Dördüncü Mektup/id: Revizyonlar arasındaki fark

    Risale-i Nur Tercümeleri sitesinden
    ("atas keesaan dan kekuasaan-Nya" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
    ("Kami saksi jujur atas eksistensi Sang Pencipta Yang Mahaagung serta" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
    53. satır: 53. satır:
    tersebut yang menghias wajah bumi.
    tersebut yang menghias wajah bumi.


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kami ribuan mata yang menatap dari langit ke bumi dan mendekati surga(*<ref>* Maknanya, permukaan bumi merupakan persemaian dan landang bunga-bunga
    ''Binler müdakkik gözleriz biz.'' (Hâşiye<ref>'''Hâşiye:''' Yani cennet çiçeklerinin fidanlık ve mezraacığı olan zeminin yüzünde hadsiz mu’cizat-ı kudret teşhir edildiğinden, semavat âlemindeki melâikeler o mu’cizatı ve o hârikaları temaşa ettikleri gibi; ecram-ı semaviyenin gözleri hükmünde olan yıldızlar dahi güya melâikeler gibi zemin yüzündeki nâzenin masnuatı gördükçe cennet âlemine bakıyorlar ve o muvakkat hârikaları bâki bir surette cennette dahi temaşa ediyorlar gibi bir zemine, bir cennete bakıyorlar. Yani o iki âleme nezaretleri var, demektir.</ref>)
    surga. Padanya diperlihatkan mukjizat qudrah Ilahi yang tak terhingga. Sebagaiamana malaikat berwisata di alam samawi dan menyaksikan mukjizat tersebut, bintang yang
    </div>
    merupakan mata dari benda langit yang bisa melihat juga demikian. Setiap kali melihat kepada berbagai ciptaan yang memenuhi permukaan bumi seperti malaikat, ia juga melihat alam surga. Ia menyaksikan berbagai hal luar biasa yang bersifat sementara dalam gambarannya yang kekal di sana. Yakni, ketika mengarahkan pandangan ke bumi, yang lain melihat kepada surga. Artinya, ia menatap kedua alam itu secara bersamaan―Penulis.</ref>)


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">

    16.02, 3 Ocak 2025 tarihindeki hâli

    Diğer diller:

    Semoga keselamatan, kasih sayang,

    dan keberkahan dilimpahkan kepada kalian dan kepada saudara-saudara kalian,terutama ... dan seterusnya.

    Saudara-saudaraku yang mulia!

    Sekarang aku berada di sebuah tempat, di atas puncak pohon cemara yang sangat besar, yang tegak di atas salah satu puncak gunung Çam. Aku sengaja mengisolasi diri dan menikmati kesendirian. Ketika ingin berdialog dan duduk bersama, kubayangkan diri kalian dekat denganku. Akupun mulai berbicara dengan kalian dan merasa terhibur. Aku ingin selalu menyendiri di sini selama satu atau dua bulan selama tidak ada yang menghalangi. Ketika pulang ke Barla, kita berusaha mencari cara sesuai dengan keinginan kalian untuk bisa duduk bersama dan berdialog; sesuatu yang sangat kurindukan melebihi kerinduan kalian. Sekarang aku ingin menuliskan untuk kalian sejumlah lintasan pikiran yang muncul di benak ketika berada di atas pohon cemara:

    Pertama: lintasan pikiran yang berisi sesuatu yang bersifat khusus.

    Yaitu terkait dengan sejumlah rahasiaku, tetapi bagi kalian tidak ada yang kurahasiakan. Sebagian ahli hakikat mendapatkan bagian dari salah satu nama Allah, al-Wadûd (Yang Maha Mencintai).Mereka melihat Wajibul wujud (Allah) melalui jendela entitas lewat manifestasi paling agung dari nama tersebut. Demikian pula dengan saudaramu ini yang tidak masuk hitu ngan dan bukan siapa-siapa. Ia telah diberi kondisi yang membuat nya mendapatkan bagian dari nama Allah ar-Rahîm (Yang Maha Penyayang) dan nama al-Hakîm (Yang Mahabijaksana) saat ia menjadi pelayan al-Qur’an semata dan menjadi penyeru kepada simpanan kekayaan yang agung itu yang berbagai keajaibannya tidak terhingga. Seluruh al-Kalimât tidak lain merupakan ma nifestasi dari karunia tersebut. Kami berharap dari Allah semoga al-Kalimât meraih kandungan makna ayat yang berbunyi: “Siapa yang diberi hikmah, berarti ia diberi kebaikan yang banyak.” (QS. al-Baqarah [2]: 269).

    Kedua:

    secara tiba-tiba terlintas dalam benak ini untaian kalimat berikut yang

    menjadi bacaan dalam tarekat Naqsyabandiyah

    Kemudian untaian kalimat berikut datang sesudah kalimat di atas:

    Setelah itu, terlintas dalam benak ini bunyi tulisanmu:

    “Lihatlah lembaran kitab alam yang berwarna dan terang ... dan seterusnya.”

    Ia merupakan untaian syair yang kaya makna dan menyiratkan ragam ekspresi.Lewat untaian syair di atas, aku menatap bintang yang bergelayut di atap langit. Akupun berkata, “Andaikan aku seorang penyair, akan kusempurnakan syair tersebut.” Meskipun tidak memiliki bakat dalam bidang syair dan prosa, namun aku bisa merasakannya. Akan tetapi, karena tidak bisa merangkainya dalam bentuk syair, akhirnya kutuliskan ia sebagaimana yang terlintas dalam kalbu. Engkau dapat mengubahnya menjadi bentuk prosa wahai yang menjadi pewarisku. Lintasan pikiran yang muncul dalam benak secara seketika adalah sebagai berikut:

    Perhatikan bintang-gemintang yang ada, juga manis tuturnya yang

    baik dan nikmat guna melihat ketetapan stempel hikmah yang bersinar di alam wujud.

    Semuanya bersama-sama menyeru dan berkata dengan lisan kebenaran:

    “Kami adalah bukti cemerlang yang menunjukkan

    keagungan Sang Mahakuasa Yang Mahaagung.

    Kami saksi jujur atas eksistensi Sang Pencipta Yang Mahaagung serta

    atas keesaan dan kekuasaan-Nya

    Kami berwisata, seperti malaikat, di atas berbagai mukjizat indah

    tersebut yang menghias wajah bumi.

    Kami ribuan mata yang menatap dari langit ke bumi dan mendekati surga(*[1])

    Tûba-i hilkatten semavat şıkkına

    Hep Kehkeşan ağsanına

    Bir Cemil-i Zülcelal’in dest-i hikmetiyle takılmış

    Pek güzel meyveleriz biz.

    Şu semavat ehline birer mescid-i seyyar,

    Birer hane-i devvar birer ulvi âşiyane

    Birer misbah-ı nevvar birer gemi-i cebbar

    Birer tayyareleriz biz.

    Bir Kadîr-i Zülkemal’in, bir Hakîm-i Zülcelal’in

    Birer mu’cize-i kudret birer hârika-i sanat-ı hâlıkane

    Birer nadire-i hikmet birer dâhiye-i hilkat

    Birer nur âlemiyiz biz.

    Böyle yüz bin dil ile yüz bin bürhan gösteririz,

    İşittiririz insan olan insana.

    Kör olası dinsiz gözü, görmez oldu yüzümüzü,

    Hem işitmez sözümüzü, hak söyleyen âyetleriz biz.

    Sikkemiz bir, turramız bir, Rabb’imize müsebbihiz, zikrederiz abîdane.

    Kehkeşan’ın halka-i kübrasına mensup birer meczuplarız biz.

    اَل۟بَاقٖى هُوَ ال۟بَاقٖى

    Said Nursî

    1. * Maknanya, permukaan bumi merupakan persemaian dan landang bunga-bunga surga. Padanya diperlihatkan mukjizat qudrah Ilahi yang tak terhingga. Sebagaiamana malaikat berwisata di alam samawi dan menyaksikan mukjizat tersebut, bintang yang merupakan mata dari benda langit yang bisa melihat juga demikian. Setiap kali melihat kepada berbagai ciptaan yang memenuhi permukaan bumi seperti malaikat, ia juga melihat alam surga. Ia menyaksikan berbagai hal luar biasa yang bersifat sementara dalam gambarannya yang kekal di sana. Yakni, ketika mengarahkan pandangan ke bumi, yang lain melihat kepada surga. Artinya, ia menatap kedua alam itu secara bersamaan―Penulis.