On İkinci Mektup/id: Revizyonlar arasındaki fark

    Risale-i Nur Tercümeleri sitesinden
    ("Semoga keselamatan dilimpahkan kepada kalian dan kepada teman-teman kalian." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
     
    Değişiklik özeti yok
     
    (Aynı kullanıcının aradaki diğer 18 değişikliği gösterilmiyor)
    11. satır: 11. satır:
    Pada malam itu kalian telah mengajukan sebuah pertanyaan yang belum kujawab. Pasalnya, mengkaji persoalan keimanan dalam bentuk debat tidak diperkenankan. Ketika itu, kalian mengajukan topik permasalahan dalam bentuk perdebatan. Sekarang secara singkat aku akan memberikan jawaban terhadap tiga pertanyaan yang menjadi landasan debat kalian. Kalian bisa mendapatkan penjelasan detailnya dalam al-Kalimât yang nama dan judulnya ditulis oleh sau- dara kita yang apoteker itu. Hanya saja, ketika itu aku tidak teringat “Kalimat Kedua Puluh Enam” yang secara khusus berbicara tentang takdir Ilahi dan ikhtiar manusia sehingga tidak kusebutkan. Karena itu, kalian bisa merujuk kepadanya. Namun, jangan membacanya seperti membaca koran. Alasan mengapa saudara kita yang apote- ker itu kusuruh untuk menelaah kembali bagian demi bagian dari al- Kalimât, karena syubhat dan keragu-raguan yang muncul pada per- soalan-persoalan semacam itu bersumber dari lemahnya keyakinan terhadap rukun iman.
    Pada malam itu kalian telah mengajukan sebuah pertanyaan yang belum kujawab. Pasalnya, mengkaji persoalan keimanan dalam bentuk debat tidak diperkenankan. Ketika itu, kalian mengajukan topik permasalahan dalam bentuk perdebatan. Sekarang secara singkat aku akan memberikan jawaban terhadap tiga pertanyaan yang menjadi landasan debat kalian. Kalian bisa mendapatkan penjelasan detailnya dalam al-Kalimât yang nama dan judulnya ditulis oleh sau- dara kita yang apoteker itu. Hanya saja, ketika itu aku tidak teringat “Kalimat Kedua Puluh Enam” yang secara khusus berbicara tentang takdir Ilahi dan ikhtiar manusia sehingga tidak kusebutkan. Karena itu, kalian bisa merujuk kepadanya. Namun, jangan membacanya seperti membaca koran. Alasan mengapa saudara kita yang apote- ker itu kusuruh untuk menelaah kembali bagian demi bagian dari al- Kalimât, karena syubhat dan keragu-raguan yang muncul pada per- soalan-persoalan semacam itu bersumber dari lemahnya keyakinan terhadap rukun iman.


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sementara al-Kalimât menegaskan rukun- rukun iman secara sempurna.
    O çeşit meselelerdeki şüpheler, erkân-ı imaniyenin zaafından ileri geliyor. O Sözler ise erkân-ı imaniyeyi tamamıyla ispat ederler.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    ==Pertanyaan Pertama:==
    == Birinci Sualiniz ==
    Apa hikmah dikeluarkannya Adam  dari surga? Lalu apa hikmah dimasukkannya sebagian anak cucu Adam ke dalam neraka?
    Hazret-i Âdem’in (as) cennetten ihracı ve bir kısım benî-Âdem’in cehenneme idhali ne hikmete mebnidir?
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    '''Jawaban:'''Hikmahnya adalah penugasan. Ia diutus ke dunia untuk melaksanakan tugas. Ia diserahi sebuah tugas penting di mana hasil dari tugas tersebut berupa semua jenis keluhuran manusia, tersingkapnya seluruh potensi manusia, serta substansi manusia yang menjadi cermin komprehensif bagi nama-nama Ilahi.
    '''Elcevap:''' Hikmeti, tavziftir. Öyle bir vazife ile memur edilerek gönderilmiştir ki bütün terakkiyat-ı maneviye-i beşeriyenin ve bütün istidadat-ı beşeriyenin inkişaf ve inbisatları ve mahiyet-i insaniyenin bütün esma-i İlahiyeye bir âyine-i câmia olması, o vazifenin netaicindendir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Andaikan Nabi Adam  tetap tinggal di surga, kedudukannya statis seperti malaikat. Potensi-potensi kemanusiaan tidak berkem- bang. Sementara malaikat yang memiliki kedudukan tetap sangat banyak jumlahnya sehingga manusia tidak dibutuhkan untuk menunaikan bentuk pengabdian tersebut. Di sinilah hikmah Ilahi menuntut adanya negeri tempat taklif yang sesuai dengan potensi manusia yang dapat menempuh berbagai kedudukan yang tak terhingga. Oleh sebab itu, Adam dikeluarkan dari surga lewat sebuah dosa yang kita kenal bersama di mana ia merupakan konsekuensi dari fitrah manusia yang berbeda dengan malaikat.
    Eğer Hazret-i Âdem cennette kalsaydı melek gibi makamı sabit kalırdı, istidadat-ı beşeriye inkişaf etmezdi. Halbuki yeknesak makam sahibi olan melâikeler çoktur, o tarz ubudiyet için insana ihtiyaç yok. Belki hikmet-i İlahiye, nihayetsiz makamatı katedecek olan insanın istidadına muvafık bir dâr-ı teklifi iktiza ettiği için melâikelerin aksine olarak mukteza-yı fıtratları olan malûm günahla cennetten ihraç edildi.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Artinya, dikeluarkannya Adam dari surga adalah wujud hikmah dan rahmat Tuhan. Sebaliknya, dimasukkannya kaum kafir ke dalam neraka adalah bentuk kebenaran dan keadilan-Nya.
    Demek, Hazret-i Âdem’in cennetten ihracı, ayn-ı hikmet ve mahz-ı rahmet olduğu gibi; küffarın da cehenneme idhalleri, haktır ve adalettir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Hal itu seperti yang telah disebutkan dalam petunjuk ketiga dari “Kalimat Kesepuluh”. Yaitu bahwa orang kafir meskipun melakukan dosa dalam usia yang singkat, namun dosa tersebut mengandung kejahatan tak terhingga. Pasalnya, kekufuran adalah bentuk penghinaan terhadap seluruh entitas, pendustaan terhadap kesaksian seluruh makhluk terhadap keesaan-Nya, serta pemalsuan terhadap nama-nama Ilahi yang manifestasinya tampak dalam cermin alam. Karena
    Onuncu Söz’ün Üçüncü İşaret’inde denildiği gibi çendan kâfir, az bir ömürde bir günah işlemiş fakat o günah içinde nihayetsiz bir cinayet var. Çünkü küfür, bütün kâinatı tahkirdir, kıymetlerini tenzil etmektir ve bütün masnuatın vahdaniyete şehadetlerini tekziptir ve mevcudat âyinelerinde cilveleri görünen esma-i İlahiyeyi tezyiftir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    itu, Allah Yang Maha Perkasa dan Agung, Penguasa seluruh entitas, melemparkan kaum kafir ke dalam neraka agar mereka kekal di dalamnya guna mengambil hak seluruh makhluk dari mereka. Pelemparan mereka ke dalam neraka adalah bentuk kebenaran dan keadilan. Sebab, kejahatan yang tak terhingga menuntut adanya siksa yang tak terhingga pula.
    Onun için mevcudatın hakkını kâfirden almak üzere, mevcudatın sultanı olan Kahhar-ı Zülcelal’in kâfirleri ebedî cehenneme atması, ayn-ı hak ve adalettir. Çünkü nihayetsiz cinayet, nihayetsiz azabı ister.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    ==Pertanyaan Kedua:==
    == İkinci Sualiniz ==
    Mengapa setan diciptakan? Allah menciptakan setan dan keburukan. Apa hikmah darinya? Bukankah penciptaan keburukan merupakan keburukan?
    Şeytanların halkı ve icadı ne içindir? Cenab-ı Hak, şeytanı ve şerleri halk etmiş, hikmeti nedir? Şerrin halkı şerdir, kabihin halkı kabihtir?
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    '''Jawaban:'''Hasya lillah, tidak demikian. Penciptaan keburukan bukan merupakan keburukan, namun melakukan keburukan itulah yang merupakan keburukan. Pasalnya, “mencipta” mengarah dan bergantung pada semua hasilnya. Sementara “melakukan” bergantung pada hasil-hasil spesifik karena terkait secara langsung.
    '''Elcevap:''' Hâşâ! '''Halk-ı şer, şer değil belki kesb-i şer şerdir.''' Çünkü halk ve icad, bütün netaice bakar; kesb, hususi bir mübaşeret olduğu için hususi netaice bakar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Misalnya, manfaat dari turunnya hujan mencapai ribuan. Semuanya baik dan indah. Ketika ada orang terkena bahaya hujan akibat dari tindakan buruknya, maka dia tidak berhak mengatakan bahwa penciptaan hujan tidak mendatangkan rahmat. Ia tidak berhak mengklaim bahwa penciptaan hujan adalah sebuah keburukan. Akan tetapi, ia menjadi buruk baginya lantaran tindakan buruknya dan perbuatannya sendiri.Demikian pula dengan penciptaan api. Ia mengandung banyak sekali manfaat. Semuanya merupakan kebaikan. Akan tetapi, kalau kemudian ada yang terkena api akibat perbuatan buruknya dan penggunaan yang salah, ia tidak bisa berkata, “Penciptaan api adalah sebuah keburukan.” Pasalnya, api tidak dicipta hanya untuk membakarnya. Akan tetapi, ia sendiri yang memasukkan tangan ke dalam api yang sebenarnya untuk memasak makanannya. Maka, dengan tindakan buruknya, ia menjadikan pelayan yang taat sebagai musuh.
    Mesela, yağmurun gelmesinin binlerle neticeleri var, bütünü de güzeldir. Sû-i ihtiyarıyla bazıları yağmurdan zarar görse “Yağmurun icadı rahmet değildir.” diyemez, “Yağmurun halkı şerdir.” diye hükmedemez. Belki sû-i ihtiyarıyla ve kesbiyle onun hakkında şer oldu. Hem ateşin halkında çok faydalar var, bütünü de hayırdır. Fakat bazılar sû-i kesbiyle, sû-i istimaliyle ateşten zarar görse “Ateşin halkı şerdir.” diyemez. Çünkü ateş yalnız onu yakmak için yaratılmamış; belki o, kendi sû-i ihtiyarıyla, yemeğini pişiren ateşe elini soktu ve o hizmetkârını kendine düşman etti.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kesimpulannya: Keburukan yang sedikit bisa diterima untuk mendapatkan kebaikan yang banyak. Pasalnya, kalau sebuah keburukan yang mendatangkan banyak kebaikan ditinggalkan agar keburukan yang sedikit itu tidak terwujud, dalam kondisi demikian akan muncul banyak keburukan.Contohnya: ketika pasukan dikirim untuk berjihad, pasti akan muncul sejumlah bahaya dan keburukan kecil, baik secara materi maupun fisik. Seperti diketahui, jihad mendatangkan banyak kebai- kan karena Islam selamat dari belenggu kekufuran. Andaikan jihad ditinggalkan karena takut terhadap bahaya dan keburukan kecil yang akan muncul, maka keburukan akan bertambah banyak di mana hal itu menghalangi munculnya banyak kebaikan. Ini jelas merupakan bentuk kezaliman.
    '''Elhasıl:''' Hayr-ı kesîr için şerr-i kalil kabul edilir. Eğer şerr-i kalil olmamak için hayr-ı kesîri intac eden bir şer terk edilse o vakit şerr-i kesîr irtikâb edilmiş olur. Mesela, cihada asker sevk etmekte elbette bazı cüz’î ve maddî ve bedenî zarar ve şer olur. Fakat o cihadda hayr-ı kesîr var ki İslâm küffarın istilasından kurtulur. Eğer o şerr-i kalil için cihad terk edilse o vakit hayr-ı kesîr gittikten sonra şerr-i kesîr gelir. O ayn-ı zulümdür. Hem mesela, kangren olmuş ve kesilmesi lâzım gelen bir parmağın kesilmesi hayırdır, iyidir; halbuki zâhiren bir şerdir. Parmak kesilmezse el kesilir, şerr-i kesîr olur.
    Contoh lain: memotong jari yang terkena penyakit gangren (amputasi) mengandung kebaikan dan sangat bagus, meskipun secara lahiriah tindakan tersebut merupakan sebuah keburukan. Namun, andaikan jari tersebut tidak dipotong, tanganlah yang nantinya akan dipotong sehingga keburukannya malah lebih besar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Demikianlah, menciptakan keburukan, bahaya, bencana, dan setan bukan merupakan keburukan. Pasalnya, sejumlah hal tersebut diciptakan untuk sejumlah hasil yang sangat penting. Malaikat, misalnya, tidak memiliki sejumlah tingkatan untuk naik. Hal itu lantaran setan tidak menggangu mereka. Karena itu, kedudukan mereka tetap dan tidak berubah. Demikian pula dengan hewan. Kedudukannya tetap dan cacat karena tidak dikuasai oleh setan. Adapun di alam manusia jarak antar tingkatan untuk naik dan turun terbentang luas dan sangat panjang. Sebab, mulai dari tingkatan Namrud dan Fir’aun hingga kalangan shiddiqin, wali, dan nabi terdapat sejumlah tingkatan untuk naik dan turun. Karena itu, dengan penciptaan setan, dengan rahasia taklif dan pengutusan para nabi, terbukalah medan ujian, cobaan, perjuangan, dan perlombaan.
    İşte kâinattaki şerlerin, zararların, beliyyelerin ve şeytanların ve muzırların halk ve icadları, şer ve çirkin değildir; çünkü çok netaic-i mühimme için halk olunmuşlardır. Mesela, melâikelere şeytanlar musallat olmadıkları için terakkiyatları yoktur; makamları sabittir, tebeddül etmez. Keza hayvanatın dahi şeytanlar musallat olmadıkları için mertebeleri sabittir, nâkıstır. Âlem-i insaniyette ise meratib-i terakkiyat ve tedenniyat nihayetsizdir. Nemrutlardan, firavunlardan tut tâ sıddıkîn-i evliya ve enbiyaya kadar gayet uzun bir mesafe-i terakki var.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dengannya, jiwa-jiwa yang rendah laksana arang tampak berbeda dengan jiwa-jiwa yang mulia laksana berlian. Andai tidak ada perjuangan dan perlombaan, tentu semua potensi terpendam dalam diri manusia. Artinya, akan sama antara arang dan berlian. Atau, akan sama antara jiwa mulia milik Abu Bakar ash-Shiddiq d yang berada di tingkatan tertinggi, dengan jiwa Abu Jahal yang berada di tingkatan paling rendah.
    İşte kömür gibi olan ervah-ı safileyi, elmas gibi olan ervah-ı âliyeden temyiz ve tefrik için şeytanların hilkatiyle ve sırr-ı teklif ve ba’s-i enbiya ile bir meydan-ı imtihan ve tecrübe ve cihad ve müsabaka açılmış. Eğer mücahede ve müsabaka olmasaydı, maden-i insaniyetteki elmas ve kömür hükmünde olan istidatlar, beraber kalacaktı. A’lâ-yı illiyyîndeki Ebubekir-i Sıddık’ın ruhu, esfel-i safilîndeki Ebucehil’in ruhuyla bir seviyede kalacaktı.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dengan demikian, penciptaan setan dan keburukan bukan- lah sebuah keburukan. Sebab, ia mengarah kepada sejumlah hasil menyeluruh dan besar. Kalaupun ada keburukan, hal itu diakibatkan oleh penyalahgunaan dan ulah manusia yang merupakan tindakan secara langsung dan spesifik. Ia kembali kepada perbuatan manusia; bukan kepada penciptaan Ilahi.
    Demek şeyatîn ve şerlerin yaratılması, büyük ve küllî neticeye baktığı için icadları şer değil, çirkin değil; belki sû-i istimalattan ve kesb denilen mübaşeret-i hususiyeden gelen şerler, çirkinlikler, kesb-i insana aittir; icad-ı İlahîye ait değildir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Barangkali kalian bertanya:Meskipun para nabi telah diutus, namum masih banyak orang yang jatuh ke dalam lembah kekufuran karena adanya setan. Mereka celaka akibat bisikan setan. Karena yang menjadi ukuran adalah kondisi mayoritas, sementara mayoritas manusia telah terjerat bisikan setan, berarti penciptaan keburukan adalah sebuah keburukan. Bahkan, pengutusan para nabi dapat dikatakan tidak mendatangkan rahmat.
    '''Eğer sual etseniz ki:''' Bi’set-i enbiya ile beraber şeytanların vücudundan ekser insanlar kâfir oluyor, küfre gidiyor, zarar görüyor. “El-hükmü li’l-ekser” kaidesince, ekser ondan şer görse o vakit halk-ı şer şerdir, hattâ bi’set-i enbiya dahi rahmet değil denilebilir?
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    '''Jawaban:'''
    '''Elcevap:''' K'''emiyetin, keyfiyete nisbeten ehemmiyeti yok.''' Asıl ekseriyet, keyfiyete bakar.
    Kuantitas tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur. Yang disebut mayoritas pada dasarnya mengarah pada kualitas; bukan pada kuantitas.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Andaikan terdapat seratus benih kurma, misalnya, namun ia tidak ditanam atau tidak disiram, dengan kata lain jika tidak terjadi interaksi kimiawi padanya, atau tidak mengalami proses pertumbuhan, ia akan tetap menjadi seratus benih dan nilainya sama dengan seratus ribu rupiah. Akan tetapi, jika benih-benih tersebut disiram dengan air dan mengalami proses pertumbuhan di mana sebagai akibatnya delapan puluh benih rusak dan hanya dua puluh yang terus tumbuh menjadi pohon kurma, dapatkah engkau berkata bahwa tindakan menyiram benih tadi sebagai sebuah keburukan lantaran mematikan banyak lainnya. Tentu engkau tidak bisa mengatakan hal tersebut. Sebab, kedua puluh benih yang hidup setara dengan dua puluh ribu benih. Orang yang kehilangan delapan puluh benih, namun mendapat dua puluh ribu, sudah pasti beruntung. Jadi, tindakan menyiram tidak bisa dianggap sebagai sebuah keburukan.
    Mesela, yüz hurma çekirdeği bulunsa toprak altına konup su verilmezse ve muamele-i kimyeviye görmezse ve bir mücahede-i hayatiyeye mazhar olmazsa yüz para kıymetinde yüz çekirdek olur. Fakat su verildiği ve mücahede-i hayatiyeye maruz kaldığı vakit, -i mizacından sekseni bozulsa yirmisi meyvedar yirmi hurma ağacı olsa diyebilir misin ki suyu vermek şer oldu, ekserisini bozdu? Elbette diyemezsin. Çünkü o yirmi, yirmi bin hükmüne geçti. Sekseni kaybeden, yirmi bini kazanan, zarar etmez; şer olmaz.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Demikian pula andaikan engkau mendapati seratus telur burung merak, misalnya. Nilainya sama dengan 500 ribu rupiah. Akan tetapi, apabila seratus telur di atas dierami, lalu dua puluh darinya berhasil menetaskan anak, sementara delapan puluh sisanya rusak. Dalam kondisi demikian, dapatkah engkau berkata bahwa kerugian besar telah terjadi, atau tindakan tersebut merupakan keburukan, atau upaya merak mengerami telur adalah sebuah keburukan?! Tentu saja tidak. Namun ia adalah sebuah tindakan baik. Pasalnya, merak dan telurnya telah memperoleh dua puluh merak yang harganya mahal sebagai ganti dari banyak telur rusak yang berharga murah.
    Hem mesela, tavus kuşunun yüz yumurtası bulunsa yumurta itibarıyla beş yüz kuruş eder. Fakat o yüz yumurta üstünde tavus oturtulsa sekseni bozulsa yirmisi, yirmi tavus kuşu olsa denilebilir mi ki çok zarar oldu, bu muamele şer oldu, bu kuluçkaya kapanmak çirkin oldu, şer oldu? Hayır öyle değil belki hayırdır. Çünkü o tavus milleti ve o yumurta taifesi, dört yüz kuruş fiyatında bulunan seksen yumurtayı kaybedip seksen lira kıymetinde yirmi tavus kuşu kazandı.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Begitulah, manusia telah mendapatkan keutungan seratus ribu nabi, jutaan wali, dan miliaran orang salih yang menjadi mentari, bulan, dan bintang dunia kemanusiaan lewat pengutusan para nabi, rahasia taklif, dan perang melawan setan, dibanding kerugian yang dialaminya dengan banyaknya jumlah kaum munafik namun berkualitas rendah serta orang-orang kafir yang merupakan jenis he- wan berbahaya.
    İşte nev-i beşer bi’set-i enbiya ile sırr-ı teklif ile mücahede ile şeytanlarla muharebe ile kazandıkları yüz binlerle enbiya ve milyonlarla evliya ve milyarlarla asfiya gibi âlem-i insaniyetin güneşleri, ayları ve yıldızları mukabilinde; kemiyetçe kesretli, keyfiyetçe ehemmiyetsiz hayvanat-ı muzırra nevinden olan küffarı ve münafıkları kaybetti.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    ==Pertanyaan Ketiga:==
    == Üçüncü Sualiniz ==
    Allah menurunkan berbagai musibah dan menimpakan bencana. Bukankah ini kezaliman terhadap orang- orang yang tidak berdosa dan juga kepada hewan?
    Cenab-ı Hak musibetleri veriyor, belaları musallat ediyor. Hususan masumlara hattâ hayvanlara bu zulüm değil mi?
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    '''Jawaban:'''Sungguh sangat keliru. Kerajaan ini adalah milikNya. Di dalamnya Dia berhak melakukan apa saja sesuai dengan kehendak-Nya. Andaikan seorang perancang mahir menjadikanmu sebagai model bayaran, lalu ia memberimu pakaian sangat bagus yang ia jahit dengan cara terbaik. Setelah itu, ia memendekkan, memanjangkan, dan mengguntingnya. Kemudian, ia menyuruhmu untuk duduk, berdiri, serta memujimu. Semua itu dilakukan untuk memperkenalkan kemahirannya. Apakah engkau akan berkata kepadanya, “Engkau telah merusak keindahan pakaianku yang membuatku bertambah indah. Engkau telah membuatku penat dengan menyuruh duduk dan berdiri.” Tentu saja engkau tidak bisa mengatakan hal tersebut. Bahkan kalau engkau tetap mengutarakannya, itu menunjukkan sikap kedunguan.
    '''Elcevap:''' Hâşâ! Mülk onundur. Mülkünde istediği gibi tasarruf eder. Hem acaba sanatkâr bir zat, bir ücret mukabilinde seni bir model yapıp gayet sanatkârane yaptığı murassa bir libası sana giydiriyor, hünerini, maharetini göstermek için kısaltıyor, uzaltıyor, biçiyor, kesiyor; seni oturtuyor, kaldırıyor. Sen ona diyebilir misin ki beni güzelleştiren elbiseyi çirkinleştirdin; bana, oturtup kaldırmakla zahmet verdin? Elbette diyemezsin. Dersen divanelik edersin.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Berdasarkan contoh di atas, Sang Pencipta Yang Mahaagung telah memberimu tubuh yang indah berhias mata, telinga, hidung, dan berbagai organ dan indra lainnya. Untuk memperlihatkan jejak nama-nama-Nya yang beragam, Dia mengujimu dengan berbagai macam ujian. Kadang Dia membuatmu sakit, lalu membuatmu sehat. Adakalanya membuatmu lapar, lalu membuatmu kenyang, haus dan seterusnya. Begitulah, Dia membolak-balik dirimu dalam berbagai fase dan kondisi agar esensi kehidupan semakin jelas dan manifestasi nama-nama-Nya juga terlihat.Barangkali engkau bertanya, “Mengapa Dia mengujiku dengan berbagai musibah tersebut?” Sesungguhnya seratus hikmah yang agung membuatmu terdiam seperti yang dijelaskan dalam contoh sebelumnya.
    Aynen öyle de Sâni’-i Zülcelal göz, kulak, lisan gibi duygularla murassa gayet sanatkârane bir vücudu sana giydirmiş. Mütenevvi esmasının nakışlarını göstermek için seni hasta eder, müptela eder, aç eder, tok eder, susuz eder; bu gibi ahvalde yuvarlatır. Mahiyet-i hayatiyeyi kuvvetleştirmek ve cilve-i esmasını göstermek için seni böyle çok tavırlarda gezdiriyor. Sen eğer desen: “Beni ne için bu mesaibe müptela ediyorsun?” Temsilde işaret edildiği gibi yüz hikmet seni susturacak.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sebab, seperti diketahui, diam, tak bergerak, dan tidak berbuat apa-apa merupakan satu bentuk ketiadaan dan bahaya. Sebaliknya, gerak dan perubahan adalah wujud eksistensi dan kebaikan. Kehidupan menjadi semakin sempurna dengan adanya gerak, serta semakin tinggi dengan adanya ujian. Berbagai gerak terwujud de- ngan manifestasi nama-nama Allah, di mana ia menjadi bersih, kuat, tumbuh, dan berkembang sehingga menjadi pena bergerak bagi tulisan ketentuan-Nya. Dengan itu, ia juga menunaikan berbagai tugasnya serta layak mendapatkan pahala ukhrawi.
    Zaten sükûn ve sükûnet, atalet, yeknesaklık, tevakkuf; bir nevi ademdir, zarardır. Hareket ve tebeddül; vücuddur, hayırdır. Hayat, harekâtla kemalâtını bulur; beliyyat vasıtasıyla terakki eder. Hayat cilve-i esma ile muhtelif harekâta mazhar olur, tasaffi eder, kuvvet bulur, inkişaf eder, inbisat eder, kendi mukadderatını yazmasına müteharrik bir kalem olur, vazifesini îfa eder, ücret-i uhreviyeye kesb-i istihkak eder.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sekian jawaban singkat atas tiga pertanyaan kalian yang menjadi topik perdebatan kalian sebelumnya. Adapun penjelasan rincinya terdapat pada tiga puluh tiga kalimat dari kitab al-Kalimât.
    İşte, münakaşanızın içindeki üç sualinizin muhtasar cevapları bu kadardır. İzahları otuz üç adet “Sözler”dedir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Saudaraku!
    Aziz kardeşim, sen bu mektubu Eczacıya ve münakaşayı işitenlerden münasip gördüklerine oku. Benim tarafımdan da yeni bir talebem olan Eczacıya selâm et, de ki:
    Bacakan risalah ini kepada sang apoteker itu serta kepada orang yang layak yang telah mendengarkan perdebatan tersebut sebelumnya. Sampaikan salamku kepada sang apoteker yang termasuk murid baruku. Katakan padanya:
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Mengkaji persoalan iman yang detail semacam ini tidak boleh dilakukan dalam bentuk perdebatan tanpa standar dan neraca. Juga, tidak boleh dilakukan di hadapan banyak orang. Sebab, dalam kon- disi demikian obat bisa menjadi racun karena tanpa takaran yang tepat. Ia bisa membahayakan pihak pembicara dan pendengar sekaligus. Ia hanya boleh dilakukan saat kepala sudah dingin, hati sudah tenang, masing-masing pengkaji bersikap jujur dan objektif, serta hanya sekadar tukar pemikiran.
    '''Mezkûr mesail gibi dakik mesail-i imaniyeyi, mizansız mücadele suretinde cemaat içinde bahsetmek caiz değildir. Mizansız mücadele olduğundan tiryak iken zehir olur. Diyenlere, dinleyenlere zarardır. Belki böyle mesail-i imaniyenin itidal-i demle, insafla, bir müdavele-i efkâr suretinde bahsi caizdir.'''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Katakan padanya, “Jika ada syubhat dan keraguan tentang persoalan semacam ini yang terlintas dalam jiwamu, sementara engkau tidak menemukan jawaban pada al-Kalimât, tulislah surat khusus kepadaku.
    Ve de ki: Eğer senin kalbine bu nevi mesailde şüpheler gelirse ve Sözler’den de cevabını bulmazsan hususi bana yazarsınız.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Selain itu, katakan pada sang apoteker, “Makna berikut hadir dalam benakku mengenai mimpi sang apoteker terkait ayahnya yang sudah meninggal”:Saat ayahnya yang sudah meninggal menjadi dokter, ia banyak memberi manfaat kepada banyak orang bertakwa, orang salih, bahkan kepada para wali. Ruh orang-orang seperti mereka yang telah mendapat manfaat darinya tampak pada anaknya yang dekat dengannya dalam bentuk burung di saat wafatnya. Seketika terlintas dalam benakku bahwa hal itu merupakan sambutan yang menggembirakan dan penuh dengan syafaat.
    Hem Eczacıya de ki: Merhum pederi hakkında gördüğü rüya için hatırıma şöyle bir mana geldi ki: Merhum pederi doktor olmak münasebetiyle, çok salih ve mübarek, belki veli insanlara faydası dokunmuş ve ondan memnun olan ve menfaat gören o mübareklerin ervahları, onun vefatı hengâmında kuşlar suretinde en yakın akrabası olan oğluna görünmüş, onun ruhuna şefaatkârane bir hoşâmedî nevinden bir istikbal ettikleri hatırıma geldi.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Salam dan doaku untuk semua orang yang hadir bersamaku di sini, pada malam tersebut.
    O gece burada beraber bulunan bütün dostlara selâm ve dua ederim.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Yang kekal, hanyalah Dzat Yang Mahakekal.
    اَل۟بَاقٖى هُوَ ال۟بَاقٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    '''Said Nursî'''
    '''Said Nursî'''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    ------
    ------
    <center> [[On Birinci Mektup]] ⇐ | [[Mektubat]] | ⇒ [[On Üçüncü Mektup]] </center>
    <center> [[On Birinci Mektup/id|SURAT KESEBELAS]] ⇐ | [[Mektubat/id|Al-Maktûbât]] | ⇒ [[On Üçüncü Mektup/id|SURAT KETIGA BELAS]] </center>
    ------
    ------
    </div>

    09.59, 5 Ocak 2025 itibarı ile sayfanın şu anki hâli

    Diğer diller:

    بِاس۟مِهٖ سُب۟حَانَهُ

    وَ اِن۟ مِن۟ شَى۟ءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَم۟دِهٖ

    Semoga keselamatan dilimpahkan kepada kalian dan kepada teman-teman kalian.

    Saudara-saudaraku yang mulia!

    Pada malam itu kalian telah mengajukan sebuah pertanyaan yang belum kujawab. Pasalnya, mengkaji persoalan keimanan dalam bentuk debat tidak diperkenankan. Ketika itu, kalian mengajukan topik permasalahan dalam bentuk perdebatan. Sekarang secara singkat aku akan memberikan jawaban terhadap tiga pertanyaan yang menjadi landasan debat kalian. Kalian bisa mendapatkan penjelasan detailnya dalam al-Kalimât yang nama dan judulnya ditulis oleh sau- dara kita yang apoteker itu. Hanya saja, ketika itu aku tidak teringat “Kalimat Kedua Puluh Enam” yang secara khusus berbicara tentang takdir Ilahi dan ikhtiar manusia sehingga tidak kusebutkan. Karena itu, kalian bisa merujuk kepadanya. Namun, jangan membacanya seperti membaca koran. Alasan mengapa saudara kita yang apote- ker itu kusuruh untuk menelaah kembali bagian demi bagian dari al- Kalimât, karena syubhat dan keragu-raguan yang muncul pada per- soalan-persoalan semacam itu bersumber dari lemahnya keyakinan terhadap rukun iman.

    Sementara al-Kalimât menegaskan rukun- rukun iman secara sempurna.

    Pertanyaan Pertama:

    Apa hikmah dikeluarkannya Adam dari surga? Lalu apa hikmah dimasukkannya sebagian anak cucu Adam ke dalam neraka?

    Jawaban:Hikmahnya adalah penugasan. Ia diutus ke dunia untuk melaksanakan tugas. Ia diserahi sebuah tugas penting di mana hasil dari tugas tersebut berupa semua jenis keluhuran manusia, tersingkapnya seluruh potensi manusia, serta substansi manusia yang menjadi cermin komprehensif bagi nama-nama Ilahi.

    Andaikan Nabi Adam tetap tinggal di surga, kedudukannya statis seperti malaikat. Potensi-potensi kemanusiaan tidak berkem- bang. Sementara malaikat yang memiliki kedudukan tetap sangat banyak jumlahnya sehingga manusia tidak dibutuhkan untuk menunaikan bentuk pengabdian tersebut. Di sinilah hikmah Ilahi menuntut adanya negeri tempat taklif yang sesuai dengan potensi manusia yang dapat menempuh berbagai kedudukan yang tak terhingga. Oleh sebab itu, Adam dikeluarkan dari surga lewat sebuah dosa yang kita kenal bersama di mana ia merupakan konsekuensi dari fitrah manusia yang berbeda dengan malaikat.

    Artinya, dikeluarkannya Adam dari surga adalah wujud hikmah dan rahmat Tuhan. Sebaliknya, dimasukkannya kaum kafir ke dalam neraka adalah bentuk kebenaran dan keadilan-Nya.

    Hal itu seperti yang telah disebutkan dalam petunjuk ketiga dari “Kalimat Kesepuluh”. Yaitu bahwa orang kafir meskipun melakukan dosa dalam usia yang singkat, namun dosa tersebut mengandung kejahatan tak terhingga. Pasalnya, kekufuran adalah bentuk penghinaan terhadap seluruh entitas, pendustaan terhadap kesaksian seluruh makhluk terhadap keesaan-Nya, serta pemalsuan terhadap nama-nama Ilahi yang manifestasinya tampak dalam cermin alam. Karena

    itu, Allah Yang Maha Perkasa dan Agung, Penguasa seluruh entitas, melemparkan kaum kafir ke dalam neraka agar mereka kekal di dalamnya guna mengambil hak seluruh makhluk dari mereka. Pelemparan mereka ke dalam neraka adalah bentuk kebenaran dan keadilan. Sebab, kejahatan yang tak terhingga menuntut adanya siksa yang tak terhingga pula.

    Pertanyaan Kedua:

    Mengapa setan diciptakan? Allah menciptakan setan dan keburukan. Apa hikmah darinya? Bukankah penciptaan keburukan merupakan keburukan?

    Jawaban:Hasya lillah, tidak demikian. Penciptaan keburukan bukan merupakan keburukan, namun melakukan keburukan itulah yang merupakan keburukan. Pasalnya, “mencipta” mengarah dan bergantung pada semua hasilnya. Sementara “melakukan” bergantung pada hasil-hasil spesifik karena terkait secara langsung.

    Misalnya, manfaat dari turunnya hujan mencapai ribuan. Semuanya baik dan indah. Ketika ada orang terkena bahaya hujan akibat dari tindakan buruknya, maka dia tidak berhak mengatakan bahwa penciptaan hujan tidak mendatangkan rahmat. Ia tidak berhak mengklaim bahwa penciptaan hujan adalah sebuah keburukan. Akan tetapi, ia menjadi buruk baginya lantaran tindakan buruknya dan perbuatannya sendiri.Demikian pula dengan penciptaan api. Ia mengandung banyak sekali manfaat. Semuanya merupakan kebaikan. Akan tetapi, kalau kemudian ada yang terkena api akibat perbuatan buruknya dan penggunaan yang salah, ia tidak bisa berkata, “Penciptaan api adalah sebuah keburukan.” Pasalnya, api tidak dicipta hanya untuk membakarnya. Akan tetapi, ia sendiri yang memasukkan tangan ke dalam api yang sebenarnya untuk memasak makanannya. Maka, dengan tindakan buruknya, ia menjadikan pelayan yang taat sebagai musuh.

    Kesimpulannya: Keburukan yang sedikit bisa diterima untuk mendapatkan kebaikan yang banyak. Pasalnya, kalau sebuah keburukan yang mendatangkan banyak kebaikan ditinggalkan agar keburukan yang sedikit itu tidak terwujud, dalam kondisi demikian akan muncul banyak keburukan.Contohnya: ketika pasukan dikirim untuk berjihad, pasti akan muncul sejumlah bahaya dan keburukan kecil, baik secara materi maupun fisik. Seperti diketahui, jihad mendatangkan banyak kebai- kan karena Islam selamat dari belenggu kekufuran. Andaikan jihad ditinggalkan karena takut terhadap bahaya dan keburukan kecil yang akan muncul, maka keburukan akan bertambah banyak di mana hal itu menghalangi munculnya banyak kebaikan. Ini jelas merupakan bentuk kezaliman. Contoh lain: memotong jari yang terkena penyakit gangren (amputasi) mengandung kebaikan dan sangat bagus, meskipun secara lahiriah tindakan tersebut merupakan sebuah keburukan. Namun, andaikan jari tersebut tidak dipotong, tanganlah yang nantinya akan dipotong sehingga keburukannya malah lebih besar.

    Demikianlah, menciptakan keburukan, bahaya, bencana, dan setan bukan merupakan keburukan. Pasalnya, sejumlah hal tersebut diciptakan untuk sejumlah hasil yang sangat penting. Malaikat, misalnya, tidak memiliki sejumlah tingkatan untuk naik. Hal itu lantaran setan tidak menggangu mereka. Karena itu, kedudukan mereka tetap dan tidak berubah. Demikian pula dengan hewan. Kedudukannya tetap dan cacat karena tidak dikuasai oleh setan. Adapun di alam manusia jarak antar tingkatan untuk naik dan turun terbentang luas dan sangat panjang. Sebab, mulai dari tingkatan Namrud dan Fir’aun hingga kalangan shiddiqin, wali, dan nabi terdapat sejumlah tingkatan untuk naik dan turun. Karena itu, dengan penciptaan setan, dengan rahasia taklif dan pengutusan para nabi, terbukalah medan ujian, cobaan, perjuangan, dan perlombaan.

    Dengannya, jiwa-jiwa yang rendah laksana arang tampak berbeda dengan jiwa-jiwa yang mulia laksana berlian. Andai tidak ada perjuangan dan perlombaan, tentu semua potensi terpendam dalam diri manusia. Artinya, akan sama antara arang dan berlian. Atau, akan sama antara jiwa mulia milik Abu Bakar ash-Shiddiq d yang berada di tingkatan tertinggi, dengan jiwa Abu Jahal yang berada di tingkatan paling rendah.

    Dengan demikian, penciptaan setan dan keburukan bukan- lah sebuah keburukan. Sebab, ia mengarah kepada sejumlah hasil menyeluruh dan besar. Kalaupun ada keburukan, hal itu diakibatkan oleh penyalahgunaan dan ulah manusia yang merupakan tindakan secara langsung dan spesifik. Ia kembali kepada perbuatan manusia; bukan kepada penciptaan Ilahi.

    Barangkali kalian bertanya:Meskipun para nabi telah diutus, namum masih banyak orang yang jatuh ke dalam lembah kekufuran karena adanya setan. Mereka celaka akibat bisikan setan. Karena yang menjadi ukuran adalah kondisi mayoritas, sementara mayoritas manusia telah terjerat bisikan setan, berarti penciptaan keburukan adalah sebuah keburukan. Bahkan, pengutusan para nabi dapat dikatakan tidak mendatangkan rahmat.

    Jawaban: Kuantitas tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur. Yang disebut mayoritas pada dasarnya mengarah pada kualitas; bukan pada kuantitas.

    Andaikan terdapat seratus benih kurma, misalnya, namun ia tidak ditanam atau tidak disiram, dengan kata lain jika tidak terjadi interaksi kimiawi padanya, atau tidak mengalami proses pertumbuhan, ia akan tetap menjadi seratus benih dan nilainya sama dengan seratus ribu rupiah. Akan tetapi, jika benih-benih tersebut disiram dengan air dan mengalami proses pertumbuhan di mana sebagai akibatnya delapan puluh benih rusak dan hanya dua puluh yang terus tumbuh menjadi pohon kurma, dapatkah engkau berkata bahwa tindakan menyiram benih tadi sebagai sebuah keburukan lantaran mematikan banyak lainnya. Tentu engkau tidak bisa mengatakan hal tersebut. Sebab, kedua puluh benih yang hidup setara dengan dua puluh ribu benih. Orang yang kehilangan delapan puluh benih, namun mendapat dua puluh ribu, sudah pasti beruntung. Jadi, tindakan menyiram tidak bisa dianggap sebagai sebuah keburukan.

    Demikian pula andaikan engkau mendapati seratus telur burung merak, misalnya. Nilainya sama dengan 500 ribu rupiah. Akan tetapi, apabila seratus telur di atas dierami, lalu dua puluh darinya berhasil menetaskan anak, sementara delapan puluh sisanya rusak. Dalam kondisi demikian, dapatkah engkau berkata bahwa kerugian besar telah terjadi, atau tindakan tersebut merupakan keburukan, atau upaya merak mengerami telur adalah sebuah keburukan?! Tentu saja tidak. Namun ia adalah sebuah tindakan baik. Pasalnya, merak dan telurnya telah memperoleh dua puluh merak yang harganya mahal sebagai ganti dari banyak telur rusak yang berharga murah.

    Begitulah, manusia telah mendapatkan keutungan seratus ribu nabi, jutaan wali, dan miliaran orang salih yang menjadi mentari, bulan, dan bintang dunia kemanusiaan lewat pengutusan para nabi, rahasia taklif, dan perang melawan setan, dibanding kerugian yang dialaminya dengan banyaknya jumlah kaum munafik namun berkualitas rendah serta orang-orang kafir yang merupakan jenis he- wan berbahaya.

    Pertanyaan Ketiga:

    Allah menurunkan berbagai musibah dan menimpakan bencana. Bukankah ini kezaliman terhadap orang- orang yang tidak berdosa dan juga kepada hewan?

    Jawaban:Sungguh sangat keliru. Kerajaan ini adalah milikNya. Di dalamnya Dia berhak melakukan apa saja sesuai dengan kehendak-Nya. Andaikan seorang perancang mahir menjadikanmu sebagai model bayaran, lalu ia memberimu pakaian sangat bagus yang ia jahit dengan cara terbaik. Setelah itu, ia memendekkan, memanjangkan, dan mengguntingnya. Kemudian, ia menyuruhmu untuk duduk, berdiri, serta memujimu. Semua itu dilakukan untuk memperkenalkan kemahirannya. Apakah engkau akan berkata kepadanya, “Engkau telah merusak keindahan pakaianku yang membuatku bertambah indah. Engkau telah membuatku penat dengan menyuruh duduk dan berdiri.” Tentu saja engkau tidak bisa mengatakan hal tersebut. Bahkan kalau engkau tetap mengutarakannya, itu menunjukkan sikap kedunguan.

    Berdasarkan contoh di atas, Sang Pencipta Yang Mahaagung telah memberimu tubuh yang indah berhias mata, telinga, hidung, dan berbagai organ dan indra lainnya. Untuk memperlihatkan jejak nama-nama-Nya yang beragam, Dia mengujimu dengan berbagai macam ujian. Kadang Dia membuatmu sakit, lalu membuatmu sehat. Adakalanya membuatmu lapar, lalu membuatmu kenyang, haus dan seterusnya. Begitulah, Dia membolak-balik dirimu dalam berbagai fase dan kondisi agar esensi kehidupan semakin jelas dan manifestasi nama-nama-Nya juga terlihat.Barangkali engkau bertanya, “Mengapa Dia mengujiku dengan berbagai musibah tersebut?” Sesungguhnya seratus hikmah yang agung membuatmu terdiam seperti yang dijelaskan dalam contoh sebelumnya.

    Sebab, seperti diketahui, diam, tak bergerak, dan tidak berbuat apa-apa merupakan satu bentuk ketiadaan dan bahaya. Sebaliknya, gerak dan perubahan adalah wujud eksistensi dan kebaikan. Kehidupan menjadi semakin sempurna dengan adanya gerak, serta semakin tinggi dengan adanya ujian. Berbagai gerak terwujud de- ngan manifestasi nama-nama Allah, di mana ia menjadi bersih, kuat, tumbuh, dan berkembang sehingga menjadi pena bergerak bagi tulisan ketentuan-Nya. Dengan itu, ia juga menunaikan berbagai tugasnya serta layak mendapatkan pahala ukhrawi.

    Sekian jawaban singkat atas tiga pertanyaan kalian yang menjadi topik perdebatan kalian sebelumnya. Adapun penjelasan rincinya terdapat pada tiga puluh tiga kalimat dari kitab al-Kalimât.

    Saudaraku! Bacakan risalah ini kepada sang apoteker itu serta kepada orang yang layak yang telah mendengarkan perdebatan tersebut sebelumnya. Sampaikan salamku kepada sang apoteker yang termasuk murid baruku. Katakan padanya:

    Mengkaji persoalan iman yang detail semacam ini tidak boleh dilakukan dalam bentuk perdebatan tanpa standar dan neraca. Juga, tidak boleh dilakukan di hadapan banyak orang. Sebab, dalam kon- disi demikian obat bisa menjadi racun karena tanpa takaran yang tepat. Ia bisa membahayakan pihak pembicara dan pendengar sekaligus. Ia hanya boleh dilakukan saat kepala sudah dingin, hati sudah tenang, masing-masing pengkaji bersikap jujur dan objektif, serta hanya sekadar tukar pemikiran.

    Katakan padanya, “Jika ada syubhat dan keraguan tentang persoalan semacam ini yang terlintas dalam jiwamu, sementara engkau tidak menemukan jawaban pada al-Kalimât, tulislah surat khusus kepadaku.”

    Selain itu, katakan pada sang apoteker, “Makna berikut hadir dalam benakku mengenai mimpi sang apoteker terkait ayahnya yang sudah meninggal”:Saat ayahnya yang sudah meninggal menjadi dokter, ia banyak memberi manfaat kepada banyak orang bertakwa, orang salih, bahkan kepada para wali. Ruh orang-orang seperti mereka yang telah mendapat manfaat darinya tampak pada anaknya yang dekat dengannya dalam bentuk burung di saat wafatnya. Seketika terlintas dalam benakku bahwa hal itu merupakan sambutan yang menggembirakan dan penuh dengan syafaat.

    Salam dan doaku untuk semua orang yang hadir bersamaku di sini, pada malam tersebut.

    Yang kekal, hanyalah Dzat Yang Mahakekal.

    Said Nursî


    SURAT KESEBELAS ⇐ | Al-Maktûbât | ⇒ SURAT KETIGA BELAS