İçeriğe atla

Yirmi Üçüncü Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Demikianlah, al-Qur’an mempergunakan gaya bahasa dalam bentuk ancaman dan peringatan untuk menggambarkan kelayakan tersebut sekaligus untuk menggambarkan hakikat yang telah disebutkan tadi. Jadi, gaya bahasa tersebut sangat tepat dan sangat sesuai dengan konteksnya sebagai wujud dari sebuah retorika." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang meninggalkan ibadah sebetulnya telah menzalimi dirinya, padahal dirinya itu merupakan hamba Allah. Selain itu, ia juga telah melanggar dan menzalimi hak-hak makhluk. Ya, sebagaimana kekufuran merupakan bentuk penghinaan terhadap entitas, meninggalkan ibadah juga merupakan bentuk pengingkaran terhadap kesempurnaan makhluk dan pelanggaran terhadap hikmah ilahi. Karena itu, orang yang meninggalkan shala..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Demikianlah, al-Qur’an mempergunakan gaya bahasa dalam bentuk ancaman dan peringatan untuk menggambarkan kelayakan tersebut sekaligus untuk menggambarkan hakikat yang telah disebutkan tadi. Jadi, gaya bahasa tersebut sangat tepat dan sangat sesuai dengan konteksnya sebagai wujud dari sebuah retorika." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
233. satır: 233. satır:
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang meninggalkan ibadah sebetulnya telah menzalimi dirinya, padahal dirinya itu merupakan hamba Allah. Selain itu, ia juga telah melanggar dan menzalimi hak-hak makhluk. Ya, sebagaimana kekufuran merupakan bentuk penghinaan terhadap entitas, meninggalkan ibadah juga merupakan bentuk pengingkaran terhadap kesempurnaan makhluk dan pelanggaran terhadap hikmah ilahi. Karena itu, orang yang meninggalkan shalat layak mendapat ancaman keras dan hukuman yang berat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang meninggalkan ibadah sebetulnya telah menzalimi dirinya, padahal dirinya itu merupakan hamba Allah. Selain itu, ia juga telah melanggar dan menzalimi hak-hak makhluk. Ya, sebagaimana kekufuran merupakan bentuk penghinaan terhadap entitas, meninggalkan ibadah juga merupakan bentuk pengingkaran terhadap kesempurnaan makhluk dan pelanggaran terhadap hikmah ilahi. Karena itu, orang yang meninggalkan shalat layak mendapat ancaman keras dan hukuman yang berat.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, al-Qur’an mempergunakan gaya bahasa dalam bentuk ancaman dan peringatan untuk menggambarkan kelayakan tersebut sekaligus untuk menggambarkan hakikat yang telah disebutkan tadi. Jadi, gaya bahasa tersebut sangat tepat dan sangat sesuai dengan konteksnya sebagai wujud dari sebuah retorika.
İşte bu istihkakı ve mezkûr hakikati ifade etmek için Kur’an-ı Mu’cizü’l-Beyan, mu’cizane bir surette o şiddetli tarz-ı ifadeyi ihtiyar ederek, tam tamına hakikat-i belâgat olan mutabık-ı mukteza-yı hale mutabakat ediyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">