Beşinci Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

    Risale-i Nur Tercümeleri sitesinden
    ("KALIMAT KELIMA" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
     
    ("------ <center> KALIMAT KEEMPAT ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KEENAM </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
     
    (Aynı kullanıcının aradaki diğer 7 değişikliği gösterilmiyor)
    1. satır: 1. satır:
    <languages/>
    <languages/>
    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
    بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    “Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat baik.”(QS. an-Nahl [16]: 128).
    اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الَّذ۪ينَ اتَّقَوْا وَالَّذ۪ينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jika engkau ingin mengetahui bahwa mendirikan salat serta menjauhi dosa-dosa besar merupakan tugas hakiki yang layak bagi manusia dan hasil fitri yang sesuai dengan penciptaannya, maka per- hatikan cerita imajiner yang singkat berikut ini:
    Namaz kılmak ve büyük günahları işlememek, ne derece hakiki bir vazife-i insaniye ve ne kadar fıtrî, münasip bir netice-i hilkat-i beşeriye olduğunu görmek istersen şu temsilî hikâyeciğe bak, dinle:
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Pada saat terjadi perang, di salah satu batalion terdapat dua orang prajurit: yang pertama terlatih dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya; sementara yang lain tidak mengetahui tugas- nya dan mengikuti hawa nafsunya. Orang yang melaksanakan tugas- nya dengan baik sangat perhatian dengan latihan dan urusan jihad. Ia tidak pernah memikirkan urusan kebutuhan hidup dan persoalan rezekinya. Sebab, ia sadar dan sangat yakin bahwa penghidupan- nya, perhatian terhadap urusannya, pemberian bekal untuknya, serta pengobatannya ketika sakit, bahkan—bila perlu—penyuapan (ketika makan) adalah kewajiban negara. Kewajiban utamanya hanya berlatih dan berjuang. Meskipun demikian, ia sadar kalau kewajiban tersebut tidak menghalanginya untuk menyiapkan bekal dan mengerjakan se- jumlah hal seperti memasak dan mencuci perabotan.
    Seferberlikte bir taburda biri muallem, vazife-perver; diğeri acemi, nefis-perver iki asker beraber bulunuyordu. Vazife-perver nefer, talime ve cihada dikkat eder, erzak ve tayinatını hiç düşünmezdi. Çünkü anlamış ki onu beslemek ve cihazatını vermek, hasta olsa tedavi etmek, hattâ inde’l-hace lokmayı ağzına koymaya kadar devletin vazifesidir. Ve onun asıl vazifesi, talim ve cihaddır. Fakat bazı erzak ve cihazat işlerinde işler. Kazan kaynatır, karavanayı yıkar, getirir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Bahkan di saat mengerjakannya jika ditanya, “Apa yang sedang kau kerjakan?”
    Ona sorulsa: “Ne yapıyorsun?”
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ia ten- tu menjawab, “Aku sedang melaksanakan sebagian kewajiban negara secara sukarela.” Ia tidak menjawab, “Aku bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.”
    “Devletin angaryasını çekiyorum.” der. Demiyor: “Nafakam için çalışıyorum.”
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Adapun prajurit yang lain, yang tidak mengetahui kewajibannya, malas berlatih dan tidak memiliki perhatian dengan urusan perang. Ia berkata, “Itu urusan negara. Apa urusannya denganku?” Karena itu, ia sibuk dengan urusan nafkahnya dan terus menumpuk harta sehingga ia meninggalkan batalion untuk segera melakukan transaksi jual beli di pasar.
    Diğer şikem-perver ve acemi nefer ise talime ve harbe dikkat etmezdi. “O, devlet işidir. Bana ne?” derdi. Daim nafakasını düşünüp onun peşine dolaşır, taburu terk eder, çarşıya gider, alışveriş ederdi.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Pada suatu hari temannya yang terlatih berkata,
    Bir gün, muallem arkadaşı ona dedi:
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wahai saudara- ku, tugas utamamu adalah berlatih dan berperang. Engkau didatang- kan ke sini untuk melaksanakan tugas tersebut. Adapun urusan hi- dup, serahkan kepada penguasa negara. Ia tidak akan membiarkanmu kelaparan. Sebab, itu adalah tugas dan kewajibannya. Di samping itu, engkau tidak berdaya dan fakir. Engkau tidak bisa memenuhi kebutu- hanmu seorang diri. Lebih dari itu, kita sedang berada dalam kondisi jihad dan di pentas perang dunia yang besar. Aku khawatir mereka menganggapmu sebagai pembangkang sehingga engkau mendapatkan hukuman.Ya, ada dua tugas yang tampak di hadapan kita. Pertama tugas penguasa, yaitu memenuhi kebutuhan kita. Kita kadang dipekerjakan secara cuma-cuma untuk menunaikan tugas tersebut. Yang kedua ada- lah tugas kita, yaitu berlatih dan menyiapkan diri untuk berperang. Dalam hal ini, penguasa memberikan kepada kita sejumlah bantuan dan fasilitas yang diperlukan.
    “Birader, asıl vazifen, talim ve muharebedir. Sen, onun için buraya getirilmişsin. Padişaha itimat et. O, seni aç bırakmaz. O, onun vazifesidir. Hem sen, âciz ve fakirsin; her yerde kendini beslettiremezsin. Hem mücahede ve seferberlik zamanıdır. Hem sana âsidir der, ceza verirler. Evet, iki vazife peşimizde görünüyor. Biri, padişahın vazifesidir. Bazen biz onun angaryasını çekeriz ki bizi beslemektir. Diğeri, bizim vazifemizdir. Padişah bize teshilat ile yardım eder ki talim ve harptir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wahai saudaraku! Bayangkan seandai- nya si prajurit tersebut tidak memperhatikan ucapan pejuang yang ter- latih tadi, betapa ia sangat merugi dan terancam bahaya!
    Acaba o serseri nefer, o mücahid mualleme kulak vermezse ne kadar tehlikede kalır, anlarsın.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wahai diri yang malas! Medan yang bergejolak dengan perang adalah kehidupan dunia ini. Pasukan yang terbagi kepada sejumlah batalion adalah umat manusia. Batalion itu sendiri adalah komunitas muslim saat ini. Lalu kedua prajurit tersebut, yang pertama adalah
    İşte ey tembel nefsim! O dalgalı meydan-ı harp, bu dağdağalı dünya hayatıdır. O taburlara taksim edilen ordu ise cemiyet-i beşeriyedir. Ve o tabur ise şu asrın cemaat-i İslâmiyesidir. O iki nefer ise biri feraiz-i diniyesini bilen ve işleyen ve kebairi terk ve günahları işlememek için nefis ve şeytanla mücahede eden müttaki Müslüman’dır. Diğeri, Rezzak-ı Hakiki’yi ittiham etmek derecesinde derd-i maişete dalıp, feraizi terk ve maişet yolunda rastgele günahları işleyen fâsık-ı hâsirdir. Ve o talim ve talimat ise –başta namaz– ibadettir. Ve o harp ise nefis ve heva, cin ve ins şeytanlarına karşı mücahede edip günahlardan ve ahlâk-ı rezileden kalp ve ruhunu helâket-i ebediyeden kurtarmaktır. Ve o iki vazife ise birisi, hayatı verip beslemektir. Diğeri, hayatı verene ve besleyene perestiş edip yalvarmaktır, ona tevekkül edip emniyet etmektir.
    orang yang mengenal Allah , melaksanakan berbagai kewajiban,dan meninggalkan dosa besar. Ia adalah muslim bertakwa yang ber- juang melawan nafsu dan setan agar tidak terjatuh ke dalam dosa dan kesalahan. Sementara yang kedua adalah orang fasik yang merugi dan sibuk mencari nafkah sampai pada tingkat seakan tidak percaya kepa- da Pemberi Rezeki hakiki. Demi mendapatkan sesuap nasi, ia berani meninggalkan kewajibannya dan mengerjakan maksiat.Selanjutnya, berbagai latihan yang ada berupa ibadah, khusus- nya salat. Perang adalah perjuangan manusia dalam melawan diri dan hawa nafsunya, menghindarkan diri dari dosa dan akhlak tercela, ser- ta melawan setan dari kalangan jin dan manusia guna menyelamat- kan kalbu dan ruhnya dari kebinasaan abadi dan kerugian yang nyata. Kemudian kedua tugas di atas, yang pertama pemberian kehidupan dan pemeliharaannya. Sementara yang kedua adalah beribadah dan memohon kepada Sang Pemberi dan Pemelihara kehidupan, serta ber- tawakkal dan percaya kepada-Nya.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, Dzat yang memberikan kehidupan, yang menciptakannya se- bagai kreasi menakjubkan yang paling bersinar serta menjadikannya sebagai hikmah rabbani yang cemerlang adalah Dzat yang memeliha- ranya. Hanya Dia yang menjaga dan terus menyuplai rezeki untuknya. Engkau ingin mengetahui buktinya? Hewan yang paling lemah dan paling bodoh mendapatkan rezeki yang paling baik dan paling bagus (misalnya ikan dan ulat). Makhluk yang paling lemah dan paling halus bisa mendapatkan makanan yang paling nikmat dan paling baik (mi- salnya bayi dan anak-anak binatang).
    Evet, en parlak bir mu’cize-i sanat-ı Samedaniye ve bir hârika-i hikmet-i Rabbaniye olan hayatı kim vermiş, yapmış ise rızıkla o hayatı besleyen ve idame eden de odur. Ondan başka olmaz. Delil mi istersin? En zayıf, en aptal hayvan en iyi beslenir (meyve kurtları ve balıklar gibi). En âciz, en nazik mahluk en iyi rızkı o yer (çocuklar ve yavrular gibi).
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Agar engkau dapat memahami bahwa sarana untuk mendapat- kan rezeki yang halal bukan berupa kekuatan dan ikhtiar, melainkan kelemahan dan ketidakberdayaan, cukuplah engkau membandingkan antara ikan yang bodoh dan serigala, antara anak-anak binatang yang tidak memiliki kekuatan dan binatang buas pemangsa, serta antara po- hon yang tegak berdiri dan hewan yang terengah-engah.
    Evet, vasıta-i rızk-ı helâl, iktidar ve ihtiyar ile olmadığını; belki acz ve zaaf ile olduğunu anlamak için balıklar ile tilkileri, yavrular ile canavarları, ağaçlar ile hayvanları muvazene etmek kâfidir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Orang yang meninggalkan salatnya lantaran sibuk mencari nafkah sama seperti prajurit yang meninggalkan latihan dan paritnya kemudian meminta-minta di pasar. Orang yang menunaikan salat tan- pa melupakan bagian dari rezekinya serta mencarinya di dapur rahmat Tuhan Pemberi Rezeki Yang Maha Pemurah agar tidak menjadi beban bagi yang lain adalah baik dan memiliki wibawa. Hal itu pun bagian dari ibadah.  
    Demek derd-i maişet için namazını terk eden, o nefere benzer ki talimi ve siperini bırakıp çarşıda dilencilik eder. Fakat namazını kıldıktan sonra Cenab-ı Rezzak-ı Kerîm’in matbaha-i rahmetinden tayinatını aramak, başkalara bâr olmamak için kendisi bizzat gitmek; güzeldir, mertliktir, o dahi bir ibadettir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Selanjutnya, fitrah manusia berikut sejumlah perangkat mak- nawi yang Allah tanamkan padanya menjadi bukti bahwa ia tercipta untuk beribadah. Sebab, mengenai kekuatan dan aktivitas yang diper- lukan untuk kehidupan dunia, manusia tidak akan mencapai tingkatan burung pipit yang paling rendah sekalipun. Namun dilihat dari sisi kehidupan maknawi dan ukhrawinya, manusia menjadi pemim- pin seluruh makhluk lewat ilmu, rasa butuh, dan ibadah kepada Allah yang Dia tanamkan dalam diri mereka.
    Hem insan ibadet için halk olunduğunu, fıtratı ve cihazat-ı maneviyesi gösteriyor. Zira hayat-ı dünyeviyesine lâzım olan amel ve iktidar cihetinde en edna bir serçe kuşuna yetişmez. Fakat hayat-ı maneviye ve uhreviyesine lâzım olan ilim ve iftikar ile tazarru ve ibadet cihetinde hayvanatın sultanı ve kumandanı hükmündedir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wahai diri! Jika engkau menjadikan kehidupan dunia sebagai tu- juan, lalu mengerahkan seluruh potensimu untuknya, maka engkau tak ubahnya seperti burung yang paling hina. Adapun jika engkau menjadikan kehidupan akhirat sebagai akhir impian serta menggu- nakan kehidupan dunia sebagai sarana dan ladang untuk meraih akhi- rat, lalu engkau berusaha untuknya, maka engkau seperti pemimpin seluruh makhluk hidup dan hamba yang mulia di sisi Pencipta Yang Maha Pemurah. Engkau juga akan menjadi tamu yang terhormat di dunia ini.
    Demek ey nefsim! Eğer hayat-ı dünyeviyeyi gaye-i maksat yapsan ve ona daim çalışsan en edna bir serçe kuşunun bir neferi hükmünde olursun. Eğer hayat-ı uhreviyeyi gaye-i maksat yapsan ve şu hayatı dahi ona vesile ve mezraa etsen ve ona göre çalışsan; o vakit hayvanatın büyük bir kumandanı hükmünde ve şu dünyada Cenab-ı Hakk’ın nazlı ve niyazdar bir abdi, mükerrem ve muhterem bir misafiri olursun.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Di hadapanmu terdapat dua jalan, pilihlah mana yang kau suka, serta mintalah petunjuk dan taufik kepada Tuhan Yang Maha Pe- nyayang.
    İşte sana iki yol, istediğini intihab edebilirsin. Hidayet ve tevfiki Erhamü’r-Râhimîn’den iste.
    </div>




    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    ------
    ------
    <center> [[Dördüncü Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[Altıncı Söz]] </center>
    <center> [[Dördüncü Söz/id|KALIMAT KEEMPAT]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[Altıncı Söz/id|KALIMAT KEENAM]] </center>
    ------
    ------
    </div>

    10.02, 5 Kasım 2024 itibarı ile sayfanın şu anki hâli

    بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

    “Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat baik.”(QS. an-Nahl [16]: 128).

    Jika engkau ingin mengetahui bahwa mendirikan salat serta menjauhi dosa-dosa besar merupakan tugas hakiki yang layak bagi manusia dan hasil fitri yang sesuai dengan penciptaannya, maka per- hatikan cerita imajiner yang singkat berikut ini:

    Pada saat terjadi perang, di salah satu batalion terdapat dua orang prajurit: yang pertama terlatih dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya; sementara yang lain tidak mengetahui tugas- nya dan mengikuti hawa nafsunya. Orang yang melaksanakan tugas- nya dengan baik sangat perhatian dengan latihan dan urusan jihad. Ia tidak pernah memikirkan urusan kebutuhan hidup dan persoalan rezekinya. Sebab, ia sadar dan sangat yakin bahwa penghidupan- nya, perhatian terhadap urusannya, pemberian bekal untuknya, serta pengobatannya ketika sakit, bahkan—bila perlu—penyuapan (ketika makan) adalah kewajiban negara. Kewajiban utamanya hanya berlatih dan berjuang. Meskipun demikian, ia sadar kalau kewajiban tersebut tidak menghalanginya untuk menyiapkan bekal dan mengerjakan se- jumlah hal seperti memasak dan mencuci perabotan.

    Bahkan di saat mengerjakannya jika ditanya, “Apa yang sedang kau kerjakan?”

    Ia ten- tu menjawab, “Aku sedang melaksanakan sebagian kewajiban negara secara sukarela.” Ia tidak menjawab, “Aku bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.”

    Adapun prajurit yang lain, yang tidak mengetahui kewajibannya, malas berlatih dan tidak memiliki perhatian dengan urusan perang. Ia berkata, “Itu urusan negara. Apa urusannya denganku?” Karena itu, ia sibuk dengan urusan nafkahnya dan terus menumpuk harta sehingga ia meninggalkan batalion untuk segera melakukan transaksi jual beli di pasar.

    Pada suatu hari temannya yang terlatih berkata,

    Wahai saudara- ku, tugas utamamu adalah berlatih dan berperang. Engkau didatang- kan ke sini untuk melaksanakan tugas tersebut. Adapun urusan hi- dup, serahkan kepada penguasa negara. Ia tidak akan membiarkanmu kelaparan. Sebab, itu adalah tugas dan kewajibannya. Di samping itu, engkau tidak berdaya dan fakir. Engkau tidak bisa memenuhi kebutu- hanmu seorang diri. Lebih dari itu, kita sedang berada dalam kondisi jihad dan di pentas perang dunia yang besar. Aku khawatir mereka menganggapmu sebagai pembangkang sehingga engkau mendapatkan hukuman.Ya, ada dua tugas yang tampak di hadapan kita. Pertama tugas penguasa, yaitu memenuhi kebutuhan kita. Kita kadang dipekerjakan secara cuma-cuma untuk menunaikan tugas tersebut. Yang kedua ada- lah tugas kita, yaitu berlatih dan menyiapkan diri untuk berperang. Dalam hal ini, penguasa memberikan kepada kita sejumlah bantuan dan fasilitas yang diperlukan.

    Wahai saudaraku! Bayangkan seandai- nya si prajurit tersebut tidak memperhatikan ucapan pejuang yang ter- latih tadi, betapa ia sangat merugi dan terancam bahaya!

    Wahai diri yang malas! Medan yang bergejolak dengan perang adalah kehidupan dunia ini. Pasukan yang terbagi kepada sejumlah batalion adalah umat manusia. Batalion itu sendiri adalah komunitas muslim saat ini. Lalu kedua prajurit tersebut, yang pertama adalah orang yang mengenal Allah , melaksanakan berbagai kewajiban,dan meninggalkan dosa besar. Ia adalah muslim bertakwa yang ber- juang melawan nafsu dan setan agar tidak terjatuh ke dalam dosa dan kesalahan. Sementara yang kedua adalah orang fasik yang merugi dan sibuk mencari nafkah sampai pada tingkat seakan tidak percaya kepa- da Pemberi Rezeki hakiki. Demi mendapatkan sesuap nasi, ia berani meninggalkan kewajibannya dan mengerjakan maksiat.Selanjutnya, berbagai latihan yang ada berupa ibadah, khusus- nya salat. Perang adalah perjuangan manusia dalam melawan diri dan hawa nafsunya, menghindarkan diri dari dosa dan akhlak tercela, ser- ta melawan setan dari kalangan jin dan manusia guna menyelamat- kan kalbu dan ruhnya dari kebinasaan abadi dan kerugian yang nyata. Kemudian kedua tugas di atas, yang pertama pemberian kehidupan dan pemeliharaannya. Sementara yang kedua adalah beribadah dan memohon kepada Sang Pemberi dan Pemelihara kehidupan, serta ber- tawakkal dan percaya kepada-Nya.

    Ya, Dzat yang memberikan kehidupan, yang menciptakannya se- bagai kreasi menakjubkan yang paling bersinar serta menjadikannya sebagai hikmah rabbani yang cemerlang adalah Dzat yang memeliha- ranya. Hanya Dia yang menjaga dan terus menyuplai rezeki untuknya. Engkau ingin mengetahui buktinya? Hewan yang paling lemah dan paling bodoh mendapatkan rezeki yang paling baik dan paling bagus (misalnya ikan dan ulat). Makhluk yang paling lemah dan paling halus bisa mendapatkan makanan yang paling nikmat dan paling baik (mi- salnya bayi dan anak-anak binatang).

    Agar engkau dapat memahami bahwa sarana untuk mendapat- kan rezeki yang halal bukan berupa kekuatan dan ikhtiar, melainkan kelemahan dan ketidakberdayaan, cukuplah engkau membandingkan antara ikan yang bodoh dan serigala, antara anak-anak binatang yang tidak memiliki kekuatan dan binatang buas pemangsa, serta antara po- hon yang tegak berdiri dan hewan yang terengah-engah.

    Orang yang meninggalkan salatnya lantaran sibuk mencari nafkah sama seperti prajurit yang meninggalkan latihan dan paritnya kemudian meminta-minta di pasar. Orang yang menunaikan salat tan- pa melupakan bagian dari rezekinya serta mencarinya di dapur rahmat Tuhan Pemberi Rezeki Yang Maha Pemurah agar tidak menjadi beban bagi yang lain adalah baik dan memiliki wibawa. Hal itu pun bagian dari ibadah.

    Selanjutnya, fitrah manusia berikut sejumlah perangkat mak- nawi yang Allah tanamkan padanya menjadi bukti bahwa ia tercipta untuk beribadah. Sebab, mengenai kekuatan dan aktivitas yang diper- lukan untuk kehidupan dunia, manusia tidak akan mencapai tingkatan burung pipit yang paling rendah sekalipun. Namun dilihat dari sisi kehidupan maknawi dan ukhrawinya, manusia menjadi pemim- pin seluruh makhluk lewat ilmu, rasa butuh, dan ibadah kepada Allah yang Dia tanamkan dalam diri mereka.

    Wahai diri! Jika engkau menjadikan kehidupan dunia sebagai tu- juan, lalu mengerahkan seluruh potensimu untuknya, maka engkau tak ubahnya seperti burung yang paling hina. Adapun jika engkau menjadikan kehidupan akhirat sebagai akhir impian serta menggu- nakan kehidupan dunia sebagai sarana dan ladang untuk meraih akhi- rat, lalu engkau berusaha untuknya, maka engkau seperti pemimpin seluruh makhluk hidup dan hamba yang mulia di sisi Pencipta Yang Maha Pemurah. Engkau juga akan menjadi tamu yang terhormat di dunia ini.

    Di hadapanmu terdapat dua jalan, pilihlah mana yang kau suka, serta mintalah petunjuk dan taufik kepada Tuhan Yang Maha Pe- nyayang.



    KALIMAT KEEMPAT ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KEENAM