İçeriğe atla

On Altıncı Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"------ <center> CAHAYA KELIMA BELAS ⇐ | Al-Lama’ât | ⇒ CAHAYA KETUJUH BELAS </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Sejarah manusia hanya mampu mencatat sampai tiga ribu tahun yang lalu. Tinjauan sejarah yang terbatas ini tidak mampu menetapkan secara tepat berbagai peristiwa yang terjadi sebelum masa Ibrahim. Berbagai peristiwa tersebut bisa jadi disebutkan dalam kondisi bercampur dengan khurafat, atau sebagai penolakan, atau ia hanya dipaparkan secara sangat singkat.Adapun faktor penyebab yang membuat nama Dzulqarnain selalu diidentikkan dengan Iskandar di atas dala..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("------ <center> CAHAYA KELIMA BELAS ⇐ | Al-Lama’ât | ⇒ CAHAYA KETUJUH BELAS </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
 
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 22 değişikliği gösterilmiyor)
119. satır: 119. satır:
Sejarah manusia hanya mampu mencatat sampai tiga ribu tahun yang lalu. Tinjauan sejarah yang terbatas ini tidak mampu menetapkan secara tepat berbagai peristiwa yang terjadi sebelum masa Ibrahim. Berbagai peristiwa tersebut bisa jadi disebutkan dalam kondisi bercampur dengan khurafat, atau sebagai penolakan, atau ia hanya dipaparkan secara sangat singkat.Adapun faktor penyebab yang membuat nama Dzulqarnain selalu diidentikkan dengan Iskandar di atas dalam berbagai kitab tafsir dikarenakan salah satu nama Dzulqarnain adalah Iskandar. Dialah Iskandar agung dan Iskandar Kuno.
Sejarah manusia hanya mampu mencatat sampai tiga ribu tahun yang lalu. Tinjauan sejarah yang terbatas ini tidak mampu menetapkan secara tepat berbagai peristiwa yang terjadi sebelum masa Ibrahim. Berbagai peristiwa tersebut bisa jadi disebutkan dalam kondisi bercampur dengan khurafat, atau sebagai penolakan, atau ia hanya dipaparkan secara sangat singkat.Adapun faktor penyebab yang membuat nama Dzulqarnain selalu diidentikkan dengan Iskandar di atas dalam berbagai kitab tafsir dikarenakan salah satu nama Dzulqarnain adalah Iskandar. Dialah Iskandar agung dan Iskandar Kuno.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Atau juga alasannya karena al-Qur’an ketika menyebutkan sebuah peristiwa parsial, ia menyebutkannya sebagai bagian dari berbagai peristiwa yang bersifat umum. Iskandar Agung yang merupakan Dzulqarnain, sebagaimana lewat petunjuk kenabian telah membuat tembok Cina yang terkenal sebagai pembatas antara kaum penganiaya dan kaum yang teraniaya sekaligus untuk membendung invasi mereka, maka para pemimpin besar lainnya seperti Iskandar ar-Rumi dan raja-raja kuat lainnya telah mengikuti langkah Dzulqarnain dari sisi fisik dan materi. Sementara beberapa nabi dan wali yang merupakan pemimpin spiritual bagi umat manusia mengikuti jejak beliau dari sisi spiritual dan pe- ngajaran. Mereka mendirikan berbagai dinding pembatas di antara pegunungan sebagai salah satu sarana penting untuk menyelamatkan orang-orang yang teraniaya dari kejahatan manusia zalim. Mereka juga membangun benteng-benteng di puncak pegunungan. Lalu benteng tersebut mereka perkuat dengan kekuatan mereka atau dengan berbagai instruksi, pengarahan, dan perencanaan. Bahkan mereka juga membangun pagar-pagar di sekitar kota, benteng, dan di tengah-tengah kota. Hingga pada akhirnya mereka juga memakai fasilitas lain berupa artileri berat dan sejenis mobil lapis baja.
Zülkarneyn olan İskender-i Kebir’in nübüvvetkârane irşadatıyla akvam-ı zalime ile milel-i mazlume ortasında hâil ve gaddarların garetlerine mani olacak meşhur Sedd-i Çin’in binasını kurduğu gibi; İskender-i Rumî misillü müteaddid cihangirler ve kuvvetli padişahlar, maddî cihetinde ve manevî âlem-i insaniyetin padişahları olan bir kısım enbiya ve bazı aktab dahi manevî ve irşadî cihetinde o Zülkarneyn’in arkasında gidip iktida edip, mazlumları zalimlerden kurtaracak çarelerin mühimlerinden olan dağlar ortalarında setleri '''(Hâşiye<ref>'''Hâşiye:''' Rûy-i zeminde mürur-u zamanla dağ şeklini almış, tanınmayacak bir surete gelmiş çok sun’î setler vardı.</ref>)''' sonra dağlar başlarında kaleleri kurmuşlar. Ya bizzat maddî kuvvetleriyle veyahut irşad ve tedbirleriyle tesis etmişler. Sonra şehirlerin etrafında surları ve ortalarında kaleleri, tâ son çare olan kırk ikilik topları ve kale-i seyyar gibi dritnotları yapmışlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dinding yang dibangun oleh Dzulqarnain merupakan dinding paling terkenal di dunia. Panjang dinding yang disebut Tembok Cina sejarak perjalanan beberapa hari. Dinding tersebut dibangun untuk menahan serangan bangsa-bangsa jahat yang oleh al-Qur’an diberi nama Ya’juj dan Ma’juj. Sementara sejarah menyebut mereka dengan bangsa Mongolia dan Manchuria yang selalu merusak peradaban umat manusia. Mereka muncul dari balik Pegunungan Himalaya. Lalu mereka membinasakan rakyat jelata serta merusak berbagai negeri, baik yang ada di Barat maupun di Timur. Maka, keberadaan dinding yang dibangun di antara dua rangkaian Pegunungan Himalaya menjadi penahan serangan kaum yang buas itu sekaligus menjadi penghalang dari serangan yang seringkali mereka lakukan terhadap bangsa yang teraniaya di China dan India. Sebagaimana Dzulqar- nain membangun dinding tersebut, banyak pula dinding-dinding lainnya yang dibangun atas keinginan para penguasa Iran Kuno di pegunungan Kaukasus di celah sempit untuk berlindung dari perampasan, pendudukan, dan invasi Bangsa Tatar. Dan masih banyak sekali dinding-dinding pembatas semacam itu.Karena al-Qur’an berbicara kepada seluruh umat manusia, maka ia secara tegas menyebutkan satu peristiwa yang dengan itu ia mengingatkan berbagai peristiwa serupa Iainnya.
Hattâ rûy-i zeminin en meşhur seddi ve kaç günlük uzak bir mesafe tutan Sedd-i Çinî, Kur’an lisanıyla Ye’cüc ve Me’cüc’ün ve tabir-i diğerle tarih lisanında Mançur ve Moğol denilen ve âlem-i beşeriyeti kaç defa zîr ü zeber eden ve Himalaya Dağlarının arkasından çıkan ve şarktan garba kadar harap eden akvam-ı vahşiye ve garetkâr milletlerin Hint ve Çin’deki akvam-ı mazlumeye tecavüzlerini durdurmak için o Himalaya silsilelerine yakın iki dağ ortasında uzun bir set yaptığı ve o akvam-ı vahşiyenin kesretle hücumlarına çok zaman mani olduğu gibi Kafkas Dağlarında Derbent cihetinde yine çapulcu garetgir akvam-ı Tatariyenin hücumunu durdurmak için Zülkarneyn-misal eski İran padişahlarının himmetiyle setler yapılmıştır. Bu neviden çok setler var. Kur’an-ı Hakîm umum nev-i beşer ile konuştuğu için zâhiren bir hâdise-i cüz’iyeyi zikredip, umum o hâdiseye benzer hâdisatı ihtar ederek konuşuyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dilihat dari perspektif ini, banyak sekali riwayat dan komentar para ahli tafsir seputar dinding, Ya’juj, dan Ma’juj.
İşte bu nokta-i nazardandır ki Sedd’e ve Ye’cüc ve Me’cüc’e dair rivayetler ve akval-i müfessirîn, ayrı ayrı gidiyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kemudian al-Qur’an berpindah dari satu peristiwa kepada peristiwa lainnya yang jauh karena melihat adanya korelasi dan keter- kaitan konteks pembicaraan. Sehingga orang yang tidak mengetahui adanya korelasi tersebut akan menduga bahwa masa terjadinya dua peristiwa tersebut berdekatan. Demikianlah, ketika al-Qur’an menceritakan tentang kedatangan hari kiamat setelah hancurnya dinding pembatas tersebut, hal itu bukan karena jangka waktu antara dua peristiwa di atas berdekatan, tetapi karena keduanya mempunyai korelasi. Yaitu, sebagaimana dinding itu akan hancur, demikian pula dengan dunia.
Hem Kur’an-ı Hakîm, münasebat-ı kelâmiye cihetinde bir hâdiseden uzak bir hâdiseye intikal eder. Bu münasebatı düşünmeyen zanneder ki iki hâdisenin zamanları birbirine yakındır. İşte Sedd’in harabiyetinden kıyametin kopmasını Kur’an’ın haber vermesi, kurbiyet-i zaman cihetiyle değil belki münasebat-ı kelâmiye cihetinde iki nükte içindir:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selain itu, sebagaimana gunung-gunung yang merupakan dinding-dinding pembatas alami ciptaan Tuhan yang sangat kokoh dan kuat hanya akan roboh dengan datangnya kiamat, begitu pula dengan dinding kuat ini. la tak akan hancur kecuali ketika kiamat tiba. Sebagian besarnya akan tetap eksis kecuali jika dalam perjalanan waktu kemudian ada yang merusak dan menghancurkannya.
Yani bu set nasıl harap olacak, öyle de dünya harap olacaktır. Hem nasıl ki fıtrî ve İlahî setler olan dağlar metindir ancak kıyametin kopmasıyla harap olurlar, öyle de bu set dahi dağ gibi metindir ancak dünyanın harap olmasıyla hâk ile yeksan olabilir. İnkılabat-ı zaman tahribat yapsa da çoğu sağlam kalır demektir. Evet, Sedd-i Zülkarneyn’in külliyetinden bir ferdi olan Sedd-i Çinî binler sene yaşadığı halde daha meydanda duruyor. İnsanın eliyle zemin sahifesinde yazılan, mücessem, mütehaccir, manidar tarih-i kadîmden uzun bir satır olarak okunuyor.
Ya, dinding tembok Cina yang merupakan salah satu tembok buatan Dzulqarnain masih tetap ada dan bisa disaksikan meskipun sudah berusia ribuan tahun. Ia bisa dibaca layaknya garis panjang yang ditulis oleh tangan manusia di lembaran bumi. Ia berbentuk garis berwujud batu yang memiliki makna dari sejarah kuno.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Üçüncü_Sualiniz"></span>
== Üçüncü Sualiniz ==
==Pertanyaan Ketiga==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Yaitu seputar Isa yang membunuh Dajjal. Pada “Surat Pertama dan Surat Kelima Belas” dalam buku al-Maktûbât ada jawaban yang memadai bagi kalian. Keduanya diuraikan secara sangat singkat.
Hazret-i İsa aleyhisselâmın Deccal’ı öldürmesi hem Birinci Mektup’ta ve hem On Beşinci Mektup’ta gayet muhtasar ve size kâfi bir cevap vardır.
</div>




<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
بِاس۟مِهٖ وَ اِن۟ مِن۟ شَى۟ءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَم۟دِهٖ
بِاس۟مِهٖ وَ اِن۟ مِن۟ شَى۟ءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَم۟دِهٖ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
اَلسَّلَامُ عَلَي۟كُم۟ وَ رَح۟مَةُ اللّٰهِ وَ بَرَكَاتُهُ
اَلسَّلَامُ عَلَي۟كُم۟ وَ رَح۟مَةُ اللّٰهِ وَ بَرَكَاتُهُ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dua saudaraku yang setia, tulus, rela berkorban, dan mulia, Sabri dan Hafidz Ali.
Aziz, fedakâr, sıddık, vefadar kardeşlerim Hoca Sabri (rh) ve Hâfız Ali (rh)
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Mugayyebat-ı_Hamseye_dair"></span>
== Mugayyebat-ı Hamseye dair ==
==kalian seputar lima persoalan gaib==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pertanyaan penting kalian seputar lima persoalan gaib yang terdapat pada penutup surah Luqman membutuhkan jawaban yang segera. Hanya saja, sayang sekali, kondisi jiwa dan ragaku saat ini membuatku tak bisa memberikan jawaban yang memadai. Karena itu, aku hanya bisa menjelaskan beberapa hal yang terkait dengan pertanyaanmu secara sangat global.
Sure-i Lokman’ın âhirindeki âyetin hakkında mühim sualiniz gayet mühim bir cevap isterken, maatteessüf şimdiki halet-i ruhiyem ve ahval-i maddiyem o cevaba müsait değildir. Yalnız sualinizin temas ettiği bir iki noktaya gayet mücmel işaret edeceğiz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Maksud dari pertanyaan kalian adalah bahwa para ateis menyanggah waktu turunnya hujan dan jenis janin yang terdapat di rahim sebagai bagian dari lima persoalan gaib di atas.
Şu sualinizin meali gösteriyor ki ehl-i ilhad tarafından tenkit suretinde mugayyebat-ı hamseden yağmurun gelmek vaktine ve rahm-ı maderdeki ceninin keyfiyetine itiraz edilmiş.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Mereka memberikan kritik sebagai berikut, “Waktu turunnya hujan bisa diketahui lewat observatorium cuaca. Jadi, ia juga bisa diketahui oleh selain Allah. Sementara jenis kelamin janin yang ada di rahim ibu bisa dideteksi, apakah ia laki-laki atau perempuan, dengan sinar Rontgen. Dengan demikian, persoalan gaib tersebut bisa ditelusuri.
'''Demişler ki:''' “Rasathanelerde bir âletle yağmurun vakt-i nüzulü keşfediliyor. Onu da Allah’tan başkası da biliyor. Hem röntgen şuâıyla rahm-ı maderdeki ceninin müzekker, müennes olduğu anlaşılıyor. Demek, mugayyebat-ı hamseye ıttıla kabildir?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebagai jawabannya, perlu diketahui bahwa waktu turunnya hujan sebenarnya tidak terikat dengan kaidah baku yang ada. Ia secara langsung terikat dengan kehendak khusus Tuhan dari perbendaharaan rahmat-Nya tanpa perantara. Adapun rahasia di baliknya adalah sebagai berikut:
'''Elcevap:''' Yağmurun vakt-i nüzulü bir kaideye merbut olmadığı için doğrudan doğruya meşiet-i hâssa-i İlahiye ile bağlı ve hazine-i rahmetten hususi iradeye tabi olduğunun bir sırr-ı hikmeti şudur ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hakikat terpenting dan unsur paling berharga yang ada di alam ini adalah eksistensi, kehidupan, cahaya, dan rahmat. Empat unsur tersebut, tanpa ada perantara dan hijab, secara langsung tergantung pada kekuasaan dan kehendak Ilahi. Memang benar, sebab-sebab lahiriah yang terdapat pada ciptaan Tuhan lainnya menutupi perbuatan Ilahi, serta kaidah-kaidah baku yang ada—sampai batas tertentu— menghijab kehendak dan kemauan Ilahi. Hanya saja hijab dan tirai penutup tersebut tidak diletakkan di hadapan kehidupan, cahaya, dan rahmat, karena keberadaannya pada hal-hal tadi tidak berguna.
Kâinatta en mühim hakikat ve en kıymettar mahiyet; nur, vücud ve hayat ve rahmettir ki bu dört şey perdesiz, vasıtasız, doğrudan doğruya kudret-i İlahiye ve meşiet-i hâssa-i İlahiyeye bakar. Sair masnuatta zâhirî esbab, kudretin tasarrufuna perde oluyorlar. Ve muttarid kanunlar ve kaideler, bir derece irade ve meşiete hicab oluyor. Fakat vücud, hayat ve nur ve rahmette o perdeler konulmamış. Çünkü perdelerin sırr-ı hikmeti o işte cereyan etmiyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena rahmat dan kehidupan merupakan dua unsur terpen- ting yang ada di alam, sementara hujan merupakan asal kehidupan dan sumbu rahmat-Nya atau bahkan rahmat itu sendiri, maka ber- bagai perantara tidak boleh menutupinya dan berbagai kaidah yang ada juga tidak boleh menghijab kehendak-Nya. Hal itu dimaksud- kan agar setiap manusia, dalam setiap waktu dan urusan, selalu bersyukur, memperlihatkan penghambaan, meminta, merendahkan diri, dan berdoa kepada-Nya. Sebab, jika seandainya urusan-urusan tersebut senantiasa sesuai dengan kaidah dan hukum tertentu, akan tertutuplah pintu syukur dan pengharapan manusia kepada Tuhan karena menyandarkan diri pada kaidah tersebut.
Madem vücudda en mühim hakikat, rahmet ve hayattır; yağmur, hayata menşe ve medar-ı rahmet, belki ayn-ı rahmettir. Elbette vesait perde olmayacak. Kaide ve yeknesaklık dahi meşiet-i hâssa-i İlahiyeyi setretmeyecek; tâ ki her vakit, herkes, her şeyde şükür ve ubudiyete ve sual ve duaya mecbur olsun. Eğer bir kaide dâhilinde olsaydı o kaideye güvenip şükür ve rica kapısı kapanırdı. Güneşin tulûunda ne kadar menfaatler olduğu malûmdur. Halbuki muttarid bir kaideye tabi olduğundan güneşin çıkması için dua edilmiyor ve çıkmasına dair şükür yapılmıyor. Ve ilm-i beşerî o kaidenin yoluyla yarın güneşin çıkacağını bildiği için gaibden sayılmıyor.
Seperti diketahui bahwa ada banyak manfaat pada terbitnya matahari. Namun karena ia terikat dengan kaidah tertentu, maka manusia tidak berdoa agar matahari terbit dan tidak bersyukur atas terbitnya. Karena pengetahuan manusia dengan sarana kaidah tadi dapat mengetahui waktu terbitnya matahari di esok hari, maka tidak dianggap sebagai hal yang gaib.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tetapi karena hujan tidak terikat dengan kaidah tertentu, maka setiap saat manusia selalu harus berlindung di haribaan Ilahi dengan harapan dan doa. Karena pengetahuan manusia tak mampu menentukan waktu turunnya hujan, maka mereka menerimanya sebagai karunia khusus yang bersumber dari perbendaharaan rahmat Ilahi. Sehingga mereka pun betul-betul bersyukur atasnya.
Fakat yağmurun cüz’iyatı bir kaideye tabi olmadığı için her vakit insanlar rica ve dua ile dergâh-ı İlahiyeye ilticaya mecbur oluyorlar. Ve ilm-i beşerî, vakt-i nüzulünü tayin edemediği için sırf hazine-i rahmetten bir nimet-i hâssa telakki edip hakiki şükrediyorlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, ayat al-Qur’an di atas memasukkan waktu turunnya hujan sebagai salah satu dari lima persoalan gaib yang ada dengan alasan yang telah kami sebutkan.
İşte bu âyet, bu nokta-i nazardan yağmurun vakt-i nüzulünü, mugayyebat-ı hamseye idhal ediyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun perkiraan turunnya hujan yang dilakukan lewat observatorium berdasarkan tanda-tanda yang ada, lalu dari sana ditentukan waktu turunnya, maka hal itu tidak disebut sebagai pengetahuan terhadap hal gaib. Tetapi merupakan pengetahuan tentang sebagian tanda turunnya ketika hampir menuju alam nyata setelah keluar dari alam gaib. Jadi, persoalan-persoalan gaib yang bisa diketahui lewat perkiraan atau setelah ia hampir ter- wujud tidak bisa dikatakan sebagai pengetahuan terhadap hal gaib, tetapi merupakan pengetahuan tentang keberadaannya atau pengetahuan tentang hal-hal yang mendahului keberadaannya.Bahkan lewat perasaan yang tajam aku sendiri kadangkala bisa memperkirakan turunnya hujan sehari sebelumnya. Artinya, ada tanda-tanda awal sebelum hujan turun. Tanda awal itu tampak dalam bentuk kelembaban yang merupakan isyarat akan turunnya hujan. Kondisi ini menjadi perantara bagi manusia untuk mengetahui persoalan yang telah keluar dari alam gaib dan tengah masuk ke alam nyata.
Rasathanelerdeki âletle, bir yağmurun mukaddimatını hissedip vaktini tayin etmek, gaibi bilmek değil belki gaibden çıkıp âlem-i şehadete takarrubu vaktinde bazı mukaddimatına ıttıla suretinde bilmektir. Nasıl, en hafî umûr-u gaybiye vukua geldikte veyahut vukua yakın olduktan sonra hiss-i kable’l-vukuun bir neviyle bilinir. O, gaybı bilmek değil belki o, mevcudu veya mukarrebü’l-vücudu bilmektir. Hattâ ben kendi âsabımda bir hassasiyet cihetiyle yirmi dört saat evvel, gelecek yağmuru bazen hissediyorum. Demek yağmurun mukaddimatı, mebâdileri var. O mebâdiler, rutubet nevinden kendini gösteriyor, arkasından yağmurun geldiğini bildiriyor. Bu hal, aynen kaide gibi ilm-i beşerin gaibden çıkıp daha şehadete girmeyen umûra vusule bir vesile olur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun hujan yang belum menginjakkan kakinya ke alam nyata serta masih belum keluar dari rahmat dan kehendak Ilahi, maka pengetahuan tentangnya hanya dimiliki oleh Allah, Dzat Yang Maha Mengetahui segala hal gaib.
Fakat daha âlem-i şehadete ayak basmayan ve meşiet-i hâssa ile rahmet-i hâssadan çıkmayan yağmurun vakt-i nüzulünü bilmek, ilm-i Allâmü’l-guyub’a mahsustur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Kaldı_ikinci_mesele"></span>
== Kaldı ikinci mesele ==
==Selanjutnya==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
persoalan kedua mengenai jenis kelamin janin di rahim ibu yang bisa diketahui lewat sinar Rontgen. Perlu diketahui bahwa pengetahuan manusia tentang hal tersebut sama sekali tidak menafikan makna gaib yang terkandung dalam bunyi ayat berikut:“Dia mengetahui apa yang terdapat dalam rahim.” (QS. Luqman [31]: 34) Sebab, maksud dari pengetahuan Allah di atas tidak terbatas pada jenis kelamin janin. Tetapi maksudnya adalah pengetahuan tentang potensi-potensi mengagumkan yang dimiliki oleh bayi tersebut sebagai prinsip-prinsip takdir hidup dan kondisi-kondisi yang akan didapat oleh manusia di masa mendatang. Bahkan juga mencakup pengetahuan tentang stempel Shamadiyah yang tampak pada ciri-ciri fisiknya. Semua itulah yang dimaksud oleh ayat di atas. Yaitu bahwa pengetahuan tentang sang janin beserta segala persoalan di atas merupakan pengetahuan yang hanya dimiliki oleh Dzat Yang Maha Mengetahui hal gaib. Seandainya ratusan ribu pikiran manusia yang tajam seperti sinar Rontgen bergabung, niscaya ia takkan mampu meskipun untuk sekadar mengetahui ciri fisik wajah manusia yang menjadi tanda pembeda antara seseorang dengan seluruh manusia di dunia. Lalu bagaimana mungkin ciri kejiwaan yang terdapat pada potensi dan kecenderungan manusia yang ratusan ribu kali lebih luar biasa dari ciri-ciri fisik tadi bisa disingkap?!
Röntgen şuâıyla rahm-ı maderdeki çocuğun erkek ve dişisini bilmek ile وَ يَع۟لَمُ مَا فِى ال۟اَر۟حَامِ âyetinin meal-i gaybîsine münafî olamaz. Çünkü âyet yalnız zükûret ve ünûset keyfiyetine değil belki o çocuğun acib istidad-ı hususisi ve istikbalde kesbedeceği vaziyetine medar olan mukadderat-ı hayatiyesinin mebâdileri, hattâ simasındaki gayet acib olan sikke-i samediyet muraddır ki çocuğun o tarzda bilinmesi, ilm-i Allâmü’l-guyub’a mahsustur. Yüz bin röntgen-misal fikr-i beşerî birleşse yine o çocuğun umum efrad-ı beşeriyeye karşı birer alâmet-i farikası bulunan yalnız hakiki sima-yı vechiyesini keşfedemez. Nerede kaldı ki sima-yı vechî sikkesinden yüz defa daha hârika olan istidadındaki sima-yı manevîyi keşfedebilsin.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Di awal kami telah menyebutkan bahwa eksistensi, kehidupan, dan rahmat merupakan hakikat alam yang paling penting dan mempunyai kedudukan tertinggi. Karena itu, hakikat kehidupan tersebut beserta seluruh detil-detilnya mengarah kepada kehendak, rahmat, dan kemauan-Nya. Dan salah satu rahasianya adalah karena kehidupan beserta seluruh perangkatnya merupakan sumber rasa syukur serta pangkal pengabdian dan tasbih, maka tidak ada kaidah baku yang menghijab kehendak khusus Ilahi dan perantara lahiriah yang bisa menghijab rahmat Ilahi.
Başta dedik ki vücud ve hayat ve rahmet, bu kâinatta en mühim hakikatlerdir ve en mühim makam onlarındır. İşte onun için o câmi’ hakikat-i hayatiye, bütün incelikleriyle ve dekaikiyle irade-i hâssaya ve rahmet-i hâssaya ve meşiet-i hâssaya bakmalarının bir sırrı şudur ki: Hayat, bütün cihazatıyla ve cihatıyla şükür ve ubudiyet ve tesbihin menşe ve medarı olduğundandır ki irade-i hâssaya hicab olan yeknesaklık ve kaidelik ve rahmet-i hâssaya perde olan vesait-i zâhiriye konulmamıştır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Allah memiliki dua manifestasi dalam ciri-ciri janin, yaitu yang bersifat fisik dan yang bersifat maknawi.
Cenab-ı Hakk’ın rahm-ı maderdeki çocukların sima-yı maddî ve manevîlerinde iki cilvesi var:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pertama, manifestasi yang menunjukkan kesatuan, keesaan, dan sifat shamadiyah Allah . Pasalnya, janin menjadi saksi atas ketunggalan Pencipta-Nya lewat kesamaan seluruh organ-organ pokoknya dengan seluruh manusia. Lewat “lisan” itu janin tersebut seolah menyeru dengan berkata, “Dzat Yang telah menganugerah- kan kepadaku bentuk fisik semacam ini adalah Sang Maha Pencipta yang juga telah menganugerahkan anggota badan yang sama kepada seluruh manusia. Dialah Allah, Pencipta seluruh makhluk yang bernyawa.”
'''Birisi:''' Vahdetini ve ehadiyetini ve samediyetini gösterir ki o çocuk, aza-yı esasîde ve cihazat-ı insaniyenin envaında sair insanlarla muvafık ve mutabık olduğu cihetle, Hâlık ve Sâni’inin vahdetine şehadet ediyor. O cenin bu lisan ile bağırıyor ki: “Bana bu sima ve azayı veren kim ise bütün esasat-ı azada bana benzeyen bütün insanların sâni’i dahi odur. Ve hem bütün zîhayatın sâni’i odur.”
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Lisan” tersebut yang menjadi petunjuk atas Pencipta Yang Mahamulia bukanlah lisan yang bersifat gaib. Tetapi ia bisa diketahui dan bisa dikenali. Sebab, ia mengikuti kaidah baku, berjalan sesuai dengan aturan tertentu, serta bersandar pada struktur bentuk janin. Pengetahuan tersebut merupakan lisan yang bisa berbicara dan ranting yang merambat dari alam gaib ke alam nyata.
İşte rahm-ı maderdeki ceninin bu lisanı, gaybî değil, kaideye ve ıttırada ve nevine tabi olduğu için malûmdur, bilinebilir. Âlem-i şehadetten âlem-i gayba girmiş bir daldır ve bir dildir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kedua, si janin menyeru dengan lisan ciri-ciri potensi khusus dan ciri-ciri wajah pribadi. Hal itu mengisyaratkan adanya ikhtiar, kehendak mutlak, kemauan, dan rahmat Penciptanya serta tidak bergantung pada kaidah tertentu. Lisan tersebut bersumber dari gaib. Tidak ada yang bisa melihat dan meliputinya sebelum ia hadir, kecuali pengetahuan-Nya yang azali. Dengan menyaksikan salah satu perangkat dari ribuan perangkat janin yang ada di rahim, ia tak dapat dikenali.
'''İkinci cihet:''' Sima-yı istidadiye-i hususiyesi ve sima-yı vechiye-i şahsiyesi lisanıyla Sâni’inin ihtiyarını, iradesini ve meşietini ve rahmet-i hâssasını ve hiçbir kayıt altında olmadığını, bağırıp gösteriyor. Fakat bu lisan, gaybü’l-gaybdan geliyor. İlm-i ezelîden başkası, kable’l-vücud bunu göremiyor ve ihata edemiyor. Rahm-ı maderde iken bu simanın binde bir cihazatı görünmekle bilinmiyor!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kesimpulan
Elhasıl, ceninin sima-yı istidadîsinde ve sima-yı vechiyesinde hem delil-i vahdaniyet var hem ihtiyar ve irade-i İlahiyenin hücceti vardır.
Kecenderungan dan ciri-ciri fisik yang ada pada janin merupakan dalil yang menunjukkan keesaan-Nya sekaligus bukti adanya pilihan dan kehendak Ilahi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selanjutnya, jika Allah memberi taufik, akan segera kutulis beberapa hal yang menyangkut lima persoalan gaib di atas. Karena waktu dan kondisiku sekarang ini tidak memungkinkan untuk memberikan penjelasan yang lebih banyak dari ini. Maka kuakhiri penjelasanku sampai di sini.
Eğer Cenab-ı Hak muvaffak etse mugayyebat-ı hamseye dair bazı nükteler yazılacaktır. Şimdilik bundan fazla vaktim ve halim müsaade etmedi, hâtime veriyorum.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Yang kekal, hanyalah Dzat Yang Mahakekal.
اَل۟بَاقٖى هُوَ ال۟بَاقٖى
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Said Nursî'''
'''Said Nursî'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ
</div>






<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
------
------
<center> [[On Beşinci Lem'a]] ⇐ [[Lem'alar]] | ⇒ [[On Yedinci Lem'a]] </center>
<center> [[On Beşinci Lem'a/id|CAHAYA KELIMA BELAS]] ⇐ | [[Lem'alar/id|Al-Lama’ât]] | ⇒ [[On Yedinci Lem'a/id|CAHAYA KETUJUH BELAS]] </center>
------
------
</div>