82.340
düzenleme
("Transformasi partikel merupakan penjelasan dari pergerakan dan perpindahannya saat pena qudrah ilahi menuliskan ayat-ayat penciptaan dalam kitab alam semesta. Ia tidak seperti sangkaan kaum materialis dan naturalis bahwa transformasi tersebut merupakan pro- ses kebetulan dalam sebuah gerakan yang tidak memiliki makna dan tujuan. Sebab, setiap partikel dan benih pada permulaan gerakannya selalu mengucap bismillâh sebagaimana seluruh entitas mengucap- kan..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği |
("Ya, transformasi dan perubahan partikel adalah ekspresi dari gerakan yang memiliki maksud mendalam. Ia bersumber dari penulisan dan penghapusan kalimat qudrah ilahi di Lauhil-mahwi wal-itsbât (lembaran penghapusan dan penetapan), di mana ia merupakan hakikat zaman yang mengalir dan lembaran imajiner bagi perjalanan waktu, sebagai bentuk salinan dari kitâb Mubîn yang menjadi “perlambang qudrah dan iradah ilahi” serta poros perbuatan-Nya dalam menci..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
201. satır: | 201. satır: | ||
Kemudian ketika selesai bertugas ia mengucap alhamdulillâh. Ia memperlihatkan jejak menakjubkan seakan-akan ia mendendangkan satu untaian bait yang indah dalam memuji Sang Pencipta Yang Mahamulia karena di dalammnya terdapat keindahan tatanan yang penuh hikmah serta keindahan bentuk yang mence- ngangkan akal. Engkau bisa mengamati buah delima dan buah jagung. | Kemudian ketika selesai bertugas ia mengucap alhamdulillâh. Ia memperlihatkan jejak menakjubkan seakan-akan ia mendendangkan satu untaian bait yang indah dalam memuji Sang Pencipta Yang Mahamulia karena di dalammnya terdapat keindahan tatanan yang penuh hikmah serta keindahan bentuk yang mence- ngangkan akal. Engkau bisa mengamati buah delima dan buah jagung. | ||
Ya, transformasi dan perubahan partikel adalah ekspresi dari gerakan yang memiliki maksud mendalam. Ia bersumber dari penulisan dan penghapusan kalimat qudrah ilahi di Lauhil-mahwi wal-itsbât (lembaran penghapusan dan penetapan), di mana ia merupakan hakikat zaman yang mengalir dan lembaran imajiner bagi perjalanan waktu, sebagai bentuk salinan dari kitâb Mubîn yang menjadi “perlambang qudrah dan iradah ilahi” serta poros perbuatan-Nya dalam mencipta dan membentuk sesuatu di alam nyata dan di masa sekarang sesuai dengan aturan imâm mubîn yang merupakan kumpulan bahan segala sesuatu dalam pokok dan cabangnya. Dengan kata lain, ia me- rupakan pangkal dari segala sesuatu yang telah berlalu dan yang akan datang di mana ia dihijab oleh hal gaib berikut karakternya serta menjadi “perlambang pengetahuan dan perintah ilahi”.(*<ref>*Istilah Imâm Mubîn dan Kitâb Mubin disebutkan dalam al-Qur’an dalam sejumlah tempat. Sebagian mufassir berpendapat bahwa keduanya mempunyai makna yang sama. Sementara menurut sebagian yang lain makna keduanya berbeda. Mereka menafsirkan hakikat keduanya dengan beragam aspek yang kontradiktif. Kesimpulan dari pernyataan mereka adalah bahwa keduanya merupakan lambang pengetahuan ilahi. Dengan curahan nikmat al-Qur’an, aku merasa yakin bahwa Imâm Mubîn merupakan lambang dari salah satu jenis pengetahuan dan perintah ilahi di mana ia lebih mengarah kepada alam gaib daripada mengarah kepada alam nyata. Yakni, ia lebih mengarah ke masa lalu dan masa depan daripada ke masa sekarang. Dengan kata lain, ia merupakan catatan qadar ilahi yang lebih melihat ke pangkal dan buah dari segala sesuatu, akar dan benihnya, daripada ke wujud lahiriahnya. Keberadaan catatan ini telah ditegaskan dalam ‘Kalimat Kedua Puluh Enam’ dan dalam catatan kaki ‘Kalimat Kesepuluh’. | |||
Ya, Imâm Mubîn merupakan lambang dari salah satu jenis pengetahuan dan perintah ilahi. Ini berarti penciptaan pangkal dan akar sesuatu dalam bentuk yang sangat indah dan cermat menunjukkan bahwa penataan tersebut berlangsung sesuai dengan catatan rambu pengetahuan ilahi. Sebagaimana hasil dan buah segala sesuatu merupakan catatan kecil dari perintah ilahi di mana ia berisi sejumlah program dan indeks dari apa yang akan terwujud dari entitas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa benih, misalnya, merupakan penjelasan dari program dan indeks konkret yamg kecil bagi semua yang mengatur konstruksi pohon yang besar serta bagi perintah penciptaan yang menentukan desainnya. | |||
Kesimpulannya, Imâm Mubîn laksana indeks dan program pohon penciptaan, yang akar, dahan, dan cabangnya terbentang di sekitar masa lalu, masa depan, dan alam gaib. Nah, Imâm Mubîn dalam pengertian tersebut merupakan catatan qadar ilahi atau catatan rambu-rambu qadar-Nya. Partikel digiring menuju gerakan dan tugasnya dalam segala hal lewat pendiktean rambu-rambu tersebut.Adapun Kitâb Mubin, ia lebih mengarah kepada alam nyata daripada ke dalam gaib. Artinya, ia lebih melihat ke masa sekarang daripada ke masa lalu dan mendatang. Ia lebih merupakan lambang qudrah dan iradah ilahi daripada lambang pengetahuan dan perin- tah-Nya. Dengan kata lain, apabila Imâm Mubîn merupakan catatan qadar ilahi, maka Kitâb Mubin merupakan catatan qudrah ilahi. Artinya, keteraturan dan kerapian yang terdapat pada segala sesuatu, baik pada wujudnya, substansinya, sifatnya, atau pada kondisinya, keduanya menunjukkan bahwa wujud tersebut dilekatkan pada sesuatu, bentuknya ditentukan, ukurannya ditetapkan, dan model khususnya diberikan lewat rambu qudrah yang sempurna dan hukum kehendak yang berlaku. Dengan demikian, qudrah dan iradah ilahi tersebut memiliki hukum yang bersifat universal dan tersimpan dalam catatan agung di mana pakaian model wujud khusus segala sesuatu dipotong, dijahit, dan dike- nakan padanya dalam bentuk tertentu sesuai dengan hukum tadi. Keberadaan catatan itu telah ditegaskan dalam risalah “Takdir Ilahi dan Ikhtiar Manusia” (Kalimat Kedua Puluh Enam). Di dalamnya juga ditegaskan tentang Imâm Mubîn.Lihatlah kebodohan para filsuf serta kaum yang sesat dan lalai. Mereka telah me- nyadari keberadaan Lauhil Mahfudz yang berisi qudrah ilahi yang mencipta. Mereka me- ngetahui berbagai bentuk manifestasi kitab tersebut yang melihat hikmah rabbani berikut kehendak-Nya yang berlaku pada segala sesuatu. Mereka menangkap bentuk dan model- modelnya. Hanya saja, mereka menyebut semua itu dengan nama ‘hukum alam’ sehingga memadamkan cahayanya. | |||
Demikianlah, lewat pendiktean Imâm Mubîn, atau lewat hukum qadar dan rambu ilahi yang berlaku, qudrah ilahi dalam mewujudkannya menuliskan rangkaian entitas yang masing-masingnya merupakan tanda kekuasaan Tuhan. Ia menghadirkan dan menggerakkan partikel di lauhil-mahwi wal-itsbât (catatan penghapusan dan penetapan) yang merupakan lembaran imajiner bagi perjalanan waktu. | |||
Dengan kata lain, gerakan berbagai partikel merupakan gerakan bagaimana entitas melintas dari tulisan tadi, dari salinan tersebut, dan dari alam gaib menuju alam nyata. Artinya, dari ‘ilmu’ menuju ‘qudrah’. Adapun lauhil-mahwi wal-itsbât tersebut merupakan catatan yang terus berganti bagi lauhil mahfudz yang paling agung dan permanen. Lembar ‘penulisan dan penghapusan’ berada di wilayah makhluk yang bersifat mungkin. Artinya, ia adalah catatan segala sesuatu; yang senantiasa berhadapan dengan kematian dan kehidupan, serta kefanaan dan keberadaan (wujud). Itulah hakikat zaman. Sebagaimana setiap sesuatu memiliki hakikat, maka apa yang kita sebut dengan zaman yang terus me- ngalir seperti aliran sungai panjang di alam ini hakikatnya laksana lembaran dan tinta tu- lisan qudrah ilahi dalam lembar penghapusan dan penetapan. Yang mengetahui persoalan gaib hanyalah Allah―Penulis.</ref>) | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme