Beşinci Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark
("بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Pada saat terjadi perang, di salah satu batalion terdapat dua orang prajurit: yang pertama terlatih dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya; sementara yang lain tidak mengetahui tugas- nya dan mengikuti hawa nafsunya. Orang yang melaksanakan tugas- nya dengan baik sangat perhatian dengan latihan dan urusan jihad. Ia tidak pernah memikirkan urusan kebutuhan hidup dan persoalan rezekinya. Sebab, ia sadar dan sangat yakin bahwa penghidupan- nya, p..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
6. satır: | 6. satır: | ||
Jika engkau ingin mengetahui bahwa mendirikan salat serta menjauhi dosa-dosa besar merupakan tugas hakiki yang layak bagi manusia dan hasil fitri yang sesuai dengan penciptaannya, maka per- hatikan cerita imajiner yang singkat berikut ini: | Jika engkau ingin mengetahui bahwa mendirikan salat serta menjauhi dosa-dosa besar merupakan tugas hakiki yang layak bagi manusia dan hasil fitri yang sesuai dengan penciptaannya, maka per- hatikan cerita imajiner yang singkat berikut ini: | ||
Pada saat terjadi perang, di salah satu batalion terdapat dua orang prajurit: yang pertama terlatih dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya; sementara yang lain tidak mengetahui tugas- nya dan mengikuti hawa nafsunya. Orang yang melaksanakan tugas- nya dengan baik sangat perhatian dengan latihan dan urusan jihad. Ia tidak pernah memikirkan urusan kebutuhan hidup dan persoalan rezekinya. Sebab, ia sadar dan sangat yakin bahwa penghidupan- nya, perhatian terhadap urusannya, pemberian bekal untuknya, serta pengobatannya ketika sakit, bahkan—bila perlu—penyuapan (ketika makan) adalah kewajiban negara. Kewajiban utamanya hanya berlatih dan berjuang. Meskipun demikian, ia sadar kalau kewajiban tersebut tidak menghalanginya untuk menyiapkan bekal dan mengerjakan se- jumlah hal seperti memasak dan mencuci perabotan. | |||
Bahkan di saat mengerjakannya jika ditanya, “Apa yang sedang kau kerjakan?” | |||
Ia ten- tu menjawab, “Aku sedang melaksanakan sebagian kewajiban negara secara sukarela.” Ia tidak menjawab, “Aku bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.” | |||
Adapun prajurit yang lain, yang tidak mengetahui kewajibannya, malas berlatih dan tidak memiliki perhatian dengan urusan perang. Ia berkata, “Itu urusan negara. Apa urusannya denganku?” Karena itu, ia sibuk dengan urusan nafkahnya dan terus menumpuk harta sehingga ia meninggalkan batalion untuk segera melakukan transaksi jual beli di pasar. | |||
Pada suatu hari temannya yang terlatih berkata, | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
09.49, 5 Kasım 2024 tarihindeki hâli
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
“Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat baik.”(QS. an-Nahl [16]: 128).
Jika engkau ingin mengetahui bahwa mendirikan salat serta menjauhi dosa-dosa besar merupakan tugas hakiki yang layak bagi manusia dan hasil fitri yang sesuai dengan penciptaannya, maka per- hatikan cerita imajiner yang singkat berikut ini:
Pada saat terjadi perang, di salah satu batalion terdapat dua orang prajurit: yang pertama terlatih dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya; sementara yang lain tidak mengetahui tugas- nya dan mengikuti hawa nafsunya. Orang yang melaksanakan tugas- nya dengan baik sangat perhatian dengan latihan dan urusan jihad. Ia tidak pernah memikirkan urusan kebutuhan hidup dan persoalan rezekinya. Sebab, ia sadar dan sangat yakin bahwa penghidupan- nya, perhatian terhadap urusannya, pemberian bekal untuknya, serta pengobatannya ketika sakit, bahkan—bila perlu—penyuapan (ketika makan) adalah kewajiban negara. Kewajiban utamanya hanya berlatih dan berjuang. Meskipun demikian, ia sadar kalau kewajiban tersebut tidak menghalanginya untuk menyiapkan bekal dan mengerjakan se- jumlah hal seperti memasak dan mencuci perabotan.
Bahkan di saat mengerjakannya jika ditanya, “Apa yang sedang kau kerjakan?”
Ia ten- tu menjawab, “Aku sedang melaksanakan sebagian kewajiban negara secara sukarela.” Ia tidak menjawab, “Aku bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.”
Adapun prajurit yang lain, yang tidak mengetahui kewajibannya, malas berlatih dan tidak memiliki perhatian dengan urusan perang. Ia berkata, “Itu urusan negara. Apa urusannya denganku?” Karena itu, ia sibuk dengan urusan nafkahnya dan terus menumpuk harta sehingga ia meninggalkan batalion untuk segera melakukan transaksi jual beli di pasar.
Pada suatu hari temannya yang terlatih berkata,
“Birader, asıl vazifen, talim ve muharebedir. Sen, onun için buraya getirilmişsin. Padişaha itimat et. O, seni aç bırakmaz. O, onun vazifesidir. Hem sen, âciz ve fakirsin; her yerde kendini beslettiremezsin. Hem mücahede ve seferberlik zamanıdır. Hem sana âsidir der, ceza verirler. Evet, iki vazife peşimizde görünüyor. Biri, padişahın vazifesidir. Bazen biz onun angaryasını çekeriz ki bizi beslemektir. Diğeri, bizim vazifemizdir. Padişah bize teshilat ile yardım eder ki talim ve harptir.”
Acaba o serseri nefer, o mücahid mualleme kulak vermezse ne kadar tehlikede kalır, anlarsın.
İşte ey tembel nefsim! O dalgalı meydan-ı harp, bu dağdağalı dünya hayatıdır. O taburlara taksim edilen ordu ise cemiyet-i beşeriyedir. Ve o tabur ise şu asrın cemaat-i İslâmiyesidir. O iki nefer ise biri feraiz-i diniyesini bilen ve işleyen ve kebairi terk ve günahları işlememek için nefis ve şeytanla mücahede eden müttaki Müslüman’dır. Diğeri, Rezzak-ı Hakiki’yi ittiham etmek derecesinde derd-i maişete dalıp, feraizi terk ve maişet yolunda rastgele günahları işleyen fâsık-ı hâsirdir. Ve o talim ve talimat ise –başta namaz– ibadettir. Ve o harp ise nefis ve heva, cin ve ins şeytanlarına karşı mücahede edip günahlardan ve ahlâk-ı rezileden kalp ve ruhunu helâket-i ebediyeden kurtarmaktır. Ve o iki vazife ise birisi, hayatı verip beslemektir. Diğeri, hayatı verene ve besleyene perestiş edip yalvarmaktır, ona tevekkül edip emniyet etmektir.
Evet, en parlak bir mu’cize-i sanat-ı Samedaniye ve bir hârika-i hikmet-i Rabbaniye olan hayatı kim vermiş, yapmış ise rızıkla o hayatı besleyen ve idame eden de odur. Ondan başka olmaz. Delil mi istersin? En zayıf, en aptal hayvan en iyi beslenir (meyve kurtları ve balıklar gibi). En âciz, en nazik mahluk en iyi rızkı o yer (çocuklar ve yavrular gibi).
Evet, vasıta-i rızk-ı helâl, iktidar ve ihtiyar ile olmadığını; belki acz ve zaaf ile olduğunu anlamak için balıklar ile tilkileri, yavrular ile canavarları, ağaçlar ile hayvanları muvazene etmek kâfidir.
Demek derd-i maişet için namazını terk eden, o nefere benzer ki talimi ve siperini bırakıp çarşıda dilencilik eder. Fakat namazını kıldıktan sonra Cenab-ı Rezzak-ı Kerîm’in matbaha-i rahmetinden tayinatını aramak, başkalara bâr olmamak için kendisi bizzat gitmek; güzeldir, mertliktir, o dahi bir ibadettir.
Hem insan ibadet için halk olunduğunu, fıtratı ve cihazat-ı maneviyesi gösteriyor. Zira hayat-ı dünyeviyesine lâzım olan amel ve iktidar cihetinde en edna bir serçe kuşuna yetişmez. Fakat hayat-ı maneviye ve uhreviyesine lâzım olan ilim ve iftikar ile tazarru ve ibadet cihetinde hayvanatın sultanı ve kumandanı hükmündedir.
Demek ey nefsim! Eğer hayat-ı dünyeviyeyi gaye-i maksat yapsan ve ona daim çalışsan en edna bir serçe kuşunun bir neferi hükmünde olursun. Eğer hayat-ı uhreviyeyi gaye-i maksat yapsan ve şu hayatı dahi ona vesile ve mezraa etsen ve ona göre çalışsan; o vakit hayvanatın büyük bir kumandanı hükmünde ve şu dünyada Cenab-ı Hakk’ın nazlı ve niyazdar bir abdi, mükerrem ve muhterem bir misafiri olursun.
İşte sana iki yol, istediğini intihab edebilirsin. Hidayet ve tevfiki Erhamü’r-Râhimîn’den iste.