Yirmi Birinci Mektup/id: Revizyonlar arasındaki fark

    Risale-i Nur Tercümeleri sitesinden
    ("“Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibubapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada merekaperkataan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan pe..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
    ("------ <center> SURAT KEDUA PULUH ⇐ | Al-Maktûbât | ⇒ SURAT KEDUA PULUH DUA </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
     
    (Aynı kullanıcının aradaki diğer 14 değişikliği gösterilmiyor)
    8. satır: 8. satır:
    sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada merekaperkataan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada da- lam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.” (QS. al-Isrâ [17]: 23-25)
    sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada merekaperkataan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada da- lam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.” (QS. al-Isrâ [17]: 23-25)


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wahai orang yang lalai! Wahai orang yang di rumahnya tinggal bersama ayah yang lanjut usia, ibu yang sudah tua, salah seorang dari kerabat, saudara seagama yang sudah lemah, atau orang yang papa dan tidak berdaya! Cermatilah ayat di atas! Perhatikan bagaimana sebuah ayat memberikan kepada orang tua yang sudah lansia lima macam kasih sayang dalam bentuk yang beragam.
    Ey hanesinde ihtiyar bir valide veya pederi veya akrabasından veya iman kardeşlerinden bir amel-mânde veya âciz, alîl bir şahıs bulunan gafil! Şu âyet-i kerîmeye dikkat et, bak: Nasıl ki bir âyette, beş tabaka ayrı ayrı surette ihtiyar valideyne şefkati celbediyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, hakikat termulia di dunia ini adalah kasih sayang ibu dan ayah terhadap anak mereka. Demikian pula, kewajiban paling utama adalah kewajiban untuk menghormati mereka sebagai balasan atas kasih sayang tersebut. Pasalnya, mereka telah mengorbankan kehidu- pan mereka dengan suka cita demi kehidupan anak mereka. Karena itu, setiap anak―selama masih memiliki rasa kemanusiaan dan tidak berubah menjadi binatang―harus menghormati para orang tua yang terhormat, setia, dan rela berkorban itu. Selain itu, ia juga harus melayani mereka secara tulus, berusaha mendapatkan rida mereka, serta membuat hati mereka senang dan bahagia. Paman dan bibi memiliki posisi yang sama dengan ayah dan ibu.
    '''Evet, dünyada en yüksek hakikat, peder ve validelerin evlatlarına karşı şefkatleridir. Ve en âlî hukuk dahi onların o şefkatlerine mukabil hürmet haklarıdır.''' Çünkü onlar, hayatlarını kemal-i lezzetle evlatlarının hayatı için feda edip sarf ediyorlar. Öyle ise insaniyeti sukut etmemiş ve canavara inkılab etmemiş her bir veled; o muhterem, sadık, fedakâr dostlara hâlisane hürmet ve samimane hizmet ve rızalarını tahsil ve kalplerini hoşnut etmektir. Amca ve hala, peder hükmündedir; teyze ve dayı, ana hükmündedir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sungguh tidak memiliki hati nurani orang yang merasa terbe- bani dengan keberadaan mereka yang telah lanjut usia itu dan menginginkan kematian mereka. Bahkan, perbuatan tersebut sangat tercela dan hina. Ketahuilah hal ini dan sadarlah! Ya, betapa sangat zalim dan tidak punya hati nurani sikap mengharap kepergian orang yang selama ini telah berkorban untuk hidupnya.
    İşte o mübarek ihtiyarların vücudlarını istiskal edip ölümlerini arzu etmek, ne kadar vicdansızlık ve ne kadar alçaklıktır bil, ayıl! '''Evet, hayatını senin hayatına feda edenin zeval-i hayatını arzu etmek, ne kadar çirkin bir zulüm, bir vicdansızlık olduğunu anla!'''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wahai manusia yang diuji dengan kesempitan hidup! Ketahuilah bahwa pilar keberkahan rumahmu, serta sarana yang dapat mendatangkan rahmat dan menangkal musibah adalah orang yang telah lanjut usia itu, atau keluargamu yang buta yang terasa berat bagimu. Jangan pernah berkata, “Kehidupanku sulit. Aku tidak bisa memenuhi tuntutan hidupku.” Sebab, andai tidak ada keberkahan lantaran keberadaan mereka, tentu kehidupanmu akan lebih sulit. Pahamilah hakikat ini dan percayalah! Aku memiliki banyak bukti tentangnya. Aku juga bisa membuatmu mempercayainya. Namun agar tidak terlalu panjang, aku sengaja meringkasnya. Percayalah dengan perkataanku ini. Aku bersumpah demi Allah bahwa hakikat ini sangat jelas dan pasti. Bahkan diriku dan setanku juga tunduk di hadapannya. Karena itu, hakikat yang telah menghancurkan sikap keras kepala nafsu ammârah diriku dan membuat setanku terdiam sudah pasti juga dapat meyakinkanmu.
    Ey derd-i maişetle müptela olan insan! Bil ki senin hanendeki bereket direği ve rahmet vesilesi ve musibet dâfiası, hanendeki o istiskal ettiğin ihtiyar veya kör akrabandır. Sakın deme: “Maişetim dardır, idare edemiyorum.” Çünkü onların yüzünden gelen bereket olmasaydı elbette senin dıyk-ı maişetin daha ziyade olacaktı. Bu hakikati benden inan. Bunun çok kat’î delillerini biliyorum, seni de inandırabilirim. Fakat uzun gitmemek için kısa kesiyorum. Şu sözüme kanaat et. Kasem ederim şu hakikat gayet kat’îdir, hattâ nefis ve şeytanım dahi buna karşı teslim olmuşlar. Nefsimin inadını kıran ve şeytanımı susturan bir hakikat, sana kanaat vermeli.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, Sang Pencipta Yang Mahaagung dan Mulia yang Maha Pengasih (ar-Rahmân) dan Penyayang (ar-Rahîm) serta Mahalembut (al-Lathîf) dan Pemurah (al-Karîm)―lewat kesaksian seluruh alam― saat mengirim anak-anak ke dunia, seketika itu pula Dia mengirim- kan rezeki mereka dengan cara yang sangat halus. Seperti memancar- nya air susu ibu laksana mata air ke mulut mereka. Begitu pula rezeki untuk mereka yang telah lanjut usia yang kembali seperti anak-anak. Bahkan mereka lebih layak mendapat kasih sayang dan lebih membutuhkan belas kasih. Allah mengirimkan rezeki untuk mereka dalam bentuk keberkahan. Dia tidak membebani kalangan yang bakhil untuk memberi makan kepada mereka.
    Evet, kâinatın şehadetiyle, nihayet derecede Rahman, Rahîm ve Latîf ve Kerîm olan Hâlık-ı Zülcelali ve’l-ikram, çocukları dünyaya gönderdiği vakit, arkalarından rızıklarını gayet latîf bir surette gönderip ve memeler musluğundan ağızlarına akıttığı gibi; çocuk hükmüne gelen ve çocuklardan daha ziyade merhamete lâyık ve şefkate muhtaç olan ihtiyarların rızıklarını dahi bereket suretinde gönderir. Onların iaşelerini, tama’kâr ve bahil insanlara yükletmez.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Al-Qur’an menjelaskan: “Allah Maha Pemberi rezeki yang memiliki kekuatan dan Mahakokoh.” (QS. adz-Dzâriyât [51]: 58).“Betapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Ankabût [29]: 60).Ini adalah hakikat mulia yang disuarakan oleh seluruh makhluk hidup lewat lisânul hâl (keadaan mereka).
    اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو ال۟قُوَّةِ ال۟مَتٖينُ ۝ وَكَاَيِّن۟ مِن۟ دَٓابَّةٍ لَا تَح۟مِلُ رِز۟قَهَا اَللّٰهُ يَر۟زُقُهَا وَاِيَّاكُم۟ âyetlerinin ifade ettikleri hakikati, bütün zîhayatın enva-ı mahlukları lisan-ı hal ile bağırıp o hakikat-i kerîmaneyi söylüyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Bukan hanya kerabat dekat yang lanjut usia yang rezekinya datang kepada mereka dalam bentuk keberkahan. Namun juga rezeki sejumlah makhluk yang dianugerahkan untuk menjadi sahabat manusia seperti kucing. Rezeki kucing dikirim dalam rezeki yang dianugerahkan pada manusia. Ia juga datang dalam bentuk keberkahan. Hal ini didukung oleh sebuah contoh yang kulihat sendiri.
    Hattâ değil yalnız ihtiyar akraba, belki insanlara arkadaş verilen ve rızıkları insanların rızıkları içinde gönderilen kedi gibi bazı mahlukların rızıkları dahi bereket suretinde geliyor. Bunu teyid eden ve kendim gördüğüm bir misal:
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Yaitu seperti yang diketahui oleh para sahabat dekatku, dua atau tiga tahun yang lalu, aku memiliki jatah makan setiap hari setengah kerat roti. Satu kerat roti di desa ukurannya kecil. Seringkali tidak cukup untukku. Lalu ada empat ekor kucing yang datang bertamu dan tinggal bersamaku. Ternyata roti tadi cukup untukku dan untuk mereka. Bahkan biasanya masih tersisa.
    Benim yakın dostlarım bilirler ki iki üç sene evvel, her gün yarım ekmek –o köyün ekmeği küçük idi– muayyen bir tayınım vardı ki çok defa bana kâfi gelmiyordu. Sonra dört kedi bana misafir geldiler. O aynı tayınım hem bana hem onlara kâfi geldi. Çok kere de fazla kalırdı.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kondisi ini terjadi padaku secara berulang-ulang. Akupun menjadi sangat yakin bahwa dirikulah yang mendapatkan manfaat dari keberkahan kucing-kucing tersebut. Saat ini kutegaskan bahwa kucing-kucing tersebut justru sama sekali tidak menjadi beban bagiku dan mereka hidup bukan karena jasa baikku. Namun akulah yang bisa bertahan hidup karena jasa mereka.
    İşte şu hal o derece tekerrür edip bana kanaat verdi ki ben kedilerin bereketinden istifade ediyordum. Kat’î bir surette ilan ediyorum: Onlar bana bâr değil hem onlar benden değil, ben onlardan minnet alırdım.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wahai manusia, jika “binatang setengah buas” saja yang datang sebagai tamu ke sebuah rumah menjadi sumber keberkahan, apalagi jika yang datang ke rumah tersebut makhluk termulia yaitu manusia. Apalagi jika yang datang orang yang paling sempurna di antara mereka, yaitu seorang mukmin. Apalagi jika yang datang kalangan lemah dan sakit yang paling membutuhkan penghormatan dan kasih sayang di antara kaum mukmin. Apalagi jika yang datang kerabat dekat yang paling layak mendapatkan bantuan dan kasih sayang di antara mereka. Apalagi jika yang datang kerabat yang paling tulus dan paling sayang di antara mereka, yaitu kedua orang tua. Jika mere- ka yang lanjut usia tinggal di sebuah rumah, maka engkau bisa membandingkan betapa ia menjadi sebab keberkahan, pengantar turunnya rahmat, dan faktor penangkal bala yang sangat agung. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadis: “Kalau bukan karena adanya para orang tua yang ruku (shalat), tentu musibah sudah ditimpakan kepada kalian.”(*<ref>*az-Zubaydi, Tâj al-‘Arûs, 5/5243. Lihat: Abu Ya’la, al-Musnad, 11/287; ath-Thab- rani, al-Mu’jam al-Kabîr, 22/309; dan al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, 3/345.</ref>)
    Ey insan! Madem canavar suretinde bir hayvan, insanların hanesine misafir geldiği vakit berekete medar oluyor; öyle ise mahlukatın en mükerremi olan insan ve insanların en mükemmeli olan ehl-i iman ve ehl-i imanın en ziyade hürmet ve merhamete şâyan aceze, alîl ihtiyareler ve alîl ihtiyarların içinde şefkat ve hizmet ve muhabbete en ziyade lâyık ve müstahak bulunan akrabalar ve akrabaların içinde dahi en hakiki dost ve en sadık muhib olan peder ve valide, ihtiyarlık halinde bir hanede bulunsa ne derece vesile-i bereket ve vasıta-i rahmet ve لَو۟لَا الشُّيُوخُ الرُّكَّعُ لَصُبَّ عَلَي۟كُمُ ال۟بَلَاءُ صَبًّا sırrıyla, yani “Beli bükülmüş ihtiyarlarınız olmasa idi, belalar sel gibi üstünüze dökülecekti.” ne derece sebeb-i def’-i musibet olduklarını sen kıyas eyle.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jadi, wahai manusia, perhatikan dan ambillah pelajaran. Ketahuilah bahwa jika tidak mati, engkau pasti juga akan menjadi tua renta. Jika engkau tidak menghormati orang tuamu, akan datang padamu suatu masa di mana engkau juga tidak dihormati oleh anak-anakmu. Hal itu sesuai dengan kaidah:“Balasan sesuai dengan amal perbuatan”.Karena itu, jika engkau mencintai akhirat, ambillah sebuah harta karun yang sangat besar. Yaitu layani mereka dan dapatkan rida mereka. Jika engkau mencintai dunia, maka buatlah mereka senang agar hidupmu lapang dan rezekimu datang bersama keberkahan. Jika tidak, sikap merasa terbebani dengan mereka, mengharap kematian mereka, lalu melukai hati mereka yang halus dan sensitif akan membuatmu seperti yang disebutkan oleh ayat berikut:Merugi di dunia dan akhirat. (QS. al-Hajj [22]: 11).Apabila engkau menginginkan rahmat Tuhan Yang Maha Pengasih, maka kasihi titipan Tuhan Yang Maha Pengasih serta seluruh amanah yang Dia titipkan di rumahmu.
    İşte ey insan! Aklını başına al. Eğer sen ölmezsen ihtiyar olacaksın. اَل۟جَزَاءُ مِن۟ جِن۟سِ ال۟عَمَلِ sırrıyla, sen valideynine hürmet etmezsen senin evladın dahi sana hürmet etmeyecektir. Eğer âhiretini seversen işte sana mühim bir define; onlara hizmet et, rızalarını tahsil eyle. Eğer dünyayı seversen yine onları memnun et ki onların yüzünden hayatın rahatlı ve rızkın bereketli geçsin. Yoksa onları istiskal etmek, ölümlerini temenni etmek ve onların nazik ve seriü’t-teessür kalplerini rencide etmek ile خَسِرَ الدُّن۟يَا وَ ال۟اٰخِرَةَ sırrına mazhar olursun. Eğer rahmet-i Rahman istersen o Rahman’ın vedialarına ve senin hanendeki emanetlerine rahmet et.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Aku memiliki seorang saudara akhirat, yaitu Mustafa Cavus. Ia adalah orang yang mendapat taufik dalam hal agama dan dunia. Sebelumnya aku tidak mengetahui rahasia di balik itu semua. Kemudian akupun mengetahui sebabnya. Yaitu orang saleh tersebut memahami betul hak-hak yang dimiliki oleh ibu dan ayahnya. Ia menjaga hak mereka tersebut sebagaimana mestinya. Maka, ia mendapatkan kelapangan dan rahmat berkat mereka. Semoga demikian pula dengan akhiratnya. Jadi, siapa yang ingin bahagia, hendaknya ia menirunya.
    Âhiret kardeşlerimden Mustafa Çavuş isminde bir zat vardı. Dininde, dünyasında muvaffakiyetli görüyordum. Sırrını bilmezdim. Sonra anladım ki o muvaffakiyetin sebebi: O zat ise ihtiyar peder ve validelerinin haklarını anlamış ve o hukuka tam riayet etmiş ve onların yüzünden rahat ve rahmet bulmuş. İnşâallah âhiretini de tamir etmiş. Bahtiyar olmak isteyen, ona benzemeli.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Semoga Allah melimpahkan salawat dan salam kepada sosok yang bersabda, “Surga berada di telapak kaki ibu.”(*<ref>*al-Qudho’i dalam Musnad asy-Syihab 1/102, HR ad-Daylami dalam al-Musnad 2/116. Lihat pula HR an-Nasai dalam al-Jihad 6, HR Ahmad ibn Hambal dalam al-Mus- nad 3/429.</ref>)Demikian pula kepada seluruh keluarga dan sahabatnya.
    اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم۟ عَلٰى مَن۟ قَالَ «اَل۟جَنَّةُ تَح۟تَ اَق۟دَامِ ال۟اُمَّهَاتِ» وَ عَلٰى اٰلِهٖ وَصَح۟بِهٖ اَج۟مَعٖينَ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ
    سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    ------
    ------
    <center> [[Yirminci Mektup]] ⇐ | [[Mektubat]] | ⇒ [[Yirmi İkinci Mektup]] </center>
    <center> [[Yirminci Mektup/id|SURAT KEDUA PULUH]] ⇐ | [[Mektubat/id|Al-Maktûbât]] | ⇒ [[Yirmi İkinci Mektup/id|SURAT KEDUA PULUH DUA]] </center>
    ------
    ------
    </div>

    10.37, 20 Ocak 2025 itibarı ile sayfanın şu anki hâli

    Diğer diller:

    بِاس۟مِهٖ سُب۟حَانَهُ وَ اِن۟ مِن۟ شَى۟ءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَم۟دِهٖ

    بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

    “Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibubapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada merekaperkataan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada da- lam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.” (QS. al-Isrâ [17]: 23-25)

    Wahai orang yang lalai! Wahai orang yang di rumahnya tinggal bersama ayah yang lanjut usia, ibu yang sudah tua, salah seorang dari kerabat, saudara seagama yang sudah lemah, atau orang yang papa dan tidak berdaya! Cermatilah ayat di atas! Perhatikan bagaimana sebuah ayat memberikan kepada orang tua yang sudah lansia lima macam kasih sayang dalam bentuk yang beragam.

    Ya, hakikat termulia di dunia ini adalah kasih sayang ibu dan ayah terhadap anak mereka. Demikian pula, kewajiban paling utama adalah kewajiban untuk menghormati mereka sebagai balasan atas kasih sayang tersebut. Pasalnya, mereka telah mengorbankan kehidu- pan mereka dengan suka cita demi kehidupan anak mereka. Karena itu, setiap anak―selama masih memiliki rasa kemanusiaan dan tidak berubah menjadi binatang―harus menghormati para orang tua yang terhormat, setia, dan rela berkorban itu. Selain itu, ia juga harus melayani mereka secara tulus, berusaha mendapatkan rida mereka, serta membuat hati mereka senang dan bahagia. Paman dan bibi memiliki posisi yang sama dengan ayah dan ibu.

    Sungguh tidak memiliki hati nurani orang yang merasa terbe- bani dengan keberadaan mereka yang telah lanjut usia itu dan menginginkan kematian mereka. Bahkan, perbuatan tersebut sangat tercela dan hina. Ketahuilah hal ini dan sadarlah! Ya, betapa sangat zalim dan tidak punya hati nurani sikap mengharap kepergian orang yang selama ini telah berkorban untuk hidupnya.

    Wahai manusia yang diuji dengan kesempitan hidup! Ketahuilah bahwa pilar keberkahan rumahmu, serta sarana yang dapat mendatangkan rahmat dan menangkal musibah adalah orang yang telah lanjut usia itu, atau keluargamu yang buta yang terasa berat bagimu. Jangan pernah berkata, “Kehidupanku sulit. Aku tidak bisa memenuhi tuntutan hidupku.” Sebab, andai tidak ada keberkahan lantaran keberadaan mereka, tentu kehidupanmu akan lebih sulit. Pahamilah hakikat ini dan percayalah! Aku memiliki banyak bukti tentangnya. Aku juga bisa membuatmu mempercayainya. Namun agar tidak terlalu panjang, aku sengaja meringkasnya. Percayalah dengan perkataanku ini. Aku bersumpah demi Allah bahwa hakikat ini sangat jelas dan pasti. Bahkan diriku dan setanku juga tunduk di hadapannya. Karena itu, hakikat yang telah menghancurkan sikap keras kepala nafsu ammârah diriku dan membuat setanku terdiam sudah pasti juga dapat meyakinkanmu.

    Ya, Sang Pencipta Yang Mahaagung dan Mulia yang Maha Pengasih (ar-Rahmân) dan Penyayang (ar-Rahîm) serta Mahalembut (al-Lathîf) dan Pemurah (al-Karîm)―lewat kesaksian seluruh alam― saat mengirim anak-anak ke dunia, seketika itu pula Dia mengirim- kan rezeki mereka dengan cara yang sangat halus. Seperti memancar- nya air susu ibu laksana mata air ke mulut mereka. Begitu pula rezeki untuk mereka yang telah lanjut usia yang kembali seperti anak-anak. Bahkan mereka lebih layak mendapat kasih sayang dan lebih membutuhkan belas kasih. Allah mengirimkan rezeki untuk mereka dalam bentuk keberkahan. Dia tidak membebani kalangan yang bakhil untuk memberi makan kepada mereka.

    Al-Qur’an menjelaskan: “Allah Maha Pemberi rezeki yang memiliki kekuatan dan Mahakokoh.” (QS. adz-Dzâriyât [51]: 58).“Betapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Ankabût [29]: 60).Ini adalah hakikat mulia yang disuarakan oleh seluruh makhluk hidup lewat lisânul hâl (keadaan mereka).

    Bukan hanya kerabat dekat yang lanjut usia yang rezekinya datang kepada mereka dalam bentuk keberkahan. Namun juga rezeki sejumlah makhluk yang dianugerahkan untuk menjadi sahabat manusia seperti kucing. Rezeki kucing dikirim dalam rezeki yang dianugerahkan pada manusia. Ia juga datang dalam bentuk keberkahan. Hal ini didukung oleh sebuah contoh yang kulihat sendiri.

    Yaitu seperti yang diketahui oleh para sahabat dekatku, dua atau tiga tahun yang lalu, aku memiliki jatah makan setiap hari setengah kerat roti. Satu kerat roti di desa ukurannya kecil. Seringkali tidak cukup untukku. Lalu ada empat ekor kucing yang datang bertamu dan tinggal bersamaku. Ternyata roti tadi cukup untukku dan untuk mereka. Bahkan biasanya masih tersisa.

    Kondisi ini terjadi padaku secara berulang-ulang. Akupun menjadi sangat yakin bahwa dirikulah yang mendapatkan manfaat dari keberkahan kucing-kucing tersebut. Saat ini kutegaskan bahwa kucing-kucing tersebut justru sama sekali tidak menjadi beban bagiku dan mereka hidup bukan karena jasa baikku. Namun akulah yang bisa bertahan hidup karena jasa mereka.

    Wahai manusia, jika “binatang setengah buas” saja yang datang sebagai tamu ke sebuah rumah menjadi sumber keberkahan, apalagi jika yang datang ke rumah tersebut makhluk termulia yaitu manusia. Apalagi jika yang datang orang yang paling sempurna di antara mereka, yaitu seorang mukmin. Apalagi jika yang datang kalangan lemah dan sakit yang paling membutuhkan penghormatan dan kasih sayang di antara kaum mukmin. Apalagi jika yang datang kerabat dekat yang paling layak mendapatkan bantuan dan kasih sayang di antara mereka. Apalagi jika yang datang kerabat yang paling tulus dan paling sayang di antara mereka, yaitu kedua orang tua. Jika mere- ka yang lanjut usia tinggal di sebuah rumah, maka engkau bisa membandingkan betapa ia menjadi sebab keberkahan, pengantar turunnya rahmat, dan faktor penangkal bala yang sangat agung. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadis: “Kalau bukan karena adanya para orang tua yang ruku (shalat), tentu musibah sudah ditimpakan kepada kalian.”(*[1])

    Jadi, wahai manusia, perhatikan dan ambillah pelajaran. Ketahuilah bahwa jika tidak mati, engkau pasti juga akan menjadi tua renta. Jika engkau tidak menghormati orang tuamu, akan datang padamu suatu masa di mana engkau juga tidak dihormati oleh anak-anakmu. Hal itu sesuai dengan kaidah:“Balasan sesuai dengan amal perbuatan”.Karena itu, jika engkau mencintai akhirat, ambillah sebuah harta karun yang sangat besar. Yaitu layani mereka dan dapatkan rida mereka. Jika engkau mencintai dunia, maka buatlah mereka senang agar hidupmu lapang dan rezekimu datang bersama keberkahan. Jika tidak, sikap merasa terbebani dengan mereka, mengharap kematian mereka, lalu melukai hati mereka yang halus dan sensitif akan membuatmu seperti yang disebutkan oleh ayat berikut:Merugi di dunia dan akhirat. (QS. al-Hajj [22]: 11).Apabila engkau menginginkan rahmat Tuhan Yang Maha Pengasih, maka kasihi titipan Tuhan Yang Maha Pengasih serta seluruh amanah yang Dia titipkan di rumahmu.

    Aku memiliki seorang saudara akhirat, yaitu Mustafa Cavus. Ia adalah orang yang mendapat taufik dalam hal agama dan dunia. Sebelumnya aku tidak mengetahui rahasia di balik itu semua. Kemudian akupun mengetahui sebabnya. Yaitu orang saleh tersebut memahami betul hak-hak yang dimiliki oleh ibu dan ayahnya. Ia menjaga hak mereka tersebut sebagaimana mestinya. Maka, ia mendapatkan kelapangan dan rahmat berkat mereka. Semoga demikian pula dengan akhiratnya. Jadi, siapa yang ingin bahagia, hendaknya ia menirunya.

    Semoga Allah melimpahkan salawat dan salam kepada sosok yang bersabda, “Surga berada di telapak kaki ibu.”(*[2])Demikian pula kepada seluruh keluarga dan sahabatnya.

    سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ


    SURAT KEDUA PULUH ⇐ | Al-Maktûbât | ⇒ SURAT KEDUA PULUH DUA

    1. *az-Zubaydi, Tâj al-‘Arûs, 5/5243. Lihat: Abu Ya’la, al-Musnad, 11/287; ath-Thab- rani, al-Mu’jam al-Kabîr, 22/309; dan al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, 3/345.
    2. *al-Qudho’i dalam Musnad asy-Syihab 1/102, HR ad-Daylami dalam al-Musnad 2/116. Lihat pula HR an-Nasai dalam al-Jihad 6, HR Ahmad ibn Hambal dalam al-Mus- nad 3/429.