Yirmi Sekizinci Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

    Risale-i Nur Tercümeleri sitesinden
    ("'''Pertanyaan:'''Terdapat sejumlah hadis yang maknanya kira-kira berbunyi, “Meski dibalut dengan tujuh puluh pakaian, sumsum betis wanita penghuni surga bisa terlihat.” Apa makna darinya dan apa maksudnya? Bagaimana ini bisa dianggap sebagai sebuah keindahan?”" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
    ("'''Jawaban:'''Maknanya sangat indah. Bahkan keindahannya sungguh sangat memikat dan halus. Pasalnya, di dunia yang buruk dan berupa bangkai ini di mana sebagian besarnya merupakan kulit, keindahan yang ada cukup hanya terlihat oleh mata. Sementara, di surga di mana ia merupakan sesuatu yang indah, hidup, dan menakjubkan, serta seluruhnya berupa inti, tanpa ada kulit, maka seluruh indra manu- sia ingin mendapatkan berbagai bentuk cita rasa dan kenikmatann..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
    Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği
    45. satır: 45. satır:
    '''Pertanyaan:'''Terdapat sejumlah hadis yang maknanya kira-kira berbunyi, “Meski dibalut dengan tujuh puluh pakaian, sumsum betis wanita penghuni surga bisa terlihat.” Apa makna darinya dan apa maksudnya? Bagaimana ini bisa dianggap sebagai sebuah keindahan?”
    '''Pertanyaan:'''Terdapat sejumlah hadis yang maknanya kira-kira berbunyi, “Meski dibalut dengan tujuh puluh pakaian, sumsum betis wanita penghuni surga bisa terlihat.” Apa makna darinya dan apa maksudnya? Bagaimana ini bisa dianggap sebagai sebuah keindahan?”


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    '''Jawaban:'''Maknanya sangat indah. Bahkan keindahannya sungguh sangat memikat dan halus. Pasalnya, di dunia yang buruk dan berupa bangkai ini di mana sebagian besarnya merupakan kulit, keindahan yang ada cukup hanya terlihat oleh mata. Sementara, di surga di mana ia merupakan sesuatu yang indah, hidup, dan menakjubkan, serta seluruhnya berupa inti, tanpa ada kulit, maka seluruh indra manu- sia ingin mendapatkan berbagai bentuk cita rasa dan kenikmatannya dari jenis yang halus yang berupa bidadari serta wanita dunia yang keindahannya mengalahkan bidadari. Artinya, hadis Nabi x di atas menunjukkan bahwa mulai dari keindahan pakaian yang paling luar hingga sumsum betis yang berada di dalam tulang, semuanya dapat dinikmati oleh indra tertentu dan perangkat halus manusia.
    '''Elcevap:''' Manası pek güzeldir ve güzelliği pek şirindir. Şöyle ki: Şu çirkin, ölü, camid ve çoğu kışır olan dünyada; hüsün ve cemal, yalnız göze güzel görünüp, ülfete mani olmazsa yeter. Halbuki güzel, hayattar, revnaktar, bütün kışırsız lüb ve kabuksuz iç olan cennette; göz gibi bütün insanın duyguları, latîfeleri cins-i latîf olan hurilerden ve huriler gibi ve daha güzel, dünyadan gelme, cennetteki nisa-i dünyeviyeden ayrı ayrı hisse-i zevklerini, çeşit çeşit lezzetlerini almak isterler. Demek, en yukarı hullenin güzelliğinden tut tâ kemik içindeki iliklere kadar, birer hissin birer latîfenin medar-ı zevki olduğunu hadîs işaret ediyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">

    09.59, 25 Kasım 2024 tarihindeki hâli

    Diğer diller:

    Kalimat ini secara khusus berbicara tentang surga.

    Ia menjelaskan dua kedudukan. Pertama, menjelaskan tentang se- jumlah karunia yang diberikan di surga. Kedua, yang ditulis dalam bahasa Arab, adalah rangkuman sekaligus pondasi dari “Kalimat Kesepuluh”. Di dalamnya terdapat pembuktian keberadaan surga lewat dua belas hakikat meyakinkan yang saling terkait. Karena itu, di sini kami tidak membahas tentang pembuktian keberadaan surga. Kami hanya akan membahas tanya jawab seputar sejumlah kondisi surga yang sering dikritisi. Insya Allah, uraian agung menge- nai hakikat besar tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:.

    بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

    “Sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang sejumlah sungai mengalir di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buahbuahan dalam surga itu, mereka mengatakan, “Ini yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa. Untuk mereka terdapat istri-istri yang suci. Dan mereka kekal di dalamnya. (QS. al-Baqarah [2]: 25).

    Berikut ini adalah sejumlah jawaban singkat atas berbagai pertanyaan seputar surga yang kekal.

    Ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang surga lebih indah daripada surga itu sendiri, lebih cantik daripada bidadarinya, serta lebih nikmat dari mata air salsabilnya. Ayat-ayat yang jelas ini tidak membutuhkan uraian tambahan. Karena itu, kami hanya “menyediakan tangga” untuk mendekati ayat-ayat yang terang, azali, tinggi dan indah itu agar lebih mudah dipahami. Karenanya, kami menjelaskan sejumlah persoalan yang menjadi prototipe bunga-bunga surga al-Qur’an. Kami menerangkannya dalam lima rumusan dalam bentuk tanya jawab.Ya, surga mencakup seluruh jenis kenikmatan maknawi di sam- ping seluruh kenikmatan materi atau fisik.

    Pertanyaan:Apa hubungan antara materi atau fisik yang bersifat singkat, cacat, mudah berubah, risau, dan menderita dengan alam keabadian dan surga? Jika ruh sudah cukup dengan berbagai kenikmatan yang ia rasakan di surga, mengapa ada kebangkitan fisik guna ikut merasakan kenikmatan yang sama?

    Jawaban:Meski tanah bersifat padat dan gelap jika dibanding- kan dengan air, udara, dan cahaya, namun ia menjadi asal-muasal dari semua jenis ciptaan ilahi. Karena itu, secara maknawi ia memi- liki kedudukan tinggi dan mulia melebihi seluruh unsur yang ada. Demikian pula dengan diri manusia. Meskipun berupa benda padat, ia mengungguli semua perangkat halus manusia selama mengalami proses penyucian.Fisik juga merupakan cermin yang paling mencakup semua manifestasi nama-nama ilahi dan paling komprehensif. Perangkat yang memiliki kemampuan untuk mengukur dan menilai simpanan kekayaan rahmat ilahi yang ada di tubuh atau fisik.

    Misalnya, andaikan indra pengecap yang terdapat di lisan tidak berisi sejumlah perang- kat untuk mengecap rezeki sebanyak semua makanan, tentu ia tidak akan bisa merasakan masing-masingnya, tidak akan bisa mengenali perbedaan yang terdapat di antara makanan tersebut, dan tidak bisa membedakan antara yang satu dan yang lainnya.Di samping itu, perangkat untuk mengenali, merasakan, mengecap, dan menangkap sebagian besar nama-nama ilahi yang tampak terdapat pada fisik.

    Sejumlah potensi dan kemampuan untuk merasakan berbagai kenikmatan yang tak terhingga dengan jenisnya yang tak terbatas juga terdapat pada fisik.Jadi, dari sini dapat dipahami—sebagaimana telah kami buktikan dalam “Kalimat Kesebelas”—bahwa Pencipta alam, lewat keberadaan alam ini, hendak memperkenalkan seluruh perbendaharaan rahmat-Nya, mengajarkan manifestasi nama-nama-Nya, dan mem- persembahkan seluruh jenis nikmat dan karunia-Nya.

    Hal itu lewat berbagai kejadian yang terdapat di alam, beragam aksi di dalamnya, serta lewat universalitas potensi manusia.Karena itu, harus ada telaga besar untuk menjadi wadah aliran entitas yang besar ini; harus ada galeri besar untuk memamerkan produk yang dibuat di pabrik alam; serta harus ada gudang abadi untuk menyimpan semua hasil cocok tanam di dunia.

    Dengan kata lain, harus ada negeri kebahagiaan yang sampai batas tertentu menyerupai alam ini sekaligus menjaga semua pondasi fisik dan spritualitasnya. Sudah barang tentu, Sang Pencipta Yang Mahabijak, adil, dan penyayang memberikan sejumlah kenikmatan yang sesuai dengan perangkat fisik tersebut sebagai upah atas tugas yang telah ditunaikannya, ganjaran atas pengabdiannya, dan pahala atas ibadah khususnya.Jika tidak, maka yang muncul adalah kondisi yang sangat bertentangan dengan hikmah, keadilan, dan kasih sayang-Nya. Tentu hal ini tidak sejalan dan tidak sesuai dengan keindahan kasih sayang-Nya dan kesempurnaan keadilan-Nya. Mahasuci Allah dari semua itu.

    Pertanyaan:Bagian-bagian tubuh makhluk hidup senantiasa dalam kondisi terbentuk dan terurai. Ia rentan terhadap kepunahan dan tidak abadi. Makan dan minum adalah untuk menjaga kelangsungan hidup manusia secara individual, sementara menggauli istri adalah untuk menjaga kelangsungan hidup manusia secara universal. Semua ini merupakan persoalan fundamental di alam ini. Adapun di alam abadi dan ukhrawi ia tidak lagi dibutuhkan. Kalau demikian, mengapa semua itu termasuk dalam kenikmatan surga yang agung?

    Jawaban:Kerentanan fisik makhluk hidup terhadap kepunahan dan kematian di alam ini sejalan dengan keseimbangan antara yang masuk dan yang keluar (input dan output). Sejak masa kanak-kanak hingga usia matang “pemasukan” banyak, sementara “pengeluaran” sedikit. Setelah beranjak tua, pemasukan menurun dan pengeluaran bertambah sehingga keseimbangan menjadi hilang dan makhluk hi- dup tadi mengalami kematian.Adapun di alam abadi, semua partikel stabil. Ia tidak mengalami pembentukan dan penguraian. Dengan kata lain, keseimbangannya bersifat permanen. Keseimbangan antara “pemasukan” dan “pengeluaran” berlangsung secara konstan.(*[1])Tubuh menjadi abadi seiring dengan kesibukan pabrik kehidupan tubuh untuk dapat terus menik- mati berbagai kenikmatan yang ada.

    Meskipun makanan, minuman, dan hubungan suamiistri bersumber dari kebutuhan yang terdapat di dunia dan diperlukan untuk melaksanakan tugas, di dalamnya juga diberikan sejumlah kenikmatan beragam yang mengalahkan semua kenikmatan lain sebagai imbalan yang dibayar kontan atas pelaksa- naan tugas yang ada.Jika makan dan menikah menjadi sumber kenikmatan yang menakjubkan dan beragam sampai sedemikian itu di dunia yang penuh derita ini, maka tentu kenikmatan tersebut akan mengambil wujud lain yang sangat mulia dan tinggi di negeri yang penuh kenikmatan dan kebahagiaan yang berupa surga.

    Di samping itu, terdapat kenik- matan pahala ukhrawi sebagai imbalan atas kewajiban duniawi yang membuatnya semakin nikmat sebagai ganti dari kebutuhan duniawi di mana ia ditambah dengan kenikmatan lain. Semua itu menjadikan kenikmatan surga demikian indah dan terasa di mana ia mencakup semua jenis kenikmatan serta menjadi sumber dari berbagai jenis kenikmatan yang sesuai dengan surga dan keabadiannya. Pasalnya, ma- teri-materi tak bernyawa yang di dunia ini tidak memiliki perasaan dan mati, ketika berada di akhirat akan mejadi makhluk hidup yang memiliki perasaan. Hal ini sesuai dengan petunjuk al-Qur’an: “Kehidupan dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan. Akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya kalau mereka mengetahui.” (QS. al-Ankabut [29]: 64).Pohon yang terdapat di sana seperti pohon yang terdapat di sini. Ia memahami dan melaksanakan perintah. Batu-batuan di sana seperti batu-batuan yang terdapat di sini.Ia mematuhi apa yang diperintah- kan. Jika engkau berkata kepada pohon, “Berikan padaku buah ini!” ia akan segera memberimu. Jika engkau berkata kepada batu, “Marilah ke sini!” ia akan segera mendatangimu.

    Ketika pohon dan batu mengambil sifat-sifat mulia semacam itu, sudah barang tentu minum, makan, dan nikah juga mengambil bentuk lain yang tinggi dan mulia dengan tetap menjaga hakikat fisiknya yang mengalahkan tingkatan duniawi- nya sesuai dengan ketinggian derajat surga atas dunia.

    Pertanyaan:Seorang Arab badui mendatangi majelis Rasul x hanya sesaat, namun ia mendapatkan cinta Allah dan bisa bersama Rasul x di dalam surga seperti disebutkan dalam hadis, “Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.”(*[2])Bagaimana mungkin limpahan karunia tak terhingga yang didapat oleh Rasul x menyamai limpahan karunia yang diberikan kepada arab badui tadi?

    Jawaban:Kami akan menjelaskan hakikat mulia ini dengan sebuah perumpamaan sebagai berikut. Seorang yang mulia menyiap- kan satu jamuan yang sangat mewah di sebuah taman yang indah. Ia menyiapkan satu galeri yang demikian indah dan menarik. Galeri tersebut berisi berbagai jenis makanan yang bisa dirasakan oleh indra pengecap, meliputi semua bentuk keindahan yang dapat dinikmati oleh indra penglihatan, dan mencakup semua hal menakjubkan yang mencengangkan daya imajinasi. Demikianlah ia menyediakan semua yang disenangi dan disukai oleh indra lahir dan batin.Sekarang dua orang sahabat sama-sama pergi ke tempat jamuan tersebut dan duduk berdampingan dalam satu meja di tempat yang khusus. Hanya saja, salah satu dari mereka memiliki indra pengecap yang lemah di mana hanya bisa merasakan sebagian kecil saja dari jamuan tersebut. Ia juga tidak bisa melihat banyak hal karena penglihatannya terbatas. Tidak bisa mencium berbagai aroma yang nikmat karena kehilangan indra penciuman. Tidak dapat memahami berbagai kondisi luar biasa karena tak mampu menangkap kreasi yang menak- jubkan. Dengan kata lain, ia tidak bisa mengambil manfaat dari keberadaan taman indah di atas, tidak bisa mengecap jamuan mewah itu kecuali hanya satu dari seribu. Bahkan dari jutaan yang terdapat di dalamnya. Hal itu sesuai dengan potensinya yang lemah. Adapun yang satunya lagi, seluruh indra lahir dan batinnya serta semua perangkat halusnya seperti akal, kalbu, dan perasaannya sempurna. Ia bisa merasakan semua bentuk kreasi yang terdapat pada galeri indah tersebut, serta semua keindahan dan hal menakjubkan di dalamnya. Ia bisa merasakan dan mengecap masing-masing darinya meskipun duduk di samping temannya.

    Jika hal tersebut bisa terwujud di dunia yang membingungkan, menyakitkan, dan sempit ini di mana perbedaan antara kedua orang di atas seperti antara langit dan bumi, maka tidak aneh jika setiap orang akan mendapatkan bagiannya dari hidangan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang di negeri kebehagiaan dan kekal. Masing- masing akan merasakan apa yang tersedia di dalamnya sesuai dengan potensi yang dimilikinya meski bersama dengan orang yang ia cintai. Surga tidak menghalangi adanya kebersamaan meski kondisinya ber- beda. Sebab, delapan tingkatan surga masing-masingnya lebih tinggi dari yang lain. Hanya saja arasy Allah menjadi atap bagi semuanya.

    (*[3])Andaikan sejumlah bangunan yang saling bersambung dibangun di sekitar gunung berbentuk kerucut, masing-masing akan lebih tinggi daripada yang lain laksana sejumlah lingkaran yang mengitari gunung. Lingkaran-lingkaran itu, yang satu tampak lebih tinggi daripada yang lain. Yang jelas, tidak ada yang saling menghalangi untuk melihat ma- tahari. Cahaya matahari tembus ke dalam seluruh rumah. Demikian pula dengan surga. Dalam batas tertentu, ia seperti perumpamaan di atas sebagaimana dipahami dari sejumlah hadis.

    Pertanyaan:Terdapat sejumlah hadis yang maknanya kira-kira berbunyi, “Meski dibalut dengan tujuh puluh pakaian, sumsum betis wanita penghuni surga bisa terlihat.” Apa makna darinya dan apa maksudnya? Bagaimana ini bisa dianggap sebagai sebuah keindahan?”

    Jawaban:Maknanya sangat indah. Bahkan keindahannya sungguh sangat memikat dan halus. Pasalnya, di dunia yang buruk dan berupa bangkai ini di mana sebagian besarnya merupakan kulit, keindahan yang ada cukup hanya terlihat oleh mata. Sementara, di surga di mana ia merupakan sesuatu yang indah, hidup, dan menakjubkan, serta seluruhnya berupa inti, tanpa ada kulit, maka seluruh indra manu- sia ingin mendapatkan berbagai bentuk cita rasa dan kenikmatannya dari jenis yang halus yang berupa bidadari serta wanita dunia yang keindahannya mengalahkan bidadari. Artinya, hadis Nabi x di atas menunjukkan bahwa mulai dari keindahan pakaian yang paling luar hingga sumsum betis yang berada di dalam tulang, semuanya dapat dinikmati oleh indra tertentu dan perangkat halus manusia.

    Evet “Hurilerin yetmiş hulleyi giymeleri ve bacaklarındaki kemiklerin ilikleri görünmesi” tabiriyle hadîs-i şerif işaret ediyor ki: İnsanın ne kadar hüsün-perver ve zevk-perest ve ziynete meftun ve cemale müştak duyguları ve hâsseleri ve kuvaları ve latîfeleri varsa, umumunu memnun edip doyuracak ve her birisini ayrı ayrı okşayıp mesud edecek, maddî ve manevî her nevi ziynet ve hüsn-ü cemale huriler câmi’dirler. Demek, huriler cennetin aksam-ı ziynetinden yetmiş tarzını, bir tek cinsten olmadığından birbirini setretmeyecek surette giydikleri gibi; kendi vücudlarından ve nefis ve cisimlerinden, belki yetmiş mertebeden ziyade ayrı ayrı hüsün ve cemalin aksamını gösteriyorlar.

    وَفٖيهَا مَا تَش۟تَهٖيهِ ال۟اَن۟فُسُ وَتَلَذُّ ال۟اَع۟يُنُ   işaretinin hakikatini gösteriyorlar.

    Hem cennette lüzumsuz, kışırlı ve fuzulî maddeler olmadığından ehl-i cennetin ekl ve şürbünden sonra kazuratı olmadığını, hadîs-i şerif beyan ediyor. Madem şu süflî dünyada, en âdi zîhayat olan ağaçlar, çok tagaddi ettikleri halde kazuratsız oluyorlar. En yüksek tabaka-i hayat olan cennet ehli, neden kazuratsız olmasın?

    Sual: Ehadîs-i şerifede denilmiştir ki: “Bazı ehl-i cennete, dünya kadar bir yer veriliyor, yüz binler kasır, yüz binler huri ihsan ediliyor.” Bir tek adama bu kadar şeylerin ne lüzumu var, ne ihtiyacı var, nasıl olabilir ve ne demektir?

    Elcevap: Eğer insan yalnız camid bir vücud olsaydı veyahut yalnız mideden ibaret nebatî bir mahluk olsaydı veyahut yalnız mukayyed, ağır ve muvakkat ve basit bir zat-ı cismaniye ve bir cism-i hayvanîden ibaret olsaydı; öyle çok kasırlara, çok hurilere lâyık ve mâlik olmazdı.

    Fakat insan, öyle câmi’ bir mu’cize-i kudrettir ki hattâ şu dünya-yı fânide, şu kısa bir ömürde, şu inkişaf etmemiş bazı letaifinin ihtiyacı cihetiyle bütün dünyanın saltanatı, serveti ve lezaizi verilse belki hırsı tok olmayacaktır.

    Halbuki ebedî bir dâr-ı saadette, nihayetsiz istidada mâlik, nihayetsiz ihtiyaçlar lisanıyla, nihayetsiz arzular eliyle, nihayetsiz bir rahmetin kapısını çalan bir insan; elbette ehadîste beyan olunan ihsanat-ı İlahiyeye mazhariyeti makuldür ve haktır ve hakikattir. Ve şu hakikat-i ulviyeye bir temsil dürbünüyle rasad edeceğiz. Şöyle ki:

    Bu dere bahçesi gibi (Hâşiye[4]) şu Barla bağ ve bahçelerinin her birinin ayrı ayrı mâliki bulunduğu halde; Barla’da gıdası itibarıyla ancak bir avuç yeme mâlik olan her bir kuş, her bir serçe, her bir arı “Bütün Barla’nın bağ ve bostanları, benim nüzhetgâhım ve seyrangâhımdır.” diyebilir. Barla’yı zapt edip daire-i mülküne dâhil eder. Başkalarının iştiraki onun bu hükmünü bozmaz.

    Hem insan olan bir insan diyebilir ki: “Benim Hâlık’ım bu dünyayı bana hane yapmış, güneş benim bir lambamdır, yıldızlar benim elektriklerimdir, yeryüzü çiçekli miçekli halılarla serilmiş benim bir beşiğimdir.” der, Allah’a şükreder. Sair mahlukatın iştiraki, onun bu hükmünü nakzetmez. Bilakis mahlukat onun hanesini tezyin eder. Hanenin müzeyyenatı hükmünde kalırlar.

    Acaba bu daracık dünyada insan, insaniyet itibarıyla hattâ bir kuş dahi böyle bir daire-i azîmede bir nevi tasarruf dava etse, cesîm bir nimete mazhar olsa geniş ve ebedî bir dâr-ı saadette, ona beş yüz senelik bir mesafede bir mülk ihsan etmek, nasıl istib’ad edilebilir?

    Hem nasıl ki şu kesafetli, karanlıklı, dar dünyada güneşin pek çok âyinelerde bir anda aynen bulunması gibi öyle de nurani bir zat, bir anda çok yerlerde aynen bulunması –On Altıncı Söz’de ispat edildiği gibi– mesela, Hazret-i Cebrail aleyhisselâm bin yıldızda bir anda hem arşta hem huzur-u Nebevîde hem huzur-u İlahîde bir vakitte bulunması hem Hazret-i Peygamber aleyhissalâtü vesselâmın haşirde bir anda ekser etkıya-ı ümmetiyle görüşmesi ve dünyada hadsiz makamlarda bir anda tezahür etmesi ve evliyanın bir nevi garibi olan ebdalların bir vakitte çok yerlerde görünmesi ve avamın rüyada bazen bir dakikada bir sene kadar işler görmesi ve müşahede etmesi ve herkesin kalp, ruh, hayal cihetiyle bir anda pek çok yerlerle temas edip alâkadarane bulunması, malûm ve meşhud olduğundan…

    Elbette nurani, kayıtsız, geniş ve ebedî olan cennette, cisimleri ruh kuvvetinde ve hiffetinde ve hayal süratinde olan ehl-i cennet, bir vakitte yüz bin yerlerde bulunup yüz bin hurilerle sohbet ederek yüz bin tarzda zevk almak; o ebedî cennete, o nihayetsiz rahmete lâyıktır ve Muhbir-i Sadık’ın (asm) haber verdiği gibi hak ve hakikattir. Bununla beraber, bu küçücük aklımızın terazisiyle o muazzam hakikatler tartılmaz.

    İdrak-i maâlî bu küçük akla gerekmez.

    Zira bu terazi o kadar sıkleti çekmez.

    سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ

    رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذ۟نَٓا اِن۟ نَسٖينَٓا اَو۟ اَخ۟طَا۟نَا

    اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى حَبٖيبِكَ الَّذٖى فَتَحَ اَب۟وَابَ ال۟جَنَّةِ بِحَبٖيبِيَّتِهٖ وَ بِصَلَاتِهٖ وَ اَيَّدَت۟هُ اُمَّتُهُ عَلٰى فَت۟حِهَا بِصَلَوَاتِهِم۟ عَلَي۟هِ، عَلَي۟هِ الصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ

    اَللّٰهُمَّ اَد۟خِل۟نَا ال۟جَنَّةَ مَعَ ال۟اَب۟رَارِ بِشَفَاعَةِ حَبٖيبِكَ ال۟مُخ۟تَارِ اٰمٖينَ


    CENNET SÖZÜNE KÜÇÜK BİR ZEYL

    Cehenneme Dairdir

    İkinci ve Sekizinci Sözlerde ispat edildiği gibi iman, manevî bir cennetin çekirdeğini taşıyor. Küfür dahi manevî bir cehennemin tohumunu saklıyor.

    Nasıl ki küfür, cehennemin bir çekirdeğidir. Öyle de cehennem, onun bir meyvesidir.

    Nasıl küfür, cehenneme duhûlüne sebeptir; öyle de cehennemin vücuduna ve icadına dahi sebeptir. Zira küçük bir hâkimin küçük bir izzeti, küçük bir gayreti, küçük bir celali bulunsa bir edepsiz ona serkeşane dese: “Beni te’dib etmezsin ve edemezsin.” Herhalde o yerde hapishane yoksa da tek o edepsiz için bir hapishane teşkil edecek, onu içine atacaktır.

    Halbuki kâfir, cehennemi inkâr ile nihayetsiz izzet ve gayret ve celal sahibi ve gayet büyük ve nihayetsiz kadîr bir zatı tekzip ve isnad-ı acz ediyor, yalancılıkla ve acz ile ittiham ediyor, izzetine şiddetle dokunuyor, gayretine dehşetli dokunduruyor, celaline âsiyane ilişiyor. Elbette farz-ı muhal olarak, cehennemin hiçbir sebeb-i vücudu bulunmazsa da şu derece tekzip ve isnad-ı aczi tazammun eden küfür için bir cehennem halk edilecek, o kâfir içine atılacaktır.

    رَبَّنَا مَا خَلَق۟تَ هٰذَا بَاطِلًا سُب۟حَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ


    1. *Di dunia ini tubuh manusia dan binatang ibarat tempat jamuan, barak, atau seko- lah bagi partikel. Sejumlah partikel tak bernyawa masuk ke dalamnya lalu mendapatkan kelayakan untuk menjadi partikel alam abadi yang hidup. Kemudian ia keluar darinya. Adapun di akhirat, cahaya kehidupan di sana bersifat komprehensif yang mencakup segala sesuatu sebagaimana bunyi firman Allah اِنَّ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ لَهِىَ الْحَيَوَانُ “Negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya.” (QS. al-Ankabut [29]: 64). Karena itu, perjalanan dan pe- ngajaran tidak dibutuhkan untuk menjadi bercahaya. Partikel tetap dalam kondisi konstan dan permanenPenulis.
    2. *HR. al-Bukhârî, al-Adab 96; Muslim, al-Bir 165; at-Tirmidzi dalam az-Zuhd 50; ad-Dârimi, ar-Riqâq 71; Ahmad ibn Hambal, al-Musnad 1/392; ad-Dâruqutni, as-Sunan 1/131; Ibnu Abi Syaibah, al-Mushannaf 7/507.
    3. *“Surga memiliki seratus tingkatan. Jarak antara dua tingkatan seperti antara langit dan bumi. Surga Firdaus merupakan surga yang paling tinggi dan paling tengah. Di atasnya terdapat arasy Allah Yang Maha Pengasih...” (HR. Ibnu Majah).
    4. Hâşiye: Sekiz sene kemal-i sadakatle bu fakire hizmet eden Süleyman’ın bahçesidir ki bir veya iki saat zarfında şu Söz orada yazıldı.