru angin, suara petir, dan desir ombak adalah tasbih yang mulia. Sementara gemuruh hujan dan kicau burung merupakan tahlil rahmat Tuhan. | |||
Semuanya adalah kiasan yang mengarah kepada sebuah hakikat. Ya, bunyi segala sesuatu merupakan gema wujudnya. Ia hendak berkata, “Aku ini ada.” | |||
Begitulah semua entitas bersama-sama berujar, “Wahai manusia yang lalai, jangan menganggap kami sebagai benda tak bernyawa. | |||
Burung berkicau dalam merasakan nikmat atau turunnya rahmat. Burung mencicit dengan suara yang memikat lewat mulut yang kecil untuk menyambut turunnya rahmat yang dipersembahkan. Ya, nikmat turun kepadanya dan rasa syukur menjaganya. | |||
Secara simbolis ia berkata, “Wahai entitas, wahai saudara-saudaraku, betapa kondisi kita sangat menyenangkan. Kita ditumbuhkan dalam suasana penuh kasih sayang. Kami rela dengan kondisi yang kami rasakan.” Begitulah ia mendendangkan nyanyiannya dengan paruhnya yang halus sehingga mengubah seluruh entitas menjadi sebuah musik yang indah. | |||
Cahaya iman itulah yang mendengar gema zikir dan alunan tasbih di mana ia tidak terjadi secara kebetulan dan begitu saja. | |||
Wahai teman, kita sekarang meninggalkan alam imajiner ini. Kita berada di depan gerbang akal dan masuk ke wilayahnya untuk mengukur semua urusan dengan timbangannya agar bisa membedakan berbagai jalan yang beragam tadi. | |||
Jalan kita yang pertama adalah jalan orang yang dimurkai dan orang yang sesat. Ia benar-benar membuat jiwa terasa pedih dan tersiksa. Rasa pedih itu memenuhi semua sisi. | |||
Maka, kitapun menipu diri agar bisa selamat dari kondisi tersebut. Kita berusaha membuatnya tenang, tidur dan lupa. Jika tidak, kita tidak mampu menghadapi berbagai teriakan dan ratapan yang tanpa henti. | |||
Hawa nafsu menumpulkan perasaan dan syahwat menghendaki permainan guna menipu jiwa dan membuatnya terlupa sehingga tidak merasa sakit. | |||
Sebab perasaan tersebut membakar jiwa sehingga nyaris tak mampu berteriak akibat pedihnya derita. Pedihnya keputusasaan memang sangat sulit diatasi. | |||
Pasalnya, setiap kali jiwa dan perasaan ini jauh dari jalan yang lurus, kondisinya bertambah parah. Bahkan setiap kenikmatan meninggalkan jejak kepedihan. | |||
Gemerlap peradaban yang bercampur dengan syahwat dan hawa nafsu sama sekali tidak berguna. Ia hanyalah balsam yang rusak dan racun yang menghipnotis kesusahan di mana ia melahirkan kesesatan. | |||
Karena itu, wahai sahabat, kita telah merasa lapang di jalan kedua yang bercahaya ini. Ia merupakan sumber kenikmatan dan kehidupan. Bahkan di dalamnya seluruh derita berubah menjadi nikmat. Begitulah yang kita ketahui. | |||
Ia memberikan ketenangan ke dalam ruh—sesuai dengan kadar kekuatan iman. Tubuh juga merasa nikmat dengan kenikmatan yang dirasakan oleh ruh. Sementara ruh sendiri merasa nyaman dengan kenikmatan yang didapat oleh jiwa dan perasaan. | |||
Dalam jiwa terdapat kebahagiaan yang segera. Ia merupakan surga firdaus maknawi yang bercampur dalam relung kalbu. Proses tafakkur meneteskannya kepada manusia. Sementara perasaan adalah sesuatu yang memperlihatkannya. | |||
Sekarang kita mengetahui bahwa nikmat semakin bertambah, neraka kehidupan berubah menjadi cahaya, serta musim dinginnya berubah menjadi musim panas sesuai dengan kadar keterjagaan kalbu, gerakan kesadaran jiwa, dan perasaan ruh. | |||
Begitulah, pintu-pintu surga terbuka lebar dalam jiwa, dan dunia pun berubah menjadi surga yang luas yang menjadi tempat ruh bertamasya. Bahkan ia terbang mengalahkan burung dengan sayap salat dan doa. | |||
Kutitipkan dirimu kepada Allah wahai sahabat. Marilah kita saling mendoakan. Sekarang kita berpisah dan sampai berjumpa lagi. | |||
Ya Allah, tunjukkan kami jalan yang lurus. | |||
==Jawaban yang Ditujukan kepada Gereja Anglikan== | |||
== Anglikan | Suatu hari seorang pastur yang memendam kedengkian, sang politikus penipu, dan musuh utama Islam bertanya tentang empat hal. | ||
Ia meminta jawaban tentangnya dalam enam ratus kata. | |||
Ia bertanya untuk memunculkan keraguan dengan sikap sombong dan angkuh. Serta dalam kondisi sulit di mana negaranya mengekang kita. | |||
Karena itu, jawaban yang selayaknya diberikan adalah, “Semoga engkau celaka!” disertai sikap diam kepadanya karena marah atas makarnya di samping perlu memberikan jawaban mematikan yang laksana palu baginya dalam menghadapi pengingkarannya. Aku tidak memosisikannya sebagai lawan bicaraku. Namun jawaban-jawaban kami ha- nya diberikan kepada orang yang mau mendengar dan mencari kebenaran, yaitu sebagai berikut: | |||
Pada pertanyaan pertama ia berkata, “Apa agama Muhammad?” Kukatakan, “Ia adalah al-Qur’an al-Karim. Tujuan utamanya adalah mengokohkan enam rukun iman dan menanamkan lima rukun Islam.” | |||
Pada pertanyaan kedua ia berkata, “Apa yang beliau persembahkan untuk pemikiran dan kehidupan?” “Beliau mempersembahkan tauhid untuk pemikiran dan sikap yang lurus (istikamah) dalam kehidupan.” | |||
Dalilnya adalah firman Allah, “Katakanlah, ‘Dia Allah Yang Mahaesa.’” (QS. al-Ikhlas [112]: 1) dan “Istikamahlah sebagaimana yang diperintahkan padamu!” (QS. Hud [11]: 112). | |||
Pada pertanyaan ketiga ia berkata, “Bagaimana beliau bisa menangani berbagai konflik yang terjadi saat ini?” “Dengan mengharamkan riba dan mewajibkan zakat.” Dalilnya adalah firman Allah, | |||
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. al-Baqarah [2]: 275) | |||
“Allah memusnahkan riba.” (QS. al-Baqarah [2]: 276). “Tegakkan salat dan tunaikan zakat.” (QS. al-Baqarah [2]: 43). | |||
Pada pertanyaan keempat ia berkata, | |||
“Bagaimana beliau melihat berbagai ketimpangan yang terjadi pada umat manusia?” “Bekerja adalah landasan utamanya. Serta upaya agar aset kekayaan manusia tidak terkumpul pada orang-orang zalim. | |||
Dalilnya, | |||
“Manusia mendapatkan apa yang ia usahakan.” (QS. an-Najm [53]: 39), | |||
“Orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak mau menginfakkannya di jalan Allah, berikanlah kepada mereka kabar buruk berupa siksa yang pedih.” (QS. at-Taubah [9]: 34). | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | ||
2.459. satır: | 1.855. satır: | ||
------ | ------ | ||
<center> [[Otuz Üçüncü Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[Konferans]] </center> | <center> [[Otuz Üçüncü Söz/id|KALIMAT KETIGA PULUH TIGA]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[Konferans/id|MATERI SEMINAR]] </center> | ||
------ | ------ | ||
düzenleme