İçeriğe atla

Lemaat/id: Revizyonlar arasındaki fark

1.570 bayt kaldırıldı ,  11 Aralık
"Ia bertanya untuk memunculkan keraguan dengan sikap sombong dan angkuh. Serta dalam kondisi sulit di mana negaranya mengekang kita." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Di manapun kita berada sebagai tamu, kita disambut dengan sangat hangat. Kita serahkan apa yang ada pada kita dan sekaligus kita terima aset mereka." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Ia bertanya untuk memunculkan keraguan dengan sikap sombong dan angkuh. Serta dalam kondisi sulit di mana negaranya mengekang kita." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
 
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 24 değişikliği gösterilmiyor)
1.738. satır: 1.738. satır:
Sekarang kita telah mendatangi dan memasukinya. Kaki telah menginjak alam nyata, galeri Tuhan Yang Maha Pemurah, pameran kreasi-Nya, tempat keriuhan manusia. Kita masuk dalam kondisi tidak mengetahui seluruh yang terdapat di sekitar kita.
Sekarang kita telah mendatangi dan memasukinya. Kaki telah menginjak alam nyata, galeri Tuhan Yang Maha Pemurah, pameran kreasi-Nya, tempat keriuhan manusia. Kita masuk dalam kondisi tidak mengetahui seluruh yang terdapat di sekitar kita.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Petunjuk dan pemimpin kita hanya kehendak ilahi. Sementara wakilnya berupa mata kita yang halus.
Meşiet-i Rahman’dır. Vekil-i delilimiz, nâzenin gözlerimiz. Gözlerimizi açtık, dünya içine saldık. Hatırına gelir mi evvelki gelişimiz?
Saat ini mata kita telah terbuka. Kita arahkan ia kepada berbagai penjuru dunia. Ingatkah ia pada saat kita pertama kali datang ke sini?!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Saat kita dulu yatim dan asing di antara musuh yang jumlahnya tak terhitung tanpa ada yang menolong dan melindungi.Adapun sekarang cahaya iman menjadi titik sandaran kita. Ia adalah pilar yang kokoh dalam menghadapi musuh.
Garib, yetim olmuştuk; düşmanlarımız çoktu, bilmezdik hâmimizi. Şimdi nur-u iman ile o düşmanlara karşı bir rükn-ü metînimiz
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, iman kepada Allah merupakan cahaya kehidupan, sinar jiwa, dan ruh arwah kita. Kalbu ini demikian percaya kepada Allah tanpa peduli kepada musuh. Bahkan kita tidak memosisikannya sebagai musuh.
İstinadî noktamız hem himayetkârımız def’eder düşmanları. O iman-ı billahtır ki ziya-yı ruhumuz hem nur-u hayatımız hem de ruh-u ruhumuz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada jalan pertama, kita masuk ke dalam jiwa dan perasaan. Kita mendengar ribuan teriakan dan permintaan tolong. Maka, kita merasa takut dengan ujian yang menimpa. Pasalnya, berbagai harapan, keinginan, perasaan dan potensi mengharapkan keabadian.
İşte kalbimiz rahat, düşmanları aldırmaz, belki düşman tanımaz. Evvelki yolumuzda, vaktâ vicdana girdik; işittik ondan binlerle feryad u fîzar ve âvâz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kita tidak tahu bagaimana cara memenuhinya. Kebodohan berasal dari kita, sementara teriakan bersumber dari mereka.
Ondan belaya düştük. Zira âmâl, arzular, istidat ve hissiyat; daim ebedi ister. Onun yolunu bilmezdik, bizden yol bilmemezlik, onda fîzar ve niyaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Namun sekarang alhamdulillah, kita telah menemukan titik sandaran yang menghidupkan harapan dan potensi. Ia mengarahkannya ke jalan keabadian.
Fakat elhamdülillah, şimdi gelişimizde bulduk nokta-i istimdad, ki daim hayat verir o istidat, âmâle; tâ ebedü’l-âbâda onları eder pervaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Darinya semua potensi dan harapan meminum air kehidupan. Masing-masing berupaya menyempurnakan diri.
Onlara yol gösterir, o noktadan istidat hem istimdad ediyor hem âb-ı hayatı içer hem kemaline koşuyor; o nokta-i istimdad, o şevk-engiz remz ü naz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Titik yang dirindukan itu (titik sandaran) adalah poros iman kedua. Yaitu iman kepada kebangkitan. Kebahagiaan yang kekal merupakan mutiara darinya. Petunjuk iman berupa al-Qur’an dan jiwa sebagai rahasia insani.
İkinci kutb-u iman ki tasdik-i haşirdir. Saadet-i ebedî, o sadefin cevheri. İman bürhanı, Kur’an. Vicdan-ı insanî bir râz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai saudaraku, angkat kepalamu! Arahkan pandangan ke alam. Ajaklah mereka berbicara. Sebelumnya di jalan pertama ia tampak liar dan meresahkan. Namun sekarang ia tersenyum dan menebarkan kegembiraan.
Şimdi başını kaldır, şu kâinata bir bak, onun ile bir konuş. Evvelki yolumuzda pek müthiş görünürdü. Şimdi de mütebessim her tarafa gülüyor, nâzenînane niyaz ve âvâz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bukankah mata kita seperti lebah yang terbang menuju seluruh sisi di kebun alam ini. Seluruh bunga di semua tempat mulai mekar seraya menghembuskan aroma semerbak. Di setiap sisi terdapat pelipur lara. Semuanya berisi cinta.
Görmez misin gözümüz arı-misal olmuştur, her tarafa uçuyor. Kâinat bostanıdır, her tarafta çiçekler, her çiçek de veriyor ona bir âb-ı leziz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia menyerap semua persembahan yang baik dan meneteskan bukti kesaksian; madu di atas madu. Setiap kali penglihatan kita menatap gerakan bintang dan matahari, ia menisbatkannya kepada tangan hikmah Sang Khalik.
Hem ünsiyet, teselli, tahabbübü veriyor. O da alır, getirir; şehd-i şehadet yapar. Balda bir bal akıtır, o esrarengiz şehbaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Maka, ia memberikan pelajaran dan wujud rahmat sehingga seolah-olah matahari berbicara kepada kita dengan berkata:
Harekât-ı ecrama ya nücum ya şümusa nazarımız kondukça ellerine verirler Hâlık’ın hikmetini. Hem mâye-i ibreti hem cilve-i rahmeti alır ediyor pervaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Wahai saudara-saudaraku, jangan takut dan risau denganku. Selamat datang kuucapkan kepada kalian. Kalian adalah bagian dari keluarga. Kalian pemilik rumah ini. Aku hanya diperintah untuk menerangi kalian.
Güya şu güneş bizlerle konuşuyor, der: “Ey kardeşlerimiz! Tevahhuşla sıkılmayınız, ehlen sehlen merhaba, hoş teşrif ettiniz. Menzil sizin, ben bir mumdar-ı şehnaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sama dengan kalian, aku juga merupakan pelayan taat yang ditugaskan oleh Dzat Yang Mahaesa dan Kekal untuk menerangi kalian lewat rahmat dan karunia-Nya. Aku harus memberikan cahaya dan kehangatan, sementara kalian harus berdoa dan melaksanakan salat.
Ben de sizin gibiyim fakat safi, isyansız, mutî bir hizmetkârım. O Zat-ı Ehad-i Samed ki mahz-ı rahmetiyle hizmetinize beni musahhar-ı pür-nur etmiş. Benden hararet, ziya; sizden namaz ve niyaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai fulan, tidakkah engkau melihat bulan, bintang, dan lautan. Dengan lisan khususnya, semuanya memberikan sambutan seraya berkata, ‘Marilah, selamat datang bagi kalian.’”
Yahu, bakın kamere! Yıldızlarla denizler her biri de kendine mahsus birer lisanla: “Ehlen sehlen merhaba!” derler. “Hoş geldiniz, bizi tanımaz mısınız?”
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai saudaraku, lihatlah dengan perspektif tolong-menolong. Perhatikan lewat seluruh bentuk keteraturan. Semuanya berkata, “Kami juga pelayan yang mendapat tugas. Kami adalah cermin rahmat Tuhan. Kami tidak pernah bosan dalam bekerja. Karena itu, jangan merasa tidak nyaman dengan kami!
Sırr-ı teavünle bak, remz-i nizamla dinle. Her birisi söylüyor: “Biz de birer hizmetkâr, rahmet-i Zülcelal’in birer âyinedarıyız; hiç de üzülmeyiniz, bizden sıkılmayınız.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jangan kalian takut dengan suara gempa dan berbagai peristiwa. Semuanya adalah alunan zikir, tasbih dan tahlil doa.
Zelzele na’raları, hâdisat sayhaları sizi hiç korkutmasın, vesvese de vermesin. Zira onlar içinde bir zemzeme-i ezkâr, bir demdeme-i tesbih, velvele-i naz u niyaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, Dzat yang mengirim kalian ke sini adalah Dzat Maha Agung dan indah yang menggenggam kendali mereka. Mata iman membaca tanda-tanda rahmat Tuhan pada wajahnya.
Sizi bize gönderen o Zat-ı Zülcelal, ellerinde tutmuştur bunların dizginlerini. İman gözü okuyor yüzlerinde âyet-i rahmet, her biri birer âvâz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai mukmin, wahai pemilik kalbu yang terjaga! Biarkan mata kita istirahat. Sebagai gantinya kita serahkan telinga kita untuk beriman. Dari dunia kita dengarkan sejumlah irama yang memikat.
Ey mü’min-i kalbi hüşyar! Şimdi gözlerimiz bir parça dinlensinler, onların bedeline hassas kulağımızı imanın mübarek eline teslim ederiz, dünyaya göndeririz. Dinlesin leziz bir saz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sejumlah suara yang terus meninggi di jalan kita sebelumnya di mana kita mengiranya sebagai suara ratapan umum dan berita kematian, ternyata di jalan ini merupakan zikir, tasbih, tahmid dan syukur.
Evvelki yolumuzda bir matem-i umumî hem vaveylâ-yı mevtî zannolunan o sesler, şimdi yolumuzda birer nevaz u namaz, birer âvâz u niyaz, birer tesbihe âğâz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Deru angin, suara petir, dan desir ombak adalah tasbih yang mulia. Sementara gemuruh hujan dan kicau burung merupakan tahlil rahmat Tuhan.
Dinle, havadaki demdeme, kuşlardaki civcive, yağmurdaki zemzeme, denizdeki gamgama, ra’dlardaki rakraka, taşlardaki tıktıka birer manidar nevaz…
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Semuanya adalah kiasan yang mengarah kepada sebuah hakikat. Ya, bunyi segala sesuatu merupakan gema wujudnya. Ia hendak berkata, “Aku ini ada.
Terennümat-ı hava, naarat-ı ra’diye, nağamat-ı emvac, birer zikr-i azamet. Yağmurun hezecatı, kuşların seceatı birer tesbih-i rahmet, hakikate bir mecaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitulah semua entitas bersama-sama berujar, “Wahai manusia yang lalai, jangan menganggap kami sebagai benda tak bernyawa.
Eşyada olan asvat, birer savt-ı vücuddur: Ben de varım derler. O kâinat-ı sâkit, birden söze başlıyor: “Bizi camid zannetme, ey insan-ı boşboğaz!”
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Burung berkicau dalam merasakan nikmat atau turunnya rahmat. Burung mencicit dengan suara yang memikat lewat mulut yang kecil untuk menyambut turunnya rahmat yang dipersembahkan. Ya, nikmat turun kepadanya dan rasa syukur menjaganya.
Tuyûrları söylettirir ya bir lezzet-i nimet ya bir nüzul-ü rahmet. Ayrı ayrı seslerle, küçük âğâzlarıyla rahmeti alkışlarlar, nimet üstünde iner, şükür ile eder pervaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Secara simbolis ia berkata, “Wahai entitas, wahai saudara-saudaraku, betapa kondisi kita sangat menyenangkan. Kita ditumbuhkan dalam suasana penuh kasih sayang. Kami rela dengan kondisi yang kami rasakan.” Begitulah ia mendendangkan nyanyiannya dengan paruhnya yang halus sehingga mengubah seluruh entitas menjadi sebuah musik yang indah.
Remzen onlar derler: “Ey kâinat kardeşler! Ne güzeldir halimiz, şefkatle perverdeyiz, halimizden memnunuz.” Sivri dimdikleriyle fezaya saçıyorlar birer âvâz-ı pür-naz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Cahaya iman itulah yang mendengar gema zikir dan alunan tasbih di mana ia tidak terjadi secara kebetulan dan begitu saja.
Güya bütün kâinat ulvi bir musikîdir, iman nuru işitir ezkâr ve tesbihleri. Zira hikmet reddeder tesadüf vücudunu, nizam ise tard eder ittifak-ı evhamsâz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai teman, kita sekarang meninggalkan alam imajiner ini. Kita berada di depan gerbang akal dan masuk ke wilayahnya untuk mengukur semua urusan dengan timbangannya agar bisa membedakan berbagai jalan yang beragam tadi.
Ey yoldaş! Şimdi şu âlem-i misalîden çıkarız, hayalî vehimden ineriz, akıl meydanında dururuz, mizana çekeriz, ederiz yolları ber-endaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jalan kita yang pertama adalah jalan orang yang dimurkai dan orang yang sesat. Ia benar-benar membuat jiwa terasa pedih dan tersiksa. Rasa pedih itu memenuhi semua sisi.
Evvelki elîm yolumuz mağdub ve dâllîn yolu, o yol verir vicdana, tâ en derin yerine hem bir hiss-i elîmi hem bir şedit elemi. Şuur onu gösterir. Şuura zıt olmuşuz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Maka, kitapun menipu diri agar bisa selamat dari kondisi tersebut. Kita berusaha membuatnya tenang, tidur dan lupa. Jika tidak, kita tidak mampu menghadapi berbagai teriakan dan ratapan yang tanpa henti.
Hem kurtulmak için de muztar ve hem muhtacız; ya o teskin edilsin ya ihsas da olmasın; yoksa dayanamayız, feryad u fîzar dinlenmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hawa nafsu menumpulkan perasaan dan syahwat menghendaki permainan guna menipu jiwa dan membuatnya terlupa sehingga tidak merasa sakit.
Hüda ise şifadır; heva, iptal-i histir. Bu da teselli ister, bu da tegafül ister, bu da meşgale ister, bu da eğlence ister. Hevesat-ı sihirbaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebab perasaan tersebut membakar jiwa sehingga nyaris tak mampu berteriak akibat pedihnya derita. Pedihnya keputusasaan memang sangat sulit diatasi.
Tâ vicdanı aldatsın, ruhu tenvim edilsin, tâ elem hissolmasın. Yoksa o elem-i elîm, vicdanı ihrak eder; fîzara dayanılmaz, elem-i yeis çekilmez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pasalnya, setiap kali jiwa dan perasaan ini jauh dari jalan yang lurus, kondisinya bertambah parah. Bahkan setiap kenikmatan meninggalkan jejak kepedihan.
Demek, sırat-ı müstakimden ne kadar uzak düşse o derece nisbeten şu halet tesir eder, vicdanı bağırttırır. Her lezzetin içinde elemi var, birer iz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Gemerlap peradaban yang bercampur dengan syahwat dan hawa nafsu sama sekali tidak berguna. Ia hanyalah balsam yang rusak dan racun yang menghipnotis kesusahan di mana ia melahirkan kesesatan.
Demek heves, heva, eğlence, sefahetten memzuç olan şaşaa-i medeni, bu dalaletten gelen şu müthiş sıkıntıya bir yalancı merhem, uyutucu zehirbaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena itu, wahai sahabat, kita telah merasa lapang di jalan kedua yang bercahaya ini. Ia merupakan sumber kenikmatan dan kehidupan. Bahkan di dalamnya seluruh derita berubah menjadi nikmat. Begitulah yang kita ketahui.
Ey aziz arkadaşım! İkinci yolumuzda, o nurani tarîkte bir haleti hissettik; o haletle oluyor hayat, maden-i lezzet. Âlâm, olur lezaiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia memberikan ketenangan ke dalam ruh—sesuai dengan kadar kekuatan iman. Tubuh juga merasa nikmat dengan kenikmatan yang dirasakan oleh ruh. Sementara ruh sendiri merasa nyaman dengan kenikmatan yang didapat oleh jiwa dan perasaan.
Onunla bunu bildik ki mütefavit derecede, kuvvet-i iman nisbetinde ruha bir halet verir. Ceset ruhla mültezdir, ruh vicdanla mütelezziz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dalam jiwa terdapat kebahagiaan yang segera. Ia merupakan surga firdaus maknawi yang bercampur dalam relung kalbu. Proses tafakkur meneteskannya kepada manusia. Sementara perasaan adalah sesuatu yang memperlihatkannya.
Bir saadet-i âcile, vicdanda mündericdir; bir firdevs-i manevî, kalbinde mündemicdir. Düşünmekse deşmektir, şuur ise şiar-ı râz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sekarang kita mengetahui bahwa nikmat semakin bertambah, neraka kehidupan berubah menjadi cahaya, serta musim dinginnya berubah menjadi musim panas sesuai dengan kadar keterjagaan kalbu, gerakan kesadaran jiwa, dan perasaan ruh.
Şimdi ne kadar kalp ikaz edilirse, vicdan tahrik edilse, ruha ihsas verilse lezzet ziyade olur hem de döner ateşi nur, şitası yaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitulah, pintu-pintu surga terbuka lebar dalam jiwa, dan dunia pun berubah menjadi surga yang luas yang menjadi tempat ruh bertamasya. Bahkan ia terbang mengalahkan burung dengan sayap salat dan doa.
Vicdanda firdevslerin kapıları açılır, dünya olur bir cennet. İçinde ruhlarımız, eder pervaz u perdaz, olur şehbaz u şehnaz, yelpez namaz u niyaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kutitipkan dirimu kepada Allah wahai sahabat. Marilah kita saling mendoakan. Sekarang kita berpisah dan sampai berjumpa lagi.
Ey aziz yoldaşım! Şimdi Allah’a ısmarladık. Gel, beraber bir dua ederiz, sonra da buluşmak üzere ayrılırız…
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya Allah, tunjukkan kami jalan yang lurus.
اَللّٰهُمَّ اِه۟دِنَا الصِّرَاطَ ال۟مُس۟تَقٖيمَ  اٰمٖينَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
==Jawaban yang Ditujukan kepada Gereja Anglikan==
== Anglikan Kilisesine Cevap ==
Suatu hari seorang pastur yang memendam kedengkian, sang politikus penipu, dan musuh utama Islam bertanya tentang empat hal.
Bir zaman bîaman İslâm’ın düşmanı, siyasî bir dessas, yüksekte kendini göstermek isteyen vesvas bir papaz, desise niyetiyle hem inkâr suretinde
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia meminta jawaban tentangnya dalam enam ratus kata.
Hem de boğazımızı pençesiyle sıktığı bir zaman-ı elîmde pek şematetkârane bir istifham ile dört şey sordu bizden.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia bertanya untuk memunculkan keraguan dengan sikap sombong dan angkuh. Serta dalam kondisi sulit di mana negaranya mengekang kita.
Altı yüz kelime istedi. Şematetine karşı yüzüne “Tuh!” demek, desisesine karşı küsmekle sükût etmek, inkârına karşı da
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena itu, jawaban yang selayaknya diberikan adalah, “Semoga engkau celaka!” disertai sikap diam kepadanya karena marah atas makarnya di samping perlu memberikan jawaban mematikan yang laksana palu baginya dalam menghadapi pengingkarannya. Aku tidak memosisikannya sebagai lawan bicaraku. Namun jawaban-jawaban kami ha- nya diberikan kepada orang yang mau mendengar dan mencari kebenaran, yaitu sebagai berikut:
Tokmak gibi bir cevab-ı müskit vermek lâzımdı. Onu muhatap etmem. Bir hakperest adama böyle cevabımız var. O dedi '''birincide:'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada pertanyaan pertama ia berkata, “Apa agama Muhammad?” Kukatakan, “Ia adalah al-Qur’an al-Karim. Tujuan utamanya adalah mengokohkan enam rukun iman dan menanamkan lima rukun Islam.”
“Muhammed aleyhissalâtü vesselâm dini nedir?” Dedim: “İşte Kur’an’dır. Erkân-ı sitte-i iman, erkân-ı hamse-i İslâm, esas maksad-ı Kur’an.” Der '''ikincisinde:'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada pertanyaan kedua ia berkata, “Apa yang beliau persembahkan untuk pemikiran dan kehidupan?” “Beliau mempersembahkan tauhid untuk pemikiran dan sikap yang lurus (istikamah) dalam kehidupan.
“Fikir ve hayata ne vermiş?” Dedim: “Fikre tevhid, hayata istikamet. Buna dair şahidim:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dalilnya adalah firman Allah, “Katakanlah, ‘Dia Allah Yang Mahaesa.’” (QS. al-Ikhlas [112]: 1) dan “Istikamahlah sebagaimana yang diperintahkan padamu!” (QS. Hud [11]: 112).
فَاس۟تَقِم۟ كَمَٓا اُمِر۟تَ  قُل۟ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada pertanyaan ketiga ia berkata, “Bagaimana beliau bisa menangani berbagai konflik yang terjadi saat ini?” “Dengan mengharamkan riba dan mewajibkan zakat.” Dalilnya adalah firman Allah,
Der '''üçüncüsünde:''' “Mezahim-i hazıra nasıl tedavi eder?” Derim: “Hurmet-i riba hem vücub-u zekâtla. Buna dair şahidim:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. al-Baqarah [2]: 275)
يَم۟حَقُ اللّٰهُ الرِّبٰوا   da.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Allah memusnahkan riba.” (QS. al-Baqarah [2]: 276). “Tegakkan salat dan tunaikan zakat.” (QS. al-Baqarah [2]: 43).
وَاَحَلَّ اللّٰهُ ال۟بَي۟عَ وَحَرَّمَ الرِّبٰوا  وَاَقٖيمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pada pertanyaan keempat ia berkata,
Der '''dördüncüsünde:'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Bagaimana beliau melihat berbagai ketimpangan yang terjadi pada umat manusia?” “Bekerja adalah landasan utamanya. Serta upaya agar aset kekayaan manusia tidak terkumpul pada orang-orang zalim.
“İhtilal-i beşere ne nazarla bakıyor?” Derim: “Sa’y, asıl esastır. Servet-i insaniye, zalimlerde toplanmaz, saklanmaz ellerinde.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dalilnya,
Buna dair şahidim:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Manusia mendapatkan apa yang ia usahakan.” (QS. an-Najm [53]: 39),
لَي۟سَ لِل۟اِن۟سَانِ اِلَّا مَا سَعٰى  وَالَّذٖينَ يَك۟نِزُونَ الذَّهَبَ وَال۟فِضَّةَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak mau menginfakkannya di jalan Allah, berikanlah kepada mereka kabar buruk berupa siksa yang pedih.” (QS. at-Taubah [9]: 34).
وَلَا يُن۟فِقُونَهَا فٖى سَبٖيلِ اللّٰهِ فَبَشِّر۟هُم۟ بِعَذَابٍ اَلٖيمٍ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
1.964. satır: 1.855. satır:




<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
------
------
<center> [[Otuz Üçüncü Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[Konferans]] </center>
<center> [[Otuz Üçüncü Söz/id|KALIMAT KETIGA PULUH TIGA]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[Konferans/id|MATERI SEMINAR]] </center>
------
------
</div>