Dördüncü Mektup/id: Revizyonlar arasındaki fark

    Risale-i Nur Tercümeleri sitesinden
    ("tersebut yang menghias wajah bumi." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
    ("------ <center> SURAT KETIGA ⇐ | Al-Maktûbât | ⇒ SURAT KELIMA </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
     
    (Aynı kullanıcının aradaki diğer 4 değişikliği gösterilmiyor)
    57. satır: 57. satır:
    merupakan mata dari benda langit yang bisa melihat juga demikian. Setiap kali melihat kepada berbagai ciptaan yang memenuhi permukaan bumi seperti malaikat, ia juga melihat alam surga. Ia menyaksikan berbagai hal luar biasa yang bersifat sementara dalam gambarannya yang kekal di sana. Yakni, ketika mengarahkan pandangan ke bumi, yang lain melihat kepada surga. Artinya, ia menatap kedua alam itu secara bersamaan―Penulis.</ref>)
    merupakan mata dari benda langit yang bisa melihat juga demikian. Setiap kali melihat kepada berbagai ciptaan yang memenuhi permukaan bumi seperti malaikat, ia juga melihat alam surga. Ia menyaksikan berbagai hal luar biasa yang bersifat sementara dalam gambarannya yang kekal di sana. Yakni, ketika mengarahkan pandangan ke bumi, yang lain melihat kepada surga. Artinya, ia menatap kedua alam itu secara bersamaan―Penulis.</ref>)


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kami ribuan
    ''Tûba-i hilkatten semavat şıkkına''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    buah indah
    ''Hep Kehkeşan ağsanına''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    dari pohon penciptaan yang
    ''Bir Cemil-i Zülcelal’in dest-i hikmetiyle takılmış''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    digantung oleh
    ''Pek güzel meyveleriz biz.''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    tangan hikmah Tuhan Yang Mahaindah dan Mahaagung di tepi
    ''Şu semavat ehline birer mescid-i seyyar,''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    langit dan di dahan galaksi bima sakti
    ''Birer hane-i devvar birer ulvi âşiyane''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kami masjid berjalan, kediaman yang berputar, sangkar yang tinggi,
    ''Birer misbah-ı nevvar birer gemi-i cebbar''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    lentera yang bersinar,
    ''Birer tayyareleriz biz.''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    serta perahu dan pesawat yang besar bagi penduduk langit.
    ''Bir Kadîr-i Zülkemal’in, bir Hakîm-i Zülcelal’in''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kami mukjizat qudrah Dzat Yang Mahakuasa Pemilik kesempurnaan,
    ''Birer mu’cize-i kudret birer hârika-i sanat-ı hâlıkane''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    dan kreasi luar biasa Dzat Yang Mahabijak Pemilik keagungan.
    ''Birer nadire-i hikmet birer dâhiye-i hilkat''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Hasil hikmah yang langka, hasil ciptaan yang cerdas, dan alam cahaya.
    ''Birer nur âlemiyiz biz.''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Demikianlah, kami menjelaskan seratus ribu satu bukti lewat seratus
    ''Böyle yüz bin dil ile yüz bin bürhan gösteririz,''
    </div>


    ribu satu lisan serta memperdengarkannya kepada mereka yang benar-benar manusia.
    ribu satu lisan serta memperdengarkannya kepada mereka yang benar-benar manusia.
    124. satır: 98. satır:
    '''Said Nursî'''
    '''Said Nursî'''


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    ------
    ------
    <center> [[Üçüncü Mektup]] ⇐ | [[Mektubat]] | ⇒ [[Beşinci Mektup]] </center>
    <center> [[Üçüncü Mektup/id|SURAT KETIGA]] ⇐ | [[Mektubat/id|Al-Maktûbât]] | ⇒ [[Beşinci Mektup/id|SURAT KELIMA]] </center>
    ------
    ------
    </div>

    16.11, 3 Ocak 2025 itibarı ile sayfanın şu anki hâli

    Diğer diller:

    Semoga keselamatan, kasih sayang,

    dan keberkahan dilimpahkan kepada kalian dan kepada saudara-saudara kalian,terutama ... dan seterusnya.

    Saudara-saudaraku yang mulia!

    Sekarang aku berada di sebuah tempat, di atas puncak pohon cemara yang sangat besar, yang tegak di atas salah satu puncak gunung Çam. Aku sengaja mengisolasi diri dan menikmati kesendirian. Ketika ingin berdialog dan duduk bersama, kubayangkan diri kalian dekat denganku. Akupun mulai berbicara dengan kalian dan merasa terhibur. Aku ingin selalu menyendiri di sini selama satu atau dua bulan selama tidak ada yang menghalangi. Ketika pulang ke Barla, kita berusaha mencari cara sesuai dengan keinginan kalian untuk bisa duduk bersama dan berdialog; sesuatu yang sangat kurindukan melebihi kerinduan kalian. Sekarang aku ingin menuliskan untuk kalian sejumlah lintasan pikiran yang muncul di benak ketika berada di atas pohon cemara:

    Pertama: lintasan pikiran yang berisi sesuatu yang bersifat khusus.

    Yaitu terkait dengan sejumlah rahasiaku, tetapi bagi kalian tidak ada yang kurahasiakan. Sebagian ahli hakikat mendapatkan bagian dari salah satu nama Allah, al-Wadûd (Yang Maha Mencintai).Mereka melihat Wajibul wujud (Allah) melalui jendela entitas lewat manifestasi paling agung dari nama tersebut. Demikian pula dengan saudaramu ini yang tidak masuk hitu ngan dan bukan siapa-siapa. Ia telah diberi kondisi yang membuat nya mendapatkan bagian dari nama Allah ar-Rahîm (Yang Maha Penyayang) dan nama al-Hakîm (Yang Mahabijaksana) saat ia menjadi pelayan al-Qur’an semata dan menjadi penyeru kepada simpanan kekayaan yang agung itu yang berbagai keajaibannya tidak terhingga. Seluruh al-Kalimât tidak lain merupakan ma nifestasi dari karunia tersebut. Kami berharap dari Allah semoga al-Kalimât meraih kandungan makna ayat yang berbunyi: “Siapa yang diberi hikmah, berarti ia diberi kebaikan yang banyak.” (QS. al-Baqarah [2]: 269).

    Kedua:

    secara tiba-tiba terlintas dalam benak ini untaian kalimat berikut yang

    menjadi bacaan dalam tarekat Naqsyabandiyah

    Kemudian untaian kalimat berikut datang sesudah kalimat di atas:

    Setelah itu, terlintas dalam benak ini bunyi tulisanmu:

    “Lihatlah lembaran kitab alam yang berwarna dan terang ... dan seterusnya.”

    Ia merupakan untaian syair yang kaya makna dan menyiratkan ragam ekspresi.Lewat untaian syair di atas, aku menatap bintang yang bergelayut di atap langit. Akupun berkata, “Andaikan aku seorang penyair, akan kusempurnakan syair tersebut.” Meskipun tidak memiliki bakat dalam bidang syair dan prosa, namun aku bisa merasakannya. Akan tetapi, karena tidak bisa merangkainya dalam bentuk syair, akhirnya kutuliskan ia sebagaimana yang terlintas dalam kalbu. Engkau dapat mengubahnya menjadi bentuk prosa wahai yang menjadi pewarisku. Lintasan pikiran yang muncul dalam benak secara seketika adalah sebagai berikut:

    Perhatikan bintang-gemintang yang ada, juga manis tuturnya yang

    baik dan nikmat guna melihat ketetapan stempel hikmah yang bersinar di alam wujud.

    Semuanya bersama-sama menyeru dan berkata dengan lisan kebenaran:

    “Kami adalah bukti cemerlang yang menunjukkan

    keagungan Sang Mahakuasa Yang Mahaagung.

    Kami saksi jujur atas eksistensi Sang Pencipta Yang Mahaagung serta

    atas keesaan dan kekuasaan-Nya

    Kami berwisata, seperti malaikat, di atas berbagai mukjizat indah

    tersebut yang menghias wajah bumi.

    Kami ribuan mata yang menatap dari langit ke bumi dan mendekati surga(*[1])

    Kami ribuan

    buah indah

    dari pohon penciptaan yang

    digantung oleh

    tangan hikmah Tuhan Yang Mahaindah dan Mahaagung di tepi

    langit dan di dahan galaksi bima sakti

    Kami masjid berjalan, kediaman yang berputar, sangkar yang tinggi,

    lentera yang bersinar,

    serta perahu dan pesawat yang besar bagi penduduk langit.

    Kami mukjizat qudrah Dzat Yang Mahakuasa Pemilik kesempurnaan,

    dan kreasi luar biasa Dzat Yang Mahabijak Pemilik keagungan.

    Hasil hikmah yang langka, hasil ciptaan yang cerdas, dan alam cahaya.

    Demikianlah, kami menjelaskan seratus ribu satu bukti lewat seratus

    ribu satu lisan serta memperdengarkannya kepada mereka yang benar-benar manusia.

    Mata orang kafir buta; tidak bisa melihat wajah kami yang bersinar dan tidak bisa mendengar perkataan kami yang jelas.

    Kami adalah tanda kekuasaan yang menuturkan kebenaran. Stempel kami sama, wajah kami sama.

    Kami semua bertasbih dan beribadah kepada Rabb kami serta tundukpada perintah-Nya. Kami berzikir mengingat Allah dan kami ditarik oleh cinta kepadaNya.

    Kami terpaut dengan halaqah zikir galaksi bima sakti

    Yang kekal, hanyalah Dzat Yang Mahakekal.

    Said Nursî


    SURAT KETIGA ⇐ | Al-Maktûbât | ⇒ SURAT KELIMA

    1. * Maknanya, permukaan bumi merupakan persemaian dan landang bunga-bunga surga. Padanya diperlihatkan mukjizat qudrah Ilahi yang tak terhingga. Sebagaiamana malaikat berwisata di alam samawi dan menyaksikan mukjizat tersebut, bintang yang merupakan mata dari benda langit yang bisa melihat juga demikian. Setiap kali melihat kepada berbagai ciptaan yang memenuhi permukaan bumi seperti malaikat, ia juga melihat alam surga. Ia menyaksikan berbagai hal luar biasa yang bersifat sementara dalam gambarannya yang kekal di sana. Yakni, ketika mengarahkan pandangan ke bumi, yang lain melihat kepada surga. Artinya, ia menatap kedua alam itu secara bersamaan―Penulis.