77.975
düzenleme
("Karena ada tugas-tugas maknawiyah yang sangat dibutuhkan, di mana tugas terpentingnya adalah masalah keimanan, serta bagaimana menguatkan dan mengajarkannya, sebab ia merupakan paspor menuju jalan keabadian, lentera kalbu dalam kegelapan barzakh, dan kunci negeri kebahagiaan abadi, maka tentu saja ahli makrifah (orang yang mengenal Tuhan) yang melakukan tugas tersebut tidak menyia-nyiakan nikmat Ilahi yang diberikan padanya dan kemuliaan iman yang Allah..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Sikap bangga diri bercampur riya yang tidak disadari oleh jiwa dan akalku seolah-olah bisa mereka ketahui lewat timbangan kebanggaan dan kesombongan mereka yang sangat sensitif. Sehingga mereka pun memberikan perlawanan terhadap sikap banggaku tadi. Kira-kira selama sembilan tahun ini ada sekitar sembilan pengala- man yang kuperoleh. Kezaliman yang mereka lakukan kepadaku membuatku berpikir tentang takdir Ilahi sambil bertanya, “Mengapa takdir Ilahi me..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 5 değişikliği gösterilmiyor) | |||
105. satır: | 105. satır: | ||
Karena ada tugas-tugas maknawiyah yang sangat dibutuhkan, di mana tugas terpentingnya adalah masalah keimanan, serta bagaimana menguatkan dan mengajarkannya, sebab ia merupakan paspor menuju jalan keabadian, lentera kalbu dalam kegelapan barzakh, dan kunci negeri kebahagiaan abadi, maka tentu saja ahli makrifah (orang yang mengenal Tuhan) yang melakukan tugas tersebut tidak menyia-nyiakan nikmat Ilahi yang diberikan padanya dan kemuliaan iman yang Allah karuniakan untuknya dalam bentuk kufur nikmat, sehingga tidak jatuh ke tingkat orang-orang yang bodoh dan fasik. Demikianlah, uzlahku yang kalian tidak senangi dan kalian anggap bertentangan dengan prinsip kesetaraan adalah untuk hal di atas. | Karena ada tugas-tugas maknawiyah yang sangat dibutuhkan, di mana tugas terpentingnya adalah masalah keimanan, serta bagaimana menguatkan dan mengajarkannya, sebab ia merupakan paspor menuju jalan keabadian, lentera kalbu dalam kegelapan barzakh, dan kunci negeri kebahagiaan abadi, maka tentu saja ahli makrifah (orang yang mengenal Tuhan) yang melakukan tugas tersebut tidak menyia-nyiakan nikmat Ilahi yang diberikan padanya dan kemuliaan iman yang Allah karuniakan untuknya dalam bentuk kufur nikmat, sehingga tidak jatuh ke tingkat orang-orang yang bodoh dan fasik. Demikianlah, uzlahku yang kalian tidak senangi dan kalian anggap bertentangan dengan prinsip kesetaraan adalah untuk hal di atas. | ||
Namun demikian aku tidak berbicara dengan orang-orang angkuh yang menyiksaku yang melampui batas seperti Firaun dalam hal egoisme dan pengingkaran terhadap hukum kesetaraan. Sebab, tidak boleh rendah hati di hadapan orang-orang yang sombong karena dianggap sebagai merendahkan diri. Jadi, aku berkata kepada para pejabat yang insaf, rendah hati dan adil: | |||
Alhamdulillah aku mengetahui kekurangan dan kelemahanku. Aku tidak meminta kedudukan dan kehormatan dengan sikap sombong di atas umat Islam, melainkan aku selalu melihat kekuranganku yang tak terkira, menghibur diri dengan istigfar dan memohon doa dari masyarakat, bukan mengharap kehormatan. Kukira perilakuku ini diketahui oleh semua teman-temanku. | |||
Hanya saja, aku menyandang posisi mulia untuk sementara waktu untuk tidak tunduk kepada kaum yang sesat dan mencaga kehormatan serta wibawa ilmiah yang dituntut oleh kedudukan itu pada waktu berkhidmah pada al- Qur’an dan mengajar hakikat-hakikat keimanan. Aku yakin bahwa undang-undang ahli dunia tidak ada kaitannya dengan hal ini. | |||
'''Perlakuan yang Mengherankan''' | |||
''' | Seperti diketahui bersama bahwa semua ilmuwan dan kalangan cerdik pandai mengukur segala sesuatu dengan ukuran ilmu pengetahuan. Di mana pun mereka mendapatkan pengetahuan dan dari siapa pun mendapatkan ilmu, mereka akan memberikan penghormatan kepadanya dan mengikat tali persahabatan dengannya. Bahkan jika ada seorang profesor yang berasal dari negara musuh datang ke sini, para ilmuwan akan mengunjungi dan menghormatinya. | ||
Jadi, yang sebenarnya terjadi adalah ketika lembaga ilmiah tertinggi gereja Inggris meminta jawaban yang terdiri dari 600 kata dari para ulama Islam tentang enam pertanyaan yang ditujukan kepada mereka, salah seorang ulama yang mendapat perlakuan tidak terhormat dari anak-anak negeri ini mampu menjawab enam pertanyaan di atas hanya dengan enam kata sehingga jawabannya itu dihargai dan dikagumi.Dialah orang yang mampu melawan dan mengalahkan kaidah- kaidah asing berikut landasan berpikir para ahli hikmahnya dengan mempergunakan ilmu hakikat dan pengetahuan yang benar. Dialah yang menentang para filsuf Barat dengan berpegang pada ilmu dan pengetahuan yang diterangkan oleh al-Qur’an. Dialah yang mengajak para ulama dan para pengajar sekolah modern di Istanbul—enam bulan sebelum proklamasi kebebasan—untuk melakukan diskusi, dialog, sekaligus menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Dia menjawab semua pertanyaan mereka dengan jawaban yang tepat dan benar.(*<ref>*Said Baru berkata, “Aku tidak ikut campur dalam ucapan Said Lama ini, yang dilontarkan dengan penuh kebanggaan. Namun aku tidak bisa menghentikannya, kare- na aku telah memberinya hak berbicara dalam risalah ini. Oleh karena itu, aku lebih memilih untuk diam agar dia bisa memperlihatkan kebanggaannya di hadapan orang- orang yang sombong”—Penulis.</ref>)Dialah yang telah mempersembahkan hidupnya untuk kebahagiaan umat ini dengan menerbitkan ratusan risalah dengan bahasa Turki, di samping menerangi mereka dengan risalah-risalah tersebut. Orang inilah yang telah melakukan semua itu. Ia adalah putra negeri ini, teman bagi rakyatnya, serta saudara seagama. Sebagian ilmuwan dan pemuka agama Rasmi menyiksanya, menyimpan permusuhan kepadanya, dan tidak menghormatinya. | |||
Runugkanlah kondisi di atas! Apa pendapatmu? Inikah yang dinamakan peradaban? Inikah yang disebut cinta pada ilmu dan pengetahuan? Inikah yang disebut dengan cinta tanah air? Inikah yang disebut dengan nasionalisme? Atau, inikah seruan untuk berpegang pada sistem Republik? Tidak, tidak ada satu pun yang termasuk di dalamnya. Tetapi ia adalah takdir Ilahi yang adil di mana takdir itu memunculkan permusuhan terhadap orang tadi dari ulama yang menunjukkan persahabatan agar orang tadi tidak riya dengan ilmunya ketika mendapat penghormatan, serta agar ia bisa bersikap ikhlas. | |||
< | <span id="Hâtime"></span> | ||
== | ==Penutup== | ||
'''Permusuhan yang Mengherankan namun Patut Disyukuri''' | |||
''' | |||
Ahli dunia yang sombong dan angkuh luar biasa mempunyai sensititivitas yang sangat tinggi dalam mendeteksi sikap egoisme dan bangga diri. Ketika sikap tersebut terdeteksi oleh mereka, ia termasuk karunia dan kemuliaan besar bagi kita. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut: | |||
Sikap bangga diri bercampur riya yang tidak disadari oleh jiwa dan akalku seolah-olah bisa mereka ketahui lewat timbangan kebanggaan dan kesombongan mereka yang sangat sensitif. Sehingga mereka pun memberikan perlawanan terhadap sikap banggaku tadi. Kira-kira selama sembilan tahun ini ada sekitar sembilan pengala- man yang kuperoleh. Kezaliman yang mereka lakukan kepadaku membuatku berpikir tentang takdir Ilahi sambil bertanya, “Mengapa takdir Ilahi menjadikan mereka menggangguku?” Pertanyaan inilah yang kujadikan pegangan untuk memeriksa makar jiwaku. | |||
Aku selalu memahami bahwa nafsuku secara fitrah bisa condong kepada sikap egoisme, atau sengaja menipuku. Ketika itulah aku berkata, “Takdir Ilahi telah berbuat adil kepadaku lewat kezaliman orang-orang zalim itu.” | |||
Di antaranya, pada musim kemarau ini, teman-temanku menyediakan seekor kuda indah untuk kukendarai. Dengan kuda tersebut aku pergi ke tempat rekreasi. Aku baru menyadari adanya hasrat jiwa untuk memperoleh kenikmatan duniawi lewat sikap bangga diri yang tersembunyi.Ketika itulah ahli dunia menghadang hasratku tadi dengan hebat. Mereka membunuh hasratku itu bahkan membunuh banyak hasratku yang lain. | |||
Selain itu, pada kali ini pula, pasca bulan Ramadhan yang penuh berkah, dalam bingkai keikhlasan para saudara dan ketakwaan mereka; serta penghormatan dan prasangka baik para peziarah, setelah perhatian yang diberikan oleh seorang imam agung dan mulia kepa- da kita lewat karamah gaibnya, secara tanpa disadari muncul hasrat dalam diriku untuk bersikap sombong dan riya. Hasrat itu ditampak- kan dengan penuh bangga dibungkus rasa syukur. Pada saat itulah tiba-tiba ahli dunia menghadangku lewat perasaannya yang sangat sensitif. Seolah-olah mereka bisa mendeteksi adanya benih-benih riya. Karena itu, kepada Tuhan Yang Mahakuasa aku bersimpuh sambil bersyukur atas segala nikmat-Nya. Sebab, kezaliman mereka telah menjadi jalan bagiku untuk bisa ikhlas. | |||
“Katakanlah, Wahai Tuhan aku berlindung kepada-Mu dari semua bisikan setan dan aku berlindung kepada-Mu | |||
jangan sampai mereka hadir mendekatiku.” (QS. al-Mukminun [23]: 97-98). | |||
Wahai Allah Yang Maha Menjaga, Yang Maha Memelihara, dan Sebaik-baik Penjaga, peliharalah aku dan peliharalah para sahabatku dari keburukan jiwa, setan, kejahatan jin dan manusia, serta dari kejahatan kaum yang sesat dan melampaui batas. Amin, amin, amin! | |||
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ | سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ | ||
------ | ------ | ||
<center> [[Yirmi Birinci Lem'a]] ⇐ [[Lem'alar]] | ⇒ [[Yirmi Üçüncü Lem'a]] </center> | <center> [[Yirmi Birinci Lem'a/id|CAHAYA KEDUA PULUH SATU]] ⇐ | [[Lem'alar/id|Al-Lama’ât]] | ⇒ [[Yirmi Üçüncü Lem'a/id|CAHAYA KEDUA PULUH TIGA]] </center> | ||
------ | ------ | ||
düzenleme