Sekizinci Mektup/id: Revizyonlar arasındaki fark

    Risale-i Nur Tercümeleri sitesinden
    ("Perasaan yang kuat dan bersinar yang dirasakan oleh Nabi Ya’qub kepada Nabi Yusuf bukan perasaan yang bersumber dari cinta dan rindu semata. Namun bersumber dari rasa kasih sayang. Sebab, rasa kasih sayang lebih dalam dan lebih tajam daripada rasa cinta dan rindu. Ia lebih bersinar, lebih tinggi, dan lebih bersih. Perasaan itulah yang lebih layak dengan kedudukan kenabian.(*<ref>*Imam Rabbani, al-Maktûbât, jilid ke-2, Maktub ke-100.</ref>)Adapun ra..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
    ("Menurutku, wahai guruku yang terhormat, penjelasan di atas sedikit dipaksakan. Hakikat sebenarnya adalah sebagai berikut: Perasaan tersebut bukan berupa cinta. Namun ia tingkatan dari kasih sayang yang seratus kali lebih cemerlang, lebih luas, dan lebih tinggi daripada cinta." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
    12. satır: 12. satır:
    Perasaan yang kuat dan bersinar yang dirasakan oleh Nabi Ya’qub kepada Nabi Yusuf  bukan perasaan yang bersumber dari cinta dan rindu semata. Namun bersumber dari rasa kasih sayang. Sebab, rasa kasih sayang lebih dalam dan lebih tajam daripada rasa cinta dan rindu. Ia lebih bersinar, lebih tinggi, dan lebih bersih. Perasaan itulah yang lebih layak dengan kedudukan kenabian.(*<ref>*Imam Rabbani, al-Maktûbât, jilid ke-2, Maktub ke-100.</ref>)Adapun rasa cinta dan rindu kepada para kekasih majasi dan makhluk, meskipun sangat kuat, keduanya tidak layak dengan maqam kenabian yang mulia. Artinya, penjelasan al-Qur’an tentang perasaan Nabi Ya’qub terhadap Nabi Yusuf dalam bentuk yang paling terang dan mukjizat paling berkilau di mana ia merupakan sarana untuk sampai kepada nama ar-Rahîm tidak lain merupakan bentuk tingkat kasih sayang yang tinggi dan mulia.
    Perasaan yang kuat dan bersinar yang dirasakan oleh Nabi Ya’qub kepada Nabi Yusuf  bukan perasaan yang bersumber dari cinta dan rindu semata. Namun bersumber dari rasa kasih sayang. Sebab, rasa kasih sayang lebih dalam dan lebih tajam daripada rasa cinta dan rindu. Ia lebih bersinar, lebih tinggi, dan lebih bersih. Perasaan itulah yang lebih layak dengan kedudukan kenabian.(*<ref>*Imam Rabbani, al-Maktûbât, jilid ke-2, Maktub ke-100.</ref>)Adapun rasa cinta dan rindu kepada para kekasih majasi dan makhluk, meskipun sangat kuat, keduanya tidak layak dengan maqam kenabian yang mulia. Artinya, penjelasan al-Qur’an tentang perasaan Nabi Ya’qub terhadap Nabi Yusuf dalam bentuk yang paling terang dan mukjizat paling berkilau di mana ia merupakan sarana untuk sampai kepada nama ar-Rahîm tidak lain merupakan bentuk tingkat kasih sayang yang tinggi dan mulia.


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sementara cinta yang merupakan sarana menuju nama al-Wadûd terdapat pada cinta Zulaikha kepada Yusuf .
    İsm-i Vedud’a vesile-i vusul olan aşk ise Züleyha’nın Yusuf aleyhisselâma karşı olan muhabbet meselesindedir. Demek Kur’an-ı Mu’cizü’l-Beyan, Hazret-i Yakub aleyhisselâmın hissiyatını, ne derece Züleyha’nın hissiyatından yüksek göstermişse şefkat dahi o derece aşktan daha yüksek görünüyor.
    Sebagaimana al-Qur’an al-Karim menjelaskan ketinggian perasaan Nabi Ya’qub yang mengungguli perasaan Zulaikha, begitu pula rasa kasih sayang itu juga tampak lebih tinggi dan lebih mulia daripada rasa cinta.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Guruku, Imam Rabbani, menjelaskan bahwa keindahan dan ketampanan yang dimiliki Yusuf  berasal dari keindahan ukhrawi. Karena itu, cinta yang mengarah kepadanya bukan termasuk cinta majasi yang mengandung cacat. Pasalnya, ia melihat cinta majasi tersebut sama sekali tidak sesuai dengan kedudukan kenabian.
    Üstadım İmam-ı Rabbanî aşk-ı mecazîyi makam-ı nübüvvete pek münasip görmediği için demiş ki: “Mehasin-i Yusufiye, mehasin-i uhreviye nevinden olduğundan ona muhabbet ise mecazî muhabbetler nevinden değildir ki kusur olsun.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Menurutku, wahai guruku yang terhormat, penjelasan di atas sedikit dipaksakan. Hakikat sebenarnya adalah sebagai berikut: Perasaan tersebut bukan berupa cinta. Namun ia tingkatan dari kasih sayang yang seratus kali lebih cemerlang, lebih luas, dan lebih tinggi daripada cinta.
    Ben de derim: “Ey Üstad! O, tekellüflü bir tevildir; hakikat şu olmak gerektir ki: O, muhabbet değil belki yüz defa muhabbetten daha parlak daha geniş daha yüksek bir mertebe-i şefkattir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, kasih sayang dengan seluruh jenisnya bersifat halus dan bersih. Adapun cinta dan rindu tidak demikian.
    Evet, şefkat bütün envaıyla latîf ve nezihtir. Aşk ve muhabbet ise çok envaına tenezzül edilmiyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">

    17.26, 4 Ocak 2025 tarihindeki hâli

    Diğer diller:

    بِاس۟مِهٖ وَ اِن۟ مِن۟ شَى۟ءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَم۟دِهٖ

    Nama ar-Rahmân dan ar-Rahîm masuk ke dalam basmalah serta menyebut keduanya dalam memulai setiap urusan penting memiliki banyak hikmah. Penjelasan tentang hikmah-hikmah tersebut ditangguhkan ke waktu yang lain. Di sini aku akan mengungkapkan perasaan yang kualami.

    Saudaraku! Aku melihat nama ar-Rahmân dan ar-Rahîm sebagai cahaya agung. Cahaya tersebut meliputi seluruh alam. Pada keduanya terdapat kekuatan dan sinar bagi setiap jiwa di mana ia mewujudkan semua kebutuhan abadinya sekaligus menyelamatkannya dari musuh yang jumlahnya tak terhingga.Aku merasa bahwa sarana paling penting untuk mencapai kedua cahaya agung itu tersimpan dalam “kefakiran yang disertai rasa syukur” serta dalam “ketidakberdayaan yang disertai rasa kasih sayang”. Dengan kata lain, ubudiyah dan rasa papa.

    Meski berbeda dengan uraian para ulama ahli hakikat, bahkan berbeda dengan pandangan guruku, Imam Rabbani, aku ingin mengatakan apa yang terlintas terkait dengan persolan ini, yaitu bahwa:

    Perasaan yang kuat dan bersinar yang dirasakan oleh Nabi Ya’qub kepada Nabi Yusuf bukan perasaan yang bersumber dari cinta dan rindu semata. Namun bersumber dari rasa kasih sayang. Sebab, rasa kasih sayang lebih dalam dan lebih tajam daripada rasa cinta dan rindu. Ia lebih bersinar, lebih tinggi, dan lebih bersih. Perasaan itulah yang lebih layak dengan kedudukan kenabian.(*[1])Adapun rasa cinta dan rindu kepada para kekasih majasi dan makhluk, meskipun sangat kuat, keduanya tidak layak dengan maqam kenabian yang mulia. Artinya, penjelasan al-Qur’an tentang perasaan Nabi Ya’qub terhadap Nabi Yusuf dalam bentuk yang paling terang dan mukjizat paling berkilau di mana ia merupakan sarana untuk sampai kepada nama ar-Rahîm tidak lain merupakan bentuk tingkat kasih sayang yang tinggi dan mulia.

    Sementara cinta yang merupakan sarana menuju nama al-Wadûd terdapat pada cinta Zulaikha kepada Yusuf . Sebagaimana al-Qur’an al-Karim menjelaskan ketinggian perasaan Nabi Ya’qub yang mengungguli perasaan Zulaikha, begitu pula rasa kasih sayang itu juga tampak lebih tinggi dan lebih mulia daripada rasa cinta.

    Guruku, Imam Rabbani, menjelaskan bahwa keindahan dan ketampanan yang dimiliki Yusuf berasal dari keindahan ukhrawi. Karena itu, cinta yang mengarah kepadanya bukan termasuk cinta majasi yang mengandung cacat. Pasalnya, ia melihat cinta majasi tersebut sama sekali tidak sesuai dengan kedudukan kenabian.

    Menurutku, wahai guruku yang terhormat, penjelasan di atas sedikit dipaksakan. Hakikat sebenarnya adalah sebagai berikut: Perasaan tersebut bukan berupa cinta. Namun ia tingkatan dari kasih sayang yang seratus kali lebih cemerlang, lebih luas, dan lebih tinggi daripada cinta.

    Ya, kasih sayang dengan seluruh jenisnya bersifat halus dan bersih. Adapun cinta dan rindu tidak demikian.

    Hem şefkat pek geniştir. Bir zat, şefkat ettiği evladı münasebetiyle bütün yavrulara, hattâ zîruhlara şefkatini ihata eder ve Rahîm isminin ihatasına bir nevi âyinedarlık gösterir. Halbuki aşk, mahbubuna hasr-ı nazar edip her şeyi mahbubuna feda eder; yahut mahbubunu i’lâ ve sena etmek için başkalarını tenzil ve manen zemmeder ve hürmetlerini kırar. Mesela, biri demiş: “Güneş mahbubumun hüsnünü görüp utanıyor, görmemek için bulut perdesini başına çekiyor.” Hey âşık efendi! Ne hakkın var, sekiz ism-i a’zamın bir sahife-i nuranisi olan güneşi böyle utandırıyorsun?

    Hem şefkat hâlistir, mukabele istemiyor; safi ve ivazsızdır. Hattâ en âdi mertebede olan hayvanatın yavrularına karşı fedakârane ivazsız şefkatleri buna delildir. Halbuki aşk ücret ister ve mukabele talep eder. Aşkın ağlamaları, bir nevi taleptir, bir ücret istemektir.

    Demek, suver-i Kur’aniyenin en parlağı olan Sure-i Yusuf’un en parlak nuru olan Hazret-i Yakub’un (as) şefkati, ism-i Rahman ve Rahîm’i gösterir ve şefkat yolu, rahmet yolu olduğunu bildirir ve o elem-i şefkate deva olarak da فَاللّٰهُ خَي۟رٌ حَافِظًا وَهُوَ اَر۟حَمُ الرَّاحِمٖينَ dedirir.

    اَل۟بَاقٖى هُوَ ال۟بَاقٖى
    Said Nursî

    1. *Imam Rabbani, al-Maktûbât, jilid ke-2, Maktub ke-100.