İkinci Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark
("Pada suatu hari, dua orang lelaki melakukan perjalanan dengan tujuan rekreasi dan bisnis. Salah seorang di antara mereka berwatak egois dan bernasib buruk, sementara yang satunya penurut dan berna- sib baik. Masing-masing menempuh jalan yang berbeda." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Ketika pulang, ia bertemu dengan orang pertama tadi dan ber- tanya tentang keadaannya. Setelah mengetahui segala hal tentangnya, ia berkata, “Wahai Fulan, engkau telah gila. Rasa sial yang tertanam dalam jiwamu terpantul dalam kondisi lahiriahmu sehingga engkau menganggap semua senyuman sebagai ratapan dan tangisan, serta pembebasan tugas sebagai perampasan. Karena itu, sadarlah dan ber- sihkan kalbumu agar selubung keruh tersebut hilang dari matamu, s..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
8. satır: | 8. satır: | ||
Pada suatu hari, dua orang lelaki melakukan perjalanan dengan tujuan rekreasi dan bisnis. Salah seorang di antara mereka berwatak egois dan bernasib buruk, sementara yang satunya penurut dan berna- sib baik. Masing-masing menempuh jalan yang berbeda. | Pada suatu hari, dua orang lelaki melakukan perjalanan dengan tujuan rekreasi dan bisnis. Salah seorang di antara mereka berwatak egois dan bernasib buruk, sementara yang satunya penurut dan berna- sib baik. Masing-masing menempuh jalan yang berbeda. | ||
Orang egois dan sombong yang pesimis itu mendatangi suatu daerah yang menurutnya sangat buruk dan sial sebagai balasan atas sikap pesimisnya. Bahkan, ke mana pun pergi ia melihat orang-orang lemah dan fakir yang berteriak meminta tolong akibat pukulan orang- orang yang kejam dan bengis. Ia melihat kondisi yang memilukan dan menyedihkan tersebut pada setiap tempat yang ia kunjungi. Sehingga dalam pandangannya, seluruh kerajaan telah menjadi seperti tempat ratapan umum. Ia merasa satu-satunya obat bagi keadaannya yang menyedihkan dan gelap itu adalah mabuk. Akhirnya, ia buat dirinya mabuk agar tidak merasakan keadaan yang sedang menimpanya. Pa- salnya, setiap orang di negeri itu baginya tampak sebagai musuh yang sedang mengintainya atau orang asing yang tidak bersahabat dengan- nya. Batinnya terus tersiksa lantaran melihat sejumlah jenazah mena- kutkan dan anak-anak yatim yang menangis putus asa di sekitarnya. | |||
Adapun orang kedua yang taat, yang mengabdi kepada Allah, dan yang mencari kebenaran memiliki akhlak terpuji. Dalam per- jalanannya, ia menjumpai sebuah kerajaan yang baik di mana dalam pandangannya sangat indah dan menakjubkan. Orang saleh tersebut melihat dalam kerajaan yang ia masuki sejumlah pesta mengagumkan dan festival yang demikian indah. Pada setiap sisi ia melihat kegem- biraan dan suka-cita, serta pada setiap tempat ia melihat mihrab tem- pat zikir. Bahkan ia melihat setiap orang yang tinggal di kerajaan itu sebagai sahabat akrab yang dicinta. Kemudian ia melihat pada pesta pembebasan tugas bagaimana seluruh kerajaan memperlihatkan yel- yel kegembiraan lewat teriakan yang disertai kalimat pujian dan san- jungan. Ia juga mendengar suara orkestra yang sedang menampilkan lagu-lagu pemberi semangat yang disertai takbir dan tahlil dengan penuh bahagia dan rasa bangga untuk mereka yang digiring menuju medan pengabdian dan keprajuritan. | |||
Orang pertama yang pesimis sibuk dengan penderitaannya dan penderitaan semua manusia, sementara orang kedua yang optimis bergembira dengan kegembiraan seluruh manusia. Di samping itu, ia mendapat bisnis yang baik dan penuh berkah sehingga bersyukur dan memuji Tuhannya. | |||
Ketika pulang, ia bertemu dengan orang pertama tadi dan ber- tanya tentang keadaannya. Setelah mengetahui segala hal tentangnya, ia berkata, “Wahai Fulan, engkau telah gila. Rasa sial yang tertanam dalam jiwamu terpantul dalam kondisi lahiriahmu sehingga engkau menganggap semua senyuman sebagai ratapan dan tangisan, serta pembebasan tugas sebagai perampasan. Karena itu, sadarlah dan ber- sihkan kalbumu agar selubung keruh tersebut hilang dari matamu, se- hingga engkau bisa melihat hakikat yang sebenarnya. Pasalnya, pemi- lik dan penguasa kerajaan ini mahaadil, maha pengasih, mahakuasa, maha mengatur dan maha mencipta. Kerajaan yang demikian ting- gi dan mulia ini lewat jejak yang terlihat oleh penglihatanmu tidak mungkin seperti gambaran yang ditampilkan oleh ilusimu.” | |||
Setelah itu, orang malang tadi sedikit demi sedikit mulai sa- dar seraya berkata dengan penuh penyesalan, “Ya, aku telah gila aki- bat banyak minum khamer. Semoga Allah meridaimu. Engkau telah menyelamatkan diriku dari neraka penderitaan.” | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
13.02, 4 Kasım 2024 tarihindeki hâli
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّح۪يمِ
“Yang beriman kepada hal gaib.” (QS. al-Baqarah [2]: 3).
Jika engkau ingin mengetahui kadar kebahagiaan dan kenik- matan serta kadar kelezatan dan kelapangan yang terdapat di dalam iman, maka perhatikan cerita singkat berikut ini:
Pada suatu hari, dua orang lelaki melakukan perjalanan dengan tujuan rekreasi dan bisnis. Salah seorang di antara mereka berwatak egois dan bernasib buruk, sementara yang satunya penurut dan berna- sib baik. Masing-masing menempuh jalan yang berbeda.
Orang egois dan sombong yang pesimis itu mendatangi suatu daerah yang menurutnya sangat buruk dan sial sebagai balasan atas sikap pesimisnya. Bahkan, ke mana pun pergi ia melihat orang-orang lemah dan fakir yang berteriak meminta tolong akibat pukulan orang- orang yang kejam dan bengis. Ia melihat kondisi yang memilukan dan menyedihkan tersebut pada setiap tempat yang ia kunjungi. Sehingga dalam pandangannya, seluruh kerajaan telah menjadi seperti tempat ratapan umum. Ia merasa satu-satunya obat bagi keadaannya yang menyedihkan dan gelap itu adalah mabuk. Akhirnya, ia buat dirinya mabuk agar tidak merasakan keadaan yang sedang menimpanya. Pa- salnya, setiap orang di negeri itu baginya tampak sebagai musuh yang sedang mengintainya atau orang asing yang tidak bersahabat dengan- nya. Batinnya terus tersiksa lantaran melihat sejumlah jenazah mena- kutkan dan anak-anak yatim yang menangis putus asa di sekitarnya.
Adapun orang kedua yang taat, yang mengabdi kepada Allah, dan yang mencari kebenaran memiliki akhlak terpuji. Dalam per- jalanannya, ia menjumpai sebuah kerajaan yang baik di mana dalam pandangannya sangat indah dan menakjubkan. Orang saleh tersebut melihat dalam kerajaan yang ia masuki sejumlah pesta mengagumkan dan festival yang demikian indah. Pada setiap sisi ia melihat kegem- biraan dan suka-cita, serta pada setiap tempat ia melihat mihrab tem- pat zikir. Bahkan ia melihat setiap orang yang tinggal di kerajaan itu sebagai sahabat akrab yang dicinta. Kemudian ia melihat pada pesta pembebasan tugas bagaimana seluruh kerajaan memperlihatkan yel- yel kegembiraan lewat teriakan yang disertai kalimat pujian dan san- jungan. Ia juga mendengar suara orkestra yang sedang menampilkan lagu-lagu pemberi semangat yang disertai takbir dan tahlil dengan penuh bahagia dan rasa bangga untuk mereka yang digiring menuju medan pengabdian dan keprajuritan. Orang pertama yang pesimis sibuk dengan penderitaannya dan penderitaan semua manusia, sementara orang kedua yang optimis bergembira dengan kegembiraan seluruh manusia. Di samping itu, ia mendapat bisnis yang baik dan penuh berkah sehingga bersyukur dan memuji Tuhannya.
Ketika pulang, ia bertemu dengan orang pertama tadi dan ber- tanya tentang keadaannya. Setelah mengetahui segala hal tentangnya, ia berkata, “Wahai Fulan, engkau telah gila. Rasa sial yang tertanam dalam jiwamu terpantul dalam kondisi lahiriahmu sehingga engkau menganggap semua senyuman sebagai ratapan dan tangisan, serta pembebasan tugas sebagai perampasan. Karena itu, sadarlah dan ber- sihkan kalbumu agar selubung keruh tersebut hilang dari matamu, se- hingga engkau bisa melihat hakikat yang sebenarnya. Pasalnya, pemi- lik dan penguasa kerajaan ini mahaadil, maha pengasih, mahakuasa, maha mengatur dan maha mencipta. Kerajaan yang demikian ting- gi dan mulia ini lewat jejak yang terlihat oleh penglihatanmu tidak mungkin seperti gambaran yang ditampilkan oleh ilusimu.” Setelah itu, orang malang tadi sedikit demi sedikit mulai sa- dar seraya berkata dengan penuh penyesalan, “Ya, aku telah gila aki- bat banyak minum khamer. Semoga Allah meridaimu. Engkau telah menyelamatkan diriku dari neraka penderitaan.”
Ey nefsim! Bil ki evvelki adam kâfirdir veya fâsık-ı gafildir. Şu dünya, onun nazarında bir matemhane-i umumiyedir. Bütün zîhayat, firak ve zeval sillesiyle ağlayan yetimlerdir. Hayvan ve insan ise ecel pençesiyle parçalanan kimsesiz başıbozuklardır. Dağlar ve denizler gibi büyük mevcudat, ruhsuz, müthiş cenazeler hükmündedirler. Daha bunun gibi çok elîm, ezici, dehşetli evham, küfründen ve dalaletinden neş’et edip, onu manen tazip eder.
Diğer adam ise mü’mindir; Cenab-ı Hâlık’ı tanır, tasdik eder. Onun nazarında şu dünya, bir zikirhane-i Rahman, bir talimgâh-ı beşer ve hayvan ve bir meydan-ı imtihan-ı ins ü cândır. Bütün vefiyat-ı hayvaniye ve insaniye ise terhisattır. Vazife-i hayatını bitirenler, bu dâr-ı fâniden, manen mesrurane, dağdağasız diğer bir âleme giderler. Tâ yeni vazifedarlara yer açılsın, gelip çalışsınlar. Bütün tevellüdat-ı hayvaniye ve insaniye ise ahz-ı askere, silah altına, vazife başına gelmektir. Bütün zîhayat, birer muvazzaf mesrur asker, birer müstakim memnun memurlardır. Bütün sadâlar ise ya vazife başlamasındaki zikir ve tesbih ve paydostan gelen şükür ve tefrih veya işlemek neşesinden neş’et eden nağamattır. Bütün mevcudat, o mü’minin nazarında, Seyyid-i Kerîm’inin ve Mâlik-i Rahîm’inin birer munis hizmetkârı, birer dost memuru, birer şirin kitabıdır. Daha bunun gibi pek çok latîf, ulvi ve leziz, tatlı hakikatler, imanından tecelli eder, tezahür eder.
Demek iman, bir manevî tûba-i cennet çekirdeğini taşıyor. Küfür ise manevî bir zakkum-u cehennem tohumunu saklıyor.
Demek selâmet ve emniyet, yalnız İslâmiyet’te ve imandadır. Öyle ise biz daima اَل۟حَم۟دُ لِلّٰهِ عَلٰى دٖينِ ال۟اِس۟لَامِ وَ كَمَالِ ال۟اٖيمَانِ demeliyiz.