Yirmi Dördüncü Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark
("==Hikmah Pertama==" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("------ <center> CAHAYA KEDUA PULUH TIGA ⇐ | Al-Lama’ât | ⇒ CAHAYA KEDUA PULUH LIMA </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 59 değişikliği gösterilmiyor) | |||
13. satır: | 13. satır: | ||
==Hikmah Pertama== | ==Hikmah Pertama== | ||
Hijab adalah fitrah bagi perempuan sehingga mereka membutuhkannya. Pasalnya, perempuan diciptakan dalam kondisi lemah dan lembut. Mereka sadar bahwa mereka membutuhkan keberadaan seorang lelaki yang bisa melindungi mereka dan anak-anak yang sangat mereka cintai lebih dari diri sendiri. Oleh karena itu, perem- puan memiliki kecenderungan fitrah untuk membuat dirinya dicintai, tidak dibenci, dan tidak ditolak secara kasar oleh orang lain. | |||
Di samping itu, sekitar tujuh dari sepuluh perempuan, terutama yang tua atau kurang cantik, biasanya enggan untuk memperlihatkan uban atau kekurangan mereka. Mereka mempunyai rasa cemburu yang sangat besar sehingga mereka khawatir kalau ada perempuan cantik lainnya yang mengalahkan mereka atau khawatir kalau dilecehkan dan dicela orang. Karena itu, secara fitrah mereka meng- inginkan hijab untuk menjaga diri agar tidak dilecehkan orang dan agar tidak dituduh suaminya dengan pengkhianatan. Bahkan, kita melihat para perempuan yang sudah berusia lanjut lebih semangat untuk berhijab dibanding yang lainnya. | |||
Barangkali tidak lebih dari dua atau tiga saja dari sepuluh perempuan remaja cantik yang tidak merasa sungkan untuk memperlihatkan aurat mereka. Karena seperti yang kita ketahui, biasanya ma- nusia tidak suka jika dilihat oleh orang yang tidak ia sukai. Bahkan, ketika misalnya ada perempuan cantik yang berpakaian tidak sopan, karena ingin dilihat oleh dua atau tiga orang pria yang bukan mahramnya, ia tetap akan keberatan dan merasa risih jika dilihat oleh tujuh atau delapan pria lainnya. | |||
Karena perempuan mempunyai tabiat halus dan sensitif, ia sangat menghindari—selama perangainya tidak rusak—pandangan jahat dan pandangan yang menimbulkan efek konkret seperti racun.Bahkan, kita mendengar sebagian besar perempuan di Eropa—padahal dikenal sebagai lingkungan yang bebas buka aurat—mengadu ke polisi karena ada orang-orang yang terus menerus memperhatikan mereka. Mereka berkata, “Orang-orang yang hina itu terus menerus mengikuti dan mengganggu kami.” | |||
'''Kesimpulan:'''Peradaban modern yang mencampakkan hijab betul-betul berlawanan dengan fitrah manusia. Sesungguhnya perintah al-Qur’an untuk berhijab, di samping merupakan fitrah, ia melindungi perempuan—yang merupakan sumber kasih sayang dan teman setia abadi bagi suaminya—dari kerendahan, kehinaan, dan keremehan. | |||
Selain itu, secara fitrah, perempuan mempunyai kekhawatiran terhadap pria asing sehingga mereka perlu berhijab. Sebab, kenikmatan yang berlangsung selama sembilan menit menjadi pahit dengan adanya beban untuk mengandung janin selama sembilan bulan, dilanjutkan dengan keharusan memelihara anak yang tak mempunyai ayah selama sembilan tahun. Karena peluang kepada hal itu sangat besar, perempuan sangat khawatir kepada pria yang bukan mahram dan secara naluri menjauhi mereka. Fitrahnya yang lemah akan mengingatkannya untuk segera melindungi diri dan memakai hijab agar tidak membangkitkan syahwat para pria yang bukan mahramnya dan tidak membuka peluang untuk diganggu. Fitrahnya menunjukkan bahwa hijab merupakan benteng dan parit pengaman. | |||
Kami pernah mendengar bahwa ada seorang tukang semir sepatu mengusik istri pejabat tinggi yang membuka auratnya. Si tukang semir tadi merayunya secara terang-terangan pada siang hari di jantung ibu kota, Ankara. Bukankah perlakuan buruk itu merupakan tamparan keras bagi wajah mereka yang tidak tahu malu menentang hijab?! | |||
< | <span id="İkinci_Hikmet"></span> | ||
== | ==Hikmah Kedua== | ||
Hubungan erat dan kecintaan mendalam antara seorang laki-laki dan perempuan tidak hanya lahir dari kebutuhan yang menjadi tuntutan kehidupan dunia semata. Seorang perempuan tidak hanya menjadi pendamping suami di dunia saja, tetapi ia juga menjadi pendampingnya di dalam kehidupan yang abadi. Oleh karena itu, ia harus berusaha agar tidak menarik perhatian orang lain pada kecantikan dirinya, selain suaminya yang merupakan sahabat dan pendampingnya. Di samping itu, ia juga harus berusaha agar suaminya tidak terusik, murka, dan cemburu. | |||
Selain itu, dengan keimanannya, seorang suami yang beriman tidak hanya mencintai istrinya di kehidupan dunia ini saja, dan tidak membatasi cintanya hanya ketika istrinya cantik. Namun, mencintai dan menghormatinya dengan tulus dan serius yang tidak hanya terbatas pada masa muda dan cantik, tetapi juga pada masa tua, bahkan ketika kecantikan istri telah sirna. Sebab, istrinya akan menjadi pen- dampingnya di kehidupan yang abadi. Oleh karena itu, seorang istri harus mempersembahkan kecantikan dan cintanya hanya kepada suami, sebagaimana hal itu merupakan tuntutan fitrah kemanusiaannya. Jika tidak, ia akan kehilangan banyak hal. | |||
Selanjutnya, syariat juga menuntut seorang suami harus sepadan dengan istri. Artinya, yang satu harus sesuai dan sejalan dengan lainnya. Dalam hal ini, kesepadanan yang terpenting tentunya adalah kesepadanan agama. | |||
Betapa bahagianya seorang suami yang melihat istrinya begitu religius, sehingga ia pun berusaha mengikutinya dan menjadi orang yang taat agar tidak kehilangan istri setianya di kehidupan akhirat nanti. | |||
Demikian halnya, betapa beruntungnya seorang istri yang melihat suaminya begitu religius, lalu ia tidak ingin kehilangan pendamping setianya itu di akhirat nanti sehingga ia menjadi orang yang bertakwa. | |||
Sebaliknya, sungguh sangat celaka bagi seorang pria yang terjerumus dalam kemaksiatan yang membuatnya kehilangan istri yang salehah selamanya. | |||
Demikian pula, sungguh malang seorang istri yang tidak mencontoh suaminya yang bertakwa sehingga ia berpisah dengan pendamping abadinya yang mulia. | |||
Sungguh ribuan celaka pula bagi suami-istri yang saling mencontoh keburukan dan kemak siatan yang ada sehingga keduanya saling menolong menuju neraka. | |||
< | <span id="Üçüncü_Hikmet"></span> | ||
== | ==Hikmah Ketiga== | ||
Kebahagiaan dan kelanggengan rumah tangga dalam hidup ini bergantung pada adanya rasa saling percaya di antara suami-istri, serta adanya rasa hormat yang layak dan cinta yang tulus di antara keduanya. Sementara mempertontonkan aurat tentu saja merusak kepercayaan, penghormatan, dan kecintaan di antara mereka. Sebab, sembilan dari sepuluh perempuan yang menampakkan aurat itu akan menjumpai para pria yang lebih tampan dibanding suami mereka. Sementara hanya satu orang yang melihat pria yang kalah ganteng dari suaminya sekaligus tidak ia senangi. Hal yang sama terjadi pada kaum pria. Hanya satu dari dua puluh orang dari mereka yang melihat perempuan yang kalah cantik dari istrinya. Sementara yang lain melihat para perempuan yang lebih cantik dibanding istri mereka. Kondisi ini sangat berpotensi untuk membangkitkan hasrat kotor di dalam jiwa, selain bisa melenyapkan kecintaan yang tulus dan penghormatan yang ada. | |||
Hal itu karena secara fitrah, manusia tidak akan mempunyai pikiran kotor terhadap mahram, saudara perempuan misalnya, karena wajah mahram memunculkan rasa kasih sayang dan kecintaan yang bersumber dari adanya hubungan kekeluargaan. Perasaan mulia itu tentu akan membendung keinginan syahwat. Hanya saja, mem- perlihatkan bagian tubuh yang tidak boleh dilihat bagi mahram pun, seperti betis, bisa membangkitkan hasrat kotor orang-orang yang berkepribadian buruk. | |||
Wajah mahram menyadarkan akan adanya hubungan kekera- batan dan status kemahram-an yang berbeda dengan orang lain. Tetapi, menyingkap bagian-bagian tubuh yang terlarang seperti betis adalah sama saja berbahaya, baik bagi mahram ataupun bukan, sebab dalam betis tidak ada tanda pembeda yang memberitahukan kemahram-an, sehingga bisa menyebabkan selera pandangan hewani mahram yang bermartabat rendah bergejolak. Pandangan seperti ini tentu saja merupakan bentuk kejatuhan martabat manusia yang membuat kita merinding. | |||
< | <span id="Dördüncü_Hikmet"></span> | ||
== | ==Hikmah Keempat== | ||
Seperti diketahui bersama, banyaknya keturunan diinginkan oleh semua orang. Tidak ada satu umat atau bangsa pun yang tidak mendukung banyaknya keturunan. Rasul bersabda: | |||
< | “Nikahlah dan perbanyaklah jumlah kalian, sebab aku bangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat yang lain pada Hari Kiamat.”(*<ref>*Abdurrazzâq, al-Mushannaf, 6/173; dan al-Ajlûni, Kasyf al-Khafâ, 1/380.</ref>) | ||
</ | |||
Akan tetapi, membuka aurat tentu saja membatasi pernikahan, bahkan menguranginya karena betapa pun bejatnya seorang pemuda, ia tetap menginginkan pasangan hidup yang suci dan menjaga diri. Ia tidak mau pasangan hidupnya buka-bukaan seperti dirinya. Karenanya, ia lebih memilih hidup membujang ketimbang menikah sehingga ia dapat terjerumus dalam kemaksiatan. | |||
Sementara itu, perempuan tidak seperti pria. Ia tidak bisa leluasa menentukan suaminya. | |||
Karena perempuan bertugas mengurus rumah tangga, di samping menjaga anak, harta, dan semua milik suami, maka sifat paling utama yang melekat padanya adalah setia dan bisa dipercaya. Hanya saja, membuka aurat tentu akan merusak kesetiaan tadi dan mengoyak kepercayaan suami terhadap istri sehingga sang suami pun akan merasa sakit dan tersiksa.Bahkan, sifat keberanian dan kedermawanan yang merupakan tabiat terpuji bagi pria, jika keduanya terdapat pada perempuan, hal itu justru dianggap sebagai sifat tercela. Kedua sifat itu bisa merusak kepercayaan dan kesetiaan sehingga menjadi akhlak yang buruk. Namun, karena tugas suami tidak hanya terbatas pada memercaya- kan harta dan mengikat hubungan dengan istri, tetapi juga melindungi, mengasihi, dan menghormatinya, maka ia tidak seperti istri, yakni pilihannya tidak terikat hanya pada seorang istri sehingga bisa menikah dengan perempuan yang lain. | |||
Negara kita tidak bisa dibandingkan dengan negara-negara Eropa. Pada tahap tertentu, di sana kehormatan bisa lebih mudah dijaga dalam keadaaan aurat terbuka dibanding di sini. Orang yang melihat istri orang lain yang terhormat dengan pandangan kotor, sama saja dengan menyiapkan kafannya sendiri. Di samping itu, tabiat bangsa Eropa adalah dingin (tak acuh) sama seperti iklim mereka. Adapun di Asia, khususnya negara-negara Islam, ia termasuk negara yang beriklim panas jika dibandingkan dengan Eropa. Seperti diketahui, kondisi iklim dan lingkungan sangat mempengaruhi akhlak manusia. Pada daerah yang dingin dan bagi orang- orang yang “dingin”, membuka aurat yang merangsang syahwat bisa jadi tidak sampai menimbulkan tindakan yang melampui batas. | |||
Sementara bagi orang-orang sensitif yang cepat terangsang yang tinggal di daerah panas, membuka aurat akan menyebabkan munculnya perbuatan yang melanggar dan melampaui batas.Membuka aurat yang merangsang hawa nafsu dan syahwat tentu saja bisa memicu timbulnya pelanggaran, lemahnya keturunan, dan rusaknya kekuatan. Pasalnya, seorang pria yang membutuhkan pemenuhan hasrat alamiahnya dalam sebulan atau dua puluh hari akan beranggapan bahwa nafsunya harus disalurkan pada setiap beberapa hari. Lalu, karena ada penghalang fitri, seperti haid, yang menghalanginya untuk berhubungan dengan istri selama kira-kira 15 hari, ia pun akan terjerumus ke dalam perbuatan nista ketika nafsunya sudah mendominasi. | |||
Penduduk kota tidak mesti melepaskan hijab dengan mengikuti penduduk desa dan orang-orang kampung. Sebab ketika bekerja, penduduk desa harus mengeluarkan tenaga fisik yang kuat untuk mencari nafkah dan seringkali para perempuannya ikut-serta dalam berbagai pekerjaan berat sehingga tubuh keras mereka pun terbuka. Namun, pekerja perempuan ini tidaklah menarik perhatian lawan jenis dan merangsang syahwat pria, sebagaimana perempuan kota. Di samping itu, jumlah pengangguran di desa tidak sebanyak jumlah yang ada di kota, maka kerusakan yang ada di desa tidak melebihi sepuluh persen dari apa yang ada di kota. Karenanya, kota tak bisa dibandingkan dengan desa. | |||
بِاس۟مِهٖ سُب۟حَانَهُ | بِاس۟مِهٖ سُب۟حَانَهُ | ||
< | <span id="Ehl-i_İman_Âhiret_Hemşirelerim_Olan_Kadınlar_Taifesi_İle_Bir_Muhaveredir"></span> | ||
== | ==DIALOG DENGAN PARA PEREMPUAN SAUDARI SEIMAN== | ||
Ketika aku menyaksikan di beberapa daerah besarnya perhatian para perempuan terhadap Risalah Nur dan mereka menerima semua pelajaran yang kuberikan, aku datang untuk ketiga kalinya ke Madrasah maknawi az-Zahra, kota yang penuh berkah, Isparta. Aku mendengar bahwa para perempuan baik-baik itu, saudari-saudariku di akhirat, sedang menantiku memberikan pengajian. Mereka ingin agar aku memberikan pengajian seperti ceramah dan tausiyah yang disampaikan di masjid-masjid. Padahal, aku sedang menderita berbagai penyakit, di samping kondisiku yang sangat lemah dan lelah, bahkan tidak mampu berbicara dan berpikir. Namun demikian, pada malam ini muncul dalam benakku sebuah lintasan pikiran yang sangat kuat sebagai berikut: | |||
“Lima belas tahun yang lalu, engkau telah menulis risalah “Tuntunan Generasi Muda” atas permintaan mere- ka. Sudah banyak yang mengambil manfaat dari risalah tersebut. Sementara para perempuan lebih membutuhkan “tuntunan” semacam itu pada masa sekarang ini .” | |||
Karena lintasan pikiran itulah, meskipun aku sedang sakit, lemah, dan lelah, dengan sangat ringkas aku pun menuliskan untuk para saudariku yang diberkahi itu sekaligus untuk anak-anakku yang masih remaja beberapa hal yang harus mereka perhatikan dalam tiga nuktah sebagai berikut: | |||
< | <span id="Birinci_Nükte"></span> | ||
=== | ===Nuktah Pertama=== | ||
Salah satu sendi utama penulisan Risalah Nur adalah rasa kasih sayang, sementara kaum perempuan merupakan pahlawan kasih sayang, maka secara fitrah mereka menjadi orang-orang yang paling mempunyai hubungan kuat dengan Risalah Nur. Alhamdulillah, hubungan fitri tersebut dapat dirasakan di beberapa daerah. | |||
Pengorbanan yang tersirat dalam kasih sayang memiliki nilai yang sangat penting pada zaman sekarang ini. Pasalnya, pengorbanan semacam ini menggambarkan sebuah ketulusan hakiki dan tanpa pamrih. | |||
Ya, pengorbanan jiwa seorang ibu demi menyelamatkan anak-anaknya dari bahaya tanpa mengharap balasan disertai ketulusan hakiki sebagai kewajiban fitrinya menunjukkan adanya bentuk kepahlawanan yang paling utama dalam diri perempuan. Dengan tersingkapnya bentuk kepahlawanan itu dalam diri mereka, para perempuan bisa menyelamatkan kehidupan dunia dan akhirat mereka. Namun, sejumlah paham yang rusak menghalangi tersingkapnya sifat mulia dan berharga tersebut, atau menyalahgunakannya. | |||
Di sini kami akan menyebutkan salah satu dari ratusan contoh yang ada:Seorang ibu yang penyayang akan berkorban sedemikian rupa untuk melindungi anaknya dari berbagai bahaya dan agar ia berguna di dunia. Ia didik anaknya di atas landasan tersebut. Ia pergunakan seluruh hartanya agar anaknya bisa menjadi pemimpin dan pembesar. Lalu, ia ambil anak tersebut dari sekolah agama untuk dikirim ke Eropa. Ia tidak pernah berpikir tentang kehidupan abadi anaknya yang sedang terancam bahaya.Ia berusaha menyelamatkan anaknya dari penjara duniawi, tanpa pernah peduli kalau anaknya akan terjerumus ke neraka Jahanam yang abadi. Dengan demikian, ia melakukan tindakan yang sangat menyalahi fitrahnya. Seharusnya ia menjadikan anaknya yang tidak berdosa sebagai penolong baginya di Hari Kiamat nanti, ia justru menjadikan anaknya sebagai orang yang menggugatnya. Sang anak akan mengeluh dengan berkata, “Mengapa engkau tidak memperkuat keimananku hingga engkau membuatku tersiksa begini?” | |||
Karena tidak mendapat porsi pendidikan Islam yang memadai, akhirnya anak tadi tidak membalas hak kasih sayang ibunya yang luar biasa. Bahkan, bisa jadi ia mengabaikan haknya. Akan tetapi, jika ibu tersebut berusaha menyelamatkan anaknya yang lemah tadi dari penjara akhirat, yaitu neraka Jahanam, dan dari kemusnahan abadi, yaitu mati dalam kesesatan, melalui kasih sayangnya yang hakiki tanpa menyalahgunakannya, maka sang anak senantiasa akan mengirimkan pahala kepada roh ibunya setelah ia meninggal dunia. Pasalnya, semua kebaikan yang dilakukan oleh anaknya akan tercatat dalam lembaran amal ibu. Selain itu, anak tersebut akan menjadi anak yang baik dan diberkahi sekaligus akan menjadi penolong baginya di sisi Allah. Sang anak tidak akan mengeluhkannya dan tidak pula menggugatnya. | |||
'''Ya, guru pertama dan sosok yang paling berpengaruh dalam hidup seseorang adalah ibunya.''' | |||
''' | Dalam kesempatan ini, aku akan menjelaskan ungkapan di atas yang senantiasa kurasakan dalam diriku, yaitu: | ||
Aku bersumpah dengan nama Allah bahwa pelajaran pa- ling berkesan yang pernah kuterima, yang seolah-olah selalu baru dalam hidupku, adalah pelajaran-pelajaran yang berasal dari ibuku. Pelajaran tersebut membekas kuat dalam fitrahku sekaligus menjadi benih-benih dalam tubuhku selama hidup yang hampir berusia 80 tahun. Padahal, aku telah menerima berbagai pelajaran dari sekitar 80.000 orang. Bahkan, aku yakin bahwa semua pelajaran yang pernah kudapat dibangun di atas benih-benih itu.Artinya, pelajaran yang ditanamkan oleh ibuku dalam fitrah dan jiwaku saat aku berusia satu tahun merupakan benih hakikat agung yang kusaksikan sekarang ini ketika usiaku mencapai delapan puluh tahun. | |||
Contohnya, “kasih sayang” yang merupakan salah satu dari empat prinsip hidupku, serta sifat “belas kasih” yang juga merupakan salah satu hakikat agung dari Risalah Nur, merupakan dua karakter yang berasal dari perilaku yang penuh kasih dan pengajaran makna- wi sang ibu yang penyayang itu.Ya, sifat belas kasih ibu yang berisi ketulusan dan pengorbanan pada zaman sekarang ini telah disalahgunakan. Seorang ibu tidak lagi berpikir tentang kekayaan yang lebih berharga dibanding intan permata yang akan diperoleh anaknya di akhirat nanti. Tetapi, sang ibu hanya mengarahkan perhatiannya kepada dunia fana yang hanya senilai serpihan kaca, lalu ia mengasihi dan menyayangi anaknya da- lam aspek ini saja. Tentu saja, hal ini merupakan bentuk kasih sayang yang disalahgunakan. | |||
Salah satu bukti kepahlawanan perempuan dalam memberi- kan pengorbanan tanpa pamrih dan tanpa sikap riya adalah kesiapan mereka untuk mengorbankan jiwa mereka demi anaknya. Salah satu buktinya adalah apa yang terlihat pada ayam betina yang memberikan contoh kecil dari sifat kasih sayang ibu. Ia berani menyerang singa (anjing) dan mengorbankan jiwanya demi melindungi anak-anaknya yang masih kecil. | |||
Hal yang paling utama dan terpenting dalam pendidikan Islam dan amal ukhrawi pada zaman sekarang ini adalah keikhlasan. Nah, kepahlawanan dalam kasih sayang ibu tadi juga menghimpun sifat keikhlasan yang hakiki. | |||
Jika kasih sayang dan keikhlasan itu tampak pada kelompok yang penuh berkah itu, yaitu kelompok perempuan, maka keduanya akan menjadi sumber kebahagiaan dalam lingkungan Islam.Adapun pengorbanan ayah, tidak tanpa pamrih, tetapi menuntut upah dan balasan dari banyak sisi. Paling tidak berupa kebanggaan dan perasaan ingin dipuji. Namun sayang sekali, banyak perempuan yang menjadi riya dalam bentuk dan jenis yang lain sebagai akibat dari kelemahan mereka. Hal itu dilakukan untuk menyelamatkan diri dari kejahatan dan dominasi para suami yang zalim. | |||
< | <span id="İkinci_Nükte"></span> | ||
=== | ===Nuktah Kedua=== | ||
Ketika pada tahun ini aku beruzlah, menjauhkan diri dari kehidupan sosial, aku terpaksa melihat kembali ke dunia untuk mengabulkan keinginan para saudara-saudari pemerhati Risalah Nur. Lalu, aku mendengar dari sebagian besar teman yang menemuiku beberapa keluhan tentang kehidupan rumah tangga mereka. Aku betul- betul merasa pilu mendengar itu semua. Aku pun berkata, “Apakah kerusakan juga sudah menimpa kehidupan rumah tangga? Sesung- guhnya kehidupan rumah tangga merupakan benteng yang kukuh bagi manusia, terutama bagi seorang Muslim. Ia ibarat miniatur surga dan dunianya yang kecil.”Kemudian aku mencari penyebab kerusakan tersebut. Aku pun mengetahui bahwa ada beberapa lembaga rahasia yang berusaha menyesatkan dan merusak para pemuda dengan cara menyediakan berbagai sarana maksiat serta menjerumuskan mereka ke dalam lembah kemaksiatan dan kesesatan guna merusak tatanan masyarakat Islam dan menyerang agama Islam. Aku juga merasakan dan menge- tahui adanya berbagai lembaga yang bekerja secara efektif untuk mendorong para perempuan yang lalai agar terjerumus ke dalam dosa dan kesalahan. Menurutku, hal itu merupakan pukulan keras terhadap umat Islam. | |||
Kutegaskan kepada para saudari dan anak-anak perempuanku yang masih remaja:Sesungguhnya solusi ampuh untuk menyelamatkan perempuan dari kerusakan dunia dan akhirat, serta sarana satu-satunya untuk menjaga tabiat mulia yang menjadi fitrah mereka dari kerusakan adalah mendidik mereka dengan pendidikan agama Islam. Kalian telah mendengar kondisi terakhir para perempuan penuh berkah itu di Rusia. | |||
Dalam sebagian Risalah Nur telah dijelaskan bahwa: | |||
Suami yang bijak tidak boleh mencintai istrinya hanya karena kecantikan lahiriah yang tidak akan bertahan sampai 10 tahun. Tetapi, ia harus mencintai istrinya karena kasih sayangnya yang merupa- kan kecantikan terindah dan kekal yang terdapat pada perempuan, serta mengikat tali hubungan dengannya karena keindahan akhlak yang menjadi ciri khas keperempuanannya. Semua itu agar cintanya tetap lestari, meskipun istri yang lemah itu sedikit demi sedikit telah beruban. Pasalnya, ia bukan hanya pasangan hidup di dunia yang fana, melainkan merupakan pasangan tercinta di kehidupan akhirat yang kekal. Oleh karenanya, suami-istri harus saling mencintai dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang seiring dengan umur yang semakin tua. Adapun rumah tangga yang dibina dalam lingkungan peradaban modern itu sangat rapuh dan mudah rusak, karena hubungan yang ada dibangun di atas persahabatan yang bersifat sementara untuk kemudian berpisah selamanya. | |||
Demikian pula telah disebutkan dalam sebagian Risalah Nur bahwa:Orang yang bahagia adalah suami yang mau mengikuti jejak istrinya yang salehah agar tidak kehilangan pasangannya di kehidupan abadi nanti, sehingga ia pun menjadi saleh.Betapa bahagianya seorang istri yang ketika melihat suaminya begitu taat kepada agama, lalu ia pun ikut berpegang pada ajaran agama agar tidak kehilangan pasangan abadinya sehingga ia pun bisa memperoleh kebahagiaan akhirat dalam kebahagiaan dunianya.Sebaliknya, betapa malang suami yang mengikuti sang istri yang terjerumus dalam kehinaan. Lalu, ia ikut serta bersamanya tanpa berusaha menyelamatkannya. Betapa malang seorang istri yang ketika melihat kebejatan dan kefasikan suaminya, ia pun mengikuti jejaknya dalam bentuk yang lain. Lebih dari itu, benar-benar sungguh malang pasangan suami-istri yang saling membantu untuk masuk ke dalam neraka. Dengan kata lain, yang satu menjerumuskan lainnya untuk tenggelam dalam perhiasan peradaban. | |||
Maksud dari semua ungkapan yang terdapat pada Risalah Nur tadi adalah sebagai berikut: | |||
Pada masa sekarang ini, terwujudnya kebahagiaan rumah tangga, baik di dunia maupun akhirat, dan terbentuknya perangai mulia seorang perempuan hanya dengan berperilaku sesuai adab- adab Islam seperti yang digariskan oleh syariat. | |||
Hal terpenting yang patut dicermati dalam kehidupan rumah tangga pada zaman sekarang ini adalah: | |||
Jika seorang istri menyaksikan keburukan, pengkhianatan, dan ketidaksetiaan suaminya, si istri malah ikut membangkang dengan menanggalkan serta merusak kesetiaan dan kepercayaan yang ada. Maka ketika itu, tatanan rumah tangga tersebut menjadi rusak dan berantakan seperti pasukan yang berpencar. | |||
Oleh karena itu, seorang istri harus berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki segala kekurangan suaminya agar ia bisa menyelamatkan pasangan abadinya itu. Jika tidak, ia akan menderita dan merugi dalam segala-galanya manakala ia justru berusaha memperlihatkan dirinya dan menarik perhatian orang lain dengan cara membuka aurat dan berlebihan dalam berhias. Sebab, orang yang tidak setia akan mendapatkan balasannya di dunia.Secara fitrah, perempuan akan menolak dan merasa risih dengan pandangan laki-laki yang bukan mahram. Karenanya, ia akan waspada terhadap pandangan delapan belas dari dua puluh orang asing yang ada. Sementara seorang pria hanya merasa risih dengan pandangan seorang perempuan dari 100 orang perempuan yang ada. Sebagaimana seorang istridari sisi inimerasa tersiksa, ia juga akan dianggap tidak setia dan tidak bisa dipercaya sehingga dengan begitu ia tidak bisa menjaga hak-haknya di samping dirinya yang lemah. | |||
'''Kesimpulan:'''Sebagaimana—dari sisi kasih sayang—pengorbanan dan ketulusan perempuan tidak bisa ditandingi oleh pria, kenistaan pria juga tak bisa ditandingi oleh perempuan. Karena itu, dengan fitrah dan bentuk fisiknya yang lemah perempuan sangat ta- kut terhadap orang yang bukan mahramnya. Ia merasa dirinya harus dilindungi dengan hijab. Hal itu karena ketika seorang pria hendak “merasakan kenikmatan” yang hanya berlangsung selama delapan menit paling-paling ia hanya rugi ratusan ribu rupiah. Sementara bagi perempuan, setelah kenikmatan yang berlangsung delapan menit itu ada beban yang harus dibawanya selama delapan bulan ditambah dengan keharusan untuk mendidik bayi yang tak ber-ayah tersebut selama delapan tahun. Artinya, perempuan tidak bisa menandingi pria dalam kenistaan, namun ia harus menanggung bebannya berkali-kali lipat dibanding hukuman pria.Peristiwa semacam itu sering terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan merupakan makhluk penuh berkah yang tercipta untuk menjadi tempat tumbuhnya akhlak-akhlak mulia. Pasalnya, ia nyaris tidak bisa menerima kefasikan dan keburukan untuk berse- nang-senang dengan kenikmatan dunia. | |||
''' | |||
Artinya, perempuan adalah jenis makhluk yang baik dan diberkahi untuk menjalankan sebuah kehidupan rumah tangga yang bahagia dalam wadah pendidikan Islam. | |||
Semoga lembaga-lembaga yang berusaha merusak perempuan baik-baik itu hancur dan musnah. Aku juga memohon kepada Allah agar Dia selalu menjaga semua saudara perempuanku dari kejahatan orang-orang yang jahat. Amin. | |||
Wahai saudara-saudara perempuanku, secara khusus kukatakan hal ini kepada kalian:Bekerjalah mencari nafkah dengan tangan sendiri seperti para perempuan desa. Lalu, berusahalah hidup hemat dan qana‘ah; dua sifat yang tertanam dalam fitrah kalian. Hal itu lebih baik dibanding kalian merusak diri kalian sendiri karena tuntutan hidup dengan tunduk pada dominasi seorang suami yang jahat, berperilaku buruk, dan kebarat-baratan. Jika nasib salah seorang kalian mendapat suami yang tidak cocok, terimalah nasib dengan penuh kerelaan. Semoga dengan ridha dan kerelaannya tadi, Allah memperbaiki suaminya. Jika tidak, ia akan mengajukan gugatan perceraian ke pengadilan seperti informasi yang kudengar sekarang ini. Tentu saja hal itu sama sekali tidak sesuai dengan kemuliaan Islam dan kehormatan umat. | |||
< | <span id="Üçüncü_Nükte"></span> | ||
=== | ===Nuktah Ketiga=== | ||
Saudara-saudara perempuanku yang mulia! | |||
Yakinlah bahwa seluruh kenikmatan dan kesenangan yang tidak dibenarkan oleh syariat mengandung berbagai penderitaan yang jumlahnya berlipat ganda dari kenikmatan yang ada. Risalah Nur telah membuktikan hal ini dengan ratusan bukti kuat dan kejadian nyata. Kalian bisa mendapatkan rincian penjelasannya pada Risalah Nur. | |||
Sebagai contoh, “Kalimat Keenam, Ketujuh, dan Kedelapan dari buku yang berjudul “Nasihat Spiritual” serta “Tuntunan Generasi Muda”. Semuanya menjelaskan masing-masing hakikat tadi dengan gamblang sebagai ganti diriku. Karena itu, kalian harus bersikap qana‘ah dan mencukupkan diri dengan berbagai kesenangan dan kenikmatan yang sejalan dengan syariat. Bercakap-cakap dengan putra-putri kalian di rumah merupakan sebuah kenikmatan murni yang melebihi ratusan kenikmatan nonton film di bioskop. | |||
Yakinlah bahwa kenikmatan hakiki yang terdapat di dunia ini ada dalam keimanan dan koridornya. Dalam setiap amal saleh terdapat kenikmatan jiwa, sementara dalam kesesatan terkandung berbagai penderitaan di dunia. Hakikat ini telah ditegaskan oleh Risalah Nur dengan ratusan bukti yang kuat. Aku sendiri telah menyaksikan dengan mataku sendiri lewat berbagai pengalaman dan peristiwa yang terjadi bahwa dalam keimanan terdapat benih surga, dan dalam kesesatan terdapat benih neraka. Aku telah berulang kali menuliskan hakikat ini dalam Risalah Nur, sehingga kaum pembangkang yang paling sombong, para ahli, dan pihak pengadilan tak mampu mem- bantahnya.Sekarang, jadikan buku “Tuntunan Generasi Muda” dan “Nasihat Spiritual” terutama “Risalah Hijab” sebagai pengganti diriku dalam memberikan pelajaran kepada kalian, wahai saudara-saudara dan anak perempuanku. | |||
Aku telah mendengar bahwa kalian ingin agar aku menyampaikan pengajian kepada kalian di masjid Jami’. Namun, penyakitku yang parah, kondisiku yang sangat lemah, serta berbagai hal lain menghalangiku untuk melakukannya. Karena itu, aku telah memutuskan untuk menjadikan kalian, yang membaca dan menerima pelajaranku ini, sebagai orang-orang yang ikut serta bersamaku dalam semua hasil maknawi (pahala) dan doaku, sebagaimana murid-murid Nur lainnya. | |||
Jika kalian bisa memperoleh Risalah Nur, lalu membaca atau menyimaknya sebagai ganti dariku, berarti kalian telah ikut serta bersama saudara-saudara kalian, para murid Nur, dalam semua hasil maknawi (pahala) dan doa mereka sesuai dengan kaidah yang berla- ku. | |||
Aku ingin menuliskan lebih banyak dari ini. Namun, terpaksa kucukupkan sampai di sini karena penyakitku yang parah, kondisiku yang lemah, usiaku yang sudah tua, dan banyak tugas yang sedang menantiku seperti mengoreksi risalah nur. | |||
Yang kekal, hanyalah Dzat Yang Mahakekal. | |||
Saudaramu yang membutuhkan doa darimu | |||
'''Said Nursî''' | '''Said Nursî''' | ||
------ | ------ | ||
<center> [[Yirmi Üçüncü Lem'a]] ⇐ [[Lem'alar]] | ⇒ [[Yirmi Beşinci Lem'a]] </center> | <center> [[Yirmi Üçüncü Lem'a/id|CAHAYA KEDUA PULUH TIGA]] ⇐ | [[Lem'alar/id|Al-Lama’ât]] | ⇒ [[Yirmi Beşinci Lem'a/id|CAHAYA KEDUA PULUH LIMA]] </center> | ||
------ | ------ | ||
16.17, 25 Aralık 2024 itibarı ile sayfanın şu anki hâli
(Risalah Hijab)
(*[1])
Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’.” (QS. al-Ahzâb [33]: 59).Ayat al-Qur’an di atas memerintahkan hijab, sementara peradaban modern memiliki pandangan yang berseberangan dengan ketetapan Ilahi di atas. Hijab tidak dilihat sebagai fitrah bagi perem- puan, tetapi justru dianggap sebagai sesuatu yang membatasi ruang gerak mereka.(*[2])
Kami akan mengetengahkan empat dari sekian banyak hikmah yang menunjukkan bahwa ketetapan al-Qur’an tersebut memang merupakan tuntutan fitrah perempuan. Sementara yang menjadi kebalikannya bukan termasuk fitrah.
Hikmah Pertama
Hijab adalah fitrah bagi perempuan sehingga mereka membutuhkannya. Pasalnya, perempuan diciptakan dalam kondisi lemah dan lembut. Mereka sadar bahwa mereka membutuhkan keberadaan seorang lelaki yang bisa melindungi mereka dan anak-anak yang sangat mereka cintai lebih dari diri sendiri. Oleh karena itu, perem- puan memiliki kecenderungan fitrah untuk membuat dirinya dicintai, tidak dibenci, dan tidak ditolak secara kasar oleh orang lain.
Di samping itu, sekitar tujuh dari sepuluh perempuan, terutama yang tua atau kurang cantik, biasanya enggan untuk memperlihatkan uban atau kekurangan mereka. Mereka mempunyai rasa cemburu yang sangat besar sehingga mereka khawatir kalau ada perempuan cantik lainnya yang mengalahkan mereka atau khawatir kalau dilecehkan dan dicela orang. Karena itu, secara fitrah mereka meng- inginkan hijab untuk menjaga diri agar tidak dilecehkan orang dan agar tidak dituduh suaminya dengan pengkhianatan. Bahkan, kita melihat para perempuan yang sudah berusia lanjut lebih semangat untuk berhijab dibanding yang lainnya. Barangkali tidak lebih dari dua atau tiga saja dari sepuluh perempuan remaja cantik yang tidak merasa sungkan untuk memperlihatkan aurat mereka. Karena seperti yang kita ketahui, biasanya ma- nusia tidak suka jika dilihat oleh orang yang tidak ia sukai. Bahkan, ketika misalnya ada perempuan cantik yang berpakaian tidak sopan, karena ingin dilihat oleh dua atau tiga orang pria yang bukan mahramnya, ia tetap akan keberatan dan merasa risih jika dilihat oleh tujuh atau delapan pria lainnya.
Karena perempuan mempunyai tabiat halus dan sensitif, ia sangat menghindari—selama perangainya tidak rusak—pandangan jahat dan pandangan yang menimbulkan efek konkret seperti racun.Bahkan, kita mendengar sebagian besar perempuan di Eropa—padahal dikenal sebagai lingkungan yang bebas buka aurat—mengadu ke polisi karena ada orang-orang yang terus menerus memperhatikan mereka. Mereka berkata, “Orang-orang yang hina itu terus menerus mengikuti dan mengganggu kami.”
Kesimpulan:Peradaban modern yang mencampakkan hijab betul-betul berlawanan dengan fitrah manusia. Sesungguhnya perintah al-Qur’an untuk berhijab, di samping merupakan fitrah, ia melindungi perempuan—yang merupakan sumber kasih sayang dan teman setia abadi bagi suaminya—dari kerendahan, kehinaan, dan keremehan.
Selain itu, secara fitrah, perempuan mempunyai kekhawatiran terhadap pria asing sehingga mereka perlu berhijab. Sebab, kenikmatan yang berlangsung selama sembilan menit menjadi pahit dengan adanya beban untuk mengandung janin selama sembilan bulan, dilanjutkan dengan keharusan memelihara anak yang tak mempunyai ayah selama sembilan tahun. Karena peluang kepada hal itu sangat besar, perempuan sangat khawatir kepada pria yang bukan mahram dan secara naluri menjauhi mereka. Fitrahnya yang lemah akan mengingatkannya untuk segera melindungi diri dan memakai hijab agar tidak membangkitkan syahwat para pria yang bukan mahramnya dan tidak membuka peluang untuk diganggu. Fitrahnya menunjukkan bahwa hijab merupakan benteng dan parit pengaman.
Kami pernah mendengar bahwa ada seorang tukang semir sepatu mengusik istri pejabat tinggi yang membuka auratnya. Si tukang semir tadi merayunya secara terang-terangan pada siang hari di jantung ibu kota, Ankara. Bukankah perlakuan buruk itu merupakan tamparan keras bagi wajah mereka yang tidak tahu malu menentang hijab?!
Hikmah Kedua
Hubungan erat dan kecintaan mendalam antara seorang laki-laki dan perempuan tidak hanya lahir dari kebutuhan yang menjadi tuntutan kehidupan dunia semata. Seorang perempuan tidak hanya menjadi pendamping suami di dunia saja, tetapi ia juga menjadi pendampingnya di dalam kehidupan yang abadi. Oleh karena itu, ia harus berusaha agar tidak menarik perhatian orang lain pada kecantikan dirinya, selain suaminya yang merupakan sahabat dan pendampingnya. Di samping itu, ia juga harus berusaha agar suaminya tidak terusik, murka, dan cemburu.
Selain itu, dengan keimanannya, seorang suami yang beriman tidak hanya mencintai istrinya di kehidupan dunia ini saja, dan tidak membatasi cintanya hanya ketika istrinya cantik. Namun, mencintai dan menghormatinya dengan tulus dan serius yang tidak hanya terbatas pada masa muda dan cantik, tetapi juga pada masa tua, bahkan ketika kecantikan istri telah sirna. Sebab, istrinya akan menjadi pen- dampingnya di kehidupan yang abadi. Oleh karena itu, seorang istri harus mempersembahkan kecantikan dan cintanya hanya kepada suami, sebagaimana hal itu merupakan tuntutan fitrah kemanusiaannya. Jika tidak, ia akan kehilangan banyak hal.
Selanjutnya, syariat juga menuntut seorang suami harus sepadan dengan istri. Artinya, yang satu harus sesuai dan sejalan dengan lainnya. Dalam hal ini, kesepadanan yang terpenting tentunya adalah kesepadanan agama.
Betapa bahagianya seorang suami yang melihat istrinya begitu religius, sehingga ia pun berusaha mengikutinya dan menjadi orang yang taat agar tidak kehilangan istri setianya di kehidupan akhirat nanti.
Demikian halnya, betapa beruntungnya seorang istri yang melihat suaminya begitu religius, lalu ia tidak ingin kehilangan pendamping setianya itu di akhirat nanti sehingga ia menjadi orang yang bertakwa.
Sebaliknya, sungguh sangat celaka bagi seorang pria yang terjerumus dalam kemaksiatan yang membuatnya kehilangan istri yang salehah selamanya.
Demikian pula, sungguh malang seorang istri yang tidak mencontoh suaminya yang bertakwa sehingga ia berpisah dengan pendamping abadinya yang mulia.
Sungguh ribuan celaka pula bagi suami-istri yang saling mencontoh keburukan dan kemak siatan yang ada sehingga keduanya saling menolong menuju neraka.
Hikmah Ketiga
Kebahagiaan dan kelanggengan rumah tangga dalam hidup ini bergantung pada adanya rasa saling percaya di antara suami-istri, serta adanya rasa hormat yang layak dan cinta yang tulus di antara keduanya. Sementara mempertontonkan aurat tentu saja merusak kepercayaan, penghormatan, dan kecintaan di antara mereka. Sebab, sembilan dari sepuluh perempuan yang menampakkan aurat itu akan menjumpai para pria yang lebih tampan dibanding suami mereka. Sementara hanya satu orang yang melihat pria yang kalah ganteng dari suaminya sekaligus tidak ia senangi. Hal yang sama terjadi pada kaum pria. Hanya satu dari dua puluh orang dari mereka yang melihat perempuan yang kalah cantik dari istrinya. Sementara yang lain melihat para perempuan yang lebih cantik dibanding istri mereka. Kondisi ini sangat berpotensi untuk membangkitkan hasrat kotor di dalam jiwa, selain bisa melenyapkan kecintaan yang tulus dan penghormatan yang ada.
Hal itu karena secara fitrah, manusia tidak akan mempunyai pikiran kotor terhadap mahram, saudara perempuan misalnya, karena wajah mahram memunculkan rasa kasih sayang dan kecintaan yang bersumber dari adanya hubungan kekeluargaan. Perasaan mulia itu tentu akan membendung keinginan syahwat. Hanya saja, mem- perlihatkan bagian tubuh yang tidak boleh dilihat bagi mahram pun, seperti betis, bisa membangkitkan hasrat kotor orang-orang yang berkepribadian buruk. Wajah mahram menyadarkan akan adanya hubungan kekera- batan dan status kemahram-an yang berbeda dengan orang lain. Tetapi, menyingkap bagian-bagian tubuh yang terlarang seperti betis adalah sama saja berbahaya, baik bagi mahram ataupun bukan, sebab dalam betis tidak ada tanda pembeda yang memberitahukan kemahram-an, sehingga bisa menyebabkan selera pandangan hewani mahram yang bermartabat rendah bergejolak. Pandangan seperti ini tentu saja merupakan bentuk kejatuhan martabat manusia yang membuat kita merinding.
Hikmah Keempat
Seperti diketahui bersama, banyaknya keturunan diinginkan oleh semua orang. Tidak ada satu umat atau bangsa pun yang tidak mendukung banyaknya keturunan. Rasul bersabda:
“Nikahlah dan perbanyaklah jumlah kalian, sebab aku bangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat yang lain pada Hari Kiamat.”(*[3])
Akan tetapi, membuka aurat tentu saja membatasi pernikahan, bahkan menguranginya karena betapa pun bejatnya seorang pemuda, ia tetap menginginkan pasangan hidup yang suci dan menjaga diri. Ia tidak mau pasangan hidupnya buka-bukaan seperti dirinya. Karenanya, ia lebih memilih hidup membujang ketimbang menikah sehingga ia dapat terjerumus dalam kemaksiatan.
Sementara itu, perempuan tidak seperti pria. Ia tidak bisa leluasa menentukan suaminya. Karena perempuan bertugas mengurus rumah tangga, di samping menjaga anak, harta, dan semua milik suami, maka sifat paling utama yang melekat padanya adalah setia dan bisa dipercaya. Hanya saja, membuka aurat tentu akan merusak kesetiaan tadi dan mengoyak kepercayaan suami terhadap istri sehingga sang suami pun akan merasa sakit dan tersiksa.Bahkan, sifat keberanian dan kedermawanan yang merupakan tabiat terpuji bagi pria, jika keduanya terdapat pada perempuan, hal itu justru dianggap sebagai sifat tercela. Kedua sifat itu bisa merusak kepercayaan dan kesetiaan sehingga menjadi akhlak yang buruk. Namun, karena tugas suami tidak hanya terbatas pada memercaya- kan harta dan mengikat hubungan dengan istri, tetapi juga melindungi, mengasihi, dan menghormatinya, maka ia tidak seperti istri, yakni pilihannya tidak terikat hanya pada seorang istri sehingga bisa menikah dengan perempuan yang lain.
Negara kita tidak bisa dibandingkan dengan negara-negara Eropa. Pada tahap tertentu, di sana kehormatan bisa lebih mudah dijaga dalam keadaaan aurat terbuka dibanding di sini. Orang yang melihat istri orang lain yang terhormat dengan pandangan kotor, sama saja dengan menyiapkan kafannya sendiri. Di samping itu, tabiat bangsa Eropa adalah dingin (tak acuh) sama seperti iklim mereka. Adapun di Asia, khususnya negara-negara Islam, ia termasuk negara yang beriklim panas jika dibandingkan dengan Eropa. Seperti diketahui, kondisi iklim dan lingkungan sangat mempengaruhi akhlak manusia. Pada daerah yang dingin dan bagi orang- orang yang “dingin”, membuka aurat yang merangsang syahwat bisa jadi tidak sampai menimbulkan tindakan yang melampui batas.
Sementara bagi orang-orang sensitif yang cepat terangsang yang tinggal di daerah panas, membuka aurat akan menyebabkan munculnya perbuatan yang melanggar dan melampaui batas.Membuka aurat yang merangsang hawa nafsu dan syahwat tentu saja bisa memicu timbulnya pelanggaran, lemahnya keturunan, dan rusaknya kekuatan. Pasalnya, seorang pria yang membutuhkan pemenuhan hasrat alamiahnya dalam sebulan atau dua puluh hari akan beranggapan bahwa nafsunya harus disalurkan pada setiap beberapa hari. Lalu, karena ada penghalang fitri, seperti haid, yang menghalanginya untuk berhubungan dengan istri selama kira-kira 15 hari, ia pun akan terjerumus ke dalam perbuatan nista ketika nafsunya sudah mendominasi.
Penduduk kota tidak mesti melepaskan hijab dengan mengikuti penduduk desa dan orang-orang kampung. Sebab ketika bekerja, penduduk desa harus mengeluarkan tenaga fisik yang kuat untuk mencari nafkah dan seringkali para perempuannya ikut-serta dalam berbagai pekerjaan berat sehingga tubuh keras mereka pun terbuka. Namun, pekerja perempuan ini tidaklah menarik perhatian lawan jenis dan merangsang syahwat pria, sebagaimana perempuan kota. Di samping itu, jumlah pengangguran di desa tidak sebanyak jumlah yang ada di kota, maka kerusakan yang ada di desa tidak melebihi sepuluh persen dari apa yang ada di kota. Karenanya, kota tak bisa dibandingkan dengan desa.
بِاس۟مِهٖ سُب۟حَانَهُ
DIALOG DENGAN PARA PEREMPUAN SAUDARI SEIMAN
Ketika aku menyaksikan di beberapa daerah besarnya perhatian para perempuan terhadap Risalah Nur dan mereka menerima semua pelajaran yang kuberikan, aku datang untuk ketiga kalinya ke Madrasah maknawi az-Zahra, kota yang penuh berkah, Isparta. Aku mendengar bahwa para perempuan baik-baik itu, saudari-saudariku di akhirat, sedang menantiku memberikan pengajian. Mereka ingin agar aku memberikan pengajian seperti ceramah dan tausiyah yang disampaikan di masjid-masjid. Padahal, aku sedang menderita berbagai penyakit, di samping kondisiku yang sangat lemah dan lelah, bahkan tidak mampu berbicara dan berpikir. Namun demikian, pada malam ini muncul dalam benakku sebuah lintasan pikiran yang sangat kuat sebagai berikut: “Lima belas tahun yang lalu, engkau telah menulis risalah “Tuntunan Generasi Muda” atas permintaan mere- ka. Sudah banyak yang mengambil manfaat dari risalah tersebut. Sementara para perempuan lebih membutuhkan “tuntunan” semacam itu pada masa sekarang ini .” Karena lintasan pikiran itulah, meskipun aku sedang sakit, lemah, dan lelah, dengan sangat ringkas aku pun menuliskan untuk para saudariku yang diberkahi itu sekaligus untuk anak-anakku yang masih remaja beberapa hal yang harus mereka perhatikan dalam tiga nuktah sebagai berikut:
Nuktah Pertama
Salah satu sendi utama penulisan Risalah Nur adalah rasa kasih sayang, sementara kaum perempuan merupakan pahlawan kasih sayang, maka secara fitrah mereka menjadi orang-orang yang paling mempunyai hubungan kuat dengan Risalah Nur. Alhamdulillah, hubungan fitri tersebut dapat dirasakan di beberapa daerah. Pengorbanan yang tersirat dalam kasih sayang memiliki nilai yang sangat penting pada zaman sekarang ini. Pasalnya, pengorbanan semacam ini menggambarkan sebuah ketulusan hakiki dan tanpa pamrih.
Ya, pengorbanan jiwa seorang ibu demi menyelamatkan anak-anaknya dari bahaya tanpa mengharap balasan disertai ketulusan hakiki sebagai kewajiban fitrinya menunjukkan adanya bentuk kepahlawanan yang paling utama dalam diri perempuan. Dengan tersingkapnya bentuk kepahlawanan itu dalam diri mereka, para perempuan bisa menyelamatkan kehidupan dunia dan akhirat mereka. Namun, sejumlah paham yang rusak menghalangi tersingkapnya sifat mulia dan berharga tersebut, atau menyalahgunakannya.
Di sini kami akan menyebutkan salah satu dari ratusan contoh yang ada:Seorang ibu yang penyayang akan berkorban sedemikian rupa untuk melindungi anaknya dari berbagai bahaya dan agar ia berguna di dunia. Ia didik anaknya di atas landasan tersebut. Ia pergunakan seluruh hartanya agar anaknya bisa menjadi pemimpin dan pembesar. Lalu, ia ambil anak tersebut dari sekolah agama untuk dikirim ke Eropa. Ia tidak pernah berpikir tentang kehidupan abadi anaknya yang sedang terancam bahaya.Ia berusaha menyelamatkan anaknya dari penjara duniawi, tanpa pernah peduli kalau anaknya akan terjerumus ke neraka Jahanam yang abadi. Dengan demikian, ia melakukan tindakan yang sangat menyalahi fitrahnya. Seharusnya ia menjadikan anaknya yang tidak berdosa sebagai penolong baginya di Hari Kiamat nanti, ia justru menjadikan anaknya sebagai orang yang menggugatnya. Sang anak akan mengeluh dengan berkata, “Mengapa engkau tidak memperkuat keimananku hingga engkau membuatku tersiksa begini?”
Karena tidak mendapat porsi pendidikan Islam yang memadai, akhirnya anak tadi tidak membalas hak kasih sayang ibunya yang luar biasa. Bahkan, bisa jadi ia mengabaikan haknya. Akan tetapi, jika ibu tersebut berusaha menyelamatkan anaknya yang lemah tadi dari penjara akhirat, yaitu neraka Jahanam, dan dari kemusnahan abadi, yaitu mati dalam kesesatan, melalui kasih sayangnya yang hakiki tanpa menyalahgunakannya, maka sang anak senantiasa akan mengirimkan pahala kepada roh ibunya setelah ia meninggal dunia. Pasalnya, semua kebaikan yang dilakukan oleh anaknya akan tercatat dalam lembaran amal ibu. Selain itu, anak tersebut akan menjadi anak yang baik dan diberkahi sekaligus akan menjadi penolong baginya di sisi Allah. Sang anak tidak akan mengeluhkannya dan tidak pula menggugatnya.
Ya, guru pertama dan sosok yang paling berpengaruh dalam hidup seseorang adalah ibunya. Dalam kesempatan ini, aku akan menjelaskan ungkapan di atas yang senantiasa kurasakan dalam diriku, yaitu:
Aku bersumpah dengan nama Allah bahwa pelajaran pa- ling berkesan yang pernah kuterima, yang seolah-olah selalu baru dalam hidupku, adalah pelajaran-pelajaran yang berasal dari ibuku. Pelajaran tersebut membekas kuat dalam fitrahku sekaligus menjadi benih-benih dalam tubuhku selama hidup yang hampir berusia 80 tahun. Padahal, aku telah menerima berbagai pelajaran dari sekitar 80.000 orang. Bahkan, aku yakin bahwa semua pelajaran yang pernah kudapat dibangun di atas benih-benih itu.Artinya, pelajaran yang ditanamkan oleh ibuku dalam fitrah dan jiwaku saat aku berusia satu tahun merupakan benih hakikat agung yang kusaksikan sekarang ini ketika usiaku mencapai delapan puluh tahun.
Contohnya, “kasih sayang” yang merupakan salah satu dari empat prinsip hidupku, serta sifat “belas kasih” yang juga merupakan salah satu hakikat agung dari Risalah Nur, merupakan dua karakter yang berasal dari perilaku yang penuh kasih dan pengajaran makna- wi sang ibu yang penyayang itu.Ya, sifat belas kasih ibu yang berisi ketulusan dan pengorbanan pada zaman sekarang ini telah disalahgunakan. Seorang ibu tidak lagi berpikir tentang kekayaan yang lebih berharga dibanding intan permata yang akan diperoleh anaknya di akhirat nanti. Tetapi, sang ibu hanya mengarahkan perhatiannya kepada dunia fana yang hanya senilai serpihan kaca, lalu ia mengasihi dan menyayangi anaknya da- lam aspek ini saja. Tentu saja, hal ini merupakan bentuk kasih sayang yang disalahgunakan.
Salah satu bukti kepahlawanan perempuan dalam memberi- kan pengorbanan tanpa pamrih dan tanpa sikap riya adalah kesiapan mereka untuk mengorbankan jiwa mereka demi anaknya. Salah satu buktinya adalah apa yang terlihat pada ayam betina yang memberikan contoh kecil dari sifat kasih sayang ibu. Ia berani menyerang singa (anjing) dan mengorbankan jiwanya demi melindungi anak-anaknya yang masih kecil.
Hal yang paling utama dan terpenting dalam pendidikan Islam dan amal ukhrawi pada zaman sekarang ini adalah keikhlasan. Nah, kepahlawanan dalam kasih sayang ibu tadi juga menghimpun sifat keikhlasan yang hakiki.
Jika kasih sayang dan keikhlasan itu tampak pada kelompok yang penuh berkah itu, yaitu kelompok perempuan, maka keduanya akan menjadi sumber kebahagiaan dalam lingkungan Islam.Adapun pengorbanan ayah, tidak tanpa pamrih, tetapi menuntut upah dan balasan dari banyak sisi. Paling tidak berupa kebanggaan dan perasaan ingin dipuji. Namun sayang sekali, banyak perempuan yang menjadi riya dalam bentuk dan jenis yang lain sebagai akibat dari kelemahan mereka. Hal itu dilakukan untuk menyelamatkan diri dari kejahatan dan dominasi para suami yang zalim.
Nuktah Kedua
Ketika pada tahun ini aku beruzlah, menjauhkan diri dari kehidupan sosial, aku terpaksa melihat kembali ke dunia untuk mengabulkan keinginan para saudara-saudari pemerhati Risalah Nur. Lalu, aku mendengar dari sebagian besar teman yang menemuiku beberapa keluhan tentang kehidupan rumah tangga mereka. Aku betul- betul merasa pilu mendengar itu semua. Aku pun berkata, “Apakah kerusakan juga sudah menimpa kehidupan rumah tangga? Sesung- guhnya kehidupan rumah tangga merupakan benteng yang kukuh bagi manusia, terutama bagi seorang Muslim. Ia ibarat miniatur surga dan dunianya yang kecil.”Kemudian aku mencari penyebab kerusakan tersebut. Aku pun mengetahui bahwa ada beberapa lembaga rahasia yang berusaha menyesatkan dan merusak para pemuda dengan cara menyediakan berbagai sarana maksiat serta menjerumuskan mereka ke dalam lembah kemaksiatan dan kesesatan guna merusak tatanan masyarakat Islam dan menyerang agama Islam. Aku juga merasakan dan menge- tahui adanya berbagai lembaga yang bekerja secara efektif untuk mendorong para perempuan yang lalai agar terjerumus ke dalam dosa dan kesalahan. Menurutku, hal itu merupakan pukulan keras terhadap umat Islam.
Kutegaskan kepada para saudari dan anak-anak perempuanku yang masih remaja:Sesungguhnya solusi ampuh untuk menyelamatkan perempuan dari kerusakan dunia dan akhirat, serta sarana satu-satunya untuk menjaga tabiat mulia yang menjadi fitrah mereka dari kerusakan adalah mendidik mereka dengan pendidikan agama Islam. Kalian telah mendengar kondisi terakhir para perempuan penuh berkah itu di Rusia.
Dalam sebagian Risalah Nur telah dijelaskan bahwa: Suami yang bijak tidak boleh mencintai istrinya hanya karena kecantikan lahiriah yang tidak akan bertahan sampai 10 tahun. Tetapi, ia harus mencintai istrinya karena kasih sayangnya yang merupa- kan kecantikan terindah dan kekal yang terdapat pada perempuan, serta mengikat tali hubungan dengannya karena keindahan akhlak yang menjadi ciri khas keperempuanannya. Semua itu agar cintanya tetap lestari, meskipun istri yang lemah itu sedikit demi sedikit telah beruban. Pasalnya, ia bukan hanya pasangan hidup di dunia yang fana, melainkan merupakan pasangan tercinta di kehidupan akhirat yang kekal. Oleh karenanya, suami-istri harus saling mencintai dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang seiring dengan umur yang semakin tua. Adapun rumah tangga yang dibina dalam lingkungan peradaban modern itu sangat rapuh dan mudah rusak, karena hubungan yang ada dibangun di atas persahabatan yang bersifat sementara untuk kemudian berpisah selamanya.
Demikian pula telah disebutkan dalam sebagian Risalah Nur bahwa:Orang yang bahagia adalah suami yang mau mengikuti jejak istrinya yang salehah agar tidak kehilangan pasangannya di kehidupan abadi nanti, sehingga ia pun menjadi saleh.Betapa bahagianya seorang istri yang ketika melihat suaminya begitu taat kepada agama, lalu ia pun ikut berpegang pada ajaran agama agar tidak kehilangan pasangan abadinya sehingga ia pun bisa memperoleh kebahagiaan akhirat dalam kebahagiaan dunianya.Sebaliknya, betapa malang suami yang mengikuti sang istri yang terjerumus dalam kehinaan. Lalu, ia ikut serta bersamanya tanpa berusaha menyelamatkannya. Betapa malang seorang istri yang ketika melihat kebejatan dan kefasikan suaminya, ia pun mengikuti jejaknya dalam bentuk yang lain. Lebih dari itu, benar-benar sungguh malang pasangan suami-istri yang saling membantu untuk masuk ke dalam neraka. Dengan kata lain, yang satu menjerumuskan lainnya untuk tenggelam dalam perhiasan peradaban.
Maksud dari semua ungkapan yang terdapat pada Risalah Nur tadi adalah sebagai berikut: Pada masa sekarang ini, terwujudnya kebahagiaan rumah tangga, baik di dunia maupun akhirat, dan terbentuknya perangai mulia seorang perempuan hanya dengan berperilaku sesuai adab- adab Islam seperti yang digariskan oleh syariat.
Hal terpenting yang patut dicermati dalam kehidupan rumah tangga pada zaman sekarang ini adalah: Jika seorang istri menyaksikan keburukan, pengkhianatan, dan ketidaksetiaan suaminya, si istri malah ikut membangkang dengan menanggalkan serta merusak kesetiaan dan kepercayaan yang ada. Maka ketika itu, tatanan rumah tangga tersebut menjadi rusak dan berantakan seperti pasukan yang berpencar. Oleh karena itu, seorang istri harus berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki segala kekurangan suaminya agar ia bisa menyelamatkan pasangan abadinya itu. Jika tidak, ia akan menderita dan merugi dalam segala-galanya manakala ia justru berusaha memperlihatkan dirinya dan menarik perhatian orang lain dengan cara membuka aurat dan berlebihan dalam berhias. Sebab, orang yang tidak setia akan mendapatkan balasannya di dunia.Secara fitrah, perempuan akan menolak dan merasa risih dengan pandangan laki-laki yang bukan mahram. Karenanya, ia akan waspada terhadap pandangan delapan belas dari dua puluh orang asing yang ada. Sementara seorang pria hanya merasa risih dengan pandangan seorang perempuan dari 100 orang perempuan yang ada. Sebagaimana seorang istridari sisi inimerasa tersiksa, ia juga akan dianggap tidak setia dan tidak bisa dipercaya sehingga dengan begitu ia tidak bisa menjaga hak-haknya di samping dirinya yang lemah.
Kesimpulan:Sebagaimana—dari sisi kasih sayang—pengorbanan dan ketulusan perempuan tidak bisa ditandingi oleh pria, kenistaan pria juga tak bisa ditandingi oleh perempuan. Karena itu, dengan fitrah dan bentuk fisiknya yang lemah perempuan sangat ta- kut terhadap orang yang bukan mahramnya. Ia merasa dirinya harus dilindungi dengan hijab. Hal itu karena ketika seorang pria hendak “merasakan kenikmatan” yang hanya berlangsung selama delapan menit paling-paling ia hanya rugi ratusan ribu rupiah. Sementara bagi perempuan, setelah kenikmatan yang berlangsung delapan menit itu ada beban yang harus dibawanya selama delapan bulan ditambah dengan keharusan untuk mendidik bayi yang tak ber-ayah tersebut selama delapan tahun. Artinya, perempuan tidak bisa menandingi pria dalam kenistaan, namun ia harus menanggung bebannya berkali-kali lipat dibanding hukuman pria.Peristiwa semacam itu sering terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan merupakan makhluk penuh berkah yang tercipta untuk menjadi tempat tumbuhnya akhlak-akhlak mulia. Pasalnya, ia nyaris tidak bisa menerima kefasikan dan keburukan untuk berse- nang-senang dengan kenikmatan dunia.
Artinya, perempuan adalah jenis makhluk yang baik dan diberkahi untuk menjalankan sebuah kehidupan rumah tangga yang bahagia dalam wadah pendidikan Islam. Semoga lembaga-lembaga yang berusaha merusak perempuan baik-baik itu hancur dan musnah. Aku juga memohon kepada Allah agar Dia selalu menjaga semua saudara perempuanku dari kejahatan orang-orang yang jahat. Amin.
Wahai saudara-saudara perempuanku, secara khusus kukatakan hal ini kepada kalian:Bekerjalah mencari nafkah dengan tangan sendiri seperti para perempuan desa. Lalu, berusahalah hidup hemat dan qana‘ah; dua sifat yang tertanam dalam fitrah kalian. Hal itu lebih baik dibanding kalian merusak diri kalian sendiri karena tuntutan hidup dengan tunduk pada dominasi seorang suami yang jahat, berperilaku buruk, dan kebarat-baratan. Jika nasib salah seorang kalian mendapat suami yang tidak cocok, terimalah nasib dengan penuh kerelaan. Semoga dengan ridha dan kerelaannya tadi, Allah memperbaiki suaminya. Jika tidak, ia akan mengajukan gugatan perceraian ke pengadilan seperti informasi yang kudengar sekarang ini. Tentu saja hal itu sama sekali tidak sesuai dengan kemuliaan Islam dan kehormatan umat.
Nuktah Ketiga
Saudara-saudara perempuanku yang mulia! Yakinlah bahwa seluruh kenikmatan dan kesenangan yang tidak dibenarkan oleh syariat mengandung berbagai penderitaan yang jumlahnya berlipat ganda dari kenikmatan yang ada. Risalah Nur telah membuktikan hal ini dengan ratusan bukti kuat dan kejadian nyata. Kalian bisa mendapatkan rincian penjelasannya pada Risalah Nur.
Sebagai contoh, “Kalimat Keenam, Ketujuh, dan Kedelapan dari buku yang berjudul “Nasihat Spiritual” serta “Tuntunan Generasi Muda”. Semuanya menjelaskan masing-masing hakikat tadi dengan gamblang sebagai ganti diriku. Karena itu, kalian harus bersikap qana‘ah dan mencukupkan diri dengan berbagai kesenangan dan kenikmatan yang sejalan dengan syariat. Bercakap-cakap dengan putra-putri kalian di rumah merupakan sebuah kenikmatan murni yang melebihi ratusan kenikmatan nonton film di bioskop.
Yakinlah bahwa kenikmatan hakiki yang terdapat di dunia ini ada dalam keimanan dan koridornya. Dalam setiap amal saleh terdapat kenikmatan jiwa, sementara dalam kesesatan terkandung berbagai penderitaan di dunia. Hakikat ini telah ditegaskan oleh Risalah Nur dengan ratusan bukti yang kuat. Aku sendiri telah menyaksikan dengan mataku sendiri lewat berbagai pengalaman dan peristiwa yang terjadi bahwa dalam keimanan terdapat benih surga, dan dalam kesesatan terdapat benih neraka. Aku telah berulang kali menuliskan hakikat ini dalam Risalah Nur, sehingga kaum pembangkang yang paling sombong, para ahli, dan pihak pengadilan tak mampu mem- bantahnya.Sekarang, jadikan buku “Tuntunan Generasi Muda” dan “Nasihat Spiritual” terutama “Risalah Hijab” sebagai pengganti diriku dalam memberikan pelajaran kepada kalian, wahai saudara-saudara dan anak perempuanku.
Aku telah mendengar bahwa kalian ingin agar aku menyampaikan pengajian kepada kalian di masjid Jami’. Namun, penyakitku yang parah, kondisiku yang sangat lemah, serta berbagai hal lain menghalangiku untuk melakukannya. Karena itu, aku telah memutuskan untuk menjadikan kalian, yang membaca dan menerima pelajaranku ini, sebagai orang-orang yang ikut serta bersamaku dalam semua hasil maknawi (pahala) dan doaku, sebagaimana murid-murid Nur lainnya. Jika kalian bisa memperoleh Risalah Nur, lalu membaca atau menyimaknya sebagai ganti dariku, berarti kalian telah ikut serta bersama saudara-saudara kalian, para murid Nur, dalam semua hasil maknawi (pahala) dan doa mereka sesuai dengan kaidah yang berla- ku.
Aku ingin menuliskan lebih banyak dari ini. Namun, terpaksa kucukupkan sampai di sini karena penyakitku yang parah, kondisiku yang lemah, usiaku yang sudah tua, dan banyak tugas yang sedang menantiku seperti mengoreksi risalah nur.
Yang kekal, hanyalah Dzat Yang Mahakekal.
Saudaramu yang membutuhkan doa darimu
Said Nursî
- ↑ *Tadinya risalah ini merupakan persoalan kedua dan ketiga dari Memoar Kelima Belas dari Cahaya Ketujuh Belas. Namun melihat urgensinya, ia kemudian termuat sebagai Cahaya tersendiri, yaitu Cahaya Kedua Puluh Empat, dalam buku yang sama.
- ↑ *Paragraf ini merupakan bagian dari dakwaan yang pernah diadukan ke Penga- dilan Tingkat Kasasi dan membuat mereka terdiam ketika dikemukakan. Ia pun menjadi catatan kaki bagi risalah ini. Aku berkata kepada pihak Pengadilan Tingkat Banding (Pengadilan Tinggi), “Menghukum orang yang menafsirkan undang-undang ilahi secara benar di mana undang-undang tersebut menjadi pegangan 350 juta kaum muslimin pada setiap masa di dalam kehidupan sosial mereka selama kurang lebih 1350 tahun. Selain itu, mufassir tersebut dalam menafsirkannya telah bersandar pada apa yang telah disepakati oleh 350 ribu mufassir serta berpegang pada akidah para pendahulu kita selama 1350 tahun. Kutegaskan bahwa menghukum mufassir tadi merupakan sebuah keputusan yang zalim dan harus ditolak oleh keadilan, jika keadilan itu memang masih ada di muka bumi ini—Penulis.
- ↑ *Abdurrazzâq, al-Mushannaf, 6/173; dan al-Ajlûni, Kasyf al-Khafâ, 1/380.