Konferans/id: Revizyonlar arasındaki fark

    Risale-i Nur Tercümeleri sitesinden
    ("Kami mengakui seorang penulis sebuah karya qurani yang menjadi pembimbing yang bersifat universal di abad kedua puluh harus memiliki sejumlah keistimewaan. Kami mendapatkan sejumlah keistimewaan tersebut secara sempurna di dalam Risalah Nur dan pribadi penulisnya, Badiuzzaman Said Nursi. Keistimewaan tersebut adalah sebagai berikut:" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
    ("------ <center> AL-LAWÂMI’ ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ Sözler Fihrist/id </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
     
    (Aynı kullanıcının aradaki diğer 67 değişikliği gösterilmiyor)
    59. satır: 59. satır:
    Atas dasar itu, sebab-sebab dan syarat-syarat yang telah kami sebutkan terpenuhi dalam Risalah Nur berikut penulisnya Badiuzzaman Said Nursi sebagaimana hal itu diakui oleh para ulama Islam di Turki dan di berbagai belahan dunia lainnya seperti Eropa dan Amerika.
    Atas dasar itu, sebab-sebab dan syarat-syarat yang telah kami sebutkan terpenuhi dalam Risalah Nur berikut penulisnya Badiuzzaman Said Nursi sebagaimana hal itu diakui oleh para ulama Islam di Turki dan di berbagai belahan dunia lainnya seperti Eropa dan Amerika.


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Saudara-saudaraku yang mulia!
    İşte arkadaşlar! Biz, böyle bir tefsir-i Kur’an arıyor ve böyle bir müfessir istiyorduk.
    Masalah terbesar yang menyita perhatian manusia pada masa kini adalah persoalan penyelamatan iman atau kehilangan iman.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dua perang dunia telah membangunkan manusia dari kelalaian dan meng- ingatkan bahwa kehidupan dunia bersifat fana serta menyadarkan manusia untuk hidup di sebuah alam yang kekal dan kebahagiaan yang abadi. Karena itu kita harus berhati-hati dalam mencari apa yang bisa menyelamatkan dan membimbing kita di era yang menipu dan ajaib ini. Kita harus memperluas area pencarian dan pembahasan sebagai berikut:
    Kıymetli kardeşlerim! Böyle dehşetli bir asırda, insanın en büyük meselesi: İmanı kurtarmak veya kaybetmek davasıdır. Umumî harpler beşere intibah vermiş, dünya hayatının fâniliğini ihtar etmiştir. Ve bâki bir âlemde, ebedî bir saadet içinde yaşamak hissini uyandırmıştır. Elbette böyle muazzam bir davayı, şaşırtıcı ve aldatıcı bir zamanda kazanabilmek için bir dava vekili bulmakta (Haşiye<ref>'''Hâşiye:''' Bu zamanda, böyle bir dava vekilinin, Risale-i Nur olduğuna Risale-i Nur’la imanlarını kurtaran milyonlarca kimseler şahittir.</ref>) çok dikkatli olmamız lâzımdır. Bunun için tetkikatımızı biraz daha genişleteceğiz. Şöyle ki:
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Para ulama dan ahli ilmu kalam serta tokoh Islam terdahulu tentu laksana mentari maknawi bagi umat Islam. Mereka telah mempersembahkan beragam ilmu dan buku yang sangat penting yang tak terhitung nilainya. Namun zaman kita sekarang tidak seperti zaman mereka.
    Asrımızdan evvelki, İslâmiyet’in ilm-i kelâm dâhîleri ve dinimizin hârika imamları ve Kur’an-ı Hakîm’in dâhî müfessirlerinin vücuda getirdikleri eserler, kıymet takdiri mümkün olmayacak derecede kıymettardır. O zatlar, İslâmiyet’in birer güneşidirler. Fakat bu zaman, o büyük zatların yaşadığı zaman gibi değildir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Hal itu karena bila kesesatan bersumber dari kebodohan, ia mudah untuk dihilangkan. Akan tetapi bila kesesatan tersebut—serangan terhadap al-Qur’an, Islam dan iman—berasal dari ilmu, maka sangat sulit dan rumit untuk menghilangkannya. Kesesatan jenis tera- khir ini jarang ditemukan pada masa lalu. Barangkali hanya satu dari seribu orang yang tersesat atas nama ilmu. Bila ada satu orang yang tersesat dari jenis ini mungkin hanya satu dari seribu yang sadar kem- bali. Hal itu karena orang-orang seperti mereka kagum terhadap diri sendiri padahal mereka bodoh tetapi merasa berilmu.
    Eski zamanda dalalet, cehaletten geliyordu. Bunun yok edilmesi kolaydır. Bu zamanda dalalet, –Kur’an ve İslâmiyet’e ve imana taarruz– fen ve felsefe ve ilimden geliyor. Bunun izalesi müşküldür. Eski zamanda ikinci kısım, binden bir bulunuyordu; bulunanlardan ancak binden biri, irşad ile yola gelebilirdi. Çünkü öyleler hem bilmiyorlar hem kendilerini bilir zannediyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Selain itu, di masa lalu berbagai ilmu pengetahuan modern belum berkembang seperti di abad kedua puluh ini. Karenanya tidak mungkin memutus akar-akar ateis yang tersebar di masa kini, tidak mungkin memperlihatkan kebenaran dan hakikat, serta tidak mung- kin menggiring masyarakat kepada jalan yang lurus kecuali dengan mengarahkan kepada ayat-ayat al-Qur’an yang menatap masa kini sekaligus menafsirkannya dengan tafsiran yang mudah dipahami oleh semua orang.
    Hem bundan evvelki asırlarda, müsbet ilimlerin, yirminci asırdaki kadar terakki etmemiş olduğu malûmunuzdur. Şu halde, bu asırda dünyaya yayılmış olan dinsizlik ve maddiyyunluğu kökünden yıkabilmek, hak ve hakikat yolunu gösterip beşeri, sırat-ı müstakime kavuşturmak, imanı kurtarabilmek için ancak ve ancak Kur’an-ı Hakîm’in bu asra bakan vechesini keşfedip, umumun müstefid olabileceği bir şekilde tefsir edilmesi, elbette bu asırda kabil olacaktır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, Badiuzzaman said Nursi mendapatkan taufik untuk bisa menyingkap berbagai hakikat al-Qur’an yang mengarah kepada zaman kita ini. Beliau mengumpulkan apa yang beliau singkap tersebut dalam karya-karyanya yang bernilai, Risalah Nur, dengan cara penyajian yang mudah dipahami tentu sesuai dengan tingkat penerimaan masing masing.
    İşte Bediüzzaman Said Nursî; Kur’an-ı Kerîm’deki bu asrın muhtaç olduğu hakikatleri keşfedip, Nur risalelerinde, herkesin kabiliyeti nisbetinde istifade edebileceği bir tarzda tefsir ve izah etmek muvaffakiyetine mazhar olmuştur. Bunun içindir ki Risale-i Nur, emsali görülmemiş bir şaheserdir kanaatine varılmıştır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Hal itu dikuatkan dengan satu kenyataan bahwa Risalah Nur telah ditulis di masa yang di dalamnya manusia sangat membutuhkan berbagai hakikat tersebut ditambah dengan adanya pengorbanan para tokoh yang penuh berkah yang telah membaca dan menyalin Risalah Nur di tengah sejumlah tekanan yang ada.
    Ve yine Risale-i Nur’daki bu imtiyazdan dolayıdır ki bu mübarek İslâm milletinden milyonlarca bahtiyar kimseler, tercihen ve ziyade bir ihtiyaç duyarak, büyük bir iştiyak ve sevgiyle senelerce devam eden tazyikatlar içerisinde Risale-i Nur’u okumuşlardır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Karena itu, kami yakin bah- wa Risalah Nur merupakan karya bernilai dan istimewa yang ditulis di Turki di mana manfaatnya tersebar ke seluruh dunia Islam.
    Hem Risale-i Nur, ihtiyaç zamanında telif edildiğinden, Türkiye ve İslâm dünyası genişliğinde gelişmiş ve dünyayı alâkadar eden bir imtiyaza mazhar olduğunu gözlere göstermiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Saudara-saudaraku yang mulia!
    Kıymetli kardeşlerim! Said Nursî kırk sene evvel İstanbul’da iken “Kim ne isterse sorsun.” diye hârikulâde bir ilanat yapmıştır. Bunun üzerine o zamanın meşhur âlim ve allâmeleri, Bediüzzaman’ın hücresine kafile kafile gidip, her nevi ilimlere ve muhtelif mevzulara dair sordukları en müşkül en muğlak sualleri, Bediüzzaman duraklamadan doğru olarak cevaplandırmıştır.
    Terdapat satu sosok yang mengundang para ulama di Istanbul untuk melakukan diskusi. Ia menggantungkan di pintu kamarnya sebuah papan petunjuk bertuliskan “Di sini semua masalah dapat terpecahkan, semua persoalan mendapatkan jawaban, dan tidak ada pertanyaan balik” (Dengan catatan bahwa papan petunjuk tersebut tidak membatasi spealisasi tertentu, tetapi semua disiplin ilmu tanpa terkecuali). Maka, sosok tersebut didatangi oleh para ulama terkenal secara berbondong-bondong. Mereka mengajukan sejumlah pertanyaan kepadanya. Sementara beliau memberikan jawaban yang tepat. Para ulama melihat ilmunya yang luas padahal beliau masih sangat muda. Mereka juga melihat kekuatan ungkapan dan retorikanya.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kondisi beliau yang mengagumkan itulah yang menyebabkan mereka memberikan apresiasi dengan penuh kagum. Bahkan mereka menggambarkan beliau sebagai sosok yang langka, yang layak mendapat gelar Badiuzzaman. Pasalnya, beliau langka dalam hal kecerdasan, hafalan, ilmu dan keberanian. Sebagaimana beliau juga sosok yang langka dalam hal keikhlasan dan ketulusan. Beliau tidak senang melakukan sesuatu yang dibuat-buat atau penuh dengan kepura-puraan.
    Böyle had ve hududu tayin edilmeyen, yani “Şu veya bu ilimde veya mevzuda, kim ne isterse sorsun.” diye bir kayıt konulmadan ilanat yapmak ve neticede daima muvaffak olmak; beşer tarihinde görülmemiş ve böyle ihatalı ve yüksek bir ilme sahip böyle bir İslâm dâhîsi, şimdiye kadar zuhur etmemiştir. (Asr-ı saadet müstesna.)
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Pada masa itu, Syekh Bakhit al-Muthi’i, Mufti Mesir, berkunjung ke Istanbul. Maka para ulama Istanbul memintanya untuk berdiskusi dengan Said Nursi yang datang dari dataran Kurdistan. Syekh Bakhit menerima permintaan tersebut. Ia memanfaatkan kesempatan dari keberadaannya di sebuah warung teh dekat masjid Hagia Sophia setelah menunaikan salat untuk mulai berdiskusi dengan Said Nursi disaksikan oleh para ulama. Ia melontarkan pertanyaan sebagai berikut:
    Hattâ o zamanlarda, Mısır Camiü’l-Ezher Üniversitesi reislerinden meşhur Şeyh Bahît Efendi, İstanbul’a bir seyahat için geldiğinde Kürdistan’ın sarp, yalçın kayaları arasından gelerek, İstanbul’da bulunan Bediüzzaman Said Nursî’yi ilzam edemeyen İslâm uleması, Şeyh Bahît’ten bu genç hocanın (Bediüzzaman’ın) ilzam edilmesini isterler. Şeyh Bahît de bu teklifi kabul ederek bir münazara zemini arar. Ve bir namaz vakti, Ayasofya Camii’nden çıkılıp çayhaneye oturulduğunda, bunu fırsat telakki eden Şeyh Bahît Efendi, Bediüzzaman Said Nursî’ye hitaben:   مَا تَقُولُ فٖى حَقِّ ال۟اَو۟رُوبَا وَ ال۟عُث۟مَانِيَّةِ   Yani “Avrupa ve Osmanlı Devleti hakkında ne diyorsunuz? Fikriniz nedir?” Şeyh Bahît Efendi hazretlerinin bu sualden maksadı, Bediüzzaman Said Nursî’nin şek olmayan bir bahr-i umman gibi ilmini ve ateşpare-i zekâsını tecrübe etmek değildi. Zaman-ı istikbale ait şiddet-i ihatasını ve idare-i âlemdeki siyasetini anlamak fikrinde idi.
    Apa pendapatmu tentang Daulah Usmaniyah dan Eropa? De- ngan pertanyaan tersebut Syekh Bakhit al-Muthi’i ingin mengukur sejauh mana wawasan Badiuzzaman tentang politik internasional dan masa depan. Ia tidak ingin mengujinya terkait ilmunya yang mendalam dan kecerdasannya yang tidak diragukan.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Said Nursi menjawab:
    Buna karşı, Bediüzzaman’ın verdiği cevap şu oldu:
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    “Eropa sedang mengandung janin Islam
    اِنَّ ال۟اَو۟رُوبَا حَامِلَةٌ بِال۟اِس۟لَامِيَّةِ فَسَتَلِدُ يَو۟مًا مَا
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    dan pada satu saat akan melahirkannya,
    وَ اِنَّ ال۟عُث۟مَانِيَّةَ حَامِلَةٌ بِال۟اَو۟رُوبَائِيَّةِ فَسَتَلِدُ اَي۟ضًا يَو۟مًا مَا
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    sementara Usmaniyah sedang mengandung janin peradaban Eropa dan pada satu saat akan melahirkannya.
    Yani “Avrupa bir İslâm devletine, Osmanlı Devleti de bir Avrupa devletine hamiledir. Bir gün gelip doğuracaklardır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Mendengar jawaban yang singkat dan mendalam tersebut, Syekh Bakhit tidak bisa menyembunyikan perasaannya dan berkata: Aku sepakat dengan ucapannya. Aku juga mempunyai pandangan yang sama. Pemuda semacam ini tidak bisa didebat. Gaya bahasa yang singkat dan padat semacam ini hanya dimiliki oleh Badiuzzaman. Perkataan Badiuzzaman tersebut benar-benar terwujud. Setahun atau dua tahun sesudah itu banyak kebiasaan dan tradisi asing yang ber- tentangan dengan syiar Islam masuk. Seiring berjalannya waktu ia semakin menguat di Turki. Sebaliknya, hari ini perhatian terhadap al- Qur’an dan Islam di Eropa semakin meningkat, begitu banyak orang orang Jerman yang beruntung memeluk agama Islam. Sejumlah peristiwa membuktikan kebenaran pernyataannya.
    Bu cevaba karşı, Şeyh Bahît Hazretleri: “Bu gençle münazara edilmez. Ben de aynı kanaatte idim. Fakat bu kadar veciz ve beliğane bir tarzda ifade etmek ancak Bediüzzaman’a hastır.” demiştir. Nitekim Bediüzzaman’ın dediği gibi ihbaratın iki kutbu da tahakkuk etmiş. Bir iki sene sonra Meşrutiyet devrinde, şeair-i İslâmiyeye muhalif çok âdât-ı ecnebiyeyi ahzetmek ve gittikçe Türkiye’de yerleştirmekle ve şimdi Avrupa’da, Kur’an’a ve İslâmiyet’e karşı gösterilen hüsn-ü alâka ve bilhassa bahtiyar Alman milletinde fevc fevc İslâmiyet’i kabul etmek gibi hâdiseler, o ihbarı tamamıyla tasdik etmişlerdir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Di sini para ulama sepakat bahwa apa yang dikatakan oleh Badiuzzaman Said Nursi benar adanya dan bahwa apa yang beliau tulis tidak bersumber dari fikirannya semata tetapi merupakan lintasan hati (sunûhât qalbiyah).
    İşte büyük ulema-i İslâm ve meşayih-i kiram çok tecrübe ve imtihanlarla şöyle bir kanaate varmışlardır ki: Bediüzzaman ne söylerse hakikattir. Bediüzzaman’ın eserleri, sünuhat-ı kalbiye olup cumhur-u ulemanın tasdik ve takdirine mazhardır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, kalangan tasawuf dan ulama serta mereka yang berafiliasi kepada sekolah modern mampu mengambil manfaat dari Risalah Nur sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Ia mudah diterima dan sesuai dengan seluruh kalangan. Ya, penulisnya hanya dalam waktu beberapa bulan telah berhasil menguasai berbagai ilmu pengetahuan, rahasia, dan hikmah. Dia tidak sibuk dengan sebuah buku selain al- Qur’an sejak empat puluh tahun. Tidak ada satupun buku yang dia rujuk ketika menulis karyanya yang berbahasa Turki yang berjumlah 130 risalah dan berbahasa arab yang berjumlah 15 risalah dengan pe- nyaksian para muridnya yang menyalin naskah. Pada dasarnya dia tidak memiliki perpustakaan, seorang yang setengah buta huruf(*<ref>*Tidak bisa menulis dengan baik.</ref>)tetapi mampu berdebat dengan para ulama besar dan para mursyid agung ketika masih muda terkait berbagai bidang ilmu termasuk ilmu penge- tahuan modern. Dia mampu membenarkan persoalan yang disepakati dan meluruskan persoalan yang diperselisihkan sehingga para ulama mengatakan “tidak ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh Badi- uzzaman.” Dia membantah serangan para filsuf Eropa yang dangkal dan arogan mengenai ayat dan hadis yang mutasyabihat serta membuktikan kemukjizatan ayat dan hadis dengan karya-karyanya, sehingga menyelamatkan sebagian cendikiawan yang ragu dan menggagalkan serangan yang ditujukan kepada Islam. Tentu tidak ada keraguan bahwa Said Nursi merupakan seorang mufassir al-Qur’an dan ilmunya luas dan bersifat ladunni. Risalah Nur merupakan mahakaryanya yang luar biasa yang layak dibaca sepanjang hidup.
    Ehl-i ilim, ehl-i tasavvuf ve ehl-i mektep ve fen, Bediüzzaman’ın eserlerinden sadece istifaza ve istifade ederler. Evet, üç aylık bir tahsili bulunan ve kırk seneden beri Kur’an-ı Kerîm’den başka bir kitapla iştigal etmeyen, yüz otuzu Türkçe, on beşi Arapça olan eserlerini telif ederken hiçbir kitaba müracaat etmediği, henüz hayatta olan kâtipleri tarafından şehadet edilen, esasen kütüphanesi de bulunmayan, yarım ümmi bir zat, öyle misilsiz bir ilanatla, ulûm-u cedide de dâhil mütenevvi ilimlerde, yüksek âlimler ve büyük mürşidlerle, genç yaşında yaptığı münazaraların hepsinde muvaffak olduğu meydanda bulunan, ittifaklı olan meseleleri tasdik ve ihtilaflı olanları tashih eden, kendisi için “Bediüzzaman’ın cevap veremeyeceği bir sual yoktur.” diye allâmeler tarafından tasdik edilen ve Avrupa’nın bir kısım idraksiz ve garazkâr feylesoflarının, müteşabih âyet-i kerîme ve hadîs-i şeriflere yaptığı taarruzlarını, o âyet ve hadîslerin birer mu’cize olduğunu eserleriyle ispat ederek itirazlarını kökünden yıkan ve böylece evhama düşürülen bazı ehl-i ilmi de kurtarıp, İslâmiyet’e olan hücumları akîm bırakan Said Nursî gibi bir müellifin, elbette dâhî bir müfessir-i Kur’an ve onun ilminin vehbî ve vâsi olduğuna, eserleri olan Nur risalelerinin bir hayat boyunca okumaya lâyık hârika bir şaheser olduğuna şüphe edilemez.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wahai saudara-saudaraku yang terjaga!
    Müteyakkız kardeşlerim! Hem bizim hem İslâm dünyasının ebedî hayatının necatını, kurtulmasını temin edecek ve bizi tenvir ve irşad ederek dalaletten muhafaza edecek bir eser intihab etmekte, bu kadar dikkatli olmamız çok lüzumludur. Çünkü bu zamanda, türlü türlü aldatmalarla, perde arkasında İslâm gençliğini yoldan çıkarmaya çalışıyorlar.
    Kita harus cermat dan sensitif dalam memilih karya yang menjamin keselamatan hidup abadi bagi kita dan dunia Islam di mana ia dapat menyinari, membimbing, dan melindungi kita dari kesesatan. Pasalnya para musuh berusaha dengan segala tipu daya untuk menjerumuskan dan menyesatkan pemuda Islam.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Karena itu, saat membaca dan mendengar satu karya kita harus meletakkan kaidah dasar di bawah ini:
    Bir eser okunacağı veya bir söz dinleneceği zaman, evvela
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    مَن۟ قَالَ وَ لِمَن۟ قَالَ وَ لِمَا قَالَ وَ فٖيمَا قَالَ
    مَن۟ قَالَ وَ لِمَن۟ قَالَ وَ لِمَا قَالَ وَ فٖيمَا قَالَ   
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    “Siapa yang berkata? Kepada siapa ia berkata? Mengapa ia berkata? Apa yang dikatakan?”
    yani “Kim söylemiş? Kime söylemiş? Ne için söylemiş? Ne makamda söylemiş?” olan bir kaide-i esasiyeyi, nazar-ı itibara almalı. Evet, kelâmın tabakatının ulviyeti, güzelliği ve kuvvetinin menbaı, şu dört şeydir: Mütekellim, muhatap, maksat ve makam. Yoksa her ele geçen kitap okunmamalı, her söylenen söze kulak vermemelidir. Mesela, bir kumandanın bir orduya verdiği arş emriyle, bir neferin arş sözü arasında ne kadar fark vardır? Birincisi koca bir orduyu harekete getirir. Aynı kelâm olan ikincisi, belki bir neferi bile yürütemez.
    Ya, ketinggian ucapan dan keindahannya serta sumber kekuatannya terletak pada empat unsur berikut: si penutur, lawan bicara, tujuan, dan konteksnya. Kita tidak boleh membaca setiap buku yang sampai ke kita dan tidak boleh mendengar setiap ucapan yang dikatakan kepada kita. Sebagai contoh, apakah sama antara perintah pemimpin pasukan untuk berjalan ke depan dan perintah seorang prajurit? Tentu saja tidak. Sang pemimpin dengan ucapannya dapat menggerakkan sebuah pasukan dalam jumlah besar. Adapun sang prajurit tidak bisa menggerakkan meski hanya seorang prajurit.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Berdasarkan empat kaidah di atas, ratusan ribu orang yang me- nyimpan rasa cinta dalam hatinya kepada Said Nursi memperhatikan dan mengikuti hal yang paling kecil dari Said Nursi. Oleh karena itu, sebagian saudara kita yang hadir di sini menuntut penjelasan tentang kehidupan, karya, metode dan manhaj Said Nursi.
    İşte, bu dört esastan dolayı ve hem Said Nursî’ye karşı kalplerinde büyük bir sevgi taşıyan yüz binlerle kimseler, sevgiyle üstadlarının en küçük haline dahi büyük bir ehemmiyet vererek onları öğrenip ittiba etmek, uymak arzusunu taşıdıklarından; buradaki bir kısım kardeşlerimiz; üstadımızın hayatı, eserleri, meslek ve meşrebi hakkında malûmat verilmesini ısrar ile istediler.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kami tidak mampu mengungkapkan dengan sempurna kehidupan karya dan akhlak seseorang seperti Badiuzzaman. Karena hakikat ini telah termuat dalam karya para cendekiawan, maka pengungkapan hakikat ini di luar batas kemampuan kami. Perlu kami sampaikan bahwa saudara-saudara yang ingin mendapatkan informasi Badiuzzaman hanya bisa didapatkannya dengan membaca Risalah Nur secara seksama dan berkesinambungan.
    Fakat Bediüzzaman gibi bir zatın hayatı ve eserleri ve seciyelerini tam ifade edemeyeceğiz. Bu hakikat, basîretli ehl-i ilim olan ediblerce de itiraf edilmiş olduğundan bu hizmet, bizim haddimizden çok uzaktır. Hem Bediüzzaman hakkında malûmat almak isteyen kardeşlerimize, bunun ancak ve ancak Risale-i Nur Külliyatı’nı dikkat ve devamla okumak suretiyle mümkün olduğunu arz ederiz.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Saudara-saudaraku yang mulia!
    Aziz kardeşlerim! Bu mübarek vatan ve milletin ve âlem-i İslâm’ın ebedî saadetini ve kurtuluşunu ve dolayısıyla yeryüzünde umumî sulh ve selâmeti temin edecek bir inayet ve kudrete mâlik olan Risale-i Nur’un şahs-ı maneviyesinde şöyle gayet sağlam kuvvetler toplanmış ve imtizaç etmiştir:
    Risalah Nur memiliki kekuatan dan inayah yang istimewa yang membuatnya mampu mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan abadi bagi tanah air penuh berkah ini dan bagi umat Islam seluruhnya. Ia menebarkan kedamaian dan perdamaian secara umum dalam bentuk yang sederhana. Pada sosok maknawi Risalah Nur ini terkumpul sejumlah keutamaan dan kemampuan sebagai berikut:
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    1. Hakikat Islam yang merupakan sumber kekuatan yang istimewa dan guru bagi segala kesempurnaan.
    1 - Yüksek bir kuvvet ve bütün kemalâtın üstadı olan hakikat-i İslâmiye…
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    2. Kemuliaan Islami, yaitu terhormat, tidak merendahkan diri, serta jauh dari sikap sombong dan arogan terhadap kalangan lemah.
    2 - Şehamet-i imaniye. Yani tezellül etmemek, bîçarelere tahakküm ve tekebbür etmemek…
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    3. Harga diri yang islami yang merupakan pondasi semua kemuliaan dan kemajuan manusia.
    3 - Müslümanlığın insana verdiği izzet ve şeref, terakki ve tealinin en mühim âmili olan izzet-i İslâmiye…
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wahai teman-teman!
    Arkadaşlar! Şu mealde bir hadîs-i şerif var ki: “Hakiki âlimler, zalim hükümdarlara karşı hak ve hakikati pervasızca söyleyen âlimlerdir.” İşte biz ancak böyle ve müttaki bir allâmenin söz ve eserlerine itimat edebiliriz.
    Dalam hadis disebutkan bahwa ulama yang hakiki adalah ulama yang berani menyuarakan kebenaran di hadapan pemimpin yang zalim. Kami hanya bisa percaya kepada karya ulama yang bertakwa dan seperti yang disebutkan dalam hadis.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Di masa sekarang ini Risalah Nur yang menjadi contoh konkret dari hadis di atas berada di hadapan kita. Badiuzzaman adalah seorang mujahid benar-benar mengikuti sunnah nabi x dalam memperjuangan agama, khidmah al-Qur’an dan ubudiyah. Rasul x menunaikan salat berjamaah dengan para sahabat secara bergantian pada saat perang Badar yang merupakan peristiwa politik terbesar di dunia ini. Yakni, Rasul x mengutamakan sebuah kebaikan seperti salat berjamaah yang bersifat sunnah dibanding sebuah peristiwa politik yang terbesar di dunia. Dia tidak meninggalkan sebuah pahala dalam dahsyatnya perang.
    Asrımızda ise hayatındaki vakıalar ve eserleriyle bu hadîs-i şerife mâsadak olan Risale-i Nur meydandadır. Müellif Bediüzzaman dinî mücahedesi ve Kur’an’a hizmetinde ve ubudiyetinde, Resul-i Ekrem aleyhissalâtü vesselâmın sünnet-i seniyesine tam ittiba etmiş bir mücahiddir. Resul-i Ekrem aleyhissalâtü vesselâm Efendimiz, dünyanın en muazzam siyasî hâdisesi olan Bedir Muharebesi’nde; sahabe-i kirama, nöbet nöbet cemaatle namaz kıldırmıştır. Yani vâcib olmayan, hususan muharebe zamanında terk edilebilen “cemaatle namaz kılmak” gibi bir hayrı, dünyanın en büyük siyasî vak’asına tercih etmiştir, üstün tutmuştur. Ufak bir sevabı, harp cephesinin o dehşetleri içinde dahi terk etmemiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Demikian pula pada perang melawan Rusia di mana Imam Nursi ikut serta sebagai pemimpin pasukan relawan, hal itu tidak membuatnya lupa dalam menuliskan tafsirnya yang berharga terkait ba- lagah dan susunan huruf al-Qur’an, Isyarat al-I’jaz fi Mazhan al-Ijaz. Sebuah karya agung yang diterima secara luas oleh sebagian besar ulama di dunia Islam dan mendapat apresiasi mereka. Mereka tidak pernah melihat sebuah tafsir yang seperti itu sebelumnya. Tidak ada yang mengingkari hal tersebut. Di dalamnya sang penulis telah menyingkap persoalan al-Qur’an yang paling rumit dan paling mendalam. Beliau juga memperlihatkan aspek balagah, kefasihan luar biasa, dan sisi kemukjizatannya yang tiada tara. Bahkan ketika ia menjelaskan salah satu poin penting dari sebuah huruf pada saat perang berkecamuk, meriam musuh tidak mampu mengalihkan perhatiannya dan dahsyatnya perang tidak menghalanginya.
    Bediüzzaman, gönüllü alay kumandanı olarak katıldığı Rus Harbi’nde, harp cephesinde, avcı hattında, Kur’an’ın bir kısmının tefsiri olan meşhur Arabî İşaratü’l-İ’caz tefsirini telif etmiş. Ve bu eser-i azîm, âlem-i İslâm’da en büyük âlimlerin takdir ve tahsinine mazhar olmuş ve tam anlamaktan âciz kaldıklarını ve öyle bir tefsir görmediklerini itiraf etmişlerdir ki Kur’an-ı Kerîm’in en ince nükte ve en derin meselelerini ve misilsiz i’caz ve hârikulâde yüksek belâgat ve fesahatini izhar ve ispat etmiştir. Hattâ bir harfin nüktesini izhar ederken, avcı ateş hattında, düşman topları zihnini ondan çevirememiş, harbin dağdağa ve dehşetleri mani olamamıştır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Saat adzan dilarang dan orang-orang dipaksa mendengar adzan baru, tullabunnur tidak mau mengumandangkan adzan bid’ah tersebut. Mereka menghadapi bid’ah semacam ini dan tidak mau ikut di dalamnya. Mereka memerlihatkan sikap heroik dalam rangka menjaga diri mereka.
    Ezan-ı Muhammedînin (asm) yasak edildiği ve bid’aların cebren umuma yaptırıldığı zulümatlı ve dehşetli bir devirde, Nur talebeleri, o uydurma ezanı okumamışlar ve böyle bid’alara karşı, kendilerini kahramanca muhafaza ederek bid’alara girmemişlerdir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Pada era yang menyedihkan tersebut, saat keimanan dan keislaman ingin dicabut dari dada, sedangkan tidak ada ulama yang mam- pu menerbitkan tulisan keagamaan meskipun secara sumbunyi-sembunyi, pada saat itulah Badiuzzaman, di tempat pengasingannya, menulis dan menerbitkan sekitar 130 risalah keimanan meskipun saat itu beliau berada dalam pengawasan dan tekanan para tiran yang zalim. Di samping itu, Badiuzzaman Said Nursi hanya mengambil sedikit porsi tidur di waktu malam. Beliau bangun menghadap kepada ilahi untuk bersimpuh memohon pertolongan-Nya agar umat Islam yang sedang tertawan dijaga dan diselamatkan dari segala keburukan dan kejahatan.
    İman ve İslâmiyet’in ortadan kaldırılmaya çalışıldığı ve bir âlimin gizliden gizliye dahi bir tek dinî eser neşredemediği fecaat devrinde, Bediüzzaman nefyedildiği yerlerde, zalim müstebitlerin tarassudat ve tazyikatı içinde, gizliden gizliye yüz otuz adet imanî eser telif ve neşretmiştir. Bununla beraber, geceleri pek az bir uykudan sonra, esaret altında inleyen İslâm milletlerinin necat ve salahı için dualar etmiş, dergâh-ı İlahiyeye iltica ederek yalvarmıştır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, Ustadz Nursi benar-benar mengikuti sunnah Rasul x.
    Evet Hazret-i Üstad, Resul-i Ekrem aleyhissalâtü vesselâm Efendimizin sünnet-i seniyesine tam iktida etmiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kondisinya menjadi teladan bagi para pejuang sejati dan seluruh umat Islam. Artinya, beliau telah menunaikan tugas jihad, ubudiyah, dan takwa secara keseluruhan. Bila melaksanakan salah satunya, beliau tidak mengabaikan yang lain. Beliau dimasukkan ke penjara karena rekayasa para musuh agama yang zalim dan kejam. Beliau ditempatkan dalam penjara soliter di sebuah ruangan yang sangat dingin. Meski menderita, sakit, merasakan hawa dingin yang amat sangat, serta berada dalam kondisi lemah yang menyertai masa tua, beliau tetap semangat menulis sejumlah risalah iman.
    Bediüzzaman’ın bu hali de bütün İslâm mücahidlerine ve umum Müslümanlara bir örnektir. Yani cihad ile ubudiyet ve takvayı beraber yapıyor, birini yapıp diğerini ihmal etmiyor. Cebbar ve zalim din düşmanlarının planıyla hapishanelere sevk edilip, tecrid-i mutlakta ve gayet soğuk bir odada bırakılması ve şiddetli soğukların ve hastalıkların ızdırapları ve titremeleri ve ihtiyarlığın tâkatsizlikleri içinde bulunması dahi telifata noksanlık vermemiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Abu Bakar ashiddiq d pernah berkata, “Biarlah tubuhku mem- besar di neraka sampai tidak ada lagi tempat yang tersisa bagi mukmin.” Badiuzzaman menjadi manifestasi dari satu kilau kemuliaan tersebut. Beliau berusaha menuju puncak pengorbanan dengan berkata, “Bila kulihat iman umat sudah baik dan selamat, aku siap dibakar di kobaran Jahanam. Pasalnya, meski jasadku terbakar, hatiku hidup dalam ketenangan dan kebahagiaan.” Semua itu dibuktikan oleh kehidupan beliau yang membentang lebih dari delapan puluh tahun.
    Sıddık-ı Ekber radıyallahu anh demiştir ki: “Cehennemde vücudum o kadar büyüsün ki ehl-i imana yer kalmasın.” Bediüzzaman, bu gayet ulvi seciyenin bir lem’acığına mazhar olmak için “Birkaç adamın imanını kurtarmak için cehenneme girmeye hazırım.” diye fedakârlığın şâhikasına yükselmiş ve böyle olduğu, Kur’an ve İslâmiyet’in fedai ve muhlis bir hâdimi olduğu, seksen senelik hayatının şehadetiyle sabit olmuştur.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Beliau benar-benar menjadi pelayan yang tulus serta menjadi sosok yang rela berkorban untuk al-Qur’an dan Islam. Kemurahan, kemuliaan, ruh, jiwa, dan kehidupan yang dikor- bankan oleh Badiuzzaman, sikap bijak, teguh, dan sabar yang indah yang diperlihatkan oleh beliau dalam menghadapi kezaliman dan keburukan orang, serta dalam menghadapi musibah yang menimpa, semua itu menjadi bukti jujur atas pengabdian beliau terhadap iman dan al-Qur’an.
    Kur’an ve iman hizmeti için Bediüzzaman’ın haysiyetini, şerefini, ruhunu, nefsini, hayatını feda ettiği; maruz kaldığı o kadar şedit zulüm ve işkencelere ve giriftar edildiği çok musibet ve belalara karşı gösterdiği son derece sabır, tahammül ve itidal, birer şahid-i sadık hükmündedirler.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Badiuzzaman mengorbankan kesenangan duniawinya guna berkhidmah untuk al-Qur’an, iman, dan Islam. Beliau tidak menyimpan kekayaan duniawi dan pribadi. Beliau menghabiskan hidupnya dalam kondisi zuhud, bertakwa, melakukan olah ruhani, hemat, dan qanaah. Beliau juga memutuskan hubungan secara total dengan dunia.
    Bediüzzaman Kur’an, iman, İslâmiyet hizmeti için dünyevî rahatlıklarını feda etmiş; dünyevî, şahsî servetler edinmemiş, zühd ve takva ve riyazet, iktisat ve kanaatle ömür geçirerek dünya ile alâkasını kesmiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Maknanya, uzlah dari dunia yang dilakukan oleh Badiuzzaman adalah demi kebahagiaan dan kemajuan umat Islam sehingga beliau dapat mendedikasikan setiap menit dari usianya untuk pengabdian iman sekaligus mendapat taufik untuk benar-benar tulus dan ikhlas. Ya, Badiuzzaman naik menuju posisi pelayan al-Qur’an yang tulus dan relawan Islam yang tercatat dalam sejarah. Beliau telah mempersembah- kan pengorbanan teragung demi berkhidmah untuk iman dan Islam. Meskipun demikian, hal itu tidak membuatnya lalai dalam urusan ibadah, zuhud, dan takwa. Bahkan beliau menghadirkan keistimewaan khusus dalam menunaikan keseluruhannya.
    Bu cümleden olarak, Müslümanların refah ve saadeti için bütün ömür dakikalarını sırf iman hizmetine vakıf ve hasretmek ve ihlasa tam muvaffak olmak için kendini dünyadan tecrit ederek mücerred kalmıştır. Evet, Bediüzzaman iman ve İslâmiyet hizmeti için her şeyden bu derece fedakârlık yapan fakat bütün bunlarla beraber; ubudiyet, zühd ve takvada da bir istisna teşkil eden tarihî bir İslâm fedaisi ve Kur’an-ı Hakîm’in muhlis bir hâdimi pâyesine yükselmiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Badiuzzaman dalam dakwah Risalah Nur memiliki sikap tenang, jujur, loyal, teguh, kokoh, dan ikhlas. Karena itu, kezaliman, penindasan, serangan, dan pembatasan yang dilakukan oleh musuh, serta kefakiran dan kemiskinan yang beliau alami, tidak mampu menghen- tikan dakwahnya atau membuat beliau ragu terhadap apa yang beliau lakukan.
    Bediüzzaman’ın, Risale-i Nur davasında öyle bir itminanı, öyle bir sıdk ve sadakati, öyle bir sebat ve metaneti, öyle bir ihlası vardır ki din düşmanlarının o kadar şiddetli zulüm ve istibdatları, o kadar hücum ve tazyikatları ve bunlarla beraber maddî yokluklar içinde bulunması, davasından vazgeçirememiş ve küçük bir tereddüt dahi îka edememiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Pada masa mudanya yang disebut “Said Lama”, Said Nursi men- dalami bidang filsafat. Dalam bidang tersebut, berkat limpahan pengetahuan al-Qur’an al-Hakim, beliau mengungguli para filsuf Barat seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles, serta para ahli hikmah dari Timur semacam Ibnu Sina, Ibnu Rusydi dan al-Farabi. Dalam Risalah Nur beliau menegaskan bahwa tidak ada penyelamat dan pembimbing hakiki selain al-Qur’an. Siapa yang ragu terhadap sejumlah hakikat ini bisa menghilangkan keraguannya tersebut selama Ustadz masih hidup.
    Said Nursî, Eski Said tabir ettiği gençliğinde felsefede çok ileri gitmiştir. Garp’ın Sokrat’ı, Eflatun’u, Aristo’su gibi hakikatli feylesofları ve Şark’ın İbn-i Sina, İbn-i Rüşd, Farabi gibi dâhî hükemalarından felsefe ve hikmette Kur’an-ı Hakîm’in feyziyle çok ileri geçmiş ve Kur’an’dan başka halâskâr ve hakiki rehber olmadığını dava etmiş ve Risale-i Nur eserlerinde ispat etmiştir. Bu hakikatlerde şüphesi olan olursa Üstad, âhirete teşrif etmeden bizzat şüphesini izale edebilir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Said Nursi memilih pengabdian terhadap al-Qur’an dan iman sebagai jalan hidupnya. Beliau melakukannya secara sempurna dengan mencari rida Allah semata tanpa mengharap manfaat materil atau maknawi dalam bentuk apapun. Juga tanpa menginginkan makam spiritual apapun seperti kewalian dan sejenisnya. Bahkan beliau mera- sa sangat keberatan dengan kedudukan tinggi yang diberikan oleh sejumlah ulama ahli basirah yang menyebut beliau sebagai “Penyelamat agama dan politik yang dinantikan.” Beliau menolak dengan tegas dan mengatakan bahwa beliau hanyalah pelayan al-Qur’an semata. Dia meyakini dan mengutarakan bahwa dirinya merupakan teman belajar bagi tullabunnur.
    Said Nursî, Kur’an ve imana hizmet mesleğini ihtiyar edip hiçbir maddî ve manevî menfaat, salahat ve velilik gibi manevî makamları maksat ve gaye etmeden, sırf Cenab-ı Hakk’ın rızası için hizmet yapmıştır. Basîretli ehl-i ilim tarafından bütün Müslümanlarca “Zuhuru beklenen siyasî ve dinî bir halâskârdır.” gibi şahsına verilen yüksek mertebeyi, Bediüzzaman hiddetle reddetmiş, kendisinin ancak Kur’an’ın bir hizmetkârı ve Risale-i Nur talebelerinin bir ders arkadaşı olduğuna inanmış ve beyan etmiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Suatu hari kami pergi bersama sejumlah teman di antara yang hadir di tempat ini untuk mengunjungi seorang ulama mulia yang telah berkhidmah selama 25 tahun di Kementerian Pertahanan Nasional. Saat kami berada di sisinya, ia bercerita tentang Ustadz Nursi dengan berkata, “Cukup bagimu membaca koleksi Risalah Nur dengan tekun dan konsisten sampai bisa memahami siapa sosok Badiuzzaman. Di sini aku akan memberikan kepada kalian sebuah contoh kemampuannya yang istimewa. Berkat sosok makanwi Risalah Nur, Badiuzzaman tidak hanya mampu menata sebuah negara. Bahkan andai ia menerima kendali kepemimpinan seluruh bangsa, insya Allah ia mampu menata dan mengantarnya menuju keselamatan dan kebahagiaan.” Ya, Badiuzzaman memiliki fitrah yang langka. Meskipun demikian, be- liau melarang dirinya dan murid-muridnya dari melakukan aktivitas politik sejak 25 tahun yang lalu. Beliau juga tidak sibuk dengan urusan-urusan duniawi.
    Millî Müdafaa Vekâletinde yirmi beş sene hizmet görmüş muhterem âlim bir zatın, şimdi aramızda bulunan bir kısım arkadaşlarımızla, evvelki gün ziyaretine gittiğimiz vakit, Bediüzzaman Hazretleri hakkında demişti ki: “Bediüzzaman’ın nasıl bir zat olduğunu anlayabilmek için Risale-i Nur Külliyatı’nı dikkatle, sebatla okumak kâfidir. Size bir misal olarak yalnız dünyevî iktidarı bakımından derim ki: Bediüzzaman, Risale-i Nur’un şahs-ı manevîsiyle yalnız bir devleti değil, dünya yüzündeki milletlerin idaresi ona verilse onları, selâmet ve saadet içinde idare edecek bir iktidar ve inayete mâliktir.” Evet, Bediüzzaman nadire-i hilkattir. Fakat yirmi beş senedir hem kendini hem talebelerini siyasetten men’etmiştir, dünyevî işlerle meşgul değildir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kecerdasan, kepandaian, kekuatan akal, logika yang tepat, imajinasi yang kaya, ingatan yang kuat, firasat yang tinggi, pengetahuan, pemahaman, kecepatan aksiomatis, perasaan ruhiyah dan kehalusan maknawi tiada tara yang dimiliki oleh Badiuzzaman saat menulis Risalah Nur dan saat menunaikan pengabdian iman, semua itu menjadi bukti nyata bahwa beliau ditugaskan. Dia menjadi pelayan al-Qur’an bukan karena keinginan dan pilihan sendiri, tetapi dengan inayah dan karunia dari Allah. Hal itu diterima dan diapresiasi oleh para ulama ahli basirah.
    Bediüzzaman’ın Risale-i Nur’u telif ettiği zamanlarda ve hizmet-i Kur’aniyede istihdam edildiği anlarda; zekâsı, fetaneti, aklı, mantığı, zihni, hayali, hâfızası, teemmülü, feraseti, seziş ve kavrayışı, sürat-i intikali ve ruhî, kalbî, vicdanî hâsseleri, duyguları ve manevî letaifinin emsalsiz bir tarzda olması, istihdam edildiğine aşikâr bir delildir ki kendi ihtiyarıyla, keyfiyle değil, inayet-i İlahiye ile Kur’an’a hizmetkârlık etmiş bir derecede olduğu, basîretli ehl-i ilim ve ehl-i kalpçe musaddak ve müstahsendir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Al-Ustadz almarhum Abdul Aziz Jawisy sebagai salah satu ulama terkemuka di Mesir menerbitkan sebuah tulisan di media cetak Mesir. Di dalamnya ia menggambarkan Badiuzzaman sebagai “orang cer- das abad ini” di mana beliau memang memiliki kecerdasan luar biasa.
    Mısır’da fâzıl ulemadan, merhum Abdülaziz Çâviş, Bediüzzaman’ın fatînü’l-asır olduğu ve müthiş bir fart-ı zekâya mâlik bulunduğu mevzuunda, Mısır matbuatında makale neşretmiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Demikian pula Syeikhul Islam, alim besar dan pemberani, almarhum Musthafa Shabri Afandi. Ia sangat perhatian dengan Risalah Nur di Mesir dan sangat menjaganya. Ia menempatkannya di posisi tertinggi di Universitas al-Azhar asy-Syarif.
    Büyük ve salabetli bir âlim olan Şeyhülislâm merhum Mustafa Sabri Efendi, Mısır’da Risale-i Nur’a sahip çıkmış ve Camiü’l-Ezher Üniversitesinde en yüksek bir mevkiye koymuştur.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Risalah Nur merupakan pedang berlian Islam yang tajam. Hal itu ditunjukkan oleh kenyataan bahwa Badiuzzaman dengan keberanian tiada tara mampu menyampaikan hakikat kebenaran kepada para penguasa dan pimpinan yang zalim tanpa takut mati. Beliau menghadapi kekuatan ateis yang menguasai dunia lewat penerbitan berbagai hakikat iman di era penindasan yang paling pekat. Beliau rela mengorbankan diri dan jiwa demi hakikat yang mulia ini.
    Risale-i Nur, İslâmiyet’in gayet keskin ve elmas bir kılıncıdır. Bu hakikatlere bir delil ise Bediüzzaman’ın zalim hükümdarlara ve kumandanlara, ölümü istihkar ederek, hakikati pervasızca tebliğ etmesi ve dünyayı saran dinsizlik kuvvetine mukabil, hakaik-i Kur’aniye ve imaniyeyi, kendini feda ederek, istibdadın en koyu devrinde neşretmesi ve bu kudsî hakikate, cansiperane hizmet etmesidir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Salah satu penuntut umum dalam dakwaannya menyebutkan, “Meski semakin tua, aktivitas keagamaan Badiuzzaman terus bertambah dengan penuh semangat.” Pengadilan Denizli dalam laporan para pakar berkata, “Ya, Said Nursi memiliki kekuatan yang besar. Akan tetapi, ia tidak memergunakan kekuatan tersebut untuk mendirikan tarekat sufi atau perkumpulan agama. Ia hanya mendedikasikannya di jalan pengabdian agama dan penjabaran hakikat al-Qur’an.”
    Bir müddeiumumî, iddianamesinde: “Bediüzzaman, ihtiyarladıkça artan enerjisiyle dinî faaliyete devam etmektedir.” Denizli mahkemesi, ehl-i vukuf raporunda: “Evet, Said Nursî’de bir enerji vardır fakat bu enerjisini, tarîkat veya bir cemiyet kurmakta sarf etmemiş, Kur’an hakikatlerini beyan ve dine hizmete sarf ettiği kanaatine varılmıştır.” denilmektedir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Salah seorang delegasi perwakilan pemerintah sebelumnya yang menentang agama memberikan pernyataan (di saat dilakukan musyawarah tentang hukum-hukum yang tidak demokratis di Parlemen), “Selama dua puluh lima tahun kami tidak mampu menghalangi Badiuzzaman melakukan sejumlah aktivitas keagamaan.”
    Din aleyhindeki eski hükûmetlerin vekillerinden birisi, antidemokratik kanunların Millet Meclisinde müzakeresi esnasında: “Bediüzzaman Said-i Nursî’nin dinî faaliyetine, yirmi beş seneden beri mani olamıyoruz.” demiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kami juga ingin menegaskan bahwa Ustadz Said Nursi memiliki kekuatan dan semangat yang luar biasa. Beliau juga sosok yang jenius. Hal itu diakui dan dibenarkan meski secara tidak langsung bahkan oleh para musuh agama yang menentang beliau.
    Biz de deriz ki: Evet Said Nursî Hazretleri, emsali görülmemiş dinamik ve enerjik bir zattır. Bediüzzaman’ın hârika bir insan olduğunu, din düşmanları olan muarızları dahi kalben tasdik ve takdir etmektedirler.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Saat membacakan Risalah Nur kepada salah seorang muridnya, Ustadz Said Nursi berkata, “Ini adalah pelajaranku. Aku membacanya untuk diriku. Aku telah membaca risalah ini sampai sekarang barangkali sudah seratus kali. Namun demikian, aku tetap merindukannya dan butuh membacanya lagi seakan-akan baru pertama kali melihatnya.”
    Said Nursî, bazen bir talebesine Risale-i Nur’dan okuyuvermek nimetini lütfettiği zaman der ki: “Bu benim dersimdir. Ben kendim için okuyorum. Bu risaleyi, şimdiye kadar belki yüz defa okumuşum. Fakat, şimdi yeni görüyorum gibi tekrar okumaya ihtiyaç ve iştiyakım var.”
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Beliau juga berkata, “Aku tidak menulis buku untuk orang lain. Namun pertama-tama untuk diriku. Orang yang menginginkan obat yang kuracik dari al-Qur’an ini bisa membacanya pula.” Ya, Badiuz- zaman meyakini dan berkata, “Aku membutuhkan pelajaran-pelaja- ran Risalah Nur untuk mendidik dan memperbaiki diri.” Bila orang sekaliber Badiuzzaman mengungkapkan kebutuhannya terhadap Risalah Nur sedemikian rupa, apalagi kita.
    Hem yine der ki: “Ben başkaları için kitap yazmamışım. Kendim için yazmışım. Kur’an’dan bulduğum bu devalarımı arzu edenler okuyabilir.” Evet, Bediüzzaman itikad ediyor ve diyor ki: “Ben derse, terbiyeye ve nefsimi ıslaha muhtacım.” Bediüzzaman gibi bir zat böyle derse bizim bu eserlere ne kadar muhtaç olduğumuz artık kıyas edilsin.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sepanjang hayatnya, Badiuzzaman Said Nursi tidak mau dikenal, disambut, dan dihormati. Ia hidup dalam kondisi merasa cukup tidak membutuhkan bantuan orang. Dalam tulisannya yang berbahasa Arab beliau berbicara tentang popularitas dengan berkata, “Aku melihat popularitas sebagai hal yang mengantar pada riya dan madu beracun yang mematikan hati. Karena itu, jangan kau cari agar tidak menjadi budak manusia. Bila seseorang jatuh pada musibah dan ujian tersebut hendaknya ia berkata, Innâ lillâh wa innâ ilaihi râjiun.”(*<ref>*Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuri, hal 176.             </ref>)Maknanya, siapa yang ingin terkenal dan populer ia akan mencari muka karena ujub dengan dirinya dan ingin disanjung mereka.
    Bediüzzaman Said Nursî bütün hayatında, şan ve şöhretten, hürmetten kaçmış ve insanlardan istiğna etmiştir. Arabî bir eserinde, şöhret hakkında diyor ki: “Şöhret, ayn-ı riyadır ve kalbi öldüren zehirli bir baldır. İnsanı, insanlara abd ve köle yapar. Yani, nam ve şöhret isteyen adam; halklara kendini beğendirmek, sevdirmek için insanlara riyakârlık, dalkavukluk yapar. Tasannukâr tavırlar takınır. O bela ve musibete düşersen   اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّٓا اِلَي۟هِ رَاجِعُونَ   de.”
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Meski Ustadz menjauhi popularitas dengan perbuatan dan keadaannya, namun orang-orang tetap mendatanginya. Mereka meminta bantuan dari beliau. Seakan-akan ada tarikan ilahi yang men- dorong mereka melakukan hal tersebut. Karenanya, keutamaan yang beliau miliki ini benar-benar menjadi sarana bagi karya dan jejak beli- au yang mendunia seperti Risalah Nur.
    Üstad, şöhretten fiilen ve halen bu kadar kaçmasına rağmen, her ne hikmetse, insanlar âdeta bir sevk-i İlahî varmış gibi istimdadkârane ona koşmuşlardır ve ona akın etmektedirler. Ve onun mahz-ı hak olan bu kudsî seciyesi, Risale-i Nur gibi cihanşümul bir esere hâdim olmuştur.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sejak kecil, Badiuzzaman tidak menerima hadiah dari siapapun tanpa imbalan. Ketidakmauannya menerima hadiah menjadi prinsip kuat beliau. Prinsip ini tidak beliau rusak sepanjang hayat yang lebih dari delapan puluh tahun. Bahkan meski di masa beliau berpindah dari satu penjara ke penjara yang lain, serta dari satu pengasingan ke pengasingan yang lain. Beliau tetap menjaganya walau di usia lanjut. Bila ada salah seorang murid khususnya yang memberi hadiah, beliau tidak menerima sebelum sang murid mau mengambil imbalan. Jika tidak, beliau tidak mau menerima.
    Bediüzzaman küçük yaşından beri, halkların mukabilsiz hediyelerinden istiğna etmiştir. Hediye kabul etmemeyi meslek edinmiştir. Zindandan zindana, memleketten memlekete sürgün edildiği zamanlarda, ihtiyarlığın tahmil ettiği zaruretler içinde dahi bu seksen senelik istiğna düsturunu bozmamıştır. En has bir talebesi, bir lokma bir şey hediye etse mukabilini verir; vermese dokunur.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Terkait dengan sebab keengganannya menerima hadiah, beliau berkata, “Zaman sekarang tidak seperti zaman dulu. Bila dulu bisa sepuluh tangan yang menyelamatkan iman, sekarang jumlahnya su- dah berkurang menjadi satu. Bila dulu terdapat beberapa sebab yang menggiring orang menjadi ingkar, sekarang sudah mencapai seratus sebab. Begitulah adanya. Karena itu, untuk melakukan pengabdian iman di masa sekarang, aku mengucilkan diri dari dunia dan tidak mengharapkan apa-apa darinya. Aku tidak ingin pengabdianku terse- but menjadi alat untuk mendapatkan sesuatu.” Oleh sebab itu, jika seseorang penat karena Said Nursi dan melakukan khidmah pribadi untuknya, maka beliau memberikan upah atas pekerjaannya tersebut. Bila tidak, pengabdian orang tersebut menjadi beban bagi jiwanya dan menurut beliau hal itu tidak baik.
    Neden hediye kabul etmediğinin sebeplerinden birisi olarak der ki: “Bu zaman, eski zaman gibi değildir. Eski zamanda imanı kurtaran on el varsa şimdi bire inmiş. İmansızlığa sevk eden sebepler eskiden on ise şimdi yüze çıkmış. İşte böyle bir zamanda imana hizmet için dünyaya el atmadım, dünyayı terk ettim. Hizmet-i imaniyemi hiçbir şeye âlet etmeyeceğim.” der. Hazret-i Üstad, kendi şahsı için birisi zahmet çekse, bir hizmetini görse mukabilinde bir ücret, bir teberrük verir. Aksi halde ruhuna ağır gelir, hoşuna gitmez.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Badiuzzaman Said Nursi sepanjang hayatnya selalu dimata-matai, dipantau, dan diawasi saat melakukan pengabdian untuk al-Qur’an dan iman. Namun beliau tetap teguh pendirian menghadapi berbagai pengadilan yang dihadirkan untuknya. Pasalnya, Beliau dalam posisi melayani Islam guna mencari rida Allah dan sekadar untuk mencari kebenaran. Beliau tidak memanfaatkan pengabdiannya terhadap al- Qur’an untuk mendapat sesuatu.
    Bediüzzaman Said Nursî; Kur’an, iman ve dine yaptığı hizmetinde, senelerden beri mütemadî bir tarassud ve tecessüs, takibat ve tetkikat altında bulundurulmuştur. Yalnız ve yalnız rıza-yı İlahî için yalnız ve yalnız hakikat için İslâmiyet’e hizmet ettiği ve hizmet-i Kur’aniyesini hiçbir şeye âlet etmediği müteaddid mahkemelerde de sabit olmuştur.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Andai para musuh agama menemukan sesuatu yang berlawanan dengan hakikat dan sifat-sifat mulia yang terdapat pada Badiuzzaman atau pada karya-kayanya—di mana hakikat tersebut bisa disaksikan oleh kalangan yang objektif—tentu mereka akan segera membukanya ke publik selama 25 tahun ini dan tentu mereka akan menguatkan pernyataan mereka lewat sejumlah kedustaan dan kegaduhan yang mereka buat-buat.
    Eğer bu mezkûr hakikatlere ve eserlerindeki hak ve hakikati gören hakperestlerin, Bediüzzaman ve eserlerinde gördükleri ve neşrettikleri âlî meziyet ve yüksek hakikate mugayir en küçük bir şey olsa idi, en büyük ilâvelerle, şaşaalarla ve yaygaralarla, bu yirmi beş sene içinde, din düşmanları tarafından dünyaya ilan edilecek idi.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Saat Ustadz Nursi dibawa ke pengadilan sebagai hasil dari tuduhan palsu para pendengki serta akibat hasutan para musuh agama yang lalim dan arogan, sejumlah media memuatnya di lembaran pertama. Namun ketika dinyatakan tidak bersalah setelah investigasi dan proses peradilan, mereka terdiam dan tidak mengucap sepatah katapun. Ini salah satu bukti paling jelas yang menunjukkan hakikat di atas.
    Nitekim bütün bütün iftira ve ittihamlarla, cebbar, müstebit din düşmanlarının tahrikatıyla mahkemelere sevk edildiği zaman, gazetelerin birinci sahifelerinde, bire yüz ilâvelerle teşhir ettirilmesi; tahkikat ve muhakeme neticesinde hiçbir suç olmadığı tahakkuk ederek beraet ettiği vakit sükût edilmesi; bu hakikatin aşikâr çok delillerinden bir tanesidir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Badiuzzaman memiliki kasih sayang yang tinggi terhadap saudara seiman. Beliau ikut merasa pedih dengan kepedihan yang dialami oleh para pejuang Islam yang rela mengorbankan jiwa mereka dalam rangka tegaknya kemerdekaan dan kebebasan di dunia Islam. Beliau sangat gelisah saat ada yang menyerang Islam dan al-Qur’an. Karena itu, seringkali terlihat beliau tidak bisa minum walau hanya seteguk lantaran sedih dan terluka oleh peristiwa tersebut.
    Bediüzzaman, din kardeşlerine ziyade şefkatlidir. Onların elemleriyle elem çektiği, İslâm dünyasında hürriyet ve istiklali için can veren, fedai İslâm mücahidlerinin acılarıyla muzdarip olduğu, Kur’an ve İslâmiyet’e yapılan darbeler anında çok ızdıraplar çektiği, böyle acı acıların tesiratıyla, zaten pek az yediği bir parça çorbasını da yiyemediği çok defa görülmüş ve görülmektedir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Beliau melewatkan sebagian besar waktunya bersama penyakit dan derita. Salah seorang tullabunnur sempat berkata kepada Ustadz Nursi, “Wahai guruku yang sangat belas kasih yang tidak merasakan nikmatnya istirahat di dunia demi kebahagiaan umat Islam dan kesejahteraan abadi mereka! Penyakitmu yang terus menderamu ini bukan penyakit fisik. Ia tidak akan sembuh dari penyakitmu ini dan kepedihanmu tidak akan per- nah hilang selama kezaliman yang menimpa agama kita terus terjadi dan selama dunia Islam tidak bebas darinya.”
    Ekser günleri hastalıklar ve sıkıntılarla geçmektedir. Bir Nur talebesinin yazdığı gibi “Ey Millet-i İslâm’ın ebedî refah ve saadeti için dünyada rahatlık görmeyen müşfik üstadım! Senin devam eden hastalıkların cismanî değildir. Dinimize icra edilen istibdat ve zulüm sona ermedikçe, âlem-i İslâm kurtulmadıkça senin ızdırabın dinmeyecektir.” Evet, biz de bu kanaatteyiz.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Namun kepedihan yang amat sangat itu tidak mampu mempe- ngaruhi Badiuzzaman atau membuatnya putus asa. Justru sebaliknya, kondisi tersebut mendorongnya untuk terus berdoa, beribadah, dan melakukan jihad maknawi. Sampai-sampai ia berkata, “Solusi satu-satunya untuk bisa bebas merdeka adalah berpegang teguh pada al- Qur’an.” Kenyataannya beliau benar-benar mendekati al-Qur’an dan berpegang padanya. Beliau menuliskan sejumlah obat dan terapi yang terdapat di dalamnya. Lalu beliau menerbitkan Risalah Nur yang menjadi sumber solusi bagi dunia Islam dan poros kebahagiaan bagi umat manusia di masa sekarang ini.
    Fakat o elîm acılar, Bediüzzaman’ı aslâ yeise düşürmemiş, bilakis öyle küllî ve umumî bir dinî cihada ve dua ve ubudiyete sevk etmiştir ki: “Kurtuluşun çare-i yegânesi, Kur’an’a sarılmaktır.” demiş ve sarılmış. Kur’an’da bulduğu deva ve dermanları kaleme alarak, bu zamanda bir halâskâr-ı İslâm ve nev-i beşerin saadetine medar olan Risale-i Nur eserlerini meydana getirmiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Penindasan dan kezaliman yang dilakukan musuh Islam yang zalim itu tidak mampu melemahkan tekadnya. Beliau berkata, “Tugasku adalah berkhidmah kepada al-Qur’an. Sementara kemenangan dan kekalahan, keduanya urusan Allah.” Karena itu, beliau tetap semangat dalam berkhidmah untuk al-Qur’an dan menunaikan aktivitas keimanan. Ya, Ustadz Nursi memiliki tekad yang tinggi. Segala jenis kezaliman yang terjadi padanya tidak mampu melemahkan atau meruntuhkan semangatnya.
    Hunhar din düşmanlarının dünyevî satvet ve şevketleri, Bediüzzaman’ı kat’iyen atalete düşürtememiştir. “Vazifem Kur’an’a hizmettir. Galip etmek, mağlup etmek Cenab-ı Hakk’a aittir.” diye iman ederek bir an bile faaliyetten geri kalmamıştır. Evet Hazret-i Üstad, öyle bir himmet-i azîmeye mâliktir ki ona icra edilen müthiş mezalim, bu himmetin mukabilinde tesirsiz kalmaya mahkûm olmuştur.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Saat sedang berkeliling di sekitar ladang dan pegunungan di musim semi, beliau menyaksikan kreasi Allah di langit dan bumi dengan penuh kekaguman dan apresiasi. Perjalanan tersebut tidak kosong dari tafakkur yang mendalam dan perasaan tenang.
    Bediüzzaman, arz ve semavattaki mevcudatı, hayret ve istihsanla temaşa eder. Kırlarda ve dağlarda hususan bahar mevsiminde çok gezinti yapar. O seyrangâhlarda zihnen meşguliyet ve dakik bir tefekkür ve daimî bir huzur halindedir. Ağaç ve nebatat ve çiçekleri
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Saat menyaksikan pepohonan, tumbuhan, dan bunga beliau selalu mengucap, “Mâsyâ Allâh, Bârakallâh, Fatabârakallâh ahsanul Khâliqîn.”
    مَاشَاۤءَ اللّٰهُ بَارَكَ اللّٰهُ فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَح۟سَنُ ال۟خَالِقٖينَ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Beliau membaca kitab alam dan mempergunakan penglihatan berikut seluruh anggota badan dan perasaannya di jalan Allah serta di wilayah yang diizinkan- Nya. Lewat penglihatannya beliau mencermati kitab alam yang luas. Beliau menyaksikan mukjizat ciptaan Rabbani di alam ini. Ia laksana lebah penuh berkah dari bunga rahmat di taman bumi.
    “Ne güzel yaratılmışlar.” diyerek ibret nazarıyla onları seyreder, kâinat kitabını okur. Her aza ve hâsseleri gibi gözünü de daima Cenab-ı Hak hesabına ve izni dairesinde çalıştırır. Gözü, şu kitab-ı kebir-i kâinatın bir mütalaacısı ve şu âlemdeki mu’cizat-ı sanat-ı Rabbaniyenin bir seyircisidir. Ve şu küre-i arz bahçesindeki rahmet çiçeklerinin bir mübarek arısı derecesindedir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ustadz Said Nursi sangat tawadhu dalam kehidupan pribadinya, namun terhormat dan berwibawa dalam menunaikan tugasnya. Beliau berada pada kedudukan yang membuatnya layak diteladani dalam hal ketawadhuan dan rendah hati. Dalam hal ini beliau berkata, “Sebagaimana seorang prajurit penjaga tidak boleh meninggalkan senjatanya meski panglima datang, aku juga salah seorang prajurit al- Qur’an dan salah satu pelayannya. Kusampaikan kebenaran di hada- pan orang paling membangkang dengan kepala yang tetap tegak.”(*<ref>*Sirah Dzatiyah (Biografi), h.48.</ref>)
    Üstad, hususi hayatında mütevazi, vazife başında vakurdur. Tevazu ve mahviyette numune-i misal olacak bir mertebededir. Bu mevzuda der ki: “Bir nefer nöbette iken baş kumandan da gelse silahını bırakmayacak. Ben Kur’an’ın bir hizmetkârı ve bir neferiyim. Vazife başında iken karşıma kim çıkarsa çıksın, hak budur derim, başımı eğmem.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dari sana dapat disimpulkan bahwa Badiuzzaman Said Nursi merupakan mufassir al-Qur’an yang hakiki. Beliau benar-benar ikhlas serta sosok pelayan al-Qur’an yang istimewa dan berani. Beliau sampai pada keikhlasan yang paling sempurna. Sebagai penulis Risalah Nur, beliau termasuk salah satu imam ahli kalam terbesar, ulama yang cermat, ahli, kokoh, dan memiliki ilmu mendalam. Ia sosok guru mulia yang tidak ada bandingannya dalam ilmu mantiq (logika).Ustadz Said Nursi mempunyai tulisan indah dalam mantiq yang berjudul at-Ta’lîqât. Beliau seorang guru istimewa, jenius, objektif, pencari kebenaran, filsuf yang menyenangi dan membela hakikat kebenaran, ilmuwan sosial, psikolog, pendidik yang tiada tara, serta penulis dan sastrawan istimewa yang senantiasa menyuarakan kebe- naran.
    Hülâsa olarak arz ederiz ki: Bediüzzaman, ihlas-ı tammeye mâlik, hârikulâde, hakiki bir müfessir-i Kur’an’dır. Hem ihlas-ı etemme vâsıl olmuş, kahraman ve yekta bir hâdim-i Kur’an’dır. Risale-i Nur’un müellifi olmak itibarıyla hem bir mütekellim-i a’zamdır hem ilimde gayet derecede mütebahhir ve râsih, muhakkik ve müdakkik bir allâmedir hem ilm-i mantığın yüksek, nazirsiz bir üstadıdır. Ta’likat namındaki telifatı, mantıkta bir şaheserdir. Hem mümtaz ve hakperest ve hakikatbîn bir dâhîdir hem Kur’an’la barışık müstakim felsefenin hakikat-perver bir feylesofudur hem nazirsiz bir sosyolog (içtimaiyatçı) ve bir psikolog (ruhiyatçı) ve bir pedagogdur (terbiyeci) hem daima hakikat terennüm etmiş ve eden, yüksek ve emsalsiz ve dâhî bir müellif ve edibdir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Mungkin ada yang tidak dapat melihat semua sifat Ustadz Nursi di atas karena selama beberapa tahun beliau berada di bawah tekanan penindasan para musuh agama di samping bahwa beliau juga tidak ingin terkenal. Beliau selalu berusaha tidak menampakkan diri dan menyembunyikan sejumlah keistimewaan pribadinya. Hanya saja, sejumlah sifat yang telah kami sebutkan tersebut dan karyanya berupa Risalah Nur menjadi bukti dan petunjuk kuat bagi kami. Hal itu sebagaimana disepakati oleh para ulama ahli hakikat dan ulama yang dekat dengan Allah di mana mereka merupakan orang-orang yang mencintai kebenaran dan kemuliaan sekaligus membelanya.
    Said Nursî, senelerden beri şiddetli bir istibdat ve takyidat altında bulundurulup tanıttırılmadığı ve hem de kendisi, şahsî kemalâtını setrettiği, gizlediği için mezkûr sıfatların her birisine muttali olamayan bulunabilir. Hem bunlar ve hem Risale-i Nur’un hususiyetleri hakkındaki beyanatımız, hakikat-perver ve fazilet-perver bu zamanda bir kısım ulema-i hakikinin ve ehlullahın ittifak ve icma kuvvetindeki hükümleridir. Hem de bizim kat’î kanaatlerimizdir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Bukti paling terang dan dalil hakiki paling kuat yang menunjukkan bahwa Ustadz Said Nursi memiliki ilmu tersebut dan mempunyai semua sifat di atas adalah sosok pribadi Said Nursi itu sendiri. Siapa yang masih ragu dapat membaca karya-karya beliau, Risalah Nur. Ya, kepada dunia Islam dan kepada semua umat manusia, kami ingin menegaskan hakikat agung ini dan kami akan terus menyebutkannya. Ya, dunia Islam dan seluruh manusia sejak seribu tahun yang lalu telah menantikan dengan amat sangat karya seperti Risalah Nur ini.
    Bediüzzaman’ın, öyle bir ilim ve sıfatlara mâlik olduğuna en muteber ve en birinci ve en hakiki delilimiz, Bediüzzaman Said Nursî’dir. Kimin şüphesi varsa Risale-i Nur’u okusun. Evet, biz zikrettiğimiz ve edeceğimiz bu hakaik-i uzmayı, bütün İslâm dünyasına ve umum beşeriyet âlemine ifşa ve ilan ediyoruz. Evet, bin seneden beri âlem-i İslâmiyet ve insaniyet, Risale-i Nur gibi bir esere intizar ediyordu.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Badiuzzaman dapat menulis kitab khusus dalam banyak ilmu. Akan tetapi, beliau berkata, “Sekarang adalah waktunya menyelamatkan iman.” Karena itu, beliau memfokuskan seluruh perhatian, usaha, dan hidupnya dalam menulis dan menyebarkan ilmu-ilmu keimanan.
    Bediüzzaman Said Nursî, çok ilimlerde müstesna birer eser yazabilirdi. Fakat o “Zaman, imanı kurtarmak zamanıdır.” demiş ve bütün himmet ve mesaisini ve hayatını, ulûm-u imaniyenin telif ve neşrine hasretmiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, dengan menyebarkan ilmu-ilmu keimanan, Ustadz mampu menghembuskan kehidupan kepada dunia Islam dan umat manusia. Beliau mampu menerangi kedua aspek tersebut. Semoga Allah memberikan balasan kebaikan untuknya dan memberkahi usianya. Amin.
    Evet, Hazret-i Üstad ulûm-u imaniyeyi neşretmekle, âlem-i İslâm ve âlem-i insaniyeti hayattar ve ziyadar eylemiştir. Cenab-ı Hak, o büyük üstaddan ebediyen razı olsun, uzun ömürler versin, âmin âmin âmin!
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Risalah Nur yang merupakan mukjizat maknawi di masa kini merupakan tafsir yang mulia dan bercahaya dari al-Qur’an al-Mu’jizul Bayân. Ia merupakan pembuka hati. Ia juga merupakan penguasa ruh, pendidik akal, serta pembina jiwa. Ustadz Nursi telah membahas karakter ini yang menjadi ciri Risalah Nur dalam al-Maktubat dengan berkata, “Dalam sejumlah kalimat dari Risalah Nur, kami telah mem- berikan perumpamaan untuk menjelaskan perbedaan antara mereka yang mengambil petunjuk dari al-Qur’an al-Karim sebagai jalan yang lurus dan mereka yang meniti jalan para ulama ahli kalam. Perumpamaannya sebagai berikut: Untuk mendapatkan air, ada yang men- datangkannya dari tempat yang jauh yang ia gali di kaki gunung. Sementara yang lain menemukan air di tempat yang mereka gali seraya memancarkannya di manapun mereka berada. Yang pertama adalah meniti jalan terjal dan panjang. Belum lagi aliran airnya bisa jadi tersumbat atau terputus di tengah jalan. Adapun yang menggali sumur bisa mendapatkan air di mana saja mereka berada tanpa menemui kesulitan dan kepenatan yang berarti.
    Risale-i Nur, Kur’an-ı Mu’cizü’l-Beyan’ın bu asırda bir mu’cize-i maneviyesi olan yüksek ve parlak bir tefsiridir. Evet, Risale-i Nur kalplerin fatihi ve mahbubu, ruhların sultanı, akılların muallimi, nefislerin mürebbi ve müzekkîsidir. Risale-i Nur’un bir hususiyeti de Mektubat’ın birinci cildinin yüz yirmi dokuzuncu sahifesindeki şu bahistir: “Bazı Sözlerde, ulema-i ilm-i kelâmın mesleğiyle, Kur’an’dan alınan minhac-ı hakikinin farkları hakkında şöyle bir temsil söylemişiz ki mesela, bir su getirmek için bazıları küngân (su borusu) ile uzak yerden, dağlar altında kazar, su getirir. Bir kısmı da her yerde kuyu kazar, su çıkarır. Birinci kısım çok zahmetlidir. Tıkanır, kesilir. Fakat her yerde kuyular kazıp su çıkarmaya ehil olanlar; zahmetsiz, her bir yerde suyu buldukları gibi…
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dalam hal ini para ulama ahli kalam memutus rangkaian sebab akibat dengan membuktikan kemustahilan hukum kausalitas dan sebab akibat di penghujung alam. Lalu dari sana mereka membuktikan eksistensi Sang Wajibul wujud. Adapun manhaj al-Qur’an yang hakiki, ia menemukan air pada setiap tempat dan menggalinya di mana saja berada. Setiap ayatnya yang agung laksana tongkat Musa yang memancarkan air di mana saja dipukulkan.
    Aynen öyle de ulema-i ilm-i kelâm, esbabı, nihayet-i âlemde teselsül ve devrin muhaliyeti ile kesip, sonra Vâcibü’l-vücud’un vücudunu onunla ispat ediyorlar. Uzun bir yolda gidiliyor. Amma Kur’an-ı Hakîm’in minhac-ı hakikisi ise her yerde suyu buluyor, çıkarıyor. Her bir âyeti, birer asâ-yı Musa gibi nereye vursa âb-ı hayat fışkırtıyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Manhaj tersebut membuat orang lain membaca prinsip berikut pada segala sesuatu:Pada segala sesuatu terdapat bukti atas-Nya Yang menunjukkan bahwa Dia adalah Esa.(*<ref>*Al-Asfahani, al-Aghani 4/39. Al-Qalqasyandi, Shubhul A’sya 12/413, al-Musthath- raf 1/61, 2/280.</ref>)
    وَ فٖى كُلِّ شَى۟ءٍ لَهُ اٰيَةٌ     تَدُلُّ عَلٰى اَنَّهُ وَاحِدٌ   düsturunu her şeye okutturuyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Selanjutnya iman tidak hanya diperoleh dengan ilmu. Sebab, banyak perangkat halus pada manusia yang memiliki bagian dari iman. Sebagaimana ketika makanan masuk ke dalam lambung ia terbagi dan terdistribusi ke sejumlah urat sesuai dengan masing-masing organ, demikian pula persoalan iman yang datang dari jalur ilmu. Ketika masuk ke dalam akal dan pemahaman, setiap perangkat halus tubuh—seperti ruh, kalbu, sirr, jiwa, dan sejenisnya—mengambil bagian darinya serta menyerapnya sesuai dengan tingkatannya. Jika salah satu dari perang- kat halus tersebut tidak mendapat nutrisi yang sesuai dengannya, pe- ngetahuannya menjadi cacat dan tidak sempurna. Sehingga ia terus dalam kondisi terhalang darinya.”(*<ref>*Al-Maktûbât, h.566.</ref>)
    Hem iman yalnız ilim ile değil, imanda çok letaifin hisseleri var. Nasıl ki bir yemek mideye girse o yemek muhtelif âsaba, muhtelif bir surette inkısam edip tevzi olunuyor. İlim ile gelen mesail-i imaniye dahi akıl midesine girdikten sonra, derecata göre ruh, kalp, sır, nefis ve hâkeza… Letaif, kendine göre birer hisse alır, masseder. Eğer onların hissesi olmazsa noksandır.” İşte Risale-i Nur her yerde suyu buluyor, çıkartıyor. Evvelce gidilen uzun yolu kısaltıyor ve müstakim ve selâmetli yapıyor.
    Begitulah, Risalah Nur mendapat- kan air di mana saja berada sekaligus mengeluarkannya. Ia memper- pendek jalan yang panjang serta menjamin keselamatan dan sikap istikamah di dalamnya.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sebagian ulama terdahulu mengomentari sejumlah hukum syariat dan akidah iman dengan berkata, “Semuanya adalah persoalan naql (nash). Kita harus mengimani apa adanya. Pasalnya, akal tidak dapat menjangkaunya.” Faktanya, akal sangat dominan di masa sekarang ini. Karena itu, Badiuzzaman Said Nursi berkata, “Seluruh hukum syariat dan hakikat iman bersifat rasional. Aku siap membuktikannya.” Hal itu benar-benar beliau buktikan dalam Risalah Nur.
    Eski hükema, ahkâm-ı şer’iyeden ve akaid-i imaniyeden bazıları için: “Bu nakildir, iman ederiz, akıl buna yetişmez.” demişler. Halbuki bu asırda akıl hükmediyor. Bediüzzaman Said Nursî ise “Bütün ahkâm-ı şer’iye ve hakaik-i imaniye aklîdir. Aklî olduğunu ispata hazırım.” demiş ve Risale-i Nur’da ispat etmiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dalam Risalah Nur terdapat sastra, balagah, dan simplifikasi yang istimewa, Ia memiliki gaya bahasa yang tidak ada bandingannya, menarik dan orisinil. Ya, Badiuzzaman mempunyai gaya bahasa khusus; gaya bahasa yang tidak bisa dianalogikan dan dibandingkan dengan yang lain. Bila ada satu poin yang dirasa tidak sesuai dengan kaidah sastra dan gaya bahasa retorika lainnya, berarti terdapat isyarat lembut atau maksud halus di dalamnya. Corak gaya bahasa semacam ini adalah bentuk yang paling tepat untuk mengungkapkannya. Para ulama juga mengakui bahwa pada awalnya mereka tidak dapat memahami hal-hal semacam itu secara baik. Karenanya, tidak aneh dan tidak perlu diperdebatkan bila orang yang tidak banyak menelaah Risalah Nur pada mulanya tidak dapat memahami sejumlah keunikan dan keistimewaan yang terdapat di dalamya.
    Risale-i Nur’da müstesna bir edebiyat ve belâgat ve îcaz; nazirsiz, cazip ve orijinal bir üslup vardır. Evet, Bediüzzaman zatına mahsus bir üsluba mâliktir. Onun üslubu, başka üsluplarla muvazene ve mukayese edilemez. Eserlerin bazı yerlerinde, edebiyat kaidesine veya başka üsluplara nazaran pek münasip düşmemiş gibi zannedilen bir noktaya rastlanırsa orada gayet ince bir nükte, bir îma veya ince bir mana veya hikmet vardır. Ve o beyan tarzı, oraya tam muvafıktır. Fakat o ince inceliği, âlimler de birden pek anlamadıklarını itiraf etmişlerdir. Bunun için Bediüzzaman’ın eserlerindeki hususiyet ve incelikleri, Risale-i Nur’la fazla iştigal etmemiş olanlar, birden intikal edemezler.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Penyair besar dan kebanggaan kita Muhammad Akif pernah berkata di salah satu majelis sastrawan, “Victor Hugo, Shakespeare, dan Descartes adalah para murid Badiuzzaman dalam hal sastra dan filsafat.”
    Büyük şairimiz, edebiyatımızın medar-ı iftiharı merhum Mehmed Âkif, bir üdeba meclisinde “Viktor Hügolar, Şekspirler, Dekartlar; edebiyatta ve felsefede, Bediüzzaman’ın bir talebesi olabilirler.” demiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Para sastrawan dan penyair mendendangkan tema-tema perpisahan seraya menangis, mengingat kematian seraya meratap, serta menggambarkan musim gugur dalam kondisi sedih penuh penyesalan. Bahkan sejumlah penyair Arab terkenal berkata:
    Edib ve şairler, zeval ve firaktan ağlamışlar, ölümden vaveylâ etmişlerdir. Güz mevsimini hüzünle tasvir etmişlerdir. Hattâ dünyaca meşhur Arap edibleri “Eğer firak olmasa idi, ölüm ruhlarımızı almak için yol bulup gelemezdi.” manasında
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    “Kalaulah bukan karena perpisahan dengan para kekasih, tentu kematian tidak menemukan jalan menuju ruh kita.
    لَو۟لَا مُفَارَقَةُ ال۟اَح۟بَابِ مَا وَجَدَت۟     لَهَا ال۟مَنَايَا اِلٰى اَر۟وَاحِنَا سُبُلًا  demişlerdir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Adapun Badiuzzaman berkata, “Perubahan, perpisahan, dan ketiadaan pada makhluk bersifat lahiriah. Namun hakikatnya tidak ada perpisahan. Yang ada adalah perjumpaan. Tidak ada yang namanya ketiadaan. Yang ada hanya keterbaharuan. Segala sesuatu di alam memiliki bentuk keabadiannya sendiri. Sementara kematian hanyalah perpindahan dari alam fana menuju alam abadi.” “Bagi orang yang mendapat hidayah dan ahlul quran kematian adalah perjalanan menuju alam lain, sarana menuju perjumpaan dengan para kekasih dan
    Bediüzzaman ise “Kâinattaki zeval, firak ve adem zâhirîdir. Hakikatte firak yok, visal var. Zeval ve adem yok, teceddüd var. Ve kâinatta her şey, bir nevi bekaya mazhardır. Ölüm, bu âlem-i fâniden âlem-i bâkiye gitmektir. Ölüm, ehl-i hidayet ve ehl-i Kur’an için öteki âleme gitmiş eski dost ve ahbaplarına kavuşmaya vesiledir. Hem hakiki vatanlarına girmeye vasıtadır. Hem zindan-ı dünyadan, bostan-ı cinana bir davettir. Hem Rahman-ı Rahîm’in fazlından, kendi hizmetine mukabil ahz-ı ücret etmeye bir nöbettir. Hem vazife-i hayat külfetinden bir terhistir. Hem ubudiyet ve imtihanın talim ve talimatından bir paydostur. Azrail aleyhisselâm bugün gelse hoş geldin, safa geldin diye gülerek karşılayacağım.” diyor.
    teman lama, media menuju tanah air hakiki dan tempat kebahagiaan abadi, ajakan mulia untuk keluar dari penjara dunia menuju taman surga, penantian untuk mendapatkan upah atas sejumlah pengabdian sebagai karunia dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, pem- bebasan dari beban hidup, liburan dari tugasnya, serta pengumuman selesainya kewajiban ibadah dan ujian pembelajaran.”(*<ref>*Al-Kalimât, h.38.</ref>)
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Saat berusaha menyelamatkan manusia dari kemaksiatan dan kesesatan lewat jalan Risalah Nur, Badiuzzaman tidak menggunakan gaya bahasa yang menakut-nakuti dan memberikan ancaman. Akan tetapi, beliau menjelaskan bahwa kenikmatan yang tidak dibenarkan dalam syariat akan melahirkan seratus macam penderitaan. Beliau berusaha melindungi kalbu dan ruh agar jangan sampai kalah oleh perasaan. Lewat sejumlah komparasi yang dihadirkan dalam Risalah Nur, beliau dapat membuktikan bahwa dalam kekufuran dan kesesatan terdapat benih zaqqum Jahanam. Keduanya membuat pemiliknya merasakan derita Jahanam meski masih di dunia. Adapun dalam iman, Islam, dan ibadah terdapat benih surga. Ia memberikan kenikmatan pada pemiliknya, mencurahinya buah-buahan surga, serta mengalirkan pahala untuknya saat ia masih di dunia.
    Bediüzzaman, beşeri Risale-i Nur’la sefahet ve dalaletten kurtarırken, korku ve dehşet vermek tarzını takip etmiyor. Gayr-ı meşru bir lezzetin içinde, yüz elemi gösterip hissi mağlup ediyor. Kalp ve ruhu hissiyata mağlup olmaktan muhafaza ediyor. Risale-i Nur’da muvazenelerle küfür ve dalalette, bir zakkum-u cehennem tohumu olduğunu ve dünyada dahi cehennem azapları çektirdiğini ve iman ve İslâmiyet ve ibadette, bir cennet çekirdeği ve leziz lezzetler ve zevkler ve cennet meyveleri bulunduğunu, dünyada dahi bir nevi mükâfata nâil eylediğini ispat ediyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Risalah Nur melenyapkan keterbelahan, perpecahan, fitnah, dan kerusakan, serta mengokohkan rasa persaudaraan, soliditas, dan tolong-menolong. Itulah dasar jalan Risalah Nur yang menyelamatkan manusia dari sikap lupa diri, sombong, bangga seraya menghiasinya dengan berbagai akhlak mulia seperti tawadhu, rendah hati, terhormat, dan berwibawa.
    Risale-i Nur nifak ve şikakı, tefrikayı, fitne ve fesadı kaldırıp; kardeşliği, uhuvvet-i diniyeyi, tesanüd ve teavünü yerleştirir. Risale-i Nur mesleğinin bir esası da budur. Risale-i Nur gurur ve kibir ve hodfüruşluk ve zillet gibi ahlâk-ı seyyieden kurtararak, tevazu ve mahviyet ve izzet ve vakar gibi güzel ahlâklara sahip kılar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Risalah Nur menjadikan manusia dapat menyadari kelemahan dan kepapaannya. Ustadz Nursi berkata, “Bila manusia mengetahui kelemahan dan kefakirannya, ketika itulah ia menjadi muslim dan hamba yang sejati.”
    Risale-i Nur, insan olan bir insana, acz ve fakrını derk ettirir. Bediüzzaman der ki: “İnsan, acz ve fakrını anlamakla, tam Müslüman ve abd olur.”
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Orang-orang yang berkata bahwa kita harus mendapat ilmu- ilmu baru untuk bisa mengalahkan kaum ateis, mereka dapat menca- pai tujuan mereka dengan tekun menelaah dan membaca Risalah Nur. Inilah solusi satu-satunya. Ketika itulah berbagai ilmu pengetahuan yang ada di sekolah berubah menjadi makrifat ilahiyah.
    Bu dinsizleri mağlup etmek için yeni tahsili de yapalım diyenler veya yapanlar, Nur risalelerini devam ve sebatla mütalaa ederek, bu hedeflerine vâsıl olurlar ve çare-i yegâne de budur. Hem böylelikle, mektep malûmatları da maarif-i İlahiyeye inkılab eder.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wahai saudara-saudaraku yang pemberani! Wahai generasi penerus umat yang senantiasa meninggikan panji Islam sejak seribu taWahai saudara-saudaraku yang pemberani! Wahai generasi penerus umat yang senantiasa meninggikan panji Islam sejak seribu tahun yang lalu, kita dan kaum muslim masa kini serta masa mendatang sangat membutuhkan pembimbing, dalil, dan penjelasan agung dari al-Qur’an al-Azhim di mana ia bisa meningkatkan iman kita, membebaskan kita dari hal negatif dan sikap acuh, melahirkan para pahlawan pemberani, pejuang yang rela berkorban, pelaku yang saleh, dan kaum taat yang bertakwa; yang mengorbankan kesenangan dan kepentingan pribadi mereka dalam rangka menyelamatkan iman dan Islam. Juga penjelasan al-Qur’an yang menghadirkan untuk kita para pelayan Islam, serta kaum muslim yang mulia semisal para tullabunnur, yang tidak pernah mundur dari medan al-Qur’an dan Islam meski dalam rangka itu mereka bisa berhadapan dengan permusuhan, penindasan dan kematian. Semua itu beranjak dari sikap berani yang bersumber dari kekuatan iman hakiki.
    Ey, bin seneden beri İslâmiyet’in bayraktarlığını yapan bir milletin torunları olan cengâver ruhlu kardeşlerim! Bu zamanın ve gelecek asırların Müslümanları ve bizler, Kur’an-ı Azîmüşşan’ın tefsiri olan öyle bir rehbere muhtacız ki tahkikî iman dersleriyle, iman mertebelerinde terakki ve teali ettirsin. Hem korkak değil, bilakis Risale-i Nur talebeleri gibi cesur ve kahraman ve faal ve amel-i salih sahibi, mütedeyyin, müttaki ve bununla beraber, şahsî rahatlık ve menfaatlerini iman ve İslâmiyet’in kurtuluşu uğrunda feda eden, fedai ve mücahid Müslümanlar yetiştirsin, neme lâzımcılıktan kurtarsın. Hem taarruz ve işkenceler ve ölüm ihtimalleri karşısında, tahkikî iman kuvvetinden gelen bir cesaretle, Kur’an ve İslâmiyet cephesinden aslâ çekilmeyen, “Ölürsem şehidim, kalırsam Kur’an’ın hizmetkârıyım.” diyen ve yılgınlık haline düşmeyen sadık ve ihlaslı, yalnız Allah rızası için hizmet eden, Nur talebeleri gibi İslâmiyet hâdimleri yetiştirsin, böyle muazzez Müslümanlar meydana getirsin.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Mereka berkata, “Bila mati, kami terma- suk syahid. Namun bila tetap hidup, kami adalah pelayan al-Qur’an al-Hakim.” Mereka menegaskan itu dengan penuh ketulusan dan keju- juran tanpa rasa bosan dan jenuh.
    Evet, bu asra öyle bir Kur’an tefsiri lâzım ve elzemdir ki Risale-i Nur gibi akıl, fikir ve mantığı çalıştırsın, ruh ve kalp ve vicdanı tenvir etsin. Müslümanları, beşeri uyandırsın; intibah versin, gafletten kurtarsın. Sırat-ı Müstakim olan Kur’an yolunu göstersin. Sünnet-i seniyeye ve İslâmiyet’in şeairine muhalif olarak yaptırılan ve yapılan şeyleri fark ettirip, sünnet-i Peygamberîye aleyhissalâtü vesselâm ittibaı ders versin ve ihya etmek cehdini uyandırsın.
    Ya, masa ini sangat membutuhkan tafsir al-Quran seperti Risalah Nur. Ia mengajak akal dan logika bekerja, sekaligus menerangi ruh, kalbu, dan jiwa, membangunkan kaum muslimin dan umat manusia, membebaskan mereka dari kelalaian, membimbing mereka menuju jalan Quran yang lurus, menjadikan mereka dapat membedakan antara amal-amal yang—disadari atau tidakberlawanan dengan Sun- nah dan syiar Islam, mendorong mereka mengikuti Sunnah Nabi, serta membangkitkan semangat mereka untuk menghidupkannya.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sejumlah keistimewaan yang dimiliki Risalah Nur tersebut sangat jelas dan terlihat sejak 30 tahun yang lalu serta kokoh dan pasti berdasarkan pengakuan ahli hakikat. Bukti yang jelas atas hal itu ditunjukkan oleh pembelaan para tullabunnur di sejumlah pengadilan tempat mereka disidang akibat rekayasa musuh-musuh Islam yang jahat. Yaitu keteguhan, kejujuran, dan ketegaran mereka menghadapi berbagai jenis kezaliman yang paling keras, serta kesiapan mereka mengorbankan kenyamanan pribadi mereka dalam rangka kebaha- giaan Islam tanpa disertai keluhan atas derita yang mereka rasakan saat melakukan pengabdian terhadap Islam akibat konspirasi kaum zalim yang kejam dan musuh-musuh Islam yang tidak kelihatan.
    İşte Risale-i Nur’un böyle hâsiyetleri hâvi bir Kur’an tefsiri olduğu, otuz seneden beri meydandadır ve ehl-i hakikatin tasdikiyle sabittir. Hem amansız din düşmanlarının planlarıyla mahkemelere sürüklenen Risale-i Nur talebelerinin müdafaaları ve bu talebelerin İslâmiyet’e hizmetleri esnasında, gizli İslâmiyet düşmanı, insafsız, cebbar zalimlerin entrikalarıyla maruz kaldıkları işkencelerden yılmamak, şahıslarını düşünmeden, yani şahsî refahlarını İslâm’ın refah ve saadeti için feda ederek, sıddıkıyetle sebat etmeleri ve eşedd-i zulme mukavemet etmeleri aşikâr bir delil teşkil etmektedir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, para tullabunnur yang senior merupakan relawan yang berkorban untuk iman dan Islam. Mereka menjadi teladan yang baik bagi kita. Mereka telah mewakafkan hidup mereka selama dua puluh lima tahun untuk berkhidmah pada iman lewat Risalah Nur. Mereka mengerahkan seluruh kemampuan mereka untuk menyebarkan- nya secara sembunyi-sembunyi meski sampai sekarang mereka harus menghadapi permusuhan dan serangan para musuh agama yang berkhianat.
    Evet, hem yirmi beş seneden beri Risale-i Nur’la iman hizmetine bütün varlığını vakfeden ve şimdiye kadar gaddar din düşmanlarının çok defalar tecavüz ve taarruzuna ve taharriyata maruz kaldığı halde, yirmi beş senedir inziva içinde, Risale-i Nur’un nâşirliğini yapan Nur kahramanları ağabeylerimiz, bizlere birer numune-i imtisal olan, iman ve İslâmiyet fedaileridir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kita sebagai muslim mencari tafsir al-Quran seperti Risalah Nur serta menantikan pembimbing sepertinya. Para tullabunnur yang ikhlas adalah orang-orang yang percaya kepada firman Allah, “Allah sebaik-baik penjaga. Dan Dia Dzat Yang Maha penyayang.” (QS. Yu- suf [12]: 64). Mereka mengamalkannya dan menunaikan pengabdian iman mereka seraya tetap berhati-hati agar tidak jatuh dalam jebakan musuh serta tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk menodai Risalah Nur yang mereka yakini sebagai sesuatu yang lebih mahal dari nyawa mereka. Mereka terus melakukan pengabdian tanpa peduli dengan bahaya yang mengancam diri mereka. Mereka begitu perhatian kepada guru mereka. Bahkan ketika sang guru dimasuk- kan ke dalam penjara dan menghadapi tekanan, saat diberi kesempatan mereka juga sibuk dengan Risalah Nur. Bahkan sebagian mereka menghafal Risalah Nur dengan berkata, “Barangkali mereka mema- sukkanku ke penjara dan melarangku membaca Risalah Nur sehingga aku tidak bisa mempelajari dan mengamalkannya.”
    İşte biz Müslümanlar, böyle bir tefsir-i Kur’an arıyor, böyle bir hâdîyi bekliyorduk. O ihlaslı Nur talebeleri ki “Cenab-ı Hak, Hafîz’dir. Ben onun inayeti ve himayeti altındayım. Başıma ne gelse hayırdır.” diye iman etmekle beraber amel ederler. İman hizmetini yaparlar. Din düşmanlarına yakalanmamak ve canlarından kıymetli olduğuna inandıkları Nur risalelerini onlara kaptırmamak için de ihtiyat ederler. Şahıslarına gelecek zararları nazar-ı itibara almadan hizmetlerine devam ederler. Hapse, zindana atılıp, işkence yapıldığı zamanda, onlar yine üstadları Bediüzzaman ile alâkadardırlar. Eğer gizlice bir imkân bulurlarsa onlar yine Risale-i Nur ile meşguldürler. Hattâ “Belki hapse atılırım, Nur risalelerimi vermezler, çalışmaktan mahrum kalırım.” diye bazı Nurları ezberleyen talebeler de olmuştur.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Diceritakan bahwa salah seorang tullabunnur yang tulus saat keluar dari penjara ia semakin dekat dengan Ustadz Said Nursi. Ia mulai sibuk dengan Risalah Nur dan berusaha menyebarkannya lebih daripada yang sebelumnya. Seakan-akan penjara yang menjadi tempat ia menerima berbagai macam siksaan telah menjadi sumber energi dan kekuatan baginya. Tali cemeti itu telah memberikan motivasi baginya untuk semangat berkhidmah kepada Risalah Nur dengan jujur dan hatihati.
    Muhlis bir Nur talebesi, hapishaneden çıkarıldığı vakit; güya o kırbaçlı, falakalı, türlü türlü işkenceli hapishane, ona bir kuvvet, bir enerji kaynağı olmuş, sadakat ve teyakkuzla Nur hizmetinde koşturmak için bir kırbaç tesiri yapmış gibi üstadına daha ziyade yakınlaşır ve eskisinden daha fazla Nurlara çalışır, neşriyat yapar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Saat salah seorang pengajar dari tullabunnur dengan berani dan heroik menjawab berbagai pertanyaan di seputar Ustadz dan Risalah Nur, yaitu ketika Badiuzzaman di penjara setelah kejadian Afiyon, penuntut umum marah. Ia mengancam untuk segera memenjarakan sang pengajar. Maka, sang pengajar yang merupakan relawan pejuang Islam itupun menjawab, “Saya siap dimasukkan ke penjara dari seka- rang.
    Afyon hâdisesinde, Bediüzzaman hapiste iken muallim bir Nur talebesi, savcılıkta Risale-i Nur ve Üstadı hakkında kahramanca cevaplar verdiği için savcı kızmış. “Şimdi seni hapse atarım!” diye tehdit etmiş. O İslâm fedaisi muallim de cevaben “Ben hazırım, derhal hapse gönderin!demiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ketika pengadilan Afiyon memutuskan menahan salah seorang tullabunnur sementara kepolisian tidak dapat menemukannya, murid itupun pada saat mengetahui putusan tadi, ia segera menyerahkan diri seraya berkata, “Bagaimana mungkin aku berada di luar, sementara guru dan saudara-saudaraku berada di dalam penjara?!
    Yine Afyon Mahkemesinde, bir Nur talebesi hakkında tevkif kararı veriliyor fakat adliye bulamaz. O talebe bundan haberdar olur. Diğer Nur kardeşleri gibi “Üstadım ve kardeşlerim hapiste iken, nasıl hariçte kalabilirim?” diyerek savcılığa teslim olup, hapse girer.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Di penjara ini pula, aparat pernah keliru membebaskan salah seorang tullabunnur. Maka, orang tersebut berkata dalam hati, “Guru dan saudara-saudaraku masih di penjara. Sementara masih terdapat sejumlah Risalah Nur yang baru ditulis dan belum selesai kusalin.” Iapun berkata kepada kepala penjara, “Engkau harus membebaskanku setelah 40 hari. Masa hukumanku belum selesai.” Seketika sang kepala penjara itu menghitung kembali masa hukumannya. Ternyata benar seperti yang ia katakan. Maka, orang tersebut dikembalikan ke pen- jara.
    Aynı bu hapishanede, bir Nur talebesini sehven tahliye ederler. O da “Üstadım ve kardeşlerim henüz hapistedirler. Hem istinsahını tamamlayacağım yeni telif edilen Nur risaleleri var.” diye düşünerek hapishane müdürüne “Benim kırk gün sonra tahliye edilmem lâzım. Ceza müddetim daha bitmedi.” der. Hesap ederler ki hakikaten böyledir, tekrar hapse koyarlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Saudara-saudaraku yang berpandangan tajam dan memiliki semangat pembelaan agama!
    Hamiyet-i diniye meziyetine lâyık anlayışlı kardeşlerim!
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Andai Ustadz Nursi mengetahui sejumlah informasi yang dikatakan tentangnya tentu beliau akan berkata, “Apa urusan diriku dengan semua ini. Mengapa mereka melakukannya? Ia tidak penting dan tidak bernilai bagi diriku. Nilainya terkandung pada Risalah Nur yang terpancar dari al-Qur’an al-Karim. Adapun diriku, tidaklah berarti.”
    Said Nursî, kendi hakkında verilen böyle bir malûmatı görürse diyeceklerdir ki: “Ne için böyle yapıyorlar? Şahsımın ehemmiyeti yok. Kıymet, Kur’an’dan tereşşuh eden ve Kur’an-ı Hakîm’in malı olan Risale-i Nur’dadır. Ben bir hiçim.”
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sebenarnya, semua sanjungan dan penghargaan yang diberikan kepada pribadi Ustadz Nursi disebabkan karena berbagai hakikat Qurani dan sejumlah pelajaran keimanan yang beliau sebarkan dalam Risalah Nur. Serta karena usaha yang beliau kerahkan dalam rangka berkhidmah untuk al-Qur’an dan agama secara komprehensif. Juga karena ketulusan yang beliau miliki. Semua ini secara tersurat tidak kembali kepada pribadi beliau, tetapi kepada al-Qur’an dan Islam serta untuk Allah dan di jalan Allah. Adapun permusuhan dan serangan yang dengannya ia dijadikan target oleh para musuh Islam, tujuannya adalah untuk menghabisi Islam dan al-Qur’an di mana Badiuzzaman rela menjadi pelayannya. Sebab, ia wujud dari Risalah Nur yang men- dunia dan mencakup berbagai hakikat al-Qur’an dan keimanan.
    Üstadın şahsının mazhar ve âyine olduğu Kur’anî hakikatler ve Nurlar itibarıyla ve neşrettiği iman ve İslâmiyet dersleriyle, ihlas-ı tamme ile umumî ve küllî bir tarzda Kur’an’a ve dine hizmet etmesiyle, onun hakkındaki takdir ve tahsinler, mana-yı harfî ile şahsına ait kalmıyor. Kur’an ve İslâmiyet’e râcidir. Allah nam ve hesabınadır. Din düşmanları tarafından, ona yapılan düşmanlık ve taarruzlar da Bediüzzaman’ın hâdimliğini yaptığı Kur’an ve İslâmiyet’in ortadan kaldırılması maksad-ı mahsusuna matuftur.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Meskipun para musuh agama yang bersembunyi, munafik, dan memusuhi Islam tersebut mengetahui hakikat aksiomatis ini, sejak setengah abad yang lalu mereka masih tetap berusaha memunculkan citra negatif tentang Ustadz Badiuzzaman lewat sejumlah propagan- da dan kedustaan mereka.
    Zira hakaik-i Kur’aniye ve imaniyeyi câmi’, o cihanşümul Risale-i Nur eserleri ona ihsan edilmiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sebenarnya tujuan utama mereka adalah menghalangi tersebarnya Risalah Nur serta memadamkan cahaya Islam dan iman. Namun semakin Ustadz Nursi ditekan, Risalah Nur semakin berkilau dan semakin terlihat jelas. Wilayah penyebarannya bertambah luas. Hal itu ditunjukkan oleh berbagai peristiwa yang terjadi selama dua puluh lima tahun yang lalu.
    İşte bu bedihî hakikati bilen, maskeli, gizli ve münafık iman ve İslâmiyet muarızları ve düşmanları, yarım asra yakındır, Bediüzzaman’ın çürütemedikleri şahsını, yalan ve yaygaralarla hâlâ çürütmeye çabalıyorlar. Maksatları; Risale-i Nur, rağbet ve revaç görüp intişar etmesin, iman ve İslâmiyet inkişaf etmesin. Halbuki Said Nursî’ye iliştikçe Risale-i Nur parlıyor. Neşriyat dairesi genişliyor. Birer numune olan yirmi beş sene içindeki hâdiseler meydandadır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Pada saat musuh-musuh Islam terus melakukan serangan dan tuduhan dusta mereka, di balik layar mereka juga berusaha menghalangi para tullabunnur untuk memberikan pembelaan sebagai bentuk ekspresi syukur dan pengakuan atas jasa Ustadz dan Risalah Nur. Sebab, mereka telah mendapatkan manfaat dan limpahan karunia dari Risalah Nur sesuai kesiapan mereka masing-masing. Karenanya, mereka membawa sejumlah teman-teman tullabunnur yang bodoh atau yang berpura-pura mencintai mereka untuk berkata, “Kalian telah berlebihan dalam memuji dan menyanjung beliau.” Begitulah lewat cara dusta yang beragam, tersembunyi, dan menipu, para musuh Islam berusaha menipu, menekan, menakut-nakuti, dan mengancam kami.
    İslâmiyet düşmanları, bir taraftan tamamıyla yalan propagandalarına ve taarruzlarına devam ederken, diğer taraftan da Nur talebelerinin üstadları ve Risale-i Nur hakkında istidatları nisbetinde, istifade ve istifazalarından doğan minnet ve şükranlarını ifade eden takdirkâr yazı ve sözlerden mürekkeb bir nevi müdafaalarını perdeler arkasından men’etmeye çalışıyorlar. Bunun için safdil gördükleri dostların dostlarına veya dostlara samimi görünerek “İfrata gidiyorsunuz.” gibi birtakım şeyler söylettiriyorlar. İşte böyle sinsi, böyle dessas, böyle entrikalı çeşitli iftiralarla bizi korkutmaya, yıldırmaya ve susturmaya çalışıyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, logiskah pada saat musuh agama berteriak dan menyuarakan kedustaan mereka, kami berdiam diri tidak memerlihatkan hakikat kebenaran?! Apakah masuk akal ketika musuh Islam yang tidak objektif itu menyebarkan kebohongan serta melakukan kezaliman dan penindasan kepada Ustadz Nursi, lalu kami diam saja tidak membantah kebohongan tersebut dan tidak menjelaskan kebenaran Risalah Nur?! Bukankah sangat bodoh dan bebal bila musuh Islam yang zalim dan buas itu melontarkan kebohongan dan kepalsuan terhadap Badiuzzaman yang perhatiannya tertuju pada usaha menjaga dan membela al-Quran dan Islam lewat Risalah Nur lalu kami tidak menjelaskan kebenaran dan hakikat yang ada?! Apalagi mendukung kaum zindik yang melaksanakan berbagai aktivitas tersembunyi mereka dengan sikap diam?!
    Evet, acaba hiç akıl kârı mıdır ki din düşmanları, iftira ve yalanlardan ibaret yaygaralarını yapsınlar da bizler hakikati izhar tarzıyla müdafaa etmekte susalım? Acaba hiç mümkün müdür ki İslâmiyet düşmanlığıyla, Üstad Bediüzzaman hakkında zalimane ve cebbarane haksızlıkları irtikâb eden o insafsız propagandacılar, yalanlarını savururken biz, Üstad ve Risale-i Nur’un hakkaniyetini ilan ederek, o acib yalanlarını akîm bırakmaya çalışmayalım? Acaba eblehlik ve safderunluk olmaz mı ki Kur’an ve imanın hunhar ve müstebit zalim düşmanları; Kur’an ve İslâmiyet’i ve dini Risale-i Nur’la küfr-ü mutlaka karşı müdafaa ve muhafaza hizmetini yapan Bediüzzaman aleyhtarlığında, mütemadiyen uydurmalarla seslerini yükseltsinler de biz hak ve hakikati beyan ve ilan etmekte sükût edelim, susalım veya “Biraz susun!” gibi bir şeyle, paravanalar, perdeler arkasında icra-i faaliyet yapan o gizli dinsizlere bir nevi yardım etmiş veya desteklemiş olalım?
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Tentu hal itu tidak mungkin dilakukan. Kami tidak akan diam. Mereka tidak akan bisa membuat kami diam. Kami juga tidak akan berhenti dan tidak akan membiarkan mereka membuat kami berhenti. Kami akan terus membawa Risalah Nur dan menyebarkannya sampai ruh keluar dari sarangnya. Serta sampai ruh terpisah dari jasad, dan sampai nafas terputus dari badan. Kami akan terus bekerja menentang musuh agama dan berbagai tipu daya dan kebuasan mereka. Kami tidak akan berhenti menyuarakan bahwa Risalah Nur adalah sumber hakikat kebenaran dan bahwa Badiuzzaman bersih dan terle- pas dari semua tuduhan yang mengarah padanya.
    Aslâ ve kellâ, kat’â ve aslâ susmayacağız ve hem susturamayacaklardır. Durmayacağız ve hem durduramayacaklardır. Bu can bu kafesten çıkıncaya kadar, bu ruh bu cesetten ayrılıncaya kadar, bu nefes, bu bedenden gidinceye kadar; Risale-i Nur’u okuyacağız, neşredeceğiz. Risale-i Nur’un mahz-ı hakikat ve ayn-ı hak olduğunu ve Bediüzzaman Said Nursî’nin, yapılan ithamlardan tamamıyla münezzeh ve müberra olduğunu, iftiracı ve tertipçi, hunhar din düşmanlarına mukabil, izhar ve ilan edeceğiz.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wahai saudara-saudaraku yang mulia, dalam sejarah Islam muncul para ulama besar tiada tara yang meninggalkan sidik jari yang jelas pada lembaran emas lewat karya tafsir dan tulisan yang mereka tinggalkan di mana ia tidak bisa dibandingkan dengan tulisan filsuf Eropa manapun. Para penulis muslim yang hebat dan jenius itu telah melakukan pengabdian mereka untuk al-Qur’an dan Islam dengan benar dan ikhlas tanpa ada tekanan yang keras oleh rezim dalam beberapa tahun yang cukup lama kecuali hanya beberapa saja. Badiuzzaman termasuk ulama yang harus menghadapi kezaliman yang cukup berat dalam bentuk yang tidak pernah ada sepanjang sejarah. Namun berkat karunia Allah, beliau berhasil mengalahkan musuh-musuh agama yang berkeinginan menghabisinya berikut jejaknya dalam jihad agama yang paling besar dan bersifat maknawi, dengan meneladani sunnah Rasul yang mulia. Beliau berhasil menggapai kemenangan nyata yang tiada tara sepanjang sejarah umat manusia.
    Kıymetli kardeşlerim! İslâm tarihinde, altın sahifelerde mevkileri bulunan, büyük ve nazirsiz zatlar meydana gelmiştir. O misilsiz zatların tefsirleri ve eserleri, hiçbir Avrupalı feylesofun eseriyle kabil-i kıyas olmayacak derecede emsalsizdir. O büyük İslâm müellifleri ve İslâm dâhîleri, herhangi bir hükûmetin, senelerce ağır bir esaret ve koyu bir istibdadı tahtında olmaksızın, Kur’an ve İslâmiyet’e hakkıyla ve hâlis bir surette hizmet etmişlerdi. Tarihte eşine rastlanmayan bir istibdad-ı mutlak ve eşedd-i zulüm altında ve dehşetli bir esaret içinde bırakılan ve kendini ve eserlerini imha etmeye çalışan din düşmanlarına mukabil, bir şahs-ı manevî olan Bediüzzaman Said Nursî, Resul-i Ekrem aleyhissalâtü vesselâm Efendimizin sünnetine tam ittiba ederek yaptığı dinî cihad-ı ekberinde, beşer tarihinde misli görülmemiş bir tarzda muvaffak ve muzaffer olmuştur.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Beliau telah membuat 130 tulisan tentang iman secara sembunyi-sembunyi di bawah penindasan dan tekanan keras disertai sikap konsisten dalam menunjukkan ketakwaan yang sempurna dan penghambaan yang tulus. Beliau berjihad bersama sukarelawan dalam berbagai peperangan. Beliau mempergunakan sejumlah kesempatan yang tersedia meski dengan goresan api untuk menulis tafsir Qurani yang menjelaskan berbagai rahasia al-Qur’an yang paling halus dan kemukjizatannya yang menakjubkan. Pada saat yang sama beliau berhasil menang dalam berjuang mengendalikan diri dan nafsunya untuk berkhidmah pada al-Qur’an. Beliau menghadapi beragam siksaan, perampasan kebebasan, pengasingan ke sejumlah desa terpencil, pen- jara soliter, dan pengawasan yang ketat. Beliau berusaha menyebarkan sejumlah tulisannya dalam bentuk Risalah Nur secara sembunyi-sem- bunyi meski harus berhadapan dengan sikap buas para musuh agama yang kezaliman mereka benar-benar melampaui batas lebih daripada kezaliman yang dilakukan pengadilan inkuisisi. Beliau mengantar masyarakat yang hari ini berjumlah jutaan menuju jalan keselamatan, jalan al-Qur’an al-Karim di mana beliau merupakan pelayan Sunnah Nabi x yang mulia yang menjadi kunci pembuka materi dan maknawi bagi seluruh alam. Lewat Risalah Nur beliau berusaha mewujudkan kebahagiaan abadi bagi kaum mukmin dan umat manusia seluruh- nya. Lalu apakah berkumpulnya semua keistimewaan tersebut dalam pribadi maknawi sosok beliau juga terkumpul pada sosok lain seperti Ustadz Badiuzzaman sepanjang sejarah? Saudara-saudaraku, Ustadz Said Nursi menyebarkan Risalah Nur sebagai bukti kebenaran serta cahaya hakikat dan lenteranya. Beliau menyampaikan berbagai hakikat iman dan al-Qur’an yang menja- di jaminan kebahagiaan abadi bagi seluruh alam. Di antara karunia dan anugerah Allah, semua lapisan masyarakat, baik laki-laki mau- pun wanita, orang tua, pemuda, ataupun anak-anak, pengajar, filsuf, ataupun kalangan sufi, semua menyukai Risalah Nur. Mereka semua bergerak menuju cahaya tersebut dan berada dalam dekapannya. Mereka meminta tambahan kekuatan darinya. Maka, jamaah besar yang terdiri dari jutaan orang yang bahagia dan beruntung mendapatkannya tersinari olehnya. Mereka tiba di tempat keselamatan.
    Bediüzzaman gibi yüz otuz parça imanî eserlerini şiddetli bir istibdat, tazyikat ve takyidat altında, gizliden gizliye telif edebilmek hem kuvvetli bir takva ve ubudiyete sahip olmak ve hem bunlarla beraber, harp cephesinde de fedai olarak gönüllü askerleriyle muharebe etmiş olmak ve harp cephesinde, avcı hattında dahi fırsat buldukça Kur’an’ın en ince nüktelerini ve hârika i’cazını beyan eden bir Kur’an tefsiri telif etmiş olmak ve aynı zamanda nefis mücadelesinde de galip olup, nefsini de dine hizmetkâr yapmak ve hürriyeti gasbedilerek, ücra bir köye sürgün edilip, tecrid-i mutlak ve tarassudlar ve her türlü azaplar içinde ablukaya alınıp, Engizisyon zulümlerini çok geride bırakan hâkim bir kuvvetin tazyikatı altında, cani canavarların pek vahşi işkenceleri içinde سِرًّا تَنَوَّرَت۟ sırrıyla perde altında Risale-i Nur eserleri gibi eserler neşretmek ve böylece cihanın maddî manevî “Fatih”i olan Resul-i Ekrem aleyhissalâtü vesselâmın sünnet-i seniyesinin bir hizmetkârı olarak, bugün milyonlara bâliğ olan bir câmiayı, inayet-i İlahî ile Kur’an-ı Hakîm’in cadde-i kübrasında selâmetle ilerletmek ve mü’minlerin ve beşeriyetin sadece dünyalarını değil, ebedî saadetlerini temine Risale-i Nur gibi bir eserle vesile olmak; bu mezkûr hususiyetlerin manevî şahsında toplanması, Risale-i Nur müellifi Bediüzzaman Said Nursî gibi tarihte hangi bir zata daha nasib olmuştur acaba?
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, wahai saudaraku! Risalah Nur adalah tafsiran hakiki dari al- Qur’an al-Karim, yang merupakan mukjizat terbesar dan wadah dari berbagai mukjizat. Ia mendatangkan sejumlah keutamaan, menarik perhatian, menghembuskan rasa takjub, dan menuntun kepada ber- bagai hakikat iman. Dengan itu semua, ia menjadi dan akan menjadi sarana teragung yang menjadi sebab tersebarnya Islam dan iman di seluruh benua di dunia.
    Evet kardeşlerim! Risale-i Nur, öyle bir ziya-yı hakikat, öyle bir bürhan-ı hak ve bir sirac-ı hakikat neşrediyor ve iki cihanın saadetini temin edecek, Kur’an ve iman hakikatlerini ders veriyor ve öyle bir lütf-u İlahîdir ki yirmi beş seneden beri, çoluk çocuk, genç ihtiyar, kadın erkek, muallimi, feylesofu, talebesi, âlimi, mutasavvıfı gibi her bir tabaka-i insaniye, bu Nur’un âşığı, bu Nur’un pervanesi, bu Nur’un meclubu, bu Nur’un muhibbi olmuşlar; bu Nur’a koşmuşlar, bu Nur’un sinesine atılmışlar, bu Nur’dan meded istemişler. Milyonlarca bahtiyar kimselerden müteşekkil muazzam bir kitle, bu Nur’la nurlanıp bu Nur’la kurtulmuşlardır.
    Risalah Nur menghembuskan rasa rindu dan cinta dalam hati.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ia menumbuhkan suka cita dan semangat dalam jiwa. Ia juga meyakinkan akal dan logika, serta menenamkan ketenangan dalam kalbu manusia.
    Evet kardeşlerim! Mahzen-i mu’cizat ve mu’cize-i kübra olan Kur’an-ı Azîmüşşan’ın hakiki bir tefsiri olan Risale-i Nur, o kadar merak-âver, o kadar cazibedar, o kadar dehşetli ve muazzam hakikatleri ders veriyor ve mesaili ispat ediyor ki iman ve İslâmiyet’in kıtalar genişliğinde inkişaf ve fütuhatına medar oluyor ve olacaktır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Itulah yang membuat jutaan orang mau membaca Risalah Nur berkali-kali serta mengkajinya secara terus-menerus. Seakan-akan selama bertahun-tahun ia menyebarkan dirinya sendiri.
    Evet Risale-i Nur, kalplere o derece bir aşk ve muhabbet, ruhlara o kadar bir vecd ve heyecan vermiş, akıl ve mantıkları öyle bir tarzda ikna etmiş ve öyle bir itminan-ı kalp hasıl etmiştir ki milyonlarca Nur talebelerine, kendini defalarca okutmuş, yazdırmış ve bir ömür boyunca mütalaa ettirmiş ve senelerden beri âdeta kendi kendini neşretmiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wahai saudaraku yang mulia, sejumlah organisasi zindik yang dikontrol oleh tangan-tangan asing, dalam rangka menghapuskan Islam, sudah mulai melakukan berbagai konspirasi dan menyusun sejumlah intrik. Mereka melakukan berbagai macam kezaliman dan tindakan kejam. Mereka juga membuat sejumlah rencana jahat dan menjadikan manusia lupa kepada makar dan tipu daya yang ada. Mereka mengikuti cara-cara Iblis yang samar. Mereka menciptakan per- musuhan antar saudara, menyebarkan dusta dan hoaks, serta menebar benih-benih fitnah, kerusakan, dan perpecahan di banyak negara du- nia Islam, khususnya di Turki. Sehingga banyak luka terngaga dalam bangunan Islam dan keterbelahan besar terjadi di dalamnya.
    Aziz kardeşlerim! Ecnebi parmağıyla idare edilen zındıka komiteleri, İslâmiyet’i imha için İslâm memleketlerinde, bilhassa Türkiye’de, öyle desiselerle entrikalar çevirmişler, haince dolaplar döndürmüşler, hunharane ve vahşiyane zulümler irtikâb ve şeytanî ve menfur planlar tatbik etmişler ve iğfalatta bulunmuşlar; iblisane, sinsi metotlar takip etmişler ve kardeşi kardeşe çarpıştırmışlar ve öyle aldatıcı yalan ve propagandalar ve yaygaralar yapmışlar, fitne ve fesat ve tefrika tohumları saçmışlardır ki bunlar İslâm’ın bünyesinde derin rahneler açmış ve büyük tahribatlar yapmıştır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Namun semua musibah itu berkat karunia dan pertolongan Allah menjadi sebab lahirnya Risalah Nur yang memiliki karakter kompre- hensif, global, dan bisa menyembuhkan dengan izin Allah. Ia mun- cul lewat tangan sosok yang benar-benar ikhlas yang Allah muliakan untuk melakukan tugas tersebut. Berbagai musibah di atas juga telah membangunkan kaum muslim sekaligus mendorong mereka untuk mencari jalan keselamatan. Ia membuat mereka merasa butuh mengkaji pelajaran iman yang hakiki, bersimpuh di hadapan Allah, dan mendengarkannya guna menyelamatkan kehidupan ukhrawi dan abadi mereka. Ia juga membuat mereka menyadari bahwa sikap lalai dalam mewujudkan hal ini bisa berakibat pada turunnya banyak musibah. Dalam kenyataan, inilah hikmah dari turunnya berbagai musibah dan bencana atas manusia dan kaum mukmin.
    Fakat o musibetler, Cenab-ı Hakk’ın imdadı ile tahrik ve istihdam olunan Bediüzzaman Said Nursî gibi ihlas-ı tammı kazanmış olan bir zat vasıtasıyla, rahmet-i İlahî ile mededres ve şifa-resan ve cihan-pesend ve cihanşümul bir mahiyeti haiz Risale-i Nur eserlerinin meydana gelmesine sebep olmuştur. Ve aynı zamanda, Müslümanları uyandırmış; onları halâs, kurtuluş çarelerini aramaya sevk etmiştir. Ebedî âhiret hayatlarını kurtarmak için hakiki iman derslerini almak ve Allah’a iltica ve emirlerine itaat etmek ihtiyacını şiddetle hissettirmiş ve bu husustaki gaflet ve kusuratı; o musibetlerin ihtar ettiğini, idrak ettirmiştir. Zaten insanların, mü’minlerin başına gelen bela ve musibetlerin hikmeti budur.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, tindakan jahat yang dilakukan oleh kaum asing itu telah mempercepat jalan menuju kebebasan, kemerdekaan, dan persatuan dalam dunia Islam. Pada akhirnya ia mengantar pada eksistensi negara Islam yang merdeka. Kita berdoa kepada Allah dan meminta kepada-Nya lewat keluasan rahmat-Nya agar negara-negara Islam bersatu dan bisa mengendalikan seluruh alam. Kami memohon kepada rahmat ilahi dengan harapan yang kuat.
    Evet o ecnebilerin, canavarlar gibi yaptıkları muamele ve zulümler, İslâm dünyasında, hürriyet ve istiklal ve ittihad-ı İslâm cereyanını da hızlandırmıştır. Nihayet, müstakil İslâm devletlerinin teşkilini intac etmiştir. İnşâallahu Teâlâ, Cemahir-i Müttefika-i İslâmiye de meydana gelecek ve İslâmiyet, dünyaya hâkim ve hükümran olacaktır. Rahmet-i İlahîden kuvvetle ümit ve niyaz ediyoruz.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Badiuzzaman Said Nursi, penulis Risalah Nur, adalah pejuang Islam. Tulisannya, Risalah Nur, adalah karya yang bersifat komprehensif, menakjubkan dan menyelamatkan. Ia menghancurkan semua organisasi rahasia yang menentang agama, meruntuhkan semua aktivitas keji dan berbahaya mereka, memutus pilar-pilar kekufuran dan memotong sampai ke akarnya. Ia melapangkan jalan bagi terbukanya futûhât Islam dan iman dalam hati. Ia juga menyiapkan kondisi yang tepat bagi kekuasaan mutlak al-Qur’an yang mulia.
    İşte Risale-i Nur müellifi Bediüzzaman Said Nursî, öyle bir mücahid-i İslâm’dır ki ve telifatı Risale-i Nur, öyle uyandırıcı ve öyle halâskâr ve öyle fevkalâde ve cihangir bir eserdir ki din aleyhindeki bütün o komitelerin bellerini kırmış, mezkûr muzır ve habîs faaliyetlerini akamete düçar ve dinsizlik esaslarının temel taşlarını paramparça etmiş ve köküyle kesmiştir ve İslâmî ve imanî fütuhatı, perde altında, kalpten kalbe inkişaf ettirmiş ve Kur’an-ı Azîmüşşan’ın hâkimiyet-i mutlakasına zemin ihzar etmiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, karena mampu menyingkap berbagai hakikat mutiara al- Qur’an serta mengikuti jalan paling selamat dalam al-Qur’an, Risalah Nur mampu memperbaiki sejumlah kerusakan yang ada. Ia mampu mengobati luka lewat obat-obatan yang dimiliki oleh apotik al-Qur’an yang agung.
    Evet Risale-i Nur, o tahribatı Kur’an’ın elmas hakikatleriyle ve Kur’an-ı Kerîm’deki en kısa ve en müstakim bir tarîkle tamir ve o yaraları, Kur’an-ı Hakîm’in eczahane-i kübrasındaki edviyelerle tedavi ediyor ve edecektir. Hem masum Müslümanların kanlarını sömüren ve servetleri tahaccür etmiş millet kanı olan, parazit, tufeylî ve aç gözlü canavar ve barbar emperyalistleri, müstemlekecileri ve onların içimizdeki, sadece şahsî menfaat zebunu, zalim, hunhar, harîs ve müstebit uşaklarını, hâk ile yeksan edip izmihlal ve inhidam-ı mutlakla mağlup eden ve edecek yegâne çarenin Kur’an-ı Mu’cizü’l-Beyan’ın bu asırda bir mu’cize-i manevîsi olan Risale-i Nur eserleri olduğunda, basîretli İslâm mücahidleri ve âlimleri, icraat ve müşahedata müstenid, yakînî bir kanaat-i kat’iye ile müttefiktirler.
    Ulama ahli basirah dan pejuang Islam, dengan sangat yakin berdasar pengalaman dan penyaksian, telah sampai pada fakta bahwa Risalah Nur merupakan solusi satu-satunya untuk bisa terhindar dari kehancuran mutlak dan untuk menumpas penjajah imperialis yang barbar yang menumpahkan darah kaum muslim yang tidak berdo- sa sehingga kekayaan mereka bertumpuk lewat darah beku sejumlah bangsa. Para ulama itu pun sepakat bahwa Risalah Nur adalah jalan satu-satunya untuk menghancurkan kaki tangan penjajah yang zalim yang menjadi budak kepentingan pribadi di mana mereka hidup di tengah-tengah kita.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sejarah umat manusia tidak dapat menghadirkan kepada kita sebuah karya semacam Risalah Nur. Ini berarti bahwa Risalah Nur merupakan tafsiran Qurani yang tidak ada padanannya di masa kini.
    Evet tarih-i beşer, Risale-i Nur gibi bir eser göstermiyor. Demek, anlaşılıyor ki Risale-i Nur, Kur’an’ın emsalsiz bir tefsiridir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, bukan hanya dunia Islam yang berhutang jasa kepada Badiuzzaman Said Nursi. Bahkan dunia Nasrani juga berhutang budi kepada beliau; satu hal yang membuat Pendeta Paus di Roma mengirim sebuah surat resmi berisi ungkapan terima kasih atas taufik dan kemenangan yang beliau dapatkan dalam jihad maknawi melawan kekufuran.
    Evet Bediüzzaman Said Nursî’ye, yalnız âlem-i İslâm değil, Hristiyan dünyası da medyun ve minnettardır ki dinsizliğe karşı umumî cihadında mazhar olduğu muvaffakiyet ve galibiyetten dolayı Roma’daki Papa dahi kendisine resmen tebrik ve teşekkürname yazmıştır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sekarang aku akan membacakan kepada kalian sejumlah alinea dalam koleksi Risalah Nur di seputar iman, al-Qur’an, dan Rasulullah x sebagaimana disebutkan di dalamnya. Kalian bisa meneruskan membacanya nanti di posisinya. Mungkin sebagian teman nantinya memiliki pertanyaan di seputar masalah tersebut. Akan tetapi, aku ingin menegaskan di sini bahwa guru kami, tidak langsung mem- berikan penjelasan saat salah seorang murid membaca Risalah Nur. Kadang beliau membaca dengan cepat seraya berkata, “Risalah Nur telah menjelaskan sejumlah masalah keimanan sesuai keperluan. Guru Risalah Nur adalah Risalah Nur itu sendiri. Maka, siapapun tidak perlu menerima pelajaran dari yang lain. Semua mengambil pelajaran darinya secara otomatis sesuai dengan kesiapannya. Bahkan meskipun akal belum mampu menyerap semua persoalan dengan sempurna. Yang pasti ruh, kalbu, dan jiwa mengambil bagian darinya. Dengan kadar pengambilan manfaat darinya, ia mendapat keuntungan besar.”
    Şimdi Risale-i Nur Külliyatı’ndan iman, Kur’an ve Hazret-i Peygamber aleyhissalâtü vesselâm Efendimiz hakkında olan eserlerden bazı kısımları aynen okuyacağım. Siz bu eserleri elde edip tamamını okursunuz. Okurken belki izah edilmesini isteyen kardeşlerimiz olacaktır. Fakat bu hususta arz edeyim ki üstadımız Bediüzzaman, bir Nur talebesine Risale-i Nur’dan bazen okuyuvermek lütfunu bahşederken izah etmiyor, diyor ki: “'''Risale-i Nur, imanî meseleleri lüzumu derecesinde izah etmiş. Risale-i Nur’un hocası, Risale-i Nur’dur. Risale-i Nur, başkalarından ders almaya ihtiyaç bırakmıyor.''' Herkes istidadı nisbetinde kendi kendine istifade eder. Aklınız her bir meseleyi tam anlamasa da ruh, kalp ve vicdanınız hissesini alır. Ne kadar istifade etseniz büyük bir kazançtır.”
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Adapun bila risalah yang dibaca memiliki penjelasan dalam risalah lain, maka ia butuh dihadirkan dan dibaca. Para ulama ahli ba- sirah yang mencermati poin-poin penting dalam Risalah Nur berkata, “Bisa jadi seorang alim mendapat bagian yang banyak dari ilmu. Namun bila alim tersebut mendalami rincian yang ada saat membaca Risalah Nur pada jamaah lalu mengaitkan apa yang dibaca tersebut de- ngan apa yang diketahui sebelumnya, maka hal itu bisa menjadi hijab yang membuatnya tidak bisa menangkap esensi dan pengaruh Risalah Nur, tidak mampu memahami dampak dari berbagai hakikat yang dijelaskan oleh Risalah Nur yang sesuai dengan pemahaman masa kini dan sesuai kebutuhan. Karena itu, yang paling baik dan paling efektif adalah membaca Risalah Nur sebagaimana adanya disertai penjelasan atas makna sejumlah kosakata yang tidak dapat dipahami.
    Okunan Türkçe veya Arapça bir risalenin izahı, başka bir risalede varsa onu getirip okuyor. Risale-i Nur’daki gayet ince nükteleri derk eden basîretli âlimler de der ki: Bir âlimin yüksek bir ilmi olabilir fakat Risale-i Nur’u cemaate okurken tafsilata girişip eski malûmatlarıyla açıklarsa bu izahatı, Risale-i Nur’un beyan ettiği, asrımızın fehmine uygun ve ihtiyacına tam cevap veren hakikatlerin anlaşılmasında ve tesiratında ve Risale-i Nur’un mahiyetinin derkine bir perde olabilir. Bunun için bazı lügatların manalarını söyleyerek aynen okumak daha müessir ve daha efdaldir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Saudara-saudaraku di Universitas Istanbul membacanya dengan cara demikian. Kami juga ingin menegaskan secara singkat: bahwa Risalah Nur sudah sangat fasih dan singkat. Nilai sebuah kata terkandung dalam bentuknya yang singkat. Mengambil pelajaran besar dari persoalan iman dan al-Qur’an dalam penjelasannya secara global terwujud saat dibacakan kepada jamaah.
    İstanbul Üniversitesindeki kardeşlerimiz de böyle okuyorlar. Biz de hülâsaten deriz ki: Risale-i Nur, gayet fasih ve vecizdir. Sözün kıymeti; îcazındadır, kısalığındadır. '''Bir mesele-i imaniye ve Kur’aniye umuma ders verilirken mücmel olarak tedrisinde, daha fazla istifaza ve istifade vardır.'''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Tuanku dan guruku yang mulia, Badiuzzaman, semua kalangan yang mengenal keindahan dan kebaikan akan senantiasa membawakan untuk Anda dan untuk Risalah Nur semua penghormatan dan penghargaan. Kami pun akan selalu menaruh rasa cinta dan penghargaan yang bersumber dari relung hati dan relung jiwa yang paling dalam terhadap Risalah Nur lewat ajaran universal yang dibawanya yang telah menyelamatkan iman kami melalui sejumlah pelajaran iman hakiki yang diberikan. Rasa cinta dan hormat tersebut akan terus berpindah dari satu generasi ke generasi yang lain serta dari satu masa ke masa yang lain.
    Ey Üstadımız Efendimiz! Umum kadirşinas insanlar Risale-i Nur’u ve sizi ebediyen tebcil ve tekrim edeceklerdir. Tahkikî iman dersleriyle imanımızı kurtaran cihan-baha ve cihan-değer bir kıymette olan Risale-i Nur’u bütün ruh-u canımızla, bütün mevcudiyetimizle seviyor ve tekrim ediyoruz. Bu aşk ve bu muhabbet, bu tazim ve bu hürmet; nesilden nesile, asırdan asıra, devirden devire intikal edecektir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, Risalah Nur memiliki kekuatan yang dapat melumat pilar-pilar kekufuran milik kaum zindik. Ia mampu melemparkannya ke dalam lubang kebinasaan dan membuatnya tinggal kenangan. Adapun yang lain yang mencari kebenaran, mereka akan menemukan keselamatan dan keberuntungan pada cahaya al-Qur’an dan iman.
    Evet, Risale-i Nur’daki hakaik-i Kur’aniye öyle bir kuvvettir ki bu kudret karşısında, küfr-ü mutlakın ve dinsizliğin temelleri târumar olacak; inhidam çukurlarına yuvarlanarak geberecektir. Bâki kalanlar, iman ve Kur’an nuruyla felâh ve necat bulacaklardır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, kekuatan Qurani ini yang mampu meluluhlantahkan gunung dan batu karang sehingga seperti kapas serta mampu melarutkan besi dan granit hingga seperti minyak, ia akan menenggelamkan alam pada cahaya dan kebahagiaan. Ketika penyelamatan iman itu terwujud, ca- haya al-Qur’an akan meliputi seluruh alam.
    Evet dağları, taşları, pamuk gibi dağıtacak; demir ve granitleri yağ gibi eritecek derecede olan bu kuvvet-i Kur’aniye dünyayı nur ve saadete gark edecek. Bu Nur-u Kur’an, imanların kurtuluşunda, dünyaya hâkim ve hükümran olacaktır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Penutup doa mereka adalah “Alhamdulilaahi Rabbil ‘aalamin”.
    وَ اٰخِرُ دَع۟وٰيهُم۟ اَنِ ال۟حَم۟دُ لِلّٰهِ رَبِّ ال۟عَالَمٖينَ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    ------
    ------
    <center> [[Lemaat]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[Sözler Fihrist|Fihrist]] </center>
    <center> [[Lemaat/id|AL-LAWÂMI’]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[Sözler Fihrist/id|Sözler Fihrist/id]] </center>
    ------
    ------
    </div>

    11.27, 13 Aralık 2024 itibarı ile sayfanın şu anki hâli

    Diğer diller:

    Seminar ini diadakan pada tahun 1950 di masjid fakultas Uni- versitas Ankara, dihadiri oleh para profesor, anggota legislatif, mahasiswa dari berbagai fakultas, ditambah delegasi Pakistan.

    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

    Segala puji milik Allah Tuhan semesta alam.

    Salawat dan salam semoga tercurah kepada Junjungan kami Muhammad juga kepada keluarga dan seluruh sahabat.

    Wahai saudara-Saudaraku yang ingin mereguk air kehidupan yang bersumber dari Iman dan Islam:

    Pertama-tama saya ingin mengingatkan bahwa saya naik ke atas podium ini sama sekali tidak meninggikan posisi saya. Pasalnya, saya melihat diri saya lebih membutuhkan pelajaran ini. Karenanya uraian ini sebenarnya tertuju kepada diri saya pribadi meskipun saya sam- paikan ke hadapan hadirin semua. Semua kekurangan dan kesalahan bersumber dari diri saya pribadi, sementara kebaikan dan sejumlah keutamaan yang ada kembali kepada Risalah Nur yang telah membe- rikan manfaat kepada saya. Seminar kita hari ini berkisar pada iman yang ditegaskan Badiuzzaman Said Nursi di Majelis Nasional Turki Pertama lewat pernyataannya, “Hakikat yang paling mulia di alam ini adalah Iman. Sesudah itu adalah salat.” Karena itu, menurut kami sangat tepat bila seminar pertama ini berbicara tentang al-Qur’an, Iman, dan Rasul x. Lalu seminar yang kedua insya Allah tentang salat dan ibadah.

    Kita telah mencari sebuah karya yang menghadirkan kepada kita sejumlah informasi tentang tema ini. Pada akhirnya pilihan kita mengarah kepada Risalah Nur guna memenuhi kebutuhan yang vital dan abadi tersebut. Risalah Nur, dengan segala keyakinan dan perasaan terhadapnya, telah menjadi pelajaran agama terbesar selama hampir setengah abad. Hal itu karena ia berisi pendekatan rasional yang meyakinkan dan sesuai dengan pemahaman masa kini. Setelah menjelaskan sebab yang mendorong kami agar seminar pertama ini berbicara tentang Iman, sekarang kami ingin memberikan sekapur sirih tentang Risalah Nur berikut penulisnya yang mulia.

    Ya, kaum Ateis dan musuh Islam telah menjadikan tindakan menggoyahkan rukun Iman dengan melemparkan berbagai keraguan sebagai tugas utama mereka dalam sejumlah program destruktif yang mereka rancang. Perlu diketahui bahwa kerusakan pada pilar-pilar dan hakikat Iman terhitung lebih berbahaya daripada sikap tidak peduli atau abai terhadap sejumlah masalah furu-nya.

    Karena itu, pekerjaan yang paling utama adalah menguatkan iman dengan cara mengubah iman taqlidi kepada iman tahqiqi dan menyelamatkan iman. Fokus dengan pilar-pilar keimanan merupakan sebuah kebutuhan bahkan keharusan ketimbang persoalan yang lain. Hal itu berlaku di Turki dan dunia Islam.

    Apakah sikap memberikan perhatian dalam menghias dan mem- percantik istana padahal pilar-pilarnya sedang terancam dan nyaris ambruk adalah sikap yang memberikan manfaat? Apakah menyemprot ranting dan daun pohon yang sedang terancam kering akibat akarnya yang hendak dicabut merupakan sikap yang bermanfaat? Demikian pula manusia merupakan istana menakjubkan yang pilar- nya berupa pilar-pilar Iman.

    Manusia juga ibarat pohon yang akarnya terdiri dari fondasi-fondasi Iman. Karena pilar terpenting dari rukun Iman adalah iman kepada Allah, kenabian, dan hari akhir, maka kita harus memberikan perhatian untuk menguatkan hal tersebut di dalam hati.

    Ilmu keimanan adalah dasar dan penghulu semua ilmu. Pasalnya, iman tidak hanya sekedar pembenaran. Namun ia memiliki banyak tingkatan. Iman taklidi tidak bisa menghadapi terpaan kesesatan. Ia akan melemah dan tidak berdaya dalam menghadapinya. Adapun iman tahkiki yang menjadi kekuatan kokoh tidak akan bergeser dalam menghadapi apapun. Seandainya orang yang mendapatkan iman tah- kiki menghadapi terpaan ateisme yang dahsyat, maka terpaan tersebut tidak berpengaruh di hadapan kekuatan iman ini. Sebab dia membuat seseorang memiliki keimanan yang kuat yang tidak mudah goyah bahkan dalam menghadapi berbagai keraguan yang dilemparkan oleh para filsuf ateis yang paling keras kepala sekalipun.

    Karena itu, kita harus belajar dan mengajarkan berbagai hakikat Iman. Kita juga harus mengkaji al-Qur’an berikut tafsir yang terkait dengan ayat-ayat al-Qur’an yang mengarah kepada masa kini sekaligus mencermati arahan qurani yang merespon berbagai kebutuhan manusia agar kita selamat dari problematika masa kini dan bisa mengantarkan manusia kepada pantai keselamatan. Bila tidak, maka kebinasaan dan kerugianlah yang akan didapat.

    Jelas tampak di wajah kalian saat ini semangat yang berbinar yang menyiratkan sebuah pertanyaan: Apakah tafsir semacam itu bisa ditemukan pada zaman sekarang?

    Ya, kami telah mencari dengan cermat sebuah karya yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan sebagaimana dijelaskan di atas. Akhirnya kami meyakini bahwa Risalah Nur karya Badiuzzaman Said Nursi merupakan petunjuk qurani dan pembimbing yang sempurna bagi para pemuda Turki khususnya serta kaum muslimin dan umat manusia pada umumnya lewat kesaksian dari banyak orang yang memiliki keimanan kuat setelah membaca dan mempelajari Risalah Nur.

    Kami mengakui seorang penulis sebuah karya qurani yang menjadi pembimbing yang bersifat universal di abad kedua puluh harus memiliki sejumlah keistimewaan. Kami mendapatkan sejumlah keistimewaan tersebut secara sempurna di dalam Risalah Nur dan pribadi penulisnya, Badiuzzaman Said Nursi. Keistimewaan tersebut adalah sebagai berikut:

    Pertama, penulisnya mencukupkan al-Qur’an sebagai pembimbing dan petunjuk baginya.

    Kedua, al-Qur’an adalah sebuah kitab suci yang memiliki berbagai ilmu hakiki. Al-Qur’an juga merupakah khutbah azali yang menyampaikan pesannya kepada semua tingkatan manusia pada setiap abad. Oleh sebab itu, ketika menafsirkan al-Qur’an mufassirnya tidak terpengaruh dengan metode dan manhajnya sendiri dan hawa nafsunya tidak bercampur di dalamnya agar menyampaikan hakikat al-Qur’an secara murni dan menjadi tafsir hakiki. Untuk menetapkan hakikat al-Qur’an yang tampak dengan menggali maknanya, mufassirnya harus memiliki pemikiran yang luas dalam berbagai bidang pengetahuan, pandangan yang tajam serta keikhlasan yang sempurna, kejeniusan, kemampuan berijtihad yang mendalam dan kekuatan suci.

    Ketiga, tafsir al-Qur’an harus ditulis untuk mencari rida Allah dan ditulis dengan ikhlas. Penulisnya tidak memiliki tujuan yang bersifat materi dan maknawi selain demi rida ilahi dan hal itu terlihat dalam kehidupannya.

    Keempat, salah satu mukjizat al-Qur’an yang terbesar adalah menjaga kesegarannya dan memiliki sisi yang memenuhi kebutuhan setiap masanya seolah-olah diturunkan pada masa itu.

    sebuah tafsir yang ditulis pada masa ini harus menyingkap sisi al-Qur’an yang mengarah pada masa ini, menjelaskan dan membuktikannya dengan gaya bahasa yang dipahami oleh setiap tingkatan manusia mulai dari yang awam hingga khawas.

    Kelima, berbagai hakikat Al-Qur’an dibuktikan dengan sangat meyakinkan tanpa ada yang salah dan perlu dikoreksi lewat sejumlah dalil dan bukti oleh mufassirnya.

    Keenam, penulisnya mengajarkan dan memperlihatkan sejumlah hakikat al-Qur’an dengan cara yang memuaskan akal, kalbu, dan jiwa serta menenteramkan perasaan, menundukkan nafsu, dan mematahkan semua argumen setan lewat gaya penulisan yang indah menakjubkan dan dengan pengaruh yang kuat.

    Ketujuh, tafsirnya menyelamatkan manusia dari berbagai sifat yang bisa menghalangi dari tersingkapnya hakikat iman seperti riya, ujub, sombong. Disisi lain, ia membuat seseorang memiliki sifat tawadhu dan akhlak terpuji.

    Kedelapan, seorang ulama yang menafsirkan al-Qur’an harus mengikuti sunnah nabi dan mengamalkan ilmunya dalam kehidupannya sesuai manhaj Ahlussunnah Wal Jamaah. Ia juga harus memiliki sifat Wara, ikhlas, dan zuhud, serta memiliki komitmen penuh, pengorbanan, hidup hemat dan qana’ah dalam pengabdian agama.

    Kesimpulannya, mufassirnya menjadi pelayan al-Qur’an yang dalam dirinya tampak percikan kewalian Muhammad x dengan memiliki ketakwaan dan ubudiyah agung yang dimiliki oleh nabi Muhammad x.

    Kesembilan, Mufassir harus memiliki keberanian heroisme Islam dalam menghadapi berbagai tantangan dan ancaman serta berbagai bentuk penyiksaan, tidak memberikan fatwa lantaran pengaruh dari pihak lain, meremehkan kematian, serta menyampaikan hakikat tanpa rasa takut dengan kekuatan Iman yang menentang dunia ketika menjelaskan persoalan yang terkait dengan al-Quran dan syari’at.

    Dia harus menjadi pembimbing sempurna, teladan terbaik Islam pada abad ini dan mufassir al-Qur’an yang agung dan terpercaya ketika hukuman gantung diterapkan, tidak satupun buku agama diizinkan untuk terbit, khususnya pengupayaan pilar-pilar al-Qur’an dan syari’at dihapuskan.

    Atas dasar itu, sebab-sebab dan syarat-syarat yang telah kami sebutkan terpenuhi dalam Risalah Nur berikut penulisnya Badiuzzaman Said Nursi sebagaimana hal itu diakui oleh para ulama Islam di Turki dan di berbagai belahan dunia lainnya seperti Eropa dan Amerika.

    Saudara-saudaraku yang mulia! Masalah terbesar yang menyita perhatian manusia pada masa kini adalah persoalan penyelamatan iman atau kehilangan iman.

    Dua perang dunia telah membangunkan manusia dari kelalaian dan meng- ingatkan bahwa kehidupan dunia bersifat fana serta menyadarkan manusia untuk hidup di sebuah alam yang kekal dan kebahagiaan yang abadi. Karena itu kita harus berhati-hati dalam mencari apa yang bisa menyelamatkan dan membimbing kita di era yang menipu dan ajaib ini. Kita harus memperluas area pencarian dan pembahasan sebagai berikut:

    Para ulama dan ahli ilmu kalam serta tokoh Islam terdahulu tentu laksana mentari maknawi bagi umat Islam. Mereka telah mempersembahkan beragam ilmu dan buku yang sangat penting yang tak terhitung nilainya. Namun zaman kita sekarang tidak seperti zaman mereka.

    Hal itu karena bila kesesatan bersumber dari kebodohan, ia mudah untuk dihilangkan. Akan tetapi bila kesesatan tersebut—serangan terhadap al-Qur’an, Islam dan iman—berasal dari ilmu, maka sangat sulit dan rumit untuk menghilangkannya. Kesesatan jenis tera- khir ini jarang ditemukan pada masa lalu. Barangkali hanya satu dari seribu orang yang tersesat atas nama ilmu. Bila ada satu orang yang tersesat dari jenis ini mungkin hanya satu dari seribu yang sadar kem- bali. Hal itu karena orang-orang seperti mereka kagum terhadap diri sendiri padahal mereka bodoh tetapi merasa berilmu.

    Selain itu, di masa lalu berbagai ilmu pengetahuan modern belum berkembang seperti di abad kedua puluh ini. Karenanya tidak mungkin memutus akar-akar ateis yang tersebar di masa kini, tidak mungkin memperlihatkan kebenaran dan hakikat, serta tidak mung- kin menggiring masyarakat kepada jalan yang lurus kecuali dengan mengarahkan kepada ayat-ayat al-Qur’an yang menatap masa kini sekaligus menafsirkannya dengan tafsiran yang mudah dipahami oleh semua orang.

    Ya, Badiuzzaman said Nursi mendapatkan taufik untuk bisa menyingkap berbagai hakikat al-Qur’an yang mengarah kepada zaman kita ini. Beliau mengumpulkan apa yang beliau singkap tersebut dalam karya-karyanya yang bernilai, Risalah Nur, dengan cara penyajian yang mudah dipahami tentu sesuai dengan tingkat penerimaan masing masing.

    Hal itu dikuatkan dengan satu kenyataan bahwa Risalah Nur telah ditulis di masa yang di dalamnya manusia sangat membutuhkan berbagai hakikat tersebut ditambah dengan adanya pengorbanan para tokoh yang penuh berkah yang telah membaca dan menyalin Risalah Nur di tengah sejumlah tekanan yang ada.

    Karena itu, kami yakin bah- wa Risalah Nur merupakan karya bernilai dan istimewa yang ditulis di Turki di mana manfaatnya tersebar ke seluruh dunia Islam.

    Saudara-saudaraku yang mulia! Terdapat satu sosok yang mengundang para ulama di Istanbul untuk melakukan diskusi. Ia menggantungkan di pintu kamarnya sebuah papan petunjuk bertuliskan “Di sini semua masalah dapat terpecahkan, semua persoalan mendapatkan jawaban, dan tidak ada pertanyaan balik” (Dengan catatan bahwa papan petunjuk tersebut tidak membatasi spealisasi tertentu, tetapi semua disiplin ilmu tanpa terkecuali). Maka, sosok tersebut didatangi oleh para ulama terkenal secara berbondong-bondong. Mereka mengajukan sejumlah pertanyaan kepadanya. Sementara beliau memberikan jawaban yang tepat. Para ulama melihat ilmunya yang luas padahal beliau masih sangat muda. Mereka juga melihat kekuatan ungkapan dan retorikanya.

    Kondisi beliau yang mengagumkan itulah yang menyebabkan mereka memberikan apresiasi dengan penuh kagum. Bahkan mereka menggambarkan beliau sebagai sosok yang langka, yang layak mendapat gelar Badiuzzaman. Pasalnya, beliau langka dalam hal kecerdasan, hafalan, ilmu dan keberanian. Sebagaimana beliau juga sosok yang langka dalam hal keikhlasan dan ketulusan. Beliau tidak senang melakukan sesuatu yang dibuat-buat atau penuh dengan kepura-puraan.

    Pada masa itu, Syekh Bakhit al-Muthi’i, Mufti Mesir, berkunjung ke Istanbul. Maka para ulama Istanbul memintanya untuk berdiskusi dengan Said Nursi yang datang dari dataran Kurdistan. Syekh Bakhit menerima permintaan tersebut. Ia memanfaatkan kesempatan dari keberadaannya di sebuah warung teh dekat masjid Hagia Sophia setelah menunaikan salat untuk mulai berdiskusi dengan Said Nursi disaksikan oleh para ulama. Ia melontarkan pertanyaan sebagai berikut: Apa pendapatmu tentang Daulah Usmaniyah dan Eropa? De- ngan pertanyaan tersebut Syekh Bakhit al-Muthi’i ingin mengukur sejauh mana wawasan Badiuzzaman tentang politik internasional dan masa depan. Ia tidak ingin mengujinya terkait ilmunya yang mendalam dan kecerdasannya yang tidak diragukan.

    Said Nursi menjawab:

    “Eropa sedang mengandung janin Islam

    dan pada satu saat akan melahirkannya,

    sementara Usmaniyah sedang mengandung janin peradaban Eropa dan pada satu saat akan melahirkannya.”

    Mendengar jawaban yang singkat dan mendalam tersebut, Syekh Bakhit tidak bisa menyembunyikan perasaannya dan berkata: Aku sepakat dengan ucapannya. Aku juga mempunyai pandangan yang sama. Pemuda semacam ini tidak bisa didebat. Gaya bahasa yang singkat dan padat semacam ini hanya dimiliki oleh Badiuzzaman. Perkataan Badiuzzaman tersebut benar-benar terwujud. Setahun atau dua tahun sesudah itu banyak kebiasaan dan tradisi asing yang ber- tentangan dengan syiar Islam masuk. Seiring berjalannya waktu ia semakin menguat di Turki. Sebaliknya, hari ini perhatian terhadap al- Qur’an dan Islam di Eropa semakin meningkat, begitu banyak orang orang Jerman yang beruntung memeluk agama Islam. Sejumlah peristiwa membuktikan kebenaran pernyataannya.

    Di sini para ulama sepakat bahwa apa yang dikatakan oleh Badiuzzaman Said Nursi benar adanya dan bahwa apa yang beliau tulis tidak bersumber dari fikirannya semata tetapi merupakan lintasan hati (sunûhât qalbiyah).

    Ya, kalangan tasawuf dan ulama serta mereka yang berafiliasi kepada sekolah modern mampu mengambil manfaat dari Risalah Nur sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Ia mudah diterima dan sesuai dengan seluruh kalangan. Ya, penulisnya hanya dalam waktu beberapa bulan telah berhasil menguasai berbagai ilmu pengetahuan, rahasia, dan hikmah. Dia tidak sibuk dengan sebuah buku selain al- Qur’an sejak empat puluh tahun. Tidak ada satupun buku yang dia rujuk ketika menulis karyanya yang berbahasa Turki yang berjumlah 130 risalah dan berbahasa arab yang berjumlah 15 risalah dengan pe- nyaksian para muridnya yang menyalin naskah. Pada dasarnya dia tidak memiliki perpustakaan, seorang yang setengah buta huruf(*[1])tetapi mampu berdebat dengan para ulama besar dan para mursyid agung ketika masih muda terkait berbagai bidang ilmu termasuk ilmu penge- tahuan modern. Dia mampu membenarkan persoalan yang disepakati dan meluruskan persoalan yang diperselisihkan sehingga para ulama mengatakan “tidak ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh Badi- uzzaman.” Dia membantah serangan para filsuf Eropa yang dangkal dan arogan mengenai ayat dan hadis yang mutasyabihat serta membuktikan kemukjizatan ayat dan hadis dengan karya-karyanya, sehingga menyelamatkan sebagian cendikiawan yang ragu dan menggagalkan serangan yang ditujukan kepada Islam. Tentu tidak ada keraguan bahwa Said Nursi merupakan seorang mufassir al-Qur’an dan ilmunya luas dan bersifat ladunni. Risalah Nur merupakan mahakaryanya yang luar biasa yang layak dibaca sepanjang hidup.

    Wahai saudara-saudaraku yang terjaga! Kita harus cermat dan sensitif dalam memilih karya yang menjamin keselamatan hidup abadi bagi kita dan dunia Islam di mana ia dapat menyinari, membimbing, dan melindungi kita dari kesesatan. Pasalnya para musuh berusaha dengan segala tipu daya untuk menjerumuskan dan menyesatkan pemuda Islam.

    Karena itu, saat membaca dan mendengar satu karya kita harus meletakkan kaidah dasar di bawah ini:

    مَن۟ قَالَ وَ لِمَن۟ قَالَ وَ لِمَا قَالَ وَ فٖيمَا قَالَ

    “Siapa yang berkata? Kepada siapa ia berkata? Mengapa ia berkata? Apa yang dikatakan?” Ya, ketinggian ucapan dan keindahannya serta sumber kekuatannya terletak pada empat unsur berikut: si penutur, lawan bicara, tujuan, dan konteksnya. Kita tidak boleh membaca setiap buku yang sampai ke kita dan tidak boleh mendengar setiap ucapan yang dikatakan kepada kita. Sebagai contoh, apakah sama antara perintah pemimpin pasukan untuk berjalan ke depan dan perintah seorang prajurit? Tentu saja tidak. Sang pemimpin dengan ucapannya dapat menggerakkan sebuah pasukan dalam jumlah besar. Adapun sang prajurit tidak bisa menggerakkan meski hanya seorang prajurit.

    Berdasarkan empat kaidah di atas, ratusan ribu orang yang me- nyimpan rasa cinta dalam hatinya kepada Said Nursi memperhatikan dan mengikuti hal yang paling kecil dari Said Nursi. Oleh karena itu, sebagian saudara kita yang hadir di sini menuntut penjelasan tentang kehidupan, karya, metode dan manhaj Said Nursi.

    Kami tidak mampu mengungkapkan dengan sempurna kehidupan karya dan akhlak seseorang seperti Badiuzzaman. Karena hakikat ini telah termuat dalam karya para cendekiawan, maka pengungkapan hakikat ini di luar batas kemampuan kami. Perlu kami sampaikan bahwa saudara-saudara yang ingin mendapatkan informasi Badiuzzaman hanya bisa didapatkannya dengan membaca Risalah Nur secara seksama dan berkesinambungan.

    Saudara-saudaraku yang mulia! Risalah Nur memiliki kekuatan dan inayah yang istimewa yang membuatnya mampu mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan abadi bagi tanah air penuh berkah ini dan bagi umat Islam seluruhnya. Ia menebarkan kedamaian dan perdamaian secara umum dalam bentuk yang sederhana. Pada sosok maknawi Risalah Nur ini terkumpul sejumlah keutamaan dan kemampuan sebagai berikut:

    1. Hakikat Islam yang merupakan sumber kekuatan yang istimewa dan guru bagi segala kesempurnaan.

    2. Kemuliaan Islami, yaitu terhormat, tidak merendahkan diri, serta jauh dari sikap sombong dan arogan terhadap kalangan lemah.

    3. Harga diri yang islami yang merupakan pondasi semua kemuliaan dan kemajuan manusia.

    Wahai teman-teman! Dalam hadis disebutkan bahwa ulama yang hakiki adalah ulama yang berani menyuarakan kebenaran di hadapan pemimpin yang zalim. Kami hanya bisa percaya kepada karya ulama yang bertakwa dan seperti yang disebutkan dalam hadis.

    Di masa sekarang ini Risalah Nur yang menjadi contoh konkret dari hadis di atas berada di hadapan kita. Badiuzzaman adalah seorang mujahid benar-benar mengikuti sunnah nabi x dalam memperjuangan agama, khidmah al-Qur’an dan ubudiyah. Rasul x menunaikan salat berjamaah dengan para sahabat secara bergantian pada saat perang Badar yang merupakan peristiwa politik terbesar di dunia ini. Yakni, Rasul x mengutamakan sebuah kebaikan seperti salat berjamaah yang bersifat sunnah dibanding sebuah peristiwa politik yang terbesar di dunia. Dia tidak meninggalkan sebuah pahala dalam dahsyatnya perang.

    Demikian pula pada perang melawan Rusia di mana Imam Nursi ikut serta sebagai pemimpin pasukan relawan, hal itu tidak membuatnya lupa dalam menuliskan tafsirnya yang berharga terkait ba- lagah dan susunan huruf al-Qur’an, Isyarat al-I’jaz fi Mazhan al-Ijaz. Sebuah karya agung yang diterima secara luas oleh sebagian besar ulama di dunia Islam dan mendapat apresiasi mereka. Mereka tidak pernah melihat sebuah tafsir yang seperti itu sebelumnya. Tidak ada yang mengingkari hal tersebut. Di dalamnya sang penulis telah menyingkap persoalan al-Qur’an yang paling rumit dan paling mendalam. Beliau juga memperlihatkan aspek balagah, kefasihan luar biasa, dan sisi kemukjizatannya yang tiada tara. Bahkan ketika ia menjelaskan salah satu poin penting dari sebuah huruf pada saat perang berkecamuk, meriam musuh tidak mampu mengalihkan perhatiannya dan dahsyatnya perang tidak menghalanginya.

    Saat adzan dilarang dan orang-orang dipaksa mendengar adzan baru, tullabunnur tidak mau mengumandangkan adzan bid’ah tersebut. Mereka menghadapi bid’ah semacam ini dan tidak mau ikut di dalamnya. Mereka memerlihatkan sikap heroik dalam rangka menjaga diri mereka.

    Pada era yang menyedihkan tersebut, saat keimanan dan keislaman ingin dicabut dari dada, sedangkan tidak ada ulama yang mam- pu menerbitkan tulisan keagamaan meskipun secara sumbunyi-sembunyi, pada saat itulah Badiuzzaman, di tempat pengasingannya, menulis dan menerbitkan sekitar 130 risalah keimanan meskipun saat itu beliau berada dalam pengawasan dan tekanan para tiran yang zalim. Di samping itu, Badiuzzaman Said Nursi hanya mengambil sedikit porsi tidur di waktu malam. Beliau bangun menghadap kepada ilahi untuk bersimpuh memohon pertolongan-Nya agar umat Islam yang sedang tertawan dijaga dan diselamatkan dari segala keburukan dan kejahatan.

    Ya, Ustadz Nursi benar-benar mengikuti sunnah Rasul x.

    Kondisinya menjadi teladan bagi para pejuang sejati dan seluruh umat Islam. Artinya, beliau telah menunaikan tugas jihad, ubudiyah, dan takwa secara keseluruhan. Bila melaksanakan salah satunya, beliau tidak mengabaikan yang lain. Beliau dimasukkan ke penjara karena rekayasa para musuh agama yang zalim dan kejam. Beliau ditempatkan dalam penjara soliter di sebuah ruangan yang sangat dingin. Meski menderita, sakit, merasakan hawa dingin yang amat sangat, serta berada dalam kondisi lemah yang menyertai masa tua, beliau tetap semangat menulis sejumlah risalah iman.

    Abu Bakar ashiddiq d pernah berkata, “Biarlah tubuhku mem- besar di neraka sampai tidak ada lagi tempat yang tersisa bagi mukmin.” Badiuzzaman menjadi manifestasi dari satu kilau kemuliaan tersebut. Beliau berusaha menuju puncak pengorbanan dengan berkata, “Bila kulihat iman umat sudah baik dan selamat, aku siap dibakar di kobaran Jahanam. Pasalnya, meski jasadku terbakar, hatiku hidup dalam ketenangan dan kebahagiaan.” Semua itu dibuktikan oleh kehidupan beliau yang membentang lebih dari delapan puluh tahun.

    Beliau benar-benar menjadi pelayan yang tulus serta menjadi sosok yang rela berkorban untuk al-Qur’an dan Islam. Kemurahan, kemuliaan, ruh, jiwa, dan kehidupan yang dikor- bankan oleh Badiuzzaman, sikap bijak, teguh, dan sabar yang indah yang diperlihatkan oleh beliau dalam menghadapi kezaliman dan keburukan orang, serta dalam menghadapi musibah yang menimpa, semua itu menjadi bukti jujur atas pengabdian beliau terhadap iman dan al-Qur’an.

    Badiuzzaman mengorbankan kesenangan duniawinya guna berkhidmah untuk al-Qur’an, iman, dan Islam. Beliau tidak menyimpan kekayaan duniawi dan pribadi. Beliau menghabiskan hidupnya dalam kondisi zuhud, bertakwa, melakukan olah ruhani, hemat, dan qanaah. Beliau juga memutuskan hubungan secara total dengan dunia.

    Maknanya, uzlah dari dunia yang dilakukan oleh Badiuzzaman adalah demi kebahagiaan dan kemajuan umat Islam sehingga beliau dapat mendedikasikan setiap menit dari usianya untuk pengabdian iman sekaligus mendapat taufik untuk benar-benar tulus dan ikhlas. Ya, Badiuzzaman naik menuju posisi pelayan al-Qur’an yang tulus dan relawan Islam yang tercatat dalam sejarah. Beliau telah mempersembah- kan pengorbanan teragung demi berkhidmah untuk iman dan Islam. Meskipun demikian, hal itu tidak membuatnya lalai dalam urusan ibadah, zuhud, dan takwa. Bahkan beliau menghadirkan keistimewaan khusus dalam menunaikan keseluruhannya.

    Badiuzzaman dalam dakwah Risalah Nur memiliki sikap tenang, jujur, loyal, teguh, kokoh, dan ikhlas. Karena itu, kezaliman, penindasan, serangan, dan pembatasan yang dilakukan oleh musuh, serta kefakiran dan kemiskinan yang beliau alami, tidak mampu menghen- tikan dakwahnya atau membuat beliau ragu terhadap apa yang beliau lakukan.

    Pada masa mudanya yang disebut “Said Lama”, Said Nursi men- dalami bidang filsafat. Dalam bidang tersebut, berkat limpahan pengetahuan al-Qur’an al-Hakim, beliau mengungguli para filsuf Barat seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles, serta para ahli hikmah dari Timur semacam Ibnu Sina, Ibnu Rusydi dan al-Farabi. Dalam Risalah Nur beliau menegaskan bahwa tidak ada penyelamat dan pembimbing hakiki selain al-Qur’an. Siapa yang ragu terhadap sejumlah hakikat ini bisa menghilangkan keraguannya tersebut selama Ustadz masih hidup.

    Said Nursi memilih pengabdian terhadap al-Qur’an dan iman sebagai jalan hidupnya. Beliau melakukannya secara sempurna dengan mencari rida Allah semata tanpa mengharap manfaat materil atau maknawi dalam bentuk apapun. Juga tanpa menginginkan makam spiritual apapun seperti kewalian dan sejenisnya. Bahkan beliau mera- sa sangat keberatan dengan kedudukan tinggi yang diberikan oleh sejumlah ulama ahli basirah yang menyebut beliau sebagai “Penyelamat agama dan politik yang dinantikan.” Beliau menolak dengan tegas dan mengatakan bahwa beliau hanyalah pelayan al-Qur’an semata. Dia meyakini dan mengutarakan bahwa dirinya merupakan teman belajar bagi tullabunnur.

    Suatu hari kami pergi bersama sejumlah teman di antara yang hadir di tempat ini untuk mengunjungi seorang ulama mulia yang telah berkhidmah selama 25 tahun di Kementerian Pertahanan Nasional. Saat kami berada di sisinya, ia bercerita tentang Ustadz Nursi dengan berkata, “Cukup bagimu membaca koleksi Risalah Nur dengan tekun dan konsisten sampai bisa memahami siapa sosok Badiuzzaman. Di sini aku akan memberikan kepada kalian sebuah contoh kemampuannya yang istimewa. Berkat sosok makanwi Risalah Nur, Badiuzzaman tidak hanya mampu menata sebuah negara. Bahkan andai ia menerima kendali kepemimpinan seluruh bangsa, insya Allah ia mampu menata dan mengantarnya menuju keselamatan dan kebahagiaan.” Ya, Badiuzzaman memiliki fitrah yang langka. Meskipun demikian, be- liau melarang dirinya dan murid-muridnya dari melakukan aktivitas politik sejak 25 tahun yang lalu. Beliau juga tidak sibuk dengan urusan-urusan duniawi.

    Kecerdasan, kepandaian, kekuatan akal, logika yang tepat, imajinasi yang kaya, ingatan yang kuat, firasat yang tinggi, pengetahuan, pemahaman, kecepatan aksiomatis, perasaan ruhiyah dan kehalusan maknawi tiada tara yang dimiliki oleh Badiuzzaman saat menulis Risalah Nur dan saat menunaikan pengabdian iman, semua itu menjadi bukti nyata bahwa beliau ditugaskan. Dia menjadi pelayan al-Qur’an bukan karena keinginan dan pilihan sendiri, tetapi dengan inayah dan karunia dari Allah. Hal itu diterima dan diapresiasi oleh para ulama ahli basirah.

    Al-Ustadz almarhum Abdul Aziz Jawisy sebagai salah satu ulama terkemuka di Mesir menerbitkan sebuah tulisan di media cetak Mesir. Di dalamnya ia menggambarkan Badiuzzaman sebagai “orang cer- das abad ini” di mana beliau memang memiliki kecerdasan luar biasa.

    Demikian pula Syeikhul Islam, alim besar dan pemberani, almarhum Musthafa Shabri Afandi. Ia sangat perhatian dengan Risalah Nur di Mesir dan sangat menjaganya. Ia menempatkannya di posisi tertinggi di Universitas al-Azhar asy-Syarif.

    Risalah Nur merupakan pedang berlian Islam yang tajam. Hal itu ditunjukkan oleh kenyataan bahwa Badiuzzaman dengan keberanian tiada tara mampu menyampaikan hakikat kebenaran kepada para penguasa dan pimpinan yang zalim tanpa takut mati. Beliau menghadapi kekuatan ateis yang menguasai dunia lewat penerbitan berbagai hakikat iman di era penindasan yang paling pekat. Beliau rela mengorbankan diri dan jiwa demi hakikat yang mulia ini.

    Salah satu penuntut umum dalam dakwaannya menyebutkan, “Meski semakin tua, aktivitas keagamaan Badiuzzaman terus bertambah dengan penuh semangat.” Pengadilan Denizli dalam laporan para pakar berkata, “Ya, Said Nursi memiliki kekuatan yang besar. Akan tetapi, ia tidak memergunakan kekuatan tersebut untuk mendirikan tarekat sufi atau perkumpulan agama. Ia hanya mendedikasikannya di jalan pengabdian agama dan penjabaran hakikat al-Qur’an.”

    Salah seorang delegasi perwakilan pemerintah sebelumnya yang menentang agama memberikan pernyataan (di saat dilakukan musyawarah tentang hukum-hukum yang tidak demokratis di Parlemen), “Selama dua puluh lima tahun kami tidak mampu menghalangi Badiuzzaman melakukan sejumlah aktivitas keagamaan.”

    Kami juga ingin menegaskan bahwa Ustadz Said Nursi memiliki kekuatan dan semangat yang luar biasa. Beliau juga sosok yang jenius. Hal itu diakui dan dibenarkan meski secara tidak langsung bahkan oleh para musuh agama yang menentang beliau.

    Saat membacakan Risalah Nur kepada salah seorang muridnya, Ustadz Said Nursi berkata, “Ini adalah pelajaranku. Aku membacanya untuk diriku. Aku telah membaca risalah ini sampai sekarang barangkali sudah seratus kali. Namun demikian, aku tetap merindukannya dan butuh membacanya lagi seakan-akan baru pertama kali melihatnya.”

    Beliau juga berkata, “Aku tidak menulis buku untuk orang lain. Namun pertama-tama untuk diriku. Orang yang menginginkan obat yang kuracik dari al-Qur’an ini bisa membacanya pula.” Ya, Badiuz- zaman meyakini dan berkata, “Aku membutuhkan pelajaran-pelaja- ran Risalah Nur untuk mendidik dan memperbaiki diri.” Bila orang sekaliber Badiuzzaman mengungkapkan kebutuhannya terhadap Risalah Nur sedemikian rupa, apalagi kita.

    Sepanjang hayatnya, Badiuzzaman Said Nursi tidak mau dikenal, disambut, dan dihormati. Ia hidup dalam kondisi merasa cukup tidak membutuhkan bantuan orang. Dalam tulisannya yang berbahasa Arab beliau berbicara tentang popularitas dengan berkata, “Aku melihat popularitas sebagai hal yang mengantar pada riya dan madu beracun yang mematikan hati. Karena itu, jangan kau cari agar tidak menjadi budak manusia. Bila seseorang jatuh pada musibah dan ujian tersebut hendaknya ia berkata, Innâ lillâh wa innâ ilaihi râjiun.”(*[2])Maknanya, siapa yang ingin terkenal dan populer ia akan mencari muka karena ujub dengan dirinya dan ingin disanjung mereka.

    Meski Ustadz menjauhi popularitas dengan perbuatan dan keadaannya, namun orang-orang tetap mendatanginya. Mereka meminta bantuan dari beliau. Seakan-akan ada tarikan ilahi yang men- dorong mereka melakukan hal tersebut. Karenanya, keutamaan yang beliau miliki ini benar-benar menjadi sarana bagi karya dan jejak beli- au yang mendunia seperti Risalah Nur.

    Sejak kecil, Badiuzzaman tidak menerima hadiah dari siapapun tanpa imbalan. Ketidakmauannya menerima hadiah menjadi prinsip kuat beliau. Prinsip ini tidak beliau rusak sepanjang hayat yang lebih dari delapan puluh tahun. Bahkan meski di masa beliau berpindah dari satu penjara ke penjara yang lain, serta dari satu pengasingan ke pengasingan yang lain. Beliau tetap menjaganya walau di usia lanjut. Bila ada salah seorang murid khususnya yang memberi hadiah, beliau tidak menerima sebelum sang murid mau mengambil imbalan. Jika tidak, beliau tidak mau menerima.

    Terkait dengan sebab keengganannya menerima hadiah, beliau berkata, “Zaman sekarang tidak seperti zaman dulu. Bila dulu bisa sepuluh tangan yang menyelamatkan iman, sekarang jumlahnya su- dah berkurang menjadi satu. Bila dulu terdapat beberapa sebab yang menggiring orang menjadi ingkar, sekarang sudah mencapai seratus sebab. Begitulah adanya. Karena itu, untuk melakukan pengabdian iman di masa sekarang, aku mengucilkan diri dari dunia dan tidak mengharapkan apa-apa darinya. Aku tidak ingin pengabdianku terse- but menjadi alat untuk mendapatkan sesuatu.” Oleh sebab itu, jika seseorang penat karena Said Nursi dan melakukan khidmah pribadi untuknya, maka beliau memberikan upah atas pekerjaannya tersebut. Bila tidak, pengabdian orang tersebut menjadi beban bagi jiwanya dan menurut beliau hal itu tidak baik.

    Badiuzzaman Said Nursi sepanjang hayatnya selalu dimata-matai, dipantau, dan diawasi saat melakukan pengabdian untuk al-Qur’an dan iman. Namun beliau tetap teguh pendirian menghadapi berbagai pengadilan yang dihadirkan untuknya. Pasalnya, Beliau dalam posisi melayani Islam guna mencari rida Allah dan sekadar untuk mencari kebenaran. Beliau tidak memanfaatkan pengabdiannya terhadap al- Qur’an untuk mendapat sesuatu.

    Andai para musuh agama menemukan sesuatu yang berlawanan dengan hakikat dan sifat-sifat mulia yang terdapat pada Badiuzzaman atau pada karya-kayanya—di mana hakikat tersebut bisa disaksikan oleh kalangan yang objektif—tentu mereka akan segera membukanya ke publik selama 25 tahun ini dan tentu mereka akan menguatkan pernyataan mereka lewat sejumlah kedustaan dan kegaduhan yang mereka buat-buat.

    Saat Ustadz Nursi dibawa ke pengadilan sebagai hasil dari tuduhan palsu para pendengki serta akibat hasutan para musuh agama yang lalim dan arogan, sejumlah media memuatnya di lembaran pertama. Namun ketika dinyatakan tidak bersalah setelah investigasi dan proses peradilan, mereka terdiam dan tidak mengucap sepatah katapun. Ini salah satu bukti paling jelas yang menunjukkan hakikat di atas.

    Badiuzzaman memiliki kasih sayang yang tinggi terhadap saudara seiman. Beliau ikut merasa pedih dengan kepedihan yang dialami oleh para pejuang Islam yang rela mengorbankan jiwa mereka dalam rangka tegaknya kemerdekaan dan kebebasan di dunia Islam. Beliau sangat gelisah saat ada yang menyerang Islam dan al-Qur’an. Karena itu, seringkali terlihat beliau tidak bisa minum walau hanya seteguk lantaran sedih dan terluka oleh peristiwa tersebut.

    Beliau melewatkan sebagian besar waktunya bersama penyakit dan derita. Salah seorang tullabunnur sempat berkata kepada Ustadz Nursi, “Wahai guruku yang sangat belas kasih yang tidak merasakan nikmatnya istirahat di dunia demi kebahagiaan umat Islam dan kesejahteraan abadi mereka! Penyakitmu yang terus menderamu ini bukan penyakit fisik. Ia tidak akan sembuh dari penyakitmu ini dan kepedihanmu tidak akan per- nah hilang selama kezaliman yang menimpa agama kita terus terjadi dan selama dunia Islam tidak bebas darinya.”

    Namun kepedihan yang amat sangat itu tidak mampu mempe- ngaruhi Badiuzzaman atau membuatnya putus asa. Justru sebaliknya, kondisi tersebut mendorongnya untuk terus berdoa, beribadah, dan melakukan jihad maknawi. Sampai-sampai ia berkata, “Solusi satu-satunya untuk bisa bebas merdeka adalah berpegang teguh pada al- Qur’an.” Kenyataannya beliau benar-benar mendekati al-Qur’an dan berpegang padanya. Beliau menuliskan sejumlah obat dan terapi yang terdapat di dalamnya. Lalu beliau menerbitkan Risalah Nur yang menjadi sumber solusi bagi dunia Islam dan poros kebahagiaan bagi umat manusia di masa sekarang ini.

    Penindasan dan kezaliman yang dilakukan musuh Islam yang zalim itu tidak mampu melemahkan tekadnya. Beliau berkata, “Tugasku adalah berkhidmah kepada al-Qur’an. Sementara kemenangan dan kekalahan, keduanya urusan Allah.” Karena itu, beliau tetap semangat dalam berkhidmah untuk al-Qur’an dan menunaikan aktivitas keimanan. Ya, Ustadz Nursi memiliki tekad yang tinggi. Segala jenis kezaliman yang terjadi padanya tidak mampu melemahkan atau meruntuhkan semangatnya.

    Saat sedang berkeliling di sekitar ladang dan pegunungan di musim semi, beliau menyaksikan kreasi Allah di langit dan bumi dengan penuh kekaguman dan apresiasi. Perjalanan tersebut tidak kosong dari tafakkur yang mendalam dan perasaan tenang.

    Saat menyaksikan pepohonan, tumbuhan, dan bunga beliau selalu mengucap, “Mâsyâ Allâh, Bârakallâh, Fatabârakallâh ahsanul Khâliqîn.”

    Beliau membaca kitab alam dan mempergunakan penglihatan berikut seluruh anggota badan dan perasaannya di jalan Allah serta di wilayah yang diizinkan- Nya. Lewat penglihatannya beliau mencermati kitab alam yang luas. Beliau menyaksikan mukjizat ciptaan Rabbani di alam ini. Ia laksana lebah penuh berkah dari bunga rahmat di taman bumi.

    Ustadz Said Nursi sangat tawadhu dalam kehidupan pribadinya, namun terhormat dan berwibawa dalam menunaikan tugasnya. Beliau berada pada kedudukan yang membuatnya layak diteladani dalam hal ketawadhuan dan rendah hati. Dalam hal ini beliau berkata, “Sebagaimana seorang prajurit penjaga tidak boleh meninggalkan senjatanya meski panglima datang, aku juga salah seorang prajurit al- Qur’an dan salah satu pelayannya. Kusampaikan kebenaran di hada- pan orang paling membangkang dengan kepala yang tetap tegak.”(*[3])

    Dari sana dapat disimpulkan bahwa Badiuzzaman Said Nursi merupakan mufassir al-Qur’an yang hakiki. Beliau benar-benar ikhlas serta sosok pelayan al-Qur’an yang istimewa dan berani. Beliau sampai pada keikhlasan yang paling sempurna. Sebagai penulis Risalah Nur, beliau termasuk salah satu imam ahli kalam terbesar, ulama yang cermat, ahli, kokoh, dan memiliki ilmu mendalam. Ia sosok guru mulia yang tidak ada bandingannya dalam ilmu mantiq (logika).Ustadz Said Nursi mempunyai tulisan indah dalam mantiq yang berjudul at-Ta’lîqât. Beliau seorang guru istimewa, jenius, objektif, pencari kebenaran, filsuf yang menyenangi dan membela hakikat kebenaran, ilmuwan sosial, psikolog, pendidik yang tiada tara, serta penulis dan sastrawan istimewa yang senantiasa menyuarakan kebe- naran.

    Mungkin ada yang tidak dapat melihat semua sifat Ustadz Nursi di atas karena selama beberapa tahun beliau berada di bawah tekanan penindasan para musuh agama di samping bahwa beliau juga tidak ingin terkenal. Beliau selalu berusaha tidak menampakkan diri dan menyembunyikan sejumlah keistimewaan pribadinya. Hanya saja, sejumlah sifat yang telah kami sebutkan tersebut dan karyanya berupa Risalah Nur menjadi bukti dan petunjuk kuat bagi kami. Hal itu sebagaimana disepakati oleh para ulama ahli hakikat dan ulama yang dekat dengan Allah di mana mereka merupakan orang-orang yang mencintai kebenaran dan kemuliaan sekaligus membelanya.

    Bukti paling terang dan dalil hakiki paling kuat yang menunjukkan bahwa Ustadz Said Nursi memiliki ilmu tersebut dan mempunyai semua sifat di atas adalah sosok pribadi Said Nursi itu sendiri. Siapa yang masih ragu dapat membaca karya-karya beliau, Risalah Nur. Ya, kepada dunia Islam dan kepada semua umat manusia, kami ingin menegaskan hakikat agung ini dan kami akan terus menyebutkannya. Ya, dunia Islam dan seluruh manusia sejak seribu tahun yang lalu telah menantikan dengan amat sangat karya seperti Risalah Nur ini.

    Badiuzzaman dapat menulis kitab khusus dalam banyak ilmu. Akan tetapi, beliau berkata, “Sekarang adalah waktunya menyelamatkan iman.” Karena itu, beliau memfokuskan seluruh perhatian, usaha, dan hidupnya dalam menulis dan menyebarkan ilmu-ilmu keimanan.

    Ya, dengan menyebarkan ilmu-ilmu keimanan, Ustadz mampu menghembuskan kehidupan kepada dunia Islam dan umat manusia. Beliau mampu menerangi kedua aspek tersebut. Semoga Allah memberikan balasan kebaikan untuknya dan memberkahi usianya. Amin.

    Risalah Nur yang merupakan mukjizat maknawi di masa kini merupakan tafsir yang mulia dan bercahaya dari al-Qur’an al-Mu’jizul Bayân. Ia merupakan pembuka hati. Ia juga merupakan penguasa ruh, pendidik akal, serta pembina jiwa. Ustadz Nursi telah membahas karakter ini yang menjadi ciri Risalah Nur dalam al-Maktubat dengan berkata, “Dalam sejumlah kalimat dari Risalah Nur, kami telah mem- berikan perumpamaan untuk menjelaskan perbedaan antara mereka yang mengambil petunjuk dari al-Qur’an al-Karim sebagai jalan yang lurus dan mereka yang meniti jalan para ulama ahli kalam. Perumpamaannya sebagai berikut: Untuk mendapatkan air, ada yang men- datangkannya dari tempat yang jauh yang ia gali di kaki gunung. Sementara yang lain menemukan air di tempat yang mereka gali seraya memancarkannya di manapun mereka berada. Yang pertama adalah meniti jalan terjal dan panjang. Belum lagi aliran airnya bisa jadi tersumbat atau terputus di tengah jalan. Adapun yang menggali sumur bisa mendapatkan air di mana saja mereka berada tanpa menemui kesulitan dan kepenatan yang berarti.

    Dalam hal ini para ulama ahli kalam memutus rangkaian sebab akibat dengan membuktikan kemustahilan hukum kausalitas dan sebab akibat di penghujung alam. Lalu dari sana mereka membuktikan eksistensi Sang Wajibul wujud. Adapun manhaj al-Qur’an yang hakiki, ia menemukan air pada setiap tempat dan menggalinya di mana saja berada. Setiap ayatnya yang agung laksana tongkat Musa yang memancarkan air di mana saja dipukulkan.

    Manhaj tersebut membuat orang lain membaca prinsip berikut pada segala sesuatu:Pada segala sesuatu terdapat bukti atas-Nya Yang menunjukkan bahwa Dia adalah Esa.(*[4])

    Selanjutnya iman tidak hanya diperoleh dengan ilmu. Sebab, banyak perangkat halus pada manusia yang memiliki bagian dari iman. Sebagaimana ketika makanan masuk ke dalam lambung ia terbagi dan terdistribusi ke sejumlah urat sesuai dengan masing-masing organ, demikian pula persoalan iman yang datang dari jalur ilmu. Ketika masuk ke dalam akal dan pemahaman, setiap perangkat halus tubuh—seperti ruh, kalbu, sirr, jiwa, dan sejenisnya—mengambil bagian darinya serta menyerapnya sesuai dengan tingkatannya. Jika salah satu dari perang- kat halus tersebut tidak mendapat nutrisi yang sesuai dengannya, pe- ngetahuannya menjadi cacat dan tidak sempurna. Sehingga ia terus dalam kondisi terhalang darinya.”(*[5])

    Begitulah, Risalah Nur mendapat- kan air di mana saja berada sekaligus mengeluarkannya. Ia memper- pendek jalan yang panjang serta menjamin keselamatan dan sikap istikamah di dalamnya.
    

    Sebagian ulama terdahulu mengomentari sejumlah hukum syariat dan akidah iman dengan berkata, “Semuanya adalah persoalan naql (nash). Kita harus mengimani apa adanya. Pasalnya, akal tidak dapat menjangkaunya.” Faktanya, akal sangat dominan di masa sekarang ini. Karena itu, Badiuzzaman Said Nursi berkata, “Seluruh hukum syariat dan hakikat iman bersifat rasional. Aku siap membuktikannya.” Hal itu benar-benar beliau buktikan dalam Risalah Nur.

    Dalam Risalah Nur terdapat sastra, balagah, dan simplifikasi yang istimewa, Ia memiliki gaya bahasa yang tidak ada bandingannya, menarik dan orisinil. Ya, Badiuzzaman mempunyai gaya bahasa khusus; gaya bahasa yang tidak bisa dianalogikan dan dibandingkan dengan yang lain. Bila ada satu poin yang dirasa tidak sesuai dengan kaidah sastra dan gaya bahasa retorika lainnya, berarti terdapat isyarat lembut atau maksud halus di dalamnya. Corak gaya bahasa semacam ini adalah bentuk yang paling tepat untuk mengungkapkannya. Para ulama juga mengakui bahwa pada awalnya mereka tidak dapat memahami hal-hal semacam itu secara baik. Karenanya, tidak aneh dan tidak perlu diperdebatkan bila orang yang tidak banyak menelaah Risalah Nur pada mulanya tidak dapat memahami sejumlah keunikan dan keistimewaan yang terdapat di dalamya.

    Penyair besar dan kebanggaan kita Muhammad Akif pernah berkata di salah satu majelis sastrawan, “Victor Hugo, Shakespeare, dan Descartes adalah para murid Badiuzzaman dalam hal sastra dan filsafat.”

    Para sastrawan dan penyair mendendangkan tema-tema perpisahan seraya menangis, mengingat kematian seraya meratap, serta menggambarkan musim gugur dalam kondisi sedih penuh penyesalan. Bahkan sejumlah penyair Arab terkenal berkata:

    “Kalaulah bukan karena perpisahan dengan para kekasih, tentu kematian tidak menemukan jalan menuju ruh kita.”

    Adapun Badiuzzaman berkata, “Perubahan, perpisahan, dan ketiadaan pada makhluk bersifat lahiriah. Namun hakikatnya tidak ada perpisahan. Yang ada adalah perjumpaan. Tidak ada yang namanya ketiadaan. Yang ada hanya keterbaharuan. Segala sesuatu di alam memiliki bentuk keabadiannya sendiri. Sementara kematian hanyalah perpindahan dari alam fana menuju alam abadi.” “Bagi orang yang mendapat hidayah dan ahlul quran kematian adalah perjalanan menuju alam lain, sarana menuju perjumpaan dengan para kekasih dan teman lama, media menuju tanah air hakiki dan tempat kebahagiaan abadi, ajakan mulia untuk keluar dari penjara dunia menuju taman surga, penantian untuk mendapatkan upah atas sejumlah pengabdian sebagai karunia dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, pem- bebasan dari beban hidup, liburan dari tugasnya, serta pengumuman selesainya kewajiban ibadah dan ujian pembelajaran.”(*[6])

    Saat berusaha menyelamatkan manusia dari kemaksiatan dan kesesatan lewat jalan Risalah Nur, Badiuzzaman tidak menggunakan gaya bahasa yang menakut-nakuti dan memberikan ancaman. Akan tetapi, beliau menjelaskan bahwa kenikmatan yang tidak dibenarkan dalam syariat akan melahirkan seratus macam penderitaan. Beliau berusaha melindungi kalbu dan ruh agar jangan sampai kalah oleh perasaan. Lewat sejumlah komparasi yang dihadirkan dalam Risalah Nur, beliau dapat membuktikan bahwa dalam kekufuran dan kesesatan terdapat benih zaqqum Jahanam. Keduanya membuat pemiliknya merasakan derita Jahanam meski masih di dunia. Adapun dalam iman, Islam, dan ibadah terdapat benih surga. Ia memberikan kenikmatan pada pemiliknya, mencurahinya buah-buahan surga, serta mengalirkan pahala untuknya saat ia masih di dunia.

    Risalah Nur melenyapkan keterbelahan, perpecahan, fitnah, dan kerusakan, serta mengokohkan rasa persaudaraan, soliditas, dan tolong-menolong. Itulah dasar jalan Risalah Nur yang menyelamatkan manusia dari sikap lupa diri, sombong, bangga seraya menghiasinya dengan berbagai akhlak mulia seperti tawadhu, rendah hati, terhormat, dan berwibawa.

    Risalah Nur menjadikan manusia dapat menyadari kelemahan dan kepapaannya. Ustadz Nursi berkata, “Bila manusia mengetahui kelemahan dan kefakirannya, ketika itulah ia menjadi muslim dan hamba yang sejati.”

    Orang-orang yang berkata bahwa kita harus mendapat ilmu- ilmu baru untuk bisa mengalahkan kaum ateis, mereka dapat menca- pai tujuan mereka dengan tekun menelaah dan membaca Risalah Nur. Inilah solusi satu-satunya. Ketika itulah berbagai ilmu pengetahuan yang ada di sekolah berubah menjadi makrifat ilahiyah.

    Wahai saudara-saudaraku yang pemberani! Wahai generasi penerus umat yang senantiasa meninggikan panji Islam sejak seribu taWahai saudara-saudaraku yang pemberani! Wahai generasi penerus umat yang senantiasa meninggikan panji Islam sejak seribu tahun yang lalu, kita dan kaum muslim masa kini serta masa mendatang sangat membutuhkan pembimbing, dalil, dan penjelasan agung dari al-Qur’an al-Azhim di mana ia bisa meningkatkan iman kita, membebaskan kita dari hal negatif dan sikap acuh, melahirkan para pahlawan pemberani, pejuang yang rela berkorban, pelaku yang saleh, dan kaum taat yang bertakwa; yang mengorbankan kesenangan dan kepentingan pribadi mereka dalam rangka menyelamatkan iman dan Islam. Juga penjelasan al-Qur’an yang menghadirkan untuk kita para pelayan Islam, serta kaum muslim yang mulia semisal para tullabunnur, yang tidak pernah mundur dari medan al-Qur’an dan Islam meski dalam rangka itu mereka bisa berhadapan dengan permusuhan, penindasan dan kematian. Semua itu beranjak dari sikap berani yang bersumber dari kekuatan iman hakiki.

    Mereka berkata, “Bila mati, kami terma- suk syahid. Namun bila tetap hidup, kami adalah pelayan al-Qur’an al-Hakim.” Mereka menegaskan itu dengan penuh ketulusan dan keju- juran tanpa rasa bosan dan jenuh. Ya, masa ini sangat membutuhkan tafsir al-Quran seperti Risalah Nur. Ia mengajak akal dan logika bekerja, sekaligus menerangi ruh, kalbu, dan jiwa, membangunkan kaum muslimin dan umat manusia, membebaskan mereka dari kelalaian, membimbing mereka menuju jalan Quran yang lurus, menjadikan mereka dapat membedakan antara amal-amal yang—disadari atau tidakberlawanan dengan Sun- nah dan syiar Islam, mendorong mereka mengikuti Sunnah Nabi, serta membangkitkan semangat mereka untuk menghidupkannya.

    Sejumlah keistimewaan yang dimiliki Risalah Nur tersebut sangat jelas dan terlihat sejak 30 tahun yang lalu serta kokoh dan pasti berdasarkan pengakuan ahli hakikat. Bukti yang jelas atas hal itu ditunjukkan oleh pembelaan para tullabunnur di sejumlah pengadilan tempat mereka disidang akibat rekayasa musuh-musuh Islam yang jahat. Yaitu keteguhan, kejujuran, dan ketegaran mereka menghadapi berbagai jenis kezaliman yang paling keras, serta kesiapan mereka mengorbankan kenyamanan pribadi mereka dalam rangka kebaha- giaan Islam tanpa disertai keluhan atas derita yang mereka rasakan saat melakukan pengabdian terhadap Islam akibat konspirasi kaum zalim yang kejam dan musuh-musuh Islam yang tidak kelihatan.

    Ya, para tullabunnur yang senior merupakan relawan yang berkorban untuk iman dan Islam. Mereka menjadi teladan yang baik bagi kita. Mereka telah mewakafkan hidup mereka selama dua puluh lima tahun untuk berkhidmah pada iman lewat Risalah Nur. Mereka mengerahkan seluruh kemampuan mereka untuk menyebarkan- nya secara sembunyi-sembunyi meski sampai sekarang mereka harus menghadapi permusuhan dan serangan para musuh agama yang berkhianat.

    Kita sebagai muslim mencari tafsir al-Quran seperti Risalah Nur serta menantikan pembimbing sepertinya. Para tullabunnur yang ikhlas adalah orang-orang yang percaya kepada firman Allah, “Allah sebaik-baik penjaga. Dan Dia Dzat Yang Maha penyayang.” (QS. Yu- suf [12]: 64). Mereka mengamalkannya dan menunaikan pengabdian iman mereka seraya tetap berhati-hati agar tidak jatuh dalam jebakan musuh serta tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk menodai Risalah Nur yang mereka yakini sebagai sesuatu yang lebih mahal dari nyawa mereka. Mereka terus melakukan pengabdian tanpa peduli dengan bahaya yang mengancam diri mereka. Mereka begitu perhatian kepada guru mereka. Bahkan ketika sang guru dimasuk- kan ke dalam penjara dan menghadapi tekanan, saat diberi kesempatan mereka juga sibuk dengan Risalah Nur. Bahkan sebagian mereka menghafal Risalah Nur dengan berkata, “Barangkali mereka mema- sukkanku ke penjara dan melarangku membaca Risalah Nur sehingga aku tidak bisa mempelajari dan mengamalkannya.”

    Diceritakan bahwa salah seorang tullabunnur yang tulus saat keluar dari penjara ia semakin dekat dengan Ustadz Said Nursi. Ia mulai sibuk dengan Risalah Nur dan berusaha menyebarkannya lebih daripada yang sebelumnya. Seakan-akan penjara yang menjadi tempat ia menerima berbagai macam siksaan telah menjadi sumber energi dan kekuatan baginya. Tali cemeti itu telah memberikan motivasi baginya untuk semangat berkhidmah kepada Risalah Nur dengan jujur dan hatihati.

    Saat salah seorang pengajar dari tullabunnur dengan berani dan heroik menjawab berbagai pertanyaan di seputar Ustadz dan Risalah Nur, yaitu ketika Badiuzzaman di penjara setelah kejadian Afiyon, penuntut umum marah. Ia mengancam untuk segera memenjarakan sang pengajar. Maka, sang pengajar yang merupakan relawan pejuang Islam itupun menjawab, “Saya siap dimasukkan ke penjara dari seka- rang.”

    Ketika pengadilan Afiyon memutuskan menahan salah seorang tullabunnur sementara kepolisian tidak dapat menemukannya, murid itupun pada saat mengetahui putusan tadi, ia segera menyerahkan diri seraya berkata, “Bagaimana mungkin aku berada di luar, sementara guru dan saudara-saudaraku berada di dalam penjara?!”

    Di penjara ini pula, aparat pernah keliru membebaskan salah seorang tullabunnur. Maka, orang tersebut berkata dalam hati, “Guru dan saudara-saudaraku masih di penjara. Sementara masih terdapat sejumlah Risalah Nur yang baru ditulis dan belum selesai kusalin.” Iapun berkata kepada kepala penjara, “Engkau harus membebaskanku setelah 40 hari. Masa hukumanku belum selesai.” Seketika sang kepala penjara itu menghitung kembali masa hukumannya. Ternyata benar seperti yang ia katakan. Maka, orang tersebut dikembalikan ke pen- jara.

    Saudara-saudaraku yang berpandangan tajam dan memiliki semangat pembelaan agama!

    Andai Ustadz Nursi mengetahui sejumlah informasi yang dikatakan tentangnya tentu beliau akan berkata, “Apa urusan diriku dengan semua ini. Mengapa mereka melakukannya? Ia tidak penting dan tidak bernilai bagi diriku. Nilainya terkandung pada Risalah Nur yang terpancar dari al-Qur’an al-Karim. Adapun diriku, tidaklah berarti.”

    Sebenarnya, semua sanjungan dan penghargaan yang diberikan kepada pribadi Ustadz Nursi disebabkan karena berbagai hakikat Qurani dan sejumlah pelajaran keimanan yang beliau sebarkan dalam Risalah Nur. Serta karena usaha yang beliau kerahkan dalam rangka berkhidmah untuk al-Qur’an dan agama secara komprehensif. Juga karena ketulusan yang beliau miliki. Semua ini secara tersurat tidak kembali kepada pribadi beliau, tetapi kepada al-Qur’an dan Islam serta untuk Allah dan di jalan Allah. Adapun permusuhan dan serangan yang dengannya ia dijadikan target oleh para musuh Islam, tujuannya adalah untuk menghabisi Islam dan al-Qur’an di mana Badiuzzaman rela menjadi pelayannya. Sebab, ia wujud dari Risalah Nur yang men- dunia dan mencakup berbagai hakikat al-Qur’an dan keimanan.

    Meskipun para musuh agama yang bersembunyi, munafik, dan memusuhi Islam tersebut mengetahui hakikat aksiomatis ini, sejak setengah abad yang lalu mereka masih tetap berusaha memunculkan citra negatif tentang Ustadz Badiuzzaman lewat sejumlah propagan- da dan kedustaan mereka.

    Sebenarnya tujuan utama mereka adalah menghalangi tersebarnya Risalah Nur serta memadamkan cahaya Islam dan iman. Namun semakin Ustadz Nursi ditekan, Risalah Nur semakin berkilau dan semakin terlihat jelas. Wilayah penyebarannya bertambah luas. Hal itu ditunjukkan oleh berbagai peristiwa yang terjadi selama dua puluh lima tahun yang lalu.

    Pada saat musuh-musuh Islam terus melakukan serangan dan tuduhan dusta mereka, di balik layar mereka juga berusaha menghalangi para tullabunnur untuk memberikan pembelaan sebagai bentuk ekspresi syukur dan pengakuan atas jasa Ustadz dan Risalah Nur. Sebab, mereka telah mendapatkan manfaat dan limpahan karunia dari Risalah Nur sesuai kesiapan mereka masing-masing. Karenanya, mereka membawa sejumlah teman-teman tullabunnur yang bodoh atau yang berpura-pura mencintai mereka untuk berkata, “Kalian telah berlebihan dalam memuji dan menyanjung beliau.” Begitulah lewat cara dusta yang beragam, tersembunyi, dan menipu, para musuh Islam berusaha menipu, menekan, menakut-nakuti, dan mengancam kami.

    Ya, logiskah pada saat musuh agama berteriak dan menyuarakan kedustaan mereka, kami berdiam diri tidak memerlihatkan hakikat kebenaran?! Apakah masuk akal ketika musuh Islam yang tidak objektif itu menyebarkan kebohongan serta melakukan kezaliman dan penindasan kepada Ustadz Nursi, lalu kami diam saja tidak membantah kebohongan tersebut dan tidak menjelaskan kebenaran Risalah Nur?! Bukankah sangat bodoh dan bebal bila musuh Islam yang zalim dan buas itu melontarkan kebohongan dan kepalsuan terhadap Badiuzzaman yang perhatiannya tertuju pada usaha menjaga dan membela al-Quran dan Islam lewat Risalah Nur lalu kami tidak menjelaskan kebenaran dan hakikat yang ada?! Apalagi mendukung kaum zindik yang melaksanakan berbagai aktivitas tersembunyi mereka dengan sikap diam?!

    Tentu hal itu tidak mungkin dilakukan. Kami tidak akan diam. Mereka tidak akan bisa membuat kami diam. Kami juga tidak akan berhenti dan tidak akan membiarkan mereka membuat kami berhenti. Kami akan terus membawa Risalah Nur dan menyebarkannya sampai ruh keluar dari sarangnya. Serta sampai ruh terpisah dari jasad, dan sampai nafas terputus dari badan. Kami akan terus bekerja menentang musuh agama dan berbagai tipu daya dan kebuasan mereka. Kami tidak akan berhenti menyuarakan bahwa Risalah Nur adalah sumber hakikat kebenaran dan bahwa Badiuzzaman bersih dan terle- pas dari semua tuduhan yang mengarah padanya.

    Wahai saudara-saudaraku yang mulia, dalam sejarah Islam muncul para ulama besar tiada tara yang meninggalkan sidik jari yang jelas pada lembaran emas lewat karya tafsir dan tulisan yang mereka tinggalkan di mana ia tidak bisa dibandingkan dengan tulisan filsuf Eropa manapun. Para penulis muslim yang hebat dan jenius itu telah melakukan pengabdian mereka untuk al-Qur’an dan Islam dengan benar dan ikhlas tanpa ada tekanan yang keras oleh rezim dalam beberapa tahun yang cukup lama kecuali hanya beberapa saja. Badiuzzaman termasuk ulama yang harus menghadapi kezaliman yang cukup berat dalam bentuk yang tidak pernah ada sepanjang sejarah. Namun berkat karunia Allah, beliau berhasil mengalahkan musuh-musuh agama yang berkeinginan menghabisinya berikut jejaknya dalam jihad agama yang paling besar dan bersifat maknawi, dengan meneladani sunnah Rasul yang mulia. Beliau berhasil menggapai kemenangan nyata yang tiada tara sepanjang sejarah umat manusia.

    Beliau telah membuat 130 tulisan tentang iman secara sembunyi-sembunyi di bawah penindasan dan tekanan keras disertai sikap konsisten dalam menunjukkan ketakwaan yang sempurna dan penghambaan yang tulus. Beliau berjihad bersama sukarelawan dalam berbagai peperangan. Beliau mempergunakan sejumlah kesempatan yang tersedia meski dengan goresan api untuk menulis tafsir Qurani yang menjelaskan berbagai rahasia al-Qur’an yang paling halus dan kemukjizatannya yang menakjubkan. Pada saat yang sama beliau berhasil menang dalam berjuang mengendalikan diri dan nafsunya untuk berkhidmah pada al-Qur’an. Beliau menghadapi beragam siksaan, perampasan kebebasan, pengasingan ke sejumlah desa terpencil, pen- jara soliter, dan pengawasan yang ketat. Beliau berusaha menyebarkan sejumlah tulisannya dalam bentuk Risalah Nur secara sembunyi-sem- bunyi meski harus berhadapan dengan sikap buas para musuh agama yang kezaliman mereka benar-benar melampaui batas lebih daripada kezaliman yang dilakukan pengadilan inkuisisi. Beliau mengantar masyarakat yang hari ini berjumlah jutaan menuju jalan keselamatan, jalan al-Qur’an al-Karim di mana beliau merupakan pelayan Sunnah Nabi x yang mulia yang menjadi kunci pembuka materi dan maknawi bagi seluruh alam. Lewat Risalah Nur beliau berusaha mewujudkan kebahagiaan abadi bagi kaum mukmin dan umat manusia seluruh- nya. Lalu apakah berkumpulnya semua keistimewaan tersebut dalam pribadi maknawi sosok beliau juga terkumpul pada sosok lain seperti Ustadz Badiuzzaman sepanjang sejarah? Saudara-saudaraku, Ustadz Said Nursi menyebarkan Risalah Nur sebagai bukti kebenaran serta cahaya hakikat dan lenteranya. Beliau menyampaikan berbagai hakikat iman dan al-Qur’an yang menja- di jaminan kebahagiaan abadi bagi seluruh alam. Di antara karunia dan anugerah Allah, semua lapisan masyarakat, baik laki-laki mau- pun wanita, orang tua, pemuda, ataupun anak-anak, pengajar, filsuf, ataupun kalangan sufi, semua menyukai Risalah Nur. Mereka semua bergerak menuju cahaya tersebut dan berada dalam dekapannya. Mereka meminta tambahan kekuatan darinya. Maka, jamaah besar yang terdiri dari jutaan orang yang bahagia dan beruntung mendapatkannya tersinari olehnya. Mereka tiba di tempat keselamatan.

    Ya, wahai saudaraku! Risalah Nur adalah tafsiran hakiki dari al- Qur’an al-Karim, yang merupakan mukjizat terbesar dan wadah dari berbagai mukjizat. Ia mendatangkan sejumlah keutamaan, menarik perhatian, menghembuskan rasa takjub, dan menuntun kepada ber- bagai hakikat iman. Dengan itu semua, ia menjadi dan akan menjadi sarana teragung yang menjadi sebab tersebarnya Islam dan iman di seluruh benua di dunia. Risalah Nur menghembuskan rasa rindu dan cinta dalam hati.

    Ia menumbuhkan suka cita dan semangat dalam jiwa. Ia juga meyakinkan akal dan logika, serta menenamkan ketenangan dalam kalbu manusia.

    Itulah yang membuat jutaan orang mau membaca Risalah Nur berkali-kali serta mengkajinya secara terus-menerus. Seakan-akan selama bertahun-tahun ia menyebarkan dirinya sendiri.

    Wahai saudaraku yang mulia, sejumlah organisasi zindik yang dikontrol oleh tangan-tangan asing, dalam rangka menghapuskan Islam, sudah mulai melakukan berbagai konspirasi dan menyusun sejumlah intrik. Mereka melakukan berbagai macam kezaliman dan tindakan kejam. Mereka juga membuat sejumlah rencana jahat dan menjadikan manusia lupa kepada makar dan tipu daya yang ada. Mereka mengikuti cara-cara Iblis yang samar. Mereka menciptakan per- musuhan antar saudara, menyebarkan dusta dan hoaks, serta menebar benih-benih fitnah, kerusakan, dan perpecahan di banyak negara du- nia Islam, khususnya di Turki. Sehingga banyak luka terngaga dalam bangunan Islam dan keterbelahan besar terjadi di dalamnya.

    Namun semua musibah itu berkat karunia dan pertolongan Allah menjadi sebab lahirnya Risalah Nur yang memiliki karakter kompre- hensif, global, dan bisa menyembuhkan dengan izin Allah. Ia mun- cul lewat tangan sosok yang benar-benar ikhlas yang Allah muliakan untuk melakukan tugas tersebut. Berbagai musibah di atas juga telah membangunkan kaum muslim sekaligus mendorong mereka untuk mencari jalan keselamatan. Ia membuat mereka merasa butuh mengkaji pelajaran iman yang hakiki, bersimpuh di hadapan Allah, dan mendengarkannya guna menyelamatkan kehidupan ukhrawi dan abadi mereka. Ia juga membuat mereka menyadari bahwa sikap lalai dalam mewujudkan hal ini bisa berakibat pada turunnya banyak musibah. Dalam kenyataan, inilah hikmah dari turunnya berbagai musibah dan bencana atas manusia dan kaum mukmin.

    Ya, tindakan jahat yang dilakukan oleh kaum asing itu telah mempercepat jalan menuju kebebasan, kemerdekaan, dan persatuan dalam dunia Islam. Pada akhirnya ia mengantar pada eksistensi negara Islam yang merdeka. Kita berdoa kepada Allah dan meminta kepada-Nya lewat keluasan rahmat-Nya agar negara-negara Islam bersatu dan bisa mengendalikan seluruh alam. Kami memohon kepada rahmat ilahi dengan harapan yang kuat.

    Badiuzzaman Said Nursi, penulis Risalah Nur, adalah pejuang Islam. Tulisannya, Risalah Nur, adalah karya yang bersifat komprehensif, menakjubkan dan menyelamatkan. Ia menghancurkan semua organisasi rahasia yang menentang agama, meruntuhkan semua aktivitas keji dan berbahaya mereka, memutus pilar-pilar kekufuran dan memotong sampai ke akarnya. Ia melapangkan jalan bagi terbukanya futûhât Islam dan iman dalam hati. Ia juga menyiapkan kondisi yang tepat bagi kekuasaan mutlak al-Qur’an yang mulia.

    Ya, karena mampu menyingkap berbagai hakikat mutiara al- Qur’an serta mengikuti jalan paling selamat dalam al-Qur’an, Risalah Nur mampu memperbaiki sejumlah kerusakan yang ada. Ia mampu mengobati luka lewat obat-obatan yang dimiliki oleh apotik al-Qur’an yang agung. Ulama ahli basirah dan pejuang Islam, dengan sangat yakin berdasar pengalaman dan penyaksian, telah sampai pada fakta bahwa Risalah Nur merupakan solusi satu-satunya untuk bisa terhindar dari kehancuran mutlak dan untuk menumpas penjajah imperialis yang barbar yang menumpahkan darah kaum muslim yang tidak berdo- sa sehingga kekayaan mereka bertumpuk lewat darah beku sejumlah bangsa. Para ulama itu pun sepakat bahwa Risalah Nur adalah jalan satu-satunya untuk menghancurkan kaki tangan penjajah yang zalim yang menjadi budak kepentingan pribadi di mana mereka hidup di tengah-tengah kita.

    Sejarah umat manusia tidak dapat menghadirkan kepada kita sebuah karya semacam Risalah Nur. Ini berarti bahwa Risalah Nur merupakan tafsiran Qurani yang tidak ada padanannya di masa kini.

    Ya, bukan hanya dunia Islam yang berhutang jasa kepada Badiuzzaman Said Nursi. Bahkan dunia Nasrani juga berhutang budi kepada beliau; satu hal yang membuat Pendeta Paus di Roma mengirim sebuah surat resmi berisi ungkapan terima kasih atas taufik dan kemenangan yang beliau dapatkan dalam jihad maknawi melawan kekufuran.

    Sekarang aku akan membacakan kepada kalian sejumlah alinea dalam koleksi Risalah Nur di seputar iman, al-Qur’an, dan Rasulullah x sebagaimana disebutkan di dalamnya. Kalian bisa meneruskan membacanya nanti di posisinya. Mungkin sebagian teman nantinya memiliki pertanyaan di seputar masalah tersebut. Akan tetapi, aku ingin menegaskan di sini bahwa guru kami, tidak langsung mem- berikan penjelasan saat salah seorang murid membaca Risalah Nur. Kadang beliau membaca dengan cepat seraya berkata, “Risalah Nur telah menjelaskan sejumlah masalah keimanan sesuai keperluan. Guru Risalah Nur adalah Risalah Nur itu sendiri. Maka, siapapun tidak perlu menerima pelajaran dari yang lain. Semua mengambil pelajaran darinya secara otomatis sesuai dengan kesiapannya. Bahkan meskipun akal belum mampu menyerap semua persoalan dengan sempurna. Yang pasti ruh, kalbu, dan jiwa mengambil bagian darinya. Dengan kadar pengambilan manfaat darinya, ia mendapat keuntungan besar.”

    Adapun bila risalah yang dibaca memiliki penjelasan dalam risalah lain, maka ia butuh dihadirkan dan dibaca. Para ulama ahli ba- sirah yang mencermati poin-poin penting dalam Risalah Nur berkata, “Bisa jadi seorang alim mendapat bagian yang banyak dari ilmu. Namun bila alim tersebut mendalami rincian yang ada saat membaca Risalah Nur pada jamaah lalu mengaitkan apa yang dibaca tersebut de- ngan apa yang diketahui sebelumnya, maka hal itu bisa menjadi hijab yang membuatnya tidak bisa menangkap esensi dan pengaruh Risalah Nur, tidak mampu memahami dampak dari berbagai hakikat yang dijelaskan oleh Risalah Nur yang sesuai dengan pemahaman masa kini dan sesuai kebutuhan. Karena itu, yang paling baik dan paling efektif adalah membaca Risalah Nur sebagaimana adanya disertai penjelasan atas makna sejumlah kosakata yang tidak dapat dipahami.

    Saudara-saudaraku di Universitas Istanbul membacanya dengan cara demikian. Kami juga ingin menegaskan secara singkat: bahwa Risalah Nur sudah sangat fasih dan singkat. Nilai sebuah kata terkandung dalam bentuknya yang singkat. Mengambil pelajaran besar dari persoalan iman dan al-Qur’an dalam penjelasannya secara global terwujud saat dibacakan kepada jamaah.

    Tuanku dan guruku yang mulia, Badiuzzaman, semua kalangan yang mengenal keindahan dan kebaikan akan senantiasa membawakan untuk Anda dan untuk Risalah Nur semua penghormatan dan penghargaan. Kami pun akan selalu menaruh rasa cinta dan penghargaan yang bersumber dari relung hati dan relung jiwa yang paling dalam terhadap Risalah Nur lewat ajaran universal yang dibawanya yang telah menyelamatkan iman kami melalui sejumlah pelajaran iman hakiki yang diberikan. Rasa cinta dan hormat tersebut akan terus berpindah dari satu generasi ke generasi yang lain serta dari satu masa ke masa yang lain.

    Ya, Risalah Nur memiliki kekuatan yang dapat melumat pilar-pilar kekufuran milik kaum zindik. Ia mampu melemparkannya ke dalam lubang kebinasaan dan membuatnya tinggal kenangan. Adapun yang lain yang mencari kebenaran, mereka akan menemukan keselamatan dan keberuntungan pada cahaya al-Qur’an dan iman.

    Ya, kekuatan Qurani ini yang mampu meluluhlantahkan gunung dan batu karang sehingga seperti kapas serta mampu melarutkan besi dan granit hingga seperti minyak, ia akan menenggelamkan alam pada cahaya dan kebahagiaan. Ketika penyelamatan iman itu terwujud, ca- haya al-Qur’an akan meliputi seluruh alam.

    Penutup doa mereka adalah “Alhamdulilaahi Rabbil ‘aalamin”.


    AL-LAWÂMI’ ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ Sözler Fihrist/id

    1. *Tidak bisa menulis dengan baik.
    2. *Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuri, hal 176.
    3. *Sirah Dzatiyah (Biografi), h.48.
    4. *Al-Asfahani, al-Aghani 4/39. Al-Qalqasyandi, Shubhul A’sya 12/413, al-Musthath- raf 1/61, 2/280.
    5. *Al-Maktûbât, h.566.
    6. *Al-Kalimât, h.38.