77.975
düzenleme
("Di manapun kita berada sebagai tamu, kita disambut dengan sangat hangat. Kita serahkan apa yang ada pada kita dan sekaligus kita terima aset mereka." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Ia bertanya untuk memunculkan keraguan dengan sikap sombong dan angkuh. Serta dalam kondisi sulit di mana negaranya mengekang kita." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 24 değişikliği gösterilmiyor) | |||
1.738. satır: | 1.738. satır: | ||
Sekarang kita telah mendatangi dan memasukinya. Kaki telah menginjak alam nyata, galeri Tuhan Yang Maha Pemurah, pameran kreasi-Nya, tempat keriuhan manusia. Kita masuk dalam kondisi tidak mengetahui seluruh yang terdapat di sekitar kita. | Sekarang kita telah mendatangi dan memasukinya. Kaki telah menginjak alam nyata, galeri Tuhan Yang Maha Pemurah, pameran kreasi-Nya, tempat keriuhan manusia. Kita masuk dalam kondisi tidak mengetahui seluruh yang terdapat di sekitar kita. | ||
Petunjuk dan pemimpin kita hanya kehendak ilahi. Sementara wakilnya berupa mata kita yang halus. | |||
Saat ini mata kita telah terbuka. Kita arahkan ia kepada berbagai penjuru dunia. Ingatkah ia pada saat kita pertama kali datang ke sini?! | |||
Saat kita dulu yatim dan asing di antara musuh yang jumlahnya tak terhitung tanpa ada yang menolong dan melindungi.Adapun sekarang cahaya iman menjadi titik sandaran kita. Ia adalah pilar yang kokoh dalam menghadapi musuh. | |||
Ya, iman kepada Allah merupakan cahaya kehidupan, sinar jiwa, dan ruh arwah kita. Kalbu ini demikian percaya kepada Allah tanpa peduli kepada musuh. Bahkan kita tidak memosisikannya sebagai musuh. | |||
Pada jalan pertama, kita masuk ke dalam jiwa dan perasaan. Kita mendengar ribuan teriakan dan permintaan tolong. Maka, kita merasa takut dengan ujian yang menimpa. Pasalnya, berbagai harapan, keinginan, perasaan dan potensi mengharapkan keabadian. | |||
Kita tidak tahu bagaimana cara memenuhinya. Kebodohan berasal dari kita, sementara teriakan bersumber dari mereka. | |||
Namun sekarang alhamdulillah, kita telah menemukan titik sandaran yang menghidupkan harapan dan potensi. Ia mengarahkannya ke jalan keabadian. | |||
Darinya semua potensi dan harapan meminum air kehidupan. Masing-masing berupaya menyempurnakan diri. | |||
Titik yang dirindukan itu (titik sandaran) adalah poros iman kedua. Yaitu iman kepada kebangkitan. Kebahagiaan yang kekal merupakan mutiara darinya. Petunjuk iman berupa al-Qur’an dan jiwa sebagai rahasia insani. | |||
Wahai saudaraku, angkat kepalamu! Arahkan pandangan ke alam. Ajaklah mereka berbicara. Sebelumnya di jalan pertama ia tampak liar dan meresahkan. Namun sekarang ia tersenyum dan menebarkan kegembiraan. | |||
Bukankah mata kita seperti lebah yang terbang menuju seluruh sisi di kebun alam ini. Seluruh bunga di semua tempat mulai mekar seraya menghembuskan aroma semerbak. Di setiap sisi terdapat pelipur lara. Semuanya berisi cinta. | |||
Ia menyerap semua persembahan yang baik dan meneteskan bukti kesaksian; madu di atas madu. Setiap kali penglihatan kita menatap gerakan bintang dan matahari, ia menisbatkannya kepada tangan hikmah Sang Khalik. | |||
Maka, ia memberikan pelajaran dan wujud rahmat sehingga seolah-olah matahari berbicara kepada kita dengan berkata: | |||
“Wahai saudara-saudaraku, jangan takut dan risau denganku. Selamat datang kuucapkan kepada kalian. Kalian adalah bagian dari keluarga. Kalian pemilik rumah ini. Aku hanya diperintah untuk menerangi kalian. | |||
Sama dengan kalian, aku juga merupakan pelayan taat yang ditugaskan oleh Dzat Yang Mahaesa dan Kekal untuk menerangi kalian lewat rahmat dan karunia-Nya. Aku harus memberikan cahaya dan kehangatan, sementara kalian harus berdoa dan melaksanakan salat. | |||
Wahai fulan, tidakkah engkau melihat bulan, bintang, dan lautan. Dengan lisan khususnya, semuanya memberikan sambutan seraya berkata, ‘Marilah, selamat datang bagi kalian.’” | |||
Wahai saudaraku, lihatlah dengan perspektif tolong-menolong. Perhatikan lewat seluruh bentuk keteraturan. Semuanya berkata, “Kami juga pelayan yang mendapat tugas. Kami adalah cermin rahmat Tuhan. Kami tidak pernah bosan dalam bekerja. Karena itu, jangan merasa tidak nyaman dengan kami!” | |||
Jangan kalian takut dengan suara gempa dan berbagai peristiwa. Semuanya adalah alunan zikir, tasbih dan tahlil doa. | |||
Ya, Dzat yang mengirim kalian ke sini adalah Dzat Maha Agung dan indah yang menggenggam kendali mereka. Mata iman membaca tanda-tanda rahmat Tuhan pada wajahnya. | |||
Wahai mukmin, wahai pemilik kalbu yang terjaga! Biarkan mata kita istirahat. Sebagai gantinya kita serahkan telinga kita untuk beriman. Dari dunia kita dengarkan sejumlah irama yang memikat. | |||
Sejumlah suara yang terus meninggi di jalan kita sebelumnya di mana kita mengiranya sebagai suara ratapan umum dan berita kematian, ternyata di jalan ini merupakan zikir, tasbih, tahmid dan syukur. | |||
Deru angin, suara petir, dan desir ombak adalah tasbih yang mulia. Sementara gemuruh hujan dan kicau burung merupakan tahlil rahmat Tuhan. | |||
Semuanya adalah kiasan yang mengarah kepada sebuah hakikat. Ya, bunyi segala sesuatu merupakan gema wujudnya. Ia hendak berkata, “Aku ini ada.” | |||
Begitulah semua entitas bersama-sama berujar, “Wahai manusia yang lalai, jangan menganggap kami sebagai benda tak bernyawa. | |||
Burung berkicau dalam merasakan nikmat atau turunnya rahmat. Burung mencicit dengan suara yang memikat lewat mulut yang kecil untuk menyambut turunnya rahmat yang dipersembahkan. Ya, nikmat turun kepadanya dan rasa syukur menjaganya. | |||
Secara simbolis ia berkata, “Wahai entitas, wahai saudara-saudaraku, betapa kondisi kita sangat menyenangkan. Kita ditumbuhkan dalam suasana penuh kasih sayang. Kami rela dengan kondisi yang kami rasakan.” Begitulah ia mendendangkan nyanyiannya dengan paruhnya yang halus sehingga mengubah seluruh entitas menjadi sebuah musik yang indah. | |||
Cahaya iman itulah yang mendengar gema zikir dan alunan tasbih di mana ia tidak terjadi secara kebetulan dan begitu saja. | |||
Wahai teman, kita sekarang meninggalkan alam imajiner ini. Kita berada di depan gerbang akal dan masuk ke wilayahnya untuk mengukur semua urusan dengan timbangannya agar bisa membedakan berbagai jalan yang beragam tadi. | |||
Jalan kita yang pertama adalah jalan orang yang dimurkai dan orang yang sesat. Ia benar-benar membuat jiwa terasa pedih dan tersiksa. Rasa pedih itu memenuhi semua sisi. | |||
Maka, kitapun menipu diri agar bisa selamat dari kondisi tersebut. Kita berusaha membuatnya tenang, tidur dan lupa. Jika tidak, kita tidak mampu menghadapi berbagai teriakan dan ratapan yang tanpa henti. | |||
Hawa nafsu menumpulkan perasaan dan syahwat menghendaki permainan guna menipu jiwa dan membuatnya terlupa sehingga tidak merasa sakit. | |||
Sebab perasaan tersebut membakar jiwa sehingga nyaris tak mampu berteriak akibat pedihnya derita. Pedihnya keputusasaan memang sangat sulit diatasi. | |||
Pasalnya, setiap kali jiwa dan perasaan ini jauh dari jalan yang lurus, kondisinya bertambah parah. Bahkan setiap kenikmatan meninggalkan jejak kepedihan. | |||
Gemerlap peradaban yang bercampur dengan syahwat dan hawa nafsu sama sekali tidak berguna. Ia hanyalah balsam yang rusak dan racun yang menghipnotis kesusahan di mana ia melahirkan kesesatan. | |||
Karena itu, wahai sahabat, kita telah merasa lapang di jalan kedua yang bercahaya ini. Ia merupakan sumber kenikmatan dan kehidupan. Bahkan di dalamnya seluruh derita berubah menjadi nikmat. Begitulah yang kita ketahui. | |||
Ia memberikan ketenangan ke dalam ruh—sesuai dengan kadar kekuatan iman. Tubuh juga merasa nikmat dengan kenikmatan yang dirasakan oleh ruh. Sementara ruh sendiri merasa nyaman dengan kenikmatan yang didapat oleh jiwa dan perasaan. | |||
Dalam jiwa terdapat kebahagiaan yang segera. Ia merupakan surga firdaus maknawi yang bercampur dalam relung kalbu. Proses tafakkur meneteskannya kepada manusia. Sementara perasaan adalah sesuatu yang memperlihatkannya. | |||
Sekarang kita mengetahui bahwa nikmat semakin bertambah, neraka kehidupan berubah menjadi cahaya, serta musim dinginnya berubah menjadi musim panas sesuai dengan kadar keterjagaan kalbu, gerakan kesadaran jiwa, dan perasaan ruh. | |||
Begitulah, pintu-pintu surga terbuka lebar dalam jiwa, dan dunia pun berubah menjadi surga yang luas yang menjadi tempat ruh bertamasya. Bahkan ia terbang mengalahkan burung dengan sayap salat dan doa. | |||
Kutitipkan dirimu kepada Allah wahai sahabat. Marilah kita saling mendoakan. Sekarang kita berpisah dan sampai berjumpa lagi. | |||
Ya Allah, tunjukkan kami jalan yang lurus. | |||
==Jawaban yang Ditujukan kepada Gereja Anglikan== | |||
== Anglikan | Suatu hari seorang pastur yang memendam kedengkian, sang politikus penipu, dan musuh utama Islam bertanya tentang empat hal. | ||
Ia meminta jawaban tentangnya dalam enam ratus kata. | |||
Ia bertanya untuk memunculkan keraguan dengan sikap sombong dan angkuh. Serta dalam kondisi sulit di mana negaranya mengekang kita. | |||
Karena itu, jawaban yang selayaknya diberikan adalah, “Semoga engkau celaka!” disertai sikap diam kepadanya karena marah atas makarnya di samping perlu memberikan jawaban mematikan yang laksana palu baginya dalam menghadapi pengingkarannya. Aku tidak memosisikannya sebagai lawan bicaraku. Namun jawaban-jawaban kami ha- nya diberikan kepada orang yang mau mendengar dan mencari kebenaran, yaitu sebagai berikut: | |||
Pada pertanyaan pertama ia berkata, “Apa agama Muhammad?” Kukatakan, “Ia adalah al-Qur’an al-Karim. Tujuan utamanya adalah mengokohkan enam rukun iman dan menanamkan lima rukun Islam.” | |||
Pada pertanyaan kedua ia berkata, “Apa yang beliau persembahkan untuk pemikiran dan kehidupan?” “Beliau mempersembahkan tauhid untuk pemikiran dan sikap yang lurus (istikamah) dalam kehidupan.” | |||
Dalilnya adalah firman Allah, “Katakanlah, ‘Dia Allah Yang Mahaesa.’” (QS. al-Ikhlas [112]: 1) dan “Istikamahlah sebagaimana yang diperintahkan padamu!” (QS. Hud [11]: 112). | |||
Pada pertanyaan ketiga ia berkata, “Bagaimana beliau bisa menangani berbagai konflik yang terjadi saat ini?” “Dengan mengharamkan riba dan mewajibkan zakat.” Dalilnya adalah firman Allah, | |||
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. al-Baqarah [2]: 275) | |||
“Allah memusnahkan riba.” (QS. al-Baqarah [2]: 276). “Tegakkan salat dan tunaikan zakat.” (QS. al-Baqarah [2]: 43). | |||
Pada pertanyaan keempat ia berkata, | |||
“Bagaimana beliau melihat berbagai ketimpangan yang terjadi pada umat manusia?” “Bekerja adalah landasan utamanya. Serta upaya agar aset kekayaan manusia tidak terkumpul pada orang-orang zalim. | |||
Dalilnya, | |||
“Manusia mendapatkan apa yang ia usahakan.” (QS. an-Najm [53]: 39), | |||
“Orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak mau menginfakkannya di jalan Allah, berikanlah kepada mereka kabar buruk berupa siksa yang pedih.” (QS. at-Taubah [9]: 34). | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | ||
1.964. satır: | 1.855. satır: | ||
------ | ------ | ||
<center> [[Otuz Üçüncü Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[Konferans]] </center> | <center> [[Otuz Üçüncü Söz/id|KALIMAT KETIGA PULUH TIGA]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[Konferans/id|MATERI SEMINAR]] </center> | ||
------ | ------ | ||
düzenleme