İçeriğe atla

Lemaat/id: Revizyonlar arasındaki fark

2.977 bayt kaldırıldı ,  11 Aralık
"Ia bertanya untuk memunculkan keraguan dengan sikap sombong dan angkuh. Serta dalam kondisi sulit di mana negaranya mengekang kita." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Dalam kondisi sempit dan tercekik itu, tiba-tiba terbuka tiga jalan di hadapan kita yang mengantar menuju alam bersinar. Kita pernah mendatangi dan menyaksikannya sebelumnya. Maka kitapun menyusuri ketiga jalan itu satu persatu.Jalan pertama: sebagian besar manusia melewatinya. Ia adalah wisata di sekitar alam. Wisata tersebut menarik kita kepadanya." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Ia bertanya untuk memunculkan keraguan dengan sikap sombong dan angkuh. Serta dalam kondisi sulit di mana negaranya mengekang kita." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
 
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 74 değişikliği gösterilmiyor)
1.619. satır: 1.619. satır:
Dalam kondisi sempit dan tercekik itu, tiba-tiba terbuka tiga jalan di hadapan kita yang mengantar menuju alam bersinar. Kita pernah mendatangi dan menyaksikannya sebelumnya. Maka kitapun menyusuri ketiga jalan itu satu persatu.Jalan pertama: sebagian besar manusia melewatinya. Ia adalah wisata di sekitar alam. Wisata tersebut menarik kita kepadanya.
Dalam kondisi sempit dan tercekik itu, tiba-tiba terbuka tiga jalan di hadapan kita yang mengantar menuju alam bersinar. Kita pernah mendatangi dan menyaksikannya sebelumnya. Maka kitapun menyusuri ketiga jalan itu satu persatu.Jalan pertama: sebagian besar manusia melewatinya. Ia adalah wisata di sekitar alam. Wisata tersebut menarik kita kepadanya.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kita berada di dalamnya dengan berjalan kaki. Kita dihadapkan pada lautan pasir di padang yang luas ini. Lihat bagaimana ia marah kepada kita. Ia demikian marah dan membuat kita gelisah.
İşte biz de yoldayız, böyle yayan gideriz. Bak şu sahranın kum deryalarına, nasıl hiddet saçıyor, tehdit ediyor bizi!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lihatlah gelombang laut yang laksana gunung itu. Ia murka kepada kita. Sekarang kita berada di sisi lain. Alhamdulillah kita bisa bernafas lega. Kita melihat
Bak şu deryanın dağvari emvacına! O da bize kızıyor. İşte elhamdülillah öteki yüze çıktık, görürüz güneş yüzü.
wajah matahari yang bersinar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Akan tetapi, tidak ada satupun yang mampu mengukur berbagai derita yang kita rasakan. Hanya saja, sangat disayangkan kita kembali lagi ke bumi yang merisaukan di mana ia ditutupi oleh mendung yang gelap. Kita sangat membutuhkan alam yang bersinar yang membuka basirah (mata hati) kita.
Fakat çektiğimiz zahmeti ancak da biz biliriz. Of! Tekrar buraya döndük şu zemin-i vahşetzar, bulut damı zulmettar. Bize lâzım, revnaktar eder kalpteki gözü
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jika engkau memiliki keberanian luar biasa, sertai diriku di jalan yang penuh bahaya ini. Kita akan melintasinya dengan gagah berani. Ia adalah:
Bir âlem-i ziyadar. Fevkalâde eğer bir cesaretin var; gireriz de beraber, bu yol-u pür-hatarkâr. '''İkinci yolumuzu:'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jalan kedua: Kita menembus tabiat alam. Kita tembus ia agar kita bisa sampai ke sisi lain. Kita melalui berbagai terowongan alamiah yang terdapat di bumi dalam kondisi takut. Pada suatu saat aku pernah menyaksikan jalan ini dan melaluinya dengan rasa takut dan gundah.
Tabiat-ı arzı deleriz, o tarafa geçeriz. Ya fıtrî bir tünelden titreyerek gideriz. Bir vakitte bu yolda seyrettim de geçtim bînaz ve pür-niyazî.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Namun di tanganku terdapat alat dan perangkat yang bisa meluluhkan tanah alam materi sekaligus menembus dan melapangkan jalan. Perangkat tersebut diberikan oleh al-Qur’an di jalan ketiga.
Fakat o zaman tabiatın zemini eritecek, yırtacak bir madde var idi elimde. Üçüncü yolun o delil-i mu’cizi
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai saudaraku, jangan tinggalkan diriku. Ikuti aku dan jangan pernah takut. Lihatlah di depanmu terdapat sejumlah goa seperti te- rowongan bawah tanah. Ia menantikan kita dan akan melapangkan jalan kita menuju sisi lain.
Kur’an onu bana vermişti. Kardeşim, arkamı da bırakma, hiç de korkma! Bak hâ şurada tünelvari mağaralar, tahte’l-arz akıntılar beklerler ikimizi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jangan takut dengan kerasnya alam. Sebab, di balik wajah masam dan dingin terdapat wajah di mana pemiliknya tersenyum. Materi al- Qur’an tersebut adalah materi yang memancarkan kilau seperti radium.
Bizi geçirecekler. Tabiat da şu müthiş cümudiyeleri de seni hiç korkutmasın. Zira bu abus çehresi altında merhametli sahibinin tebessümlü yüzü.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kabar gembira wahai saudaraku. Kita telah keluar menuju alam yang bersinar. Lihatlah bumi yang indah ini dan langit yang indah.
Radyumvari o madde-i Kur’anî ışığıyla sezmiştim. İşte gözüne aydın! Ziyadar âleme çıktık, bak şu zemin-i pür-nâzı
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tidakkah engkau mau mengangkat kepala untuk menyaksikan hal ini yang menutup seluruh permukaan langit.
Bu feza-yı latîf, şirin. Yahu başını kaldır! Bak semavata ser çekmiş, bulutları da yırtmış, aşağıda bırakmış. Davet ediyor bizi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia adalah al-Qur’an al- Karim; Pohon Tuba surga. Ia membentangkan dahan-dahannya ke seluruh penjuru alam. Yang harus kita lakukan hanyalah bergantung kepada ranting yang bergelayutan. Ia berada di dekat kita untuk mengantar kita menuju ke sana.
Şu şecere-i tûba, meğer o Kur’an imiş. Dalları her tarafa uzanmış. Tedelli eden bu dala biz de asılmalıyız, oraya alsın bizi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Yaitu menuju pohon samawi yang tinggi.
O şecere-i semavî, bir timsali zeminde olmuş şer’-i enveri. Demek, zahmet çekmeden o yol ile çıkardık bu âlem-i ziyaya, sıkmadan zahmet bizi.
Syariat yang mulia adalah miniatur dari pohon penuh berkah itu. Kita mampu mencapai alam yang bersinar itu lewat jalan tersebut, jalan syariat, tanpa ada kesulitan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hanya saja kita salah jalan. Marilah kita kembali ke tempat semula untuk meniti jalan yang lurus tersebut. Lihat, ia adalah:Jalan ketiga: Sang da’i agung berdiri tegak di atas puncak yang tinggi.
Madem yanlış etmişiz; eski yere döneriz, doğru yolu buluruz. Bak, '''üçüncü yolumuz''': Şu dağlar üstünde durmuş olan şehbazi
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia menyeru dengan berkata, “Marilah menuju alam cahaya!” Ia mensyaratkan doa dan salat. Ia tidak lain sang penyeru agung, Muhammad x.
Hem de bütün cihana okuyor bir ezanı. Bak müezzin-i a’zama, Muhammedü’l-Hâşimî (asm) davet eder insanı âlem-i nur-u envere. İlzam eder niyaz ile namazı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lihatlah gunung itu. Gunung petunjuk. Ia menembus awan dan langit. Lihatlah gunung syariat yang menjulang. Ia memperindah dan menghias wajah bumi kita.
Bulutları da yırtmış, bak bu hüda dağlarına. Semavata ser çekmiş, bak şeriat cibaline. Nasıl müzeyyen etmiş zeminimizin yüzü gözü.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kita harus terbang dengan penuh tekad untuk melihat cahaya di sana dan melihat kilau keindahan.
İşte çıkmalıyız buradan himmet tayyaresiyle. Ziya, nesîm orada; nur u cemal orada. İşte buradadır Uhud-u Tevhid, o cebel-i azizi.
Ya, di sini terdapat Uhud Tauhid; gunung yang dicinta dan mulia.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Di sana juga terdapat gunung Judi Islam; gunung yang paling tinggi; gunung keselamatan dan kedamaian.
İşte şuradadır Cûdi-i İslâmiyet, o cebel-i selâmet. İşte Cebelü’l-Kamer olan Kur’an-ı Ezher, zülâl-i Nil akıyor o muhteşem menbadan. İç o âb-ı lezizi!..
Ini adalah gunung Qamar (Qumr); al-Qur’an yang bersinar. Darinya mengalir air Nil yang segar. Minumlah air segar dan salsabil itu dengan penuh nikmat.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Maha mulia Allah; Pencipta yang paling baik.
فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَح۟سَنُ ال۟خَالِقٖينَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Akhirnya kami ucapkan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
وَ اٰخِرُ دَع۟وٰينَا اَنِ ال۟حَم۟دُ لِلّٰهِ رَبِّ ال۟عَالَمٖينَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai saudaraku, sekarang lemparkan khayalan tersebut dan pergunakan akalmu.Jalan yang pertama dan kedua adalah jalan “Orang-orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.” Keduanya berisi banyak bahaya. Keduanya selalu dalam kondisi musim dingin tanpa ada musim semi. Bahkan barangkali hanya satu dari seratus orang yang melewati jalan itu yang selamat, seperti Plato dan Socrates.
Ey arkadaş! Şimdi hayali baştan çıkar, aklı kafaya geçir. Evvelki iki yolun, mağdub ve dâllîn yolu; hatarları pek çoktur, kıştır daim güz yazı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun jalan ketiga adalah jalan yang lapang dan singkat. Sebab, ia lurus dan istikamah. Orang yang lemah atau yang kuat sama saja, semuanya bisa melewatinya. Jalan yang paling baik dan paling selamat adalah ketika Allah memberimu mati syahid dan kemuliaan jihad.
Yüzde biri kurtulur; Eflatun, Sokrat gibi. Üçüncü yol, sehildir hem karib-i müstakimdir. Zayıf, kavî müsavi. Herkes o yoldan gider. En rahatı budur ki şehit olmak ya gazi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sekarang kita berada di ambang hasil. Kelicikan meniti dua jalan pertama.Sementara petunjuk al-Qur’an; jalan yang lurus, adalah jalan ketiga. Itulah yang mengantar kita ke sana.
İşte neticeye gireriz. Evet, deha-yı fennî: Evvelki iki yoldur ona meslek ve mezhep. Fakat hüda-yı Kur’anî: Üçüncü yoldur, onun sırat-ı müstakimi îsal eder o bizi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya Allah, tunjukkan kami ke jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang kau beri nikmat.
اَللّٰهُمَّ اِه۟دِنَا الصِّرَاطَ ال۟مُس۟تَقٖيمَ صِرَاطَ الَّذٖينَ اَن۟عَم۟تَ عَلَي۟هِم۟
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bukan jalan orang yang dimurka dan bukan pula jalan orang yang sesat. Amin.
غَي۟رِ ال۟مَغ۟ضُوبِ عَلَي۟هِم۟ وَ لَاالضَّٓالّٖينَ  اٰمٖينَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
***
<nowiki>*</nowiki>  *  *
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
==Seluruh Derita terdapat dalam Kesesatan dan Semua Nikmat terdapat dalam Iman== (Hakikat Agung yang Memakai Busana Khayalan)
== Hakiki bütün elem dalalette, bütün lezzet imandadır ==
'''Hayal libasını giymiş muazzam bir hakikat'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai sahabat yang cerdas, jika engkau ingin melihat perbedaan yang jelas antara “jalan yang lurus”; jalan yang bersinar itu, dengan jalan orang yang Allah murkai dan jalan orang yang sesat;
Ey yoldaş-ı hüşdar! Sırat-ı müstakimin o meslek-i nurani, mağdub ve dâllînin o tarîk-i zulmanî, tam farklarını görmek eğer istersen ey aziz,
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
jalan yang gelap tersebut, marilah ambil ilusimu dan naiki khayalanmu. Kita akan pergi bersama-sama menuju gelapnya ketiadaan; kuburan besar yang penuh orang mati. Dzat Mahakuasa yang Mahaagung telah mengelu- arkan kita dari kegelapan tersebut lewat tangan qudrah-Nya serta menaikkan kita kepada wujud ini.
Gel vehmini ele al, hayal üstüne de bin, şimdi seninle gideriz zulümat-ı ademe. O mezar-ı ekberi, o şehr-i pür-emvatı bir ziyaret ederiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dia menghadirkan kita ke dunia yang kosong dari kenikmatan hakiki.
Bir Kadîr-i Ezelî, kendi dest-i kudretle bu zulümat kıtadan bizi tuttu çıkardı, bu vücuda bindirdi, gönderdi şu dünyaya; şu şehr-i bîlezaiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sekarang kita telah datang ke alam ini; alam wujud, sebuah padang yang luas. Mata kita telah terbuka. Kita melihat enam penjuru arah. Kita luruskan pandangan kita ke depan.
İşte şimdi biz geldik şu âlem-i vücuda, o sahra-yı hēile. Gözümüz de açıldı, şeş cihette biz baktık; evvel istîtafkârane önümüze bakarız.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tiba-tiba sejumlah bencana dan derita hendak menyambar kita laksana musuh. Kitapun menjadi takut kepadanya dan mundur.
Lâkin beliyyeler, elemler önümüzde düşmanlar gibi tehacüm eder. Ondan korktuk, çekindik. Sağa sola, anâsır-ı tabâyia bakarız, ondan meded bekleriz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lalu kita melihat ke sisi kanan dan kiri seraya meminta belas kasih dari sejumlah unsur dan alam. Namun mereka berhati kesat, tidak memiliki kasih sayang. Mereka memperlihatkan giginya menatap kita dengan tatapan jahat.
Lâkin biz görüyoruz ki onların kalpleri kasiyye, merhametsiz. Dişlerini bilerler, hiddetli de bakarlar; ne naz dinler, ne niyaz!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Mereka tidak bisa mendengar seruan dan tidak melunak ketika terus diminta. Maka, kitapun mengangkat penglihatan kita ke atas untuk meminta bantuan dari benda-benda langit.Akan tetapi, kita melihat mereka demikian menakutkan dan sedang memberikan ancaman.
Muztar adamlar gibi meyusane nazarı yukarıya kaldırdık. Hem istimdadkârane ecram-ı ulviyeye bakarız, pek dehşetli tehditkâr da görürüz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pasalnya, mereka laksana bom yang meluncur dengan sangat cepat menembus angkasa tanpa ada benturan.
Güya birer gülle bomba olmuşlar, yuvalardan çıkmışlar. Hem etraf-ı fezada pek süratli geçerler, her nasılsa ki onlar birbirine dokunmaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Andaikan mereka salah jalan dan menyimpang, tentu akan membelah jantung alam, alam nyata. Wal’iyâdzu billah. Bukankah urusannya diserahkan kepada proses kebetulan. Apakah ada kebaikan yang berasal darinya.
Ger birisi yolunu kazara bir şaşırtsa, el-iyazü billah, şu âlem-i şehadet ödü de patlayacak. Tesadüfe bağlıdır, bundan dahi hayır gelmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kitapun mengalihkan perhatian dari arah ini dengan rasa putus asa. Kita berada dalam kondisi sangat bingung. Kita tundukkan kepala kita seraya melihat ke dalam diri guna melihat isinya.
Meyusane nazarı o cihetten çevirdik, elîm hayrete düştük. Başımız da eğildi, sinemizde saklandık, nefsimize bakarız. Mütalaa ederiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Seketika kita men- dengar ribuan teriakan rasa butuh dan rintihan kepapaan. Semuanya bersumber dari diri yang lemah ini. Akhirnya, saat membutuhkan pelipur lara kita malah berada dalam kegalauan. Jadi, arah ini juga tidak memberikan manfaat.
İşte işitiyoruz: Zavallı nefsimizden binlerle hâcetlerin sayhaları geliyor. Binlerle fâkatlerin enînleri çıkıyor. Teselliyi beklerken tevahhuş ediyoruz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lalu kita pergi ke dalam jiwa. Kita mencari sebuah obat. Akan tetapi, sungguh sangat disayangkan, di sana tidak ada obat. Padahal obat harus ada. Sebab ribuan harapan, keinginan, serta ribuan perasaan berbaur membentang ke sisi-sisi alam.
Ondan da hayır gelmedi. Pek ilticakârane vicdanımıza girdik; içine bakıyoruz, bir çareyi bekleriz. Eyvah! Yine bulmayız, biz meded vermeliyiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Semuanya mendatangi kita dalam kondisi ketakutan. Kita lemah tak mampu memberikan pertolongan.
Zira onda görünür binlerle emelleri, galeyanlı arzular, heyecanlı hissiyat, kâinata uzanmış. Her birinden titreriz, hiç yardım edemeyiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Berbagai harapan berbaur dalam diri manusia hingga sisi-sisinya membentang dari alam azali menuju keaba- dian. Bahkan andai ia melumat seluruh dunia, tetap takkan pernah kenyang.
O âmâl sıkışmışlar vücud adem içinde; bir tarafı ezele, bir tarafı ebede uzanıp gidiyorlar. Öyle vüs’atleri var, ger dünyayı yutarsa o vicdan da tok olmaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitulah kemanapun kita mengarah, ujian dan bencana selalu menghadang. Itulah jalan orang yang sesat dan dimurkai. Sebab, pandangan mereka mengarah kepada proses kebetulan dan kesesatan.
İşte bu elîm yolda nereye bir baş vurduk, onda bir bela bulduk. Zira mağdub ve dâllîn yolları böyle olur. Tesadüf ve dalalet, o yolda nazar-endaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kalau kita mengikuti pandangan tersebut, kita akan jatuh ke dalam kondisi yang sama. Kita akan melupakan waktu yang ditentukan oleh Sang Pencipta berikut kebangkitan, awal dan tempat kembali.
O nazarı biz taktık, bu hale böyle düştük. Şimdi dahi halimiz ki mebde ve meâdi hem Sâni’ ve hem haşri muvakkat unutmuşuz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hal itu lebih menyakitkan jiwa ketimbang neraka Jahanam dan lebih membakar. Apa yang kita peroleh dari keenam arah di atas hanyalah kondisi yang tersusun dari ketakutan, keterkejutan, kelemahan, kerisauan, disertai keputusasaan.
Cehennemden beterdir, ondan daha muhriktir, ruhumuzu eziyor. Zira o şeş cihetten ki onlara baş vurduk. Öyle halet almışız.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Itulah yang melukai jiwa. Maka, marilah kita berusaha menolak dan menghadapinya.
Ki yapılmış o halet hem havf ile dehşetten hem acz ile ra’şetten hem kalak ve vahşetten hem yütm ve hem yeisten mürekkeb vicdansûz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pertama-tama kita mulai dengan melihat kemampuan kita.
Şimdi her cihete mukabil bir cepheyi alırız, def’ine çalışırız. '''Evvel''', kudretimize müracaat ederiz, vâ-esefâ görürüz
Sungguh sangat menyedihkan! Ia sangat lemah dan papa.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kemudian kita berusaha memenuhi berbagai kebutuhan diri yang sedang dahaga.
Ki âcize, zaîfe. '''Sâniyen:''' Nefiste olan hâcatın susmasına teveccüh ediyoruz. Vâ-esefâ durmayıp bağırırlar, görürüz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia terus berteriak, namun tidak ada yang mau mendengar dan menolong untuk memenuhi berbagai harapan yang ia minta.
'''Sâlisen:''' İstimdadkârane, bir halâskârı için bağırır, çağırırız, ne kimse işitiyor, ne cevabı veriyor. Biz de zannediyoruz:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kita mengira seluruh yang berada di sekitar kita sebagai musuh. Semuanya asing. Kita tidak merasa bersahabat dan dekat. Tidak ada yang membuat diri menjadi tenang. Tak ada kesenangan dan kenik- matan hakiki.
Her bir şey bize düşman, her bir şey bizden garib. Hiçbir şey kalbimize bir teselli vermiyor; hiç emniyet bahşetmez, hakiki zevki vermez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Setelah itu, setiap kali melihat berbagai benda langit, jiwa ini dipenuhi rasa takut, gelisah dan resah. Akal juga dipenuhi sejumlah ilusi dan keraguan.
'''Râbian:''' Biz ecram-ı ulviyeye baktıkça onlar nazara verir bir havf ile dehşeti. Hem vicdanın müz’ici bir tevahhuş geliyor: Akılsûz, evhamsâz!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai saudaraku, inilah jalan kesesatan. Itulah esensinya. Kita telah melihat gelap kekufuran yang demikian pekat di dalamnya.Sekarang marilah wahai saudaraku kita kembali kepada ketiadaan.
İşte ey birader! Bu dalaletin yolu, mahiyeti şöyledir. Küfürdeki zulmeti, bu yolda tamam gördük. Şimdi de gel kardeşim, o ademe döneriz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lalu kita kembali darinya. Jalan kita saat ini adalah jalan yang lurus (shirath al-mustaqim). Petunjuk kita adalah pertolongan ilahi. Serta pemimpin kita adalah al-Qur’an al-Karim.
Tekrar yine geliriz. Bu kere tarîkımız sırat-ı müstakimdir hem imanın yoludur. Delil ve imamımız, inayet ve Kur’an’dır, şehbaz-ı edvar-pervaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, ketika kita menginginkan Tuhan Yang Maha Pemurah, qudrah-Nya mengeluarkan kita dari ketiadaan sebagai bentuk rahmat dan karunia dari-Nya.
İşte Sultan-ı ezel’in rahmet ve inayeti, vaktâ bizi istedi, kudret bizi çıkardı, lütfen bizi bindirdi kanun-u meşiete: Etvar üstünde perdaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia menaikkan kita kepada hukum kehendak ilahi serta menjalankan kita di atas berbagai fase dan tingkatan. Dia Yang Maha Belas kasih membawa kita dan memberikan kepada kita pakaian wujud.
Şimdi bizi getirdi, şefkat ile giydirdi şu hil’at-ı vücudu, emanet rütbesini bize tevcih eyledi. Nişanı niyaz ve namaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dia memuliakan kita dengan kedudukan amanah yang tandanya berupa salat dan doa. Seluruh tingkatan dan fase menjadi salah satu titik kelemahan dalam perjalanan panjang kita ini. Takdir dan ketentuan telah menuliskan berbagai urusannya di atas dahi kita untuk memberikan kemu- dahan.
Şu edvar ve etvarın, bu uzun yolumuzda birer menzil-i nazdır. Yolumuzda teshilat içindir ki kaderden bir emirname vermiş, sahifede cephemiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Di manapun kita berada sebagai tamu, kita disambut dengan sangat hangat. Kita serahkan apa yang ada pada kita dan sekaligus kita terima aset mereka.
Her nereye geliriz, herhangi taifeye misafir oluyoruz, pek uhuvvetkârane istikbal görüyoruz. Malımızdan veririz, mallarından alırız.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, bisnis mengalir dengan penuh cinta dan kesetaraan. Mereka menjamu dan memberikan berbagai hadiah kepada kita. Begitulah kita berjalan di atas jalan ini sehingga sampai ke pintu dunia. Dari sana kita mendengar berbagai suara.
Ticaret muhabbeti, onlar bizi beslerler, hediyelerle süslerler hem de teşyi ederler. Gele gele işte geldik, dünya kapısındayız, işitiyoruz âvâz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sekarang kita telah mendatangi dan memasukinya. Kaki telah menginjak alam nyata, galeri Tuhan Yang Maha Pemurah, pameran kreasi-Nya, tempat keriuhan manusia. Kita masuk dalam kondisi tidak mengetahui seluruh yang terdapat di sekitar kita.
Bak girdik şu zemine, ayağımızı bastık şehadet âlemine: Şehrâyine-i Rahman, gürültühane-i insan. Hiçbir şey bilmeyiz, delil ve imamımız
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Petunjuk dan pemimpin kita hanya kehendak ilahi. Sementara wakilnya berupa mata kita yang halus.
Meşiet-i Rahman’dır. Vekil-i delilimiz, nâzenin gözlerimiz. Gözlerimizi açtık, dünya içine saldık. Hatırına gelir mi evvelki gelişimiz?
Saat ini mata kita telah terbuka. Kita arahkan ia kepada berbagai penjuru dunia. Ingatkah ia pada saat kita pertama kali datang ke sini?!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Saat kita dulu yatim dan asing di antara musuh yang jumlahnya tak terhitung tanpa ada yang menolong dan melindungi.Adapun sekarang cahaya iman menjadi titik sandaran kita. Ia adalah pilar yang kokoh dalam menghadapi musuh.
Garib, yetim olmuştuk; düşmanlarımız çoktu, bilmezdik hâmimizi. Şimdi nur-u iman ile o düşmanlara karşı bir rükn-ü metînimiz
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, iman kepada Allah merupakan cahaya kehidupan, sinar jiwa, dan ruh arwah kita. Kalbu ini demikian percaya kepada Allah tanpa peduli kepada musuh. Bahkan kita tidak memosisikannya sebagai musuh.
İstinadî noktamız hem himayetkârımız def’eder düşmanları. O iman-ı billahtır ki ziya-yı ruhumuz hem nur-u hayatımız hem de ruh-u ruhumuz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada jalan pertama, kita masuk ke dalam jiwa dan perasaan. Kita mendengar ribuan teriakan dan permintaan tolong. Maka, kita merasa takut dengan ujian yang menimpa. Pasalnya, berbagai harapan, keinginan, perasaan dan potensi mengharapkan keabadian.
İşte kalbimiz rahat, düşmanları aldırmaz, belki düşman tanımaz. Evvelki yolumuzda, vaktâ vicdana girdik; işittik ondan binlerle feryad u fîzar ve âvâz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kita tidak tahu bagaimana cara memenuhinya. Kebodohan berasal dari kita, sementara teriakan bersumber dari mereka.
Ondan belaya düştük. Zira âmâl, arzular, istidat ve hissiyat; daim ebedi ister. Onun yolunu bilmezdik, bizden yol bilmemezlik, onda fîzar ve niyaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Namun sekarang alhamdulillah, kita telah menemukan titik sandaran yang menghidupkan harapan dan potensi. Ia mengarahkannya ke jalan keabadian.
Fakat elhamdülillah, şimdi gelişimizde bulduk nokta-i istimdad, ki daim hayat verir o istidat, âmâle; tâ ebedü’l-âbâda onları eder pervaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Darinya semua potensi dan harapan meminum air kehidupan. Masing-masing berupaya menyempurnakan diri.
Onlara yol gösterir, o noktadan istidat hem istimdad ediyor hem âb-ı hayatı içer hem kemaline koşuyor; o nokta-i istimdad, o şevk-engiz remz ü naz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Titik yang dirindukan itu (titik sandaran) adalah poros iman kedua. Yaitu iman kepada kebangkitan. Kebahagiaan yang kekal merupakan mutiara darinya. Petunjuk iman berupa al-Qur’an dan jiwa sebagai rahasia insani.
İkinci kutb-u iman ki tasdik-i haşirdir. Saadet-i ebedî, o sadefin cevheri. İman bürhanı, Kur’an. Vicdan-ı insanî bir râz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai saudaraku, angkat kepalamu! Arahkan pandangan ke alam. Ajaklah mereka berbicara. Sebelumnya di jalan pertama ia tampak liar dan meresahkan. Namun sekarang ia tersenyum dan menebarkan kegembiraan.
Şimdi başını kaldır, şu kâinata bir bak, onun ile bir konuş. Evvelki yolumuzda pek müthiş görünürdü. Şimdi de mütebessim her tarafa gülüyor, nâzenînane niyaz ve âvâz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bukankah mata kita seperti lebah yang terbang menuju seluruh sisi di kebun alam ini. Seluruh bunga di semua tempat mulai mekar seraya menghembuskan aroma semerbak. Di setiap sisi terdapat pelipur lara. Semuanya berisi cinta.
Görmez misin gözümüz arı-misal olmuştur, her tarafa uçuyor. Kâinat bostanıdır, her tarafta çiçekler, her çiçek de veriyor ona bir âb-ı leziz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia menyerap semua persembahan yang baik dan meneteskan bukti kesaksian; madu di atas madu. Setiap kali penglihatan kita menatap gerakan bintang dan matahari, ia menisbatkannya kepada tangan hikmah Sang Khalik.
Hem ünsiyet, teselli, tahabbübü veriyor. O da alır, getirir; şehd-i şehadet yapar. Balda bir bal akıtır, o esrarengiz şehbaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Maka, ia memberikan pelajaran dan wujud rahmat sehingga seolah-olah matahari berbicara kepada kita dengan berkata:
Harekât-ı ecrama ya nücum ya şümusa nazarımız kondukça ellerine verirler Hâlık’ın hikmetini. Hem mâye-i ibreti hem cilve-i rahmeti alır ediyor pervaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Wahai saudara-saudaraku, jangan takut dan risau denganku. Selamat datang kuucapkan kepada kalian. Kalian adalah bagian dari keluarga. Kalian pemilik rumah ini. Aku hanya diperintah untuk menerangi kalian.
Güya şu güneş bizlerle konuşuyor, der: “Ey kardeşlerimiz! Tevahhuşla sıkılmayınız, ehlen sehlen merhaba, hoş teşrif ettiniz. Menzil sizin, ben bir mumdar-ı şehnaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sama dengan kalian, aku juga merupakan pelayan taat yang ditugaskan oleh Dzat Yang Mahaesa dan Kekal untuk menerangi kalian lewat rahmat dan karunia-Nya. Aku harus memberikan cahaya dan kehangatan, sementara kalian harus berdoa dan melaksanakan salat.
Ben de sizin gibiyim fakat safi, isyansız, mutî bir hizmetkârım. O Zat-ı Ehad-i Samed ki mahz-ı rahmetiyle hizmetinize beni musahhar-ı pür-nur etmiş. Benden hararet, ziya; sizden namaz ve niyaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai fulan, tidakkah engkau melihat bulan, bintang, dan lautan. Dengan lisan khususnya, semuanya memberikan sambutan seraya berkata, ‘Marilah, selamat datang bagi kalian.’”
Yahu, bakın kamere! Yıldızlarla denizler her biri de kendine mahsus birer lisanla: “Ehlen sehlen merhaba!” derler. “Hoş geldiniz, bizi tanımaz mısınız?”
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai saudaraku, lihatlah dengan perspektif tolong-menolong. Perhatikan lewat seluruh bentuk keteraturan. Semuanya berkata, “Kami juga pelayan yang mendapat tugas. Kami adalah cermin rahmat Tuhan. Kami tidak pernah bosan dalam bekerja. Karena itu, jangan merasa tidak nyaman dengan kami!
Sırr-ı teavünle bak, remz-i nizamla dinle. Her birisi söylüyor: “Biz de birer hizmetkâr, rahmet-i Zülcelal’in birer âyinedarıyız; hiç de üzülmeyiniz, bizden sıkılmayınız.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jangan kalian takut dengan suara gempa dan berbagai peristiwa. Semuanya adalah alunan zikir, tasbih dan tahlil doa.
Zelzele na’raları, hâdisat sayhaları sizi hiç korkutmasın, vesvese de vermesin. Zira onlar içinde bir zemzeme-i ezkâr, bir demdeme-i tesbih, velvele-i naz u niyaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, Dzat yang mengirim kalian ke sini adalah Dzat Maha Agung dan indah yang menggenggam kendali mereka. Mata iman membaca tanda-tanda rahmat Tuhan pada wajahnya.
Sizi bize gönderen o Zat-ı Zülcelal, ellerinde tutmuştur bunların dizginlerini. İman gözü okuyor yüzlerinde âyet-i rahmet, her biri birer âvâz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai mukmin, wahai pemilik kalbu yang terjaga! Biarkan mata kita istirahat. Sebagai gantinya kita serahkan telinga kita untuk beriman. Dari dunia kita dengarkan sejumlah irama yang memikat.
Ey mü’min-i kalbi hüşyar! Şimdi gözlerimiz bir parça dinlensinler, onların bedeline hassas kulağımızı imanın mübarek eline teslim ederiz, dünyaya göndeririz. Dinlesin leziz bir saz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sejumlah suara yang terus meninggi di jalan kita sebelumnya di mana kita mengiranya sebagai suara ratapan umum dan berita kematian, ternyata di jalan ini merupakan zikir, tasbih, tahmid dan syukur.
Evvelki yolumuzda bir matem-i umumî hem vaveylâ-yı mevtî zannolunan o sesler, şimdi yolumuzda birer nevaz u namaz, birer âvâz u niyaz, birer tesbihe âğâz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Deru angin, suara petir, dan desir ombak adalah tasbih yang mulia. Sementara gemuruh hujan dan kicau burung merupakan tahlil rahmat Tuhan.
Dinle, havadaki demdeme, kuşlardaki civcive, yağmurdaki zemzeme, denizdeki gamgama, ra’dlardaki rakraka, taşlardaki tıktıka birer manidar nevaz…
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Semuanya adalah kiasan yang mengarah kepada sebuah hakikat. Ya, bunyi segala sesuatu merupakan gema wujudnya. Ia hendak berkata, “Aku ini ada.
Terennümat-ı hava, naarat-ı ra’diye, nağamat-ı emvac, birer zikr-i azamet. Yağmurun hezecatı, kuşların seceatı birer tesbih-i rahmet, hakikate bir mecaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitulah semua entitas bersama-sama berujar, “Wahai manusia yang lalai, jangan menganggap kami sebagai benda tak bernyawa.
Eşyada olan asvat, birer savt-ı vücuddur: Ben de varım derler. O kâinat-ı sâkit, birden söze başlıyor: “Bizi camid zannetme, ey insan-ı boşboğaz!”
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Burung berkicau dalam merasakan nikmat atau turunnya rahmat. Burung mencicit dengan suara yang memikat lewat mulut yang kecil untuk menyambut turunnya rahmat yang dipersembahkan. Ya, nikmat turun kepadanya dan rasa syukur menjaganya.
Tuyûrları söylettirir ya bir lezzet-i nimet ya bir nüzul-ü rahmet. Ayrı ayrı seslerle, küçük âğâzlarıyla rahmeti alkışlarlar, nimet üstünde iner, şükür ile eder pervaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Secara simbolis ia berkata, “Wahai entitas, wahai saudara-saudaraku, betapa kondisi kita sangat menyenangkan. Kita ditumbuhkan dalam suasana penuh kasih sayang. Kami rela dengan kondisi yang kami rasakan.” Begitulah ia mendendangkan nyanyiannya dengan paruhnya yang halus sehingga mengubah seluruh entitas menjadi sebuah musik yang indah.
Remzen onlar derler: “Ey kâinat kardeşler! Ne güzeldir halimiz, şefkatle perverdeyiz, halimizden memnunuz.” Sivri dimdikleriyle fezaya saçıyorlar birer âvâz-ı pür-naz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Cahaya iman itulah yang mendengar gema zikir dan alunan tasbih di mana ia tidak terjadi secara kebetulan dan begitu saja.
Güya bütün kâinat ulvi bir musikîdir, iman nuru işitir ezkâr ve tesbihleri. Zira hikmet reddeder tesadüf vücudunu, nizam ise tard eder ittifak-ı evhamsâz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai teman, kita sekarang meninggalkan alam imajiner ini. Kita berada di depan gerbang akal dan masuk ke wilayahnya untuk mengukur semua urusan dengan timbangannya agar bisa membedakan berbagai jalan yang beragam tadi.
Ey yoldaş! Şimdi şu âlem-i misalîden çıkarız, hayalî vehimden ineriz, akıl meydanında dururuz, mizana çekeriz, ederiz yolları ber-endaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jalan kita yang pertama adalah jalan orang yang dimurkai dan orang yang sesat. Ia benar-benar membuat jiwa terasa pedih dan tersiksa. Rasa pedih itu memenuhi semua sisi.
Evvelki elîm yolumuz mağdub ve dâllîn yolu, o yol verir vicdana, tâ en derin yerine hem bir hiss-i elîmi hem bir şedit elemi. Şuur onu gösterir. Şuura zıt olmuşuz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Maka, kitapun menipu diri agar bisa selamat dari kondisi tersebut. Kita berusaha membuatnya tenang, tidur dan lupa. Jika tidak, kita tidak mampu menghadapi berbagai teriakan dan ratapan yang tanpa henti.
Hem kurtulmak için de muztar ve hem muhtacız; ya o teskin edilsin ya ihsas da olmasın; yoksa dayanamayız, feryad u fîzar dinlenmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hawa nafsu menumpulkan perasaan dan syahwat menghendaki permainan guna menipu jiwa dan membuatnya terlupa sehingga tidak merasa sakit.
Hüda ise şifadır; heva, iptal-i histir. Bu da teselli ister, bu da tegafül ister, bu da meşgale ister, bu da eğlence ister. Hevesat-ı sihirbaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebab perasaan tersebut membakar jiwa sehingga nyaris tak mampu berteriak akibat pedihnya derita. Pedihnya keputusasaan memang sangat sulit diatasi.
Tâ vicdanı aldatsın, ruhu tenvim edilsin, tâ elem hissolmasın. Yoksa o elem-i elîm, vicdanı ihrak eder; fîzara dayanılmaz, elem-i yeis çekilmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pasalnya, setiap kali jiwa dan perasaan ini jauh dari jalan yang lurus, kondisinya bertambah parah. Bahkan setiap kenikmatan meninggalkan jejak kepedihan.
Demek, sırat-ı müstakimden ne kadar uzak düşse o derece nisbeten şu halet tesir eder, vicdanı bağırttırır. Her lezzetin içinde elemi var, birer iz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Gemerlap peradaban yang bercampur dengan syahwat dan hawa nafsu sama sekali tidak berguna. Ia hanyalah balsam yang rusak dan racun yang menghipnotis kesusahan di mana ia melahirkan kesesatan.
Demek heves, heva, eğlence, sefahetten memzuç olan şaşaa-i medeni, bu dalaletten gelen şu müthiş sıkıntıya bir yalancı merhem, uyutucu zehirbaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena itu, wahai sahabat, kita telah merasa lapang di jalan kedua yang bercahaya ini. Ia merupakan sumber kenikmatan dan kehidupan. Bahkan di dalamnya seluruh derita berubah menjadi nikmat. Begitulah yang kita ketahui.
Ey aziz arkadaşım! İkinci yolumuzda, o nurani tarîkte bir haleti hissettik; o haletle oluyor hayat, maden-i lezzet. Âlâm, olur lezaiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia memberikan ketenangan ke dalam ruh—sesuai dengan kadar kekuatan iman. Tubuh juga merasa nikmat dengan kenikmatan yang dirasakan oleh ruh. Sementara ruh sendiri merasa nyaman dengan kenikmatan yang didapat oleh jiwa dan perasaan.
Onunla bunu bildik ki mütefavit derecede, kuvvet-i iman nisbetinde ruha bir halet verir. Ceset ruhla mültezdir, ruh vicdanla mütelezziz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dalam jiwa terdapat kebahagiaan yang segera. Ia merupakan surga firdaus maknawi yang bercampur dalam relung kalbu. Proses tafakkur meneteskannya kepada manusia. Sementara perasaan adalah sesuatu yang memperlihatkannya.
Bir saadet-i âcile, vicdanda mündericdir; bir firdevs-i manevî, kalbinde mündemicdir. Düşünmekse deşmektir, şuur ise şiar-ı râz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sekarang kita mengetahui bahwa nikmat semakin bertambah, neraka kehidupan berubah menjadi cahaya, serta musim dinginnya berubah menjadi musim panas sesuai dengan kadar keterjagaan kalbu, gerakan kesadaran jiwa, dan perasaan ruh.
Şimdi ne kadar kalp ikaz edilirse, vicdan tahrik edilse, ruha ihsas verilse lezzet ziyade olur hem de döner ateşi nur, şitası yaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitulah, pintu-pintu surga terbuka lebar dalam jiwa, dan dunia pun berubah menjadi surga yang luas yang menjadi tempat ruh bertamasya. Bahkan ia terbang mengalahkan burung dengan sayap salat dan doa.
Vicdanda firdevslerin kapıları açılır, dünya olur bir cennet. İçinde ruhlarımız, eder pervaz u perdaz, olur şehbaz u şehnaz, yelpez namaz u niyaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kutitipkan dirimu kepada Allah wahai sahabat. Marilah kita saling mendoakan. Sekarang kita berpisah dan sampai berjumpa lagi.
Ey aziz yoldaşım! Şimdi Allah’a ısmarladık. Gel, beraber bir dua ederiz, sonra da buluşmak üzere ayrılırız…
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya Allah, tunjukkan kami jalan yang lurus.
اَللّٰهُمَّ اِه۟دِنَا الصِّرَاطَ ال۟مُس۟تَقٖيمَ  اٰمٖينَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
==Jawaban yang Ditujukan kepada Gereja Anglikan==
== Anglikan Kilisesine Cevap ==
Suatu hari seorang pastur yang memendam kedengkian, sang politikus penipu, dan musuh utama Islam bertanya tentang empat hal.
Bir zaman bîaman İslâm’ın düşmanı, siyasî bir dessas, yüksekte kendini göstermek isteyen vesvas bir papaz, desise niyetiyle hem inkâr suretinde
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia meminta jawaban tentangnya dalam enam ratus kata.
Hem de boğazımızı pençesiyle sıktığı bir zaman-ı elîmde pek şematetkârane bir istifham ile dört şey sordu bizden.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia bertanya untuk memunculkan keraguan dengan sikap sombong dan angkuh. Serta dalam kondisi sulit di mana negaranya mengekang kita.
Altı yüz kelime istedi. Şematetine karşı yüzüne “Tuh!” demek, desisesine karşı küsmekle sükût etmek, inkârına karşı da
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena itu, jawaban yang selayaknya diberikan adalah, “Semoga engkau celaka!” disertai sikap diam kepadanya karena marah atas makarnya di samping perlu memberikan jawaban mematikan yang laksana palu baginya dalam menghadapi pengingkarannya. Aku tidak memosisikannya sebagai lawan bicaraku. Namun jawaban-jawaban kami ha- nya diberikan kepada orang yang mau mendengar dan mencari kebenaran, yaitu sebagai berikut:
Tokmak gibi bir cevab-ı müskit vermek lâzımdı. Onu muhatap etmem. Bir hakperest adama böyle cevabımız var. O dedi '''birincide:'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada pertanyaan pertama ia berkata, “Apa agama Muhammad?” Kukatakan, “Ia adalah al-Qur’an al-Karim. Tujuan utamanya adalah mengokohkan enam rukun iman dan menanamkan lima rukun Islam.”
“Muhammed aleyhissalâtü vesselâm dini nedir?” Dedim: “İşte Kur’an’dır. Erkân-ı sitte-i iman, erkân-ı hamse-i İslâm, esas maksad-ı Kur’an.” Der '''ikincisinde:'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada pertanyaan kedua ia berkata, “Apa yang beliau persembahkan untuk pemikiran dan kehidupan?” “Beliau mempersembahkan tauhid untuk pemikiran dan sikap yang lurus (istikamah) dalam kehidupan.
“Fikir ve hayata ne vermiş?” Dedim: “Fikre tevhid, hayata istikamet. Buna dair şahidim:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dalilnya adalah firman Allah, “Katakanlah, ‘Dia Allah Yang Mahaesa.’” (QS. al-Ikhlas [112]: 1) dan “Istikamahlah sebagaimana yang diperintahkan padamu!” (QS. Hud [11]: 112).
فَاس۟تَقِم۟ كَمَٓا اُمِر۟تَ  قُل۟ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada pertanyaan ketiga ia berkata, “Bagaimana beliau bisa menangani berbagai konflik yang terjadi saat ini?” “Dengan mengharamkan riba dan mewajibkan zakat.” Dalilnya adalah firman Allah,
Der '''üçüncüsünde:''' “Mezahim-i hazıra nasıl tedavi eder?” Derim: “Hurmet-i riba hem vücub-u zekâtla. Buna dair şahidim:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. al-Baqarah [2]: 275)
يَم۟حَقُ اللّٰهُ الرِّبٰوا   da.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Allah memusnahkan riba.” (QS. al-Baqarah [2]: 276). “Tegakkan salat dan tunaikan zakat.” (QS. al-Baqarah [2]: 43).
وَاَحَلَّ اللّٰهُ ال۟بَي۟عَ وَحَرَّمَ الرِّبٰوا  وَاَقٖيمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada pertanyaan keempat ia berkata,
Der '''dördüncüsünde:'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Bagaimana beliau melihat berbagai ketimpangan yang terjadi pada umat manusia?” “Bekerja adalah landasan utamanya. Serta upaya agar aset kekayaan manusia tidak terkumpul pada orang-orang zalim.
“İhtilal-i beşere ne nazarla bakıyor?” Derim: “Sa’y, asıl esastır. Servet-i insaniye, zalimlerde toplanmaz, saklanmaz ellerinde.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dalilnya,
Buna dair şahidim:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Manusia mendapatkan apa yang ia usahakan.” (QS. an-Najm [53]: 39),
لَي۟سَ لِل۟اِن۟سَانِ اِلَّا مَا سَعٰى  وَالَّذٖينَ يَك۟نِزُونَ الذَّهَبَ وَال۟فِضَّةَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak mau menginfakkannya di jalan Allah, berikanlah kepada mereka kabar buruk berupa siksa yang pedih.” (QS. at-Taubah [9]: 34).
وَلَا يُن۟فِقُونَهَا فٖى سَبٖيلِ اللّٰهِ فَبَشِّر۟هُم۟ بِعَذَابٍ اَلٖيمٍ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
2.074. satır: 1.855. satır:




<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
------
------
<center> [[Otuz Üçüncü Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[Konferans]] </center>
<center> [[Otuz Üçüncü Söz/id|KALIMAT KETIGA PULUH TIGA]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[Konferans/id|MATERI SEMINAR]] </center>
------
------
</div>